Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kesenjangan Pendidikan Di Desa Dan Kota

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

KESENJANGAN PENDIDIKAN DI DESA DAN KOTA

Nama Kelompok

Frederikus Vieri Harjum : 213020701040

Rosi Delataka : 213020701026

Destri Henrawaty Munthe : 213020701052

Raytuy gading : 213020701044

Aloisius Dhani Setiawan : 213020701024

Galih Prasetya Aji : 213020701048

Irene Tangkilisan : 213020701058

Yeni Nurhalizah : 213030701104

Caprinta Nababan : 213010701018

Iren egianina br brahmana : 213020701080

Ririn Yohana Sinaga : 213020701064

Windie Rizky Fitriani : 213020701046

Willy Brordus efektif Manao : 213010701016

Aisyah Nurannisa : 213030701094

Serli marlina : 213030701098

Dormauli Harianja : 213010701008

Dwiky ryamizardin : 213010701010

Fanie Mardina Putri : 213020701084

Millenia Ardhia Garini : 213020701090

Helmi : 213020701038

Ermi Santika : 213020701032


Abstrak

Pendidikan seharusnya sudah menjadi prioritas seluruh masyarakat di Indonesia. Tetapi


pendidikan bagi masyarakat miskin bagaikan barang mewah yang tidak bisa mereka beli dan
miliki. Salah satu alasan mengapa pendidikan tidak dapat tersentuh oleh masyarakat miskin
adalah karena mahalnya biaya pendidikan. Kondisi masyarakat seperti ini ada di desa dan juga
di kota. Kondisi pendidikan di kota besar yang memang biaya pendidikannya sudah gratis pun
masih memiliki masalah yaitu masalah sulitnya biaya untuk membeli seragam dan juga buku
buku sekolah karena pihak sekolah tidak memberikan secara gratis sehingga akhirnya banyak
anak anak dikota yang putus sekolah dan akhirnya memilih untuk hidup di jalanan. Sedangkan
kondisi pendidikan di desa tidak jauh berbeda dengan di kota persamaan masalahnya yaitu
biaya dan juga masalah infrastruktur. Masyarakat desa yang miskin tidak akan bersekolah,
kondisi ini diperparah dengan infrastruktur yang tidak lengkap di desa seperti tidak ada SMA di
suatu desa sehingga bila masyarakat desa ingin bersekolah ke jenjang SMA maka mereka harus
pergi sampai ke kota dan ini membuat masyarakat miskin di desa makin sulit untuk mengakses
pendidikan. Sebenarnya pemerintah memiliki kewajiban untuk mengadakan pendidikan yang
memadai secara gratis yang di atur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan semua warga negara memiliki
hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan bermutu dan juga semua warga negara berhak
mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Maka dengan adanya undang
undang yang mengatur hak warga negara dalam mendapatkan pendidikan sudah seharusnya
seluruh warga negara Indonesia medapatkan pendidikan sampai ke jenjang yang paling tinggi
tanpa harus bergelut dengan permasalahan kemiskinan

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan dari segi etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Pendidikan
merupakan kata majemuk “pais” yang berarti “Anak” dan “Ago” yang berarti “Aku
membimbing”. Jadi Paedagogike artinya aku membimbing anak (Hadi, 2005:27). Adapun
rumusan pendidikan mempunyai inti: pendidikan adalah pemanusiaan anak dan pendidikan
adalah pelaksanaan nilai-nilai (Driyarkara, 1980:18). Dalam pengertian yang sederhana dan
umum, makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat dan kebuyaan. Dengan kata lain, pendidikan harus mampu mendidik manusia
menjadi manusia.

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Tujuan pendidikan merupakan salah satu factor yang terpenting di
dalam pendidikan, karena tujuan adalah salah satu arah yang hendak dicapai atau yang hndak
dituju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan pendidikan adalah meningkatkan
derajat kemanusiaan manusia (Tafsir, 2006:47).

Perkembangan dan kemajuan suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia
bangsa tersebut. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat memperbaiki kualitas dari sumber
daya manusia tersebut agar dapat bersaing dengan negara-negara lainnya. Indonesia yang pada
dasarnya adalah negara berkembang, tentu bisa saja menjadi negara yang maju apabila
pendidikannya sudah berjalan dengan baik dan semestinya. Pendidikan sebagai proses
pembelajaran supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif begitu
juga masyarakat yang ada di desa. Masyarakat yang ada di desa juga memiliki peluang yang
sama dengan masyarakat kota untuk memperoleh pendidikan. Pemerintah membuka peluang
pendidikan yang sama untuk masyaraakt yang ada di desa maupun yang ada di kota. Karena
masyarakat kota beranggapan bahwa pendidikan di desa tidak begitu maju karena kekurangan
sarana dan prasarana yang memadai karena pendidikan di desa dan di kota sangat berbeda jauh.

Oleh karena itu, perlu dikemukakan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan


terjadinya ketimpangan sosial dalam bidang pendidikan. Beberapa faktor tersebut secara lengkap
dijelaskan sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas sarana sekolah. Sarana sebagai salah satu penunjang kebutuhan
keberlangsungan pendidikan menjadi bagian penting, seperti gedung, sekolah, media
belajar, fasilitas perpustakaan, laboratorium dan lain sebagai nya. Sarana pembelajaran
menjadi terpuruk atau rendah terutama bagi penduduk yang daerah terpencil/pelosok.
Jika dibandingkan dengan kualitias fisik yang berada di perkotaan mereka memiliki
fasilitas-fasilitas yang memadai mulai dengan pembangunan gedung, media belajar yang
lengkap, instrastruktur yang baik.
2. Rendahnya kualitas guru. Kualitas pendidikan dapat ditentukan dengan sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi dalam menjalankan pendidikan kepada peserta didik.
Tenaga pengajar menjadi harapan bagi peserta ddik untuk dapat membagikan ilmu
pengetahuan.
3. Rendahnya kesadaran kebersihan sekolah. Kebersihan kantin sekolah masih jauh dari
prinsip hygiene sanitasi makanan. Selain itu akibat tidak cukup tersedianya fasilitas dasar
sanitasi tersebut mempengaruhi aspek lingkungan fisik sekolah yang lain seperti
pengelolaan sampah yang tidak benar. Dampak lainnya tidak tersedianya tempat sampah
yang menyebabkn sampah berserakan dan halaman sekolah menjadi kotor dan
meningkatkan perkembangan lalat, tikus dan nyamuk.
4. Factor infrastruktur. Infrastruktur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Aspek infrastruktur yang berkaitan dengan
tercapainya pendidikan tidak hanya jumlah dan kondisi fisik sekolah, akan tetapi
mengenai aksebilitas menuju lokasi sekolah yang memberikan kemudahan bagi peserta
didik. Hal ini berbanding terbalik dengan di pedesaan akses menuju sekolah sulit untuk
ditempuh dan cenderung menghambat kelancaran proses belajar dari peserta didik.
5. Jumlah dan kualitas buku. Buku merupakan unsur yang mampu membantu peserta didik
dan tenaga pengajar untuk memudahkan proses belajar mengajar. Ketersediaan dan
kualitas buku menjadi penting untuk keberlangsungan pendidikan, sebagaimana
disebutkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang menjadi peralatan
pendidikan serta perlengkapan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.
6. Mahalnya biaya pendidikan. Hal ini menjadi acuan dalam mendapatkan pendidikan
dengan kualitas masing-masing, seperti biaya sekolah yang mahal akan mendapatkan
banyak fasilitas yang sangat memadai sebagai penunjang, sebaliknya biaya yang murah
hanya terdapat fasilitas penunjang seadanya. Adapun anggaran yang diberikan
pemerintah diharapkan dapat memberikan keringanan biaya khususnya bagi masyarakat
ekonomi menengah ke bawah. Namun realitanya, selama ini belum dapat dimaksimalkan
angggaran tersebut dan belum ada pemerataannya.

METODE PENILITIAN

Metode yang digunakan adalah metode studi kasus menggunakan perspektif teori konflik yang
diterapkan dengan mengeksplorasi suatu masalah melalui batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini
dibatasi oleh waktu, tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktifitas dan
individu. Studi kasus yang dieksplorasi dalam penelitian ini adalah kesenjangan pendidikan di
Desa Tanjung sangalang, Kabupaten Pulang Pisau. Kesenjangan ini menarik untuk dieksplorasi
karena posisi sekolah berada dekat dengan pusat kota namun tidak mendapat perhatian
pendidikan dari pemerintah Pulang Pisau.

PEMBAHASAN

Kesenjangan Pendiidikan Di Desa Dan Di Kota

Peran pendidikan sangatlah penting bagi semua orang, dimana peran pendidikan ini sebagai
wadah manusia untuk berpikir, menganalisis serta memutuskan. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, akhlak mulia dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan juga pendidikan merupakan tujuan
dengan adanya pendidikan, sehingga menciptakan sumberdaya manusia yang baik.

Nah untuk itu, begitu pentingnya pendidikan begi semua orang masalah yang terjadi saat ini
ialah kesenjangan pendidikan di berbagai banyak sekolah seperti keterbatasan fasilitas dan
lainnya salah satu contoh yang kami ambil ilah yang terjadi di desa singalang sekolah dengan
sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan masih banyak kekhawatiran terutama di
sekolah-sekolah terpencil. Fasilitas yang tidak memadai atau tidak memadai seperti kelas bocor,
bangku, meja rusak, dan sebagai macamnya. Hal ini dikarenakan Salah satu faktor yang
mempengaruhi sarana dan prasarana pendidikan yang kurang merata di sekolah adalah
kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terkadang proses
pengawasan dan pengontrolan pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat tidak menjangkau
daerah-daerah yang terpencil namun lain halnya dengan sekolah dasar 01 tanjung sangalang yang
dimana keberadaan sekolah dekat dengan lingkungan pemerintahan sangat tidak diperhatikan
oleh pemerintah bahkan sarana prasana pun sangat minim serta perpustakaan pun sangat tidak
layak di kunjungi. Jadi Kurangnya sarana dan prasarana ini membuat pembelajaran di sekolah
berjalan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk itu perlu adanya
tindak lanjut dari pemerintah, sekolah, lembaga pendidikan, maupun orangtua peserta didik.dapat
dibatasi dengan langkah-langkah berikut, pemerintah dalam hal ini menjadi perhatian yang
khusus supaya meningkatkan vasilitas untuk menambah bagian dari apa yang dilakukan di
sekolahan .Untuk mengatasi permasalahan kesenjangan pendidikan yang terdapat di pedesaan
atau perkotaan, pemerintah dan guru adalah orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam mencerdaskan anak bangsa untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu.meskipun dalam
mewujudkan pendidikan yang bermutu tidak hanyalah faktor tenaga pendidik yang harus di
perhatikan tetapi juga masalah alokasi dana, sarana dan prasarana yang mendukung dalam proses
belajar mengajar.

Sistem Dan Dimensi Stratifikasi Social


Sistem stratifikasi soaial berpokok pada pertentangan dalam masyarakat. Dengan demikian
system stratifikasi social hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu
yang menjadi obyek penyelididkan.Dalam stratifikasi social dapat dianalisis dalam ruang lingkup
unsusr-unsusr sebagai berikut: pertama, distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti
misalnya kekayaan. Kedua, system yang diciptakan oleh masyarakat yaitu sebuah
wibawa(prestige) dan penghargaan.ketiga, kreteria system pertentangan baik yang terjadi pada
individu maupun kelompok. Keempat, Lembaga-lembaga kehidupan seperti tingkah laku hidup,
dan cara berpayain. Kelima, solidaritas diantara individu maupun kelompok yang terjadi dari
interaksi, kesadaran akan kedudukan masing-masing individu maupun kelompok aktifitas.

Dari point diatas dapat disimpulkan kenapa bisa terjadi perbedan fasilitas sekolah antara di desa
dan di kota, bahwa stratifikasi social sangatlah terasa dari keduanya sehingga sedikit susah jika
kita ingin menyesuikannya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stratifikasi Social

Pertama, Ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan social yang ada, barang siapa yang
memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan termasuk lapisan teratas dalam system pelapisan
soaial. Sama seperti Pendidikan jika ia yang terlahir dari kelurga kaya maka ada kemungkinan ia
akan sekolah di sekolah yang bagus dengan fasilitas lengkap dan guru-guru yang sudah
tepercaya atau biasanya mereka akan sekolah di sekolah internasional dengan kurikulum luar
negri dan pembinana yang luar biasa bagus. Kedua, ukuran kekuasan atau wewenang paling
besar akan menempati lapisan teratas dalam system pelapisan social dalam masyarakat yang
bersangkutan. Sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang
lain yang tidak kaya , atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ketiga, ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan
atau kekuasan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan mempati lapisan dari system
pelapisan masyarakat. Biasanya mereka sangat menghormati orang-oarang yang banyak jasanya
kepada mereka, orang-oarang yang berprilaku busi luhur. Sama seperti oaring-oarang di desa
mereka tidak terlalu memperdulikan Pendidikan seseorang ketika orang itu berbuat baik kepada
orang lain, sehingga bisa dikatakan oaring-oarang desa masih sangat awam masalah Pendidikan
yang dimana Pendidikan sangatlah penting dalam pembentukan karakter seseorang namun
karena pola pikir mereka yang masih sederhana sehingga mereka tidak terlalu terfokus kearah
situ, yang mereka pahami adalah jika ada orang baik maka saya harus baik pula.

KESIMPULAN

Pemerataan pendidikan sangat penting bagi anak-anak bangsa karena dengan adanya pendidikan
yang berkualitas maka akan menciptakan para anak-anak bangsa yang berkualitas dan cerdas
juga diharapkan nantinya menjadi aset untuk kemajuan bangsa. Maka dari itu peran dari
pemerintah serta tenaga pendidik dalam kesenjangan pemerataan pendidikan, pemerintah
diharapkan lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas yang ada dipedesaan agar setara dengan
pendidikan yang ada di perkotaan. Serta tenaga pendidik sebaiknya siap ditempatkan baik
diperkotaan maupun dipedesaan mengingat bahwa kurangnya tenaga pengajar di pedesaan. Dan
setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dikarenakan memperoleh pendidikan
merupakan hak dari warga negara. Begitu juga untuk masyarakat yang ada di perkotaan dan
pedesaan, mereka semua berhak menerima pendidikan yang layak. Namun kenyataannya masih
banyak kasus kesenjangan pendidikan yang terjadi di perkotaan dan di pedesaan. Hal ini dapat
terlihat dari jumlah tenaga pengajar yang terdapat di sekolah perkotaan dan sekolah di pedesaan.
Jumlah guru lebih banyak terdapat di perkotaan dibandingkan dengan dipedesaan. Rendahnya
minat guru mengajar di pedesaan diakibatkan oleh minimnya akses transportasi serta fasilitas
sekolah yang buruk yang terdapat di pedesaan. Selain itu kesenjangan pendidikan antara
perkotaan dan pedesaan dapat terlihat dari sekolah- sekolah di perkotaan yang mempunyai
fasilitas baik pastinya juga memiliki pengajar yang berkompeten sehingga nantinya
menghasilkan siswa- siswa yang cerdas. Hal ini berbanding terbalik terhadap sekolah- sekolah
yang terdapat di pedesaan yang mempunyai fasilitas sekolah yang kurang baik dan tenaga
pengajar yang kurang kompeten.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai