Makalah Kelompok 1 Pendidikan Nilai Dan Karakter, PAI-6 Semester VII-dikonversi
Makalah Kelompok 1 Pendidikan Nilai Dan Karakter, PAI-6 Semester VII-dikonversi
Makalah Kelompok 1 Pendidikan Nilai Dan Karakter, PAI-6 Semester VII-dikonversi
LINGKUPNYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan
Nilai/Karakter
Disusun Oleh:
Puji dan syukur kita ucapkan atas anugerah yang senantiasa Allah swt limpahkan
kepada kita berupa rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebagaimana mestinya. Shalawat bertangkaikan salam marilah kita
hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw yang telah membawa agama Islam sebagai
petunjuk dan jalan yang lurus bagi seluruh umat manusia dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Semoga kita mendapat syafaatnya di yaumul
mashyar kelak, Aamiin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Rapono, M.Pd.I selaku
dosen mata kuliah Pendidikan Nilai/Karakter yang telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari
bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan yang mendasar pada penulisan
makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dalam penyempurnaan makalah ini.Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………………………………….. 15
B. Saran ……………………………………………………………………….…… 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang marak diperbincangkan dalam dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu proses yang di dalamnya terdapat suatu aturan
dan prosedur yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Setiap peserta didik memiliki
tanggung jawab yang sama dalam proses pembelajaran. Pendidikan menjadi pilar utama
untuk memajukan generasi penerus bangsa demi perkembangan intelektual anak.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian nilai, pendidikan, dan karakter secara umum dan menurut para ahli ?
2. Apa saja ruang lingkup pendidikan nilai/karakter ?
3. Apa tujuan dan urgensi dari pendidikan nilai/karakter ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian nilai, pendidikan, dan karakter secara umum dan
menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan nilai/karakter.
3. Untuk mengetahui tujuan dan urgensi dari pendidikan nilai/karakter.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nilai, Pendidikan, dan Karakter Secara Umum dan Menurut Para Ahli
1. Pengertian Pendidikan
a. Secara umum
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan dalam bahasa Arab disebut tarbiyah yang diambil dari Rabba yang
bermakna memelihara, mengurus, merawat, mendidik.2 Dalam literatur bahasa Arab,
kata tarbiyah mempunyai bermacam-macam definisi yang intinya sama mengacu pada
proses pengembangan potensi yang dianugerahkan pada manusia. Definisi-definisi itu
antara lain sebagai berikut:
a) Pendidikan adalah proses disiplin tubuh, jiwa, dan ruh terhadap pengenalan dan
pengakuan secara berangsur dalam diri manusia yang pada akhirnya dapat
membimbingnya ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat
dalam dirinya.3
b) Pendidikan adalah proses pemberian pengetahuan, pemahaman, dan penanaman
amanat sehingga terjadi tazkiyah atau pembersihan diri yang menjadikan
1
Anas Salahudin, Pendidikan Karakter;Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2013). Hlm. 41.
2
Abi Dadl Jamal al-Diin Muhammad bin M. Ibn Mandzur al-Afriki al-Mishri, Lisan al-Arab Jilid I,
(Beirut: Daar al-Shadr, 1990), hlm. 79.
3
Syeh M. Al Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (terj. Haidar Bagir dari The Concept
of Education of Islam), (Bandung: Mizan, 1984), hlm. 36.
3
manusia berada dalam kondisi menerima hikmah serta mempelajari apapun
yang bermanfaat bagi dirinya dan belum diketahuinya.4
b. Menurut Para Ahli
a) Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah upaya memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani anak agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.5
b) Istilah pendidikan menurut Prof. Richly adalah suatu aktivitas sosial yang
esensial yang memungkinkan masyarakat yang kompleks dan modern.6
2. Pengertian Nilai
a. Secara Umum
Betapa luasnya implikasi konsep nilai ketika dihubungkan dengan konsep lainnya,
ataupun dikaitkan dengan sebuah statement. Konsep nilai ketika dihubungkan dengan
logika menjadi benar-salah, ketika dihubungkan dengan estetika menjadi indah-jelek
dan ketika dihubungkan dengan etika menjadi baik-buruk. Akan tetapi yang pasti
bahwa nilai itu menyatakan sebuah kualitas. Bahkan dikatakan bahwa nilai adalah
kualitas empiris yang tidak bisa didefinisikan. Hanya saja, sebagaimana dikatakan
Lois Katsoff, kenyataan bahwa nilai tidak dapat didefenisikan tidak berarti nilai tidak
bisa dipahami.7
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai itu dikelompokkan menjadi
tiga kelompok yaitu:
a) Nilai yang berkenaan dengan kebenaran atau yang terkait dengan nilai benar-
salah yang dibahas oleh logika.
b) Nilai yang berkenaan dengan kebaikan atau yang terkait dengan nilai baik-buruk
yang dibahas oleh moral.
c) Nilai yang berkenaan dengan keindahan atau yang terkait dengan nilai indah-jelek
yang dibahas oleh estetika.
4
Abdul Fatah Jalal, Min al-Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam, (Beirut: Daar al Kutub al Mishiriyah,
1977), hlm. 17.
5
Ki Hadjar Dewantara, Kerja Ki Hadjar Dewantara, (1962), hlm. 14.
6
Prof .Richly, Planning for Teaching and Introduction to Education, hlm. 12.
7
Abdul Latif , Pendidikan Nilai Kemasyarakatan ( Bandung : Refika Aditama 2009), hlm. 69.
4
b. Menurut Para Ahli
a) Muhmidayeli mendefenisikan nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang
indah menarik yang mempesona, menakjubkan, yang membuat kita bahagia,
senang dan merupakan sesuatu yang menjadikan seseorang atau sekelompok
orang memilikinya. Nilai dapat juga diartikan dalam makna benar-salah, baik-
buruk, manfaat atau berguna, indah dan jelek.8
b) Nilai secara umum, sebagaimana yang didefinisikan oleh Hamka dengan
standard atau ukuran (norma) yang digunakan untuk mengukur segala
sesuatu.9
c) Defenisi lain, Kuppermen mendefenisikan nilai dalam Perspektif sosiologis
sebagai patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan
pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.10
8
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan ( Bandung : Refika Aditama, 2013), hlm. 101
9
Abd. Haris, Etika Hamka (Yogyakarta : LKiS, 2012), hlm. 30.
10
Ibid.,,
11
Amril Mansur, Pendidikan Nilai ; Telaah Epistimologi, dan Metodologis Pembelajaran Akhlak di
Sekolah (laporan Hasil Penelitian), hlm. 20.
5
c. Membantu peserta didik untuk mengambil sikap terhdap aneka nilai dalam
perjumpaan dengan sesame, agar dapat mengarahkan hidupnya bersama orang
lain secara bertanggung jawab .
Nilai dalam Pendidikan Islam berkisar antara dua demensi yakni nilai-nilai
Ilahiyah dan nilai-nilai Insaniyah.12 Nilai-nilai Ilahiyah dapat dikembangkan dengan
menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta
beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar. Dalam bahasa Al-Qur’an
dimensi hidup Ketuhanan ini juga disebut jiwa rabbaniyyah atau ribbiyah. Dalam
surat Ali Imran ayat 79 dan 146 Allah berfirman :
Artinya :
79. “ Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi
penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata):
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al
kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (QS. Ali Imran : 79)
146. Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang
menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.
12
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter, hlm.92.
6
Nilai-nilai Ilahiyah yang sangat mendasar yang perlu ditanamkan kepada peserta
didik yaitu :
a) Iman, yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Jadi tidak cukup
kita hanya percaya kepada Allah, melainkan harus meningkat menjadi sikap
mempercayai kepada adanya Tuhan dan menaruh kepercayaan kepada-Nya.
b) Islam, sebagai kelanjutan iman, maka sikap pasrah kepada-Nya dengan meyakini
bahwa apapun yang datang dari Tuhan tentu mengandung hikmah kebaikan.
c) Ihsan, yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau
berada bersama kita dimanapun kita berada.
d) Taqwa, yaitu sikap yang ridho untuk menjalankan segala ketentuan dan menjahui
segala larangan.
e) Ikhlas, yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan semata-mata demi
memperoleh ridha atau perkenaan Allah dan bebas dari pamrih lahir atau bathin.
f) Tawakkal yaitu sikap yang senantiasa bersandar kepada Allah dengan penuh
harapan kepada-Nya dan keyakinan bahwa Dia akan memberikan jalan yang
terbaik bagi hambanya.
g) Syukur yaitu sikap penuh rasa terimaksih dan penghargaan atas karunia Allah
yang tidak terbilang jumlahnya.
h) Sabar yaitu sikap tabah dalam mengahdapi segala kepahitan hidup, besar dan
kecil, lahir dan batin.
Selanjutnya nilai-nilai Insaniyah ini terkait dengan nilai-nilai budi luhur. Nilai-
nilai ini sebagai pegangan dalam menjalankan pendidikan kepada anak didik, nilai-
nilai akhlak berikut patut dipertimbangkan :
(a) Silaturahmi yaitu pertalian rasa cinta kasih antar sesama;
(b) Al-Ukhuwah yaitu semangat persaudaraan baik kepada muslim maupun non
muslim;
(c) Al-Musawamah yaitu suatu sikap pandangan bahwa manusia adalah sama dalam
harkat dan martabat
(d) Al-Adalah yaitu sikap wawasan seimbang atau balance dalam memandang,
menilai, atau menyikapi sesuatu atau seseorang;
(e) Husnu al-Dzan yaitu sikap berbaik sangka kepada sesama manusia;
(f) At-Tawadlu yaitu sikap rendah hati dan menyadari bahwa semua adalah milik
Allah;
7
(g) Al-Wafa’ yaitu sikap tepat janji;
(h) Insyirah yaitu sikap lapang dada yaitu sikap menghargai orang lain dengan
pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya;
(i) Al-Amanah yaitu sikap yang dapat dipercaya;
(j) Iffah atau ta’affuf yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong dan tetap
rendah hati;
(k) Qawamiyyah yaitu sikap tidak boros dan tidak kikir dalam menggunakan harta
melainkan sedang antar keduanya; dan
(l) Al-munfiqun yaitu sikap mau menolong sesama manusia terutama mereka yang
kurang beruntung.13
4. Pengertian Karakter
a. Secara umum
a) Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berakar dari diksi
kharassein yang berarti memahat atau mengukir, sedangkan dalam bahasa latin
karakter bermakna membedakan tanda. Dalam bahasa Indonesia, karakter
dapat diartikan sebagai sifat kejiwaan/tabiat/watak.14
b) Karakter dalam bahasa Arab diartikan khulu’, sajiyyah, thab’u yakni budi
pekerti, tabiat, atau watak. Kadang juga diartikan syahsiyah yang artinya lebih
dekat dengan personality (kepribadian).15
c) Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Adapun yang
dimaksud berkarakteradalah berkepribadian, beperilaku, bersifat, bertabiat,
dan berwatak. Sebagian menyebutkan karakter sebagai penilaian subjektif
terhadap kualitas moral dan mental, sementara yang lainya menyebutkan
karakter sebagai penilaian subjektif terhadap kualitas mental saja, sehingga
upaya mengubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan stimulasi
terhadap intelektual seseorang.
13
Ibid., hlm.94-98.
14
Sri Narwanti, (2011), hlm. 1.
15
Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 20.
8
b. Menurut Ahli
a) Imam Ghazali, mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak,
yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu
dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.16
b) Menurut Suyanto, karakter adalah cara berpikir dan perilaku yang menjadi ciri
khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara.17
c) Menurut Coon, mendefinisikan karakter sebagai suatu penilain subjektif
terhadap kepribadiaan seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadiaan
yang dapat atau tidak dapat di terima oleh masyarakat. Karakter berarti tabiat
atau kepribadian.Karakter merupakan keseluruhan disposisi kodrati dan
disposisi yang telah di kuasai secara stabil yang mendefinisikan seseorang
individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya yang menjadikannya
tipikal dalam cara berpikir dan bertindak.18
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan
dengan kekuatan moral yang positif, dan bukan konotasi negatif. Dan orang
berkarakter adalah yang mempunyai kualitas moral yang positif. Dengan demikian
pendidikan adalah membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti
membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi
moral yang positif saja. Oleh karena itu, antara pendidikan dan pendidikan karakter
tidak dapat dipisahkan serta saling berkaitan, sebagai pendidikan nilai moralitas
manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata, proses pembentukan nilai
dan sikap yang didasari pada pengetahuan serta nilai moralitas yang bertujuan
menjadikan manusia yang utuh atau bermanfaat bagi sesama.
Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan dianggap
mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat. Sebagaimana
firman Allah SWT di dalam Al-qur’an surat An-nahl ayat 90 sebagai insan kamil.19
16
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Cet. II,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 70.
17
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 33.
18
Zubaedi, "Desain Pendidikan Karakter", (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,2012, Cet.2, Hal.
8)
19 Amru Khalid. Tampil menawan Dengan Akhlak Mulia. (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2008) , hlm. 37.
9
ُ ع ِن ْالفَحْ ش َۤا ِء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِع
ظ ُك ْم ِ ان َواِ ْيت َۤا
َ ئ ذِى ْالقُ ْر ٰبى َويَ ْنهٰ ى ِ سَ ّْٰللاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َو ْاْلِح
ا َِّن ه
َلَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,
kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan karakter
mulia yang harus diteladani agar manusia yang hidup sesuai denga tuntunan syari’at,
yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. sesungguhnya
Rasulullah adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta
menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia kepada umatnya. Sebaik-baik manusia
adalah yang baik karakter atau akhlaknya dan manusia yang sempurna adalah yang
memiliki akhlak al-karimah, karena ia merupakan cerminan iman yang sempurna.
Implementasi nilai-nilai universal keislaman adalah ketika Rasul di Mekkah al-
Mukarramah yang telah membawa perubahan pada sistem nilai kehidupan masyarakat
pada waktu itu. Nilai-nilai universal Islam yang sangat fundamental dalam
membangun tatanan kehidupan manusia yang tercerahkan dalam menopang sistem
keyakinan. Dan bahkan pada prinsipnya nilai-nilai ini berlaku bagi semua agama,
terlebih dalam Islam.
Universalitas Islam berlaku sama untuk semua pemeluk Islam tanpa
mempertimbangkan perbedaan ruang dan waktu pelaksanaan ajaran. Hal ini
mengingat sumber dari universalitas Islam adalah al-Qur'an. Al-Qur’an merupakan
sumber pendidikan terlengkap, baik pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak),
spiritual, material (kejasmanian) dan alam semesta. Al-Qur’an merupakan sumber
nilai yang absolut dan utuh dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Penerapan nilai-
nilai universal Islam dalam tataran empiris tidak dapat dipisahkan oleh Hadist Nabi.
Hal ini disebabkan, secara umum Al-Qur’an masih bersifat global. Hadist Nabi
merupakan penjelas dan penguat hukum-hukum Qur’aniah sekaligus petunjuk dan
pedoman bagi kemaslahatan hidup manusia dalam semua aspeknya.20
Dengan demikian, sebagai pemeluk Islam perlu memperhatikan dua hal, yaitu
produktivitas mencapai tujuan dan esensi ajaran Islam yang bersifat universal serta
20
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama,
2001), h. 95-99.
10
penerapan nilai universal dalam tataran empiris adalah dengan menjujung nilai
kebenaran, keadilan, anti kekerasan, kesetaraan, kasih sayang, cinta dan toleransi.
Maka, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari pendidikan nilai dan karakter
adalah tuntunan, bimbingan, pengajaran, penanaman, atau didikan menjadikan pribadi
dan watak baik, yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan peserta didik atau
seseorang agar menjadikan ciri khas dalam dirinya yang bermanfaat dalam kondisi
apapun serta bagi siapapun, sehingga dikemudian hari hasil dari pendidikan
nilai/karakter tersebut dapat dijadikan contoh dalam keberlangsungan kehidupan
seseorang ketika menghadapi setiap hal yang ia hadapi tidak melenceng dari ajaran
agama yang dianutnya.
21
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011). hlm 287.
11
pada peserta didik. Hal tersebut sangat ditentukan oleh semangat, motivasi,
nilai-nilai, dan tujuan dari pendidikan yang akan dicapai.
22
Deni Damayanti, Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta: Araska,
2014), hlm. 35
23
Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hlm. 24-25.
12
Dapat disimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa tujuan pendidikan
karakter menurut Kemendiknas adalah mengembangkan dan menanamkan kebiasaan
dan perilaku yang bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Tujuan yang
paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good
attitude and smart. Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW menegaskan
bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan
pembentukan karakter yang baik (good character).24
24
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
30
25
Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional,(Yogyakarta : Ar-ruzz media, 2003), hlm. 12
26
Rahmad Afandi. Tujuan Pendidikan Nasional Perspektif Al-Qur’an. (Purwokerto : Insania Vol.16,
No.03 2011), hlm. 372
13
seimbang keempat anasir kepribadian itu, peserta didik akan mampu menghayati dan
membatinkan nilai-nilai luhur pendidikan karakter.
Pendidikan karakter yang bertujan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik agar peserta didik mampu mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai
sehingga mampu berperilak sebagai insan kamil.27 Berbicara masalah pendidikan
karakter, tentu saja tidak terlepas dari pengertian karakter itu sendiri, karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubangan dengan sang pencipta, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya dan adat istiadat mayarakat. Nilai-nilai dan karakter ini akan
mengidentifikasi perilaku positif yang di harapkan dapat terwujud dalam perbuatan,
perkataan, pikiran, sikap, peraaan dan kepribadian peserta didik.28
Dengan demikian, pendidikan nilai dan karakter berupaya menjawab berbagai
problema pendidikan dewasa ini. Pendidikan tersebut adalah sebuah konsep
pendidikan intergratif yang tidak hanya bertumpu pada pengembangan kompetisi
kognitif peserta didik semata, tetapi juga pada penanaman nilai etika, moral, dan
spritual. Untuk mewujudkan pendidikan karakter, tidaklah perlu dibuat mata
pelajaran baru, tetapi cukup diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Salah satu cara yang efektif dengan mengubah dan menyusun silabus dan
RPP dengan menyelipkan norma dan nilai-nilai dalam konteks kehidupan sehari-
hari.
Maka, pembelajaran dalam nilai-nilai dan karakter tidak hanya pada tataran
kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Salah satunya dengan
mengembangkan pembelajaran kontekstual. Sehingga pendidikan nilai dan karakter
ini sebagai bekal yang mampu membawa pengaruh baik terhadap diri sendiri,
keluarga, orang lain, serta lingkungan sekitar.
27
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung : Remaja Rosda
Karya,2011). Hlm. 46
28
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan,
(Jakarta : Kencana, 20011), hlm. 20-21
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas yaitu :
1. Dari penjelasan teoritis di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
bersumber pada nilai-nilai kebaikan universal (nilai-nilai kehidupan yang baik atau
buruknya diakui oleh seluruh umat manusia), dan pada dasarnya ajaran Islam
adalah agama yang mengandung nilai-nilai universal yang dapat diterima oleh
seluruh umat manusia.
2. Pendidikan Karakter dalam pendidikan Islam, memiliki banyak dimensi nilai yang
dapat dijadikan pedoman akan tetapi selain nilai-nilai dasar yang penulis telah
jabarkan di atas, penulis disini juga memaparkan nilai-nilai pendidikan akhlak
dalam pribadi Rasulullah SAW yang menjadi sosok uswatuh hasanah yang
terangkum dalam Karakter SAFT. Karakter SAFT yaitu singkatan dari empat
karakter yaitu : Shidiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh.
3. Ruang lingkup pendidikan nilai/karakter yaitu :
• Pendidikan nilai/karakter bisa dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi
secara tidak disengaja atau berjalan secara alamiah. Misalnya, pada dasarnya
manusia belajar dari peristiwa alam yang ada untuk mengembangkan
kehidupannya.
• Pendidikan nilai/karakter bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara
sengaja, direncanakan, didesain dan diorganisasi berdasarkan perundang-
undangan yang dibuat. Misalnya, UU Sisdiknas yang merupakan dasar
penyelenggaraan pendidikan.
4. Tujuan pendidikan nilai/karakter di atas, disimpulkan bahwa pendidikan
nilai/karakter diharapkan dapat menghindari sifat-sifat tercela yang merusak diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku
yang menyimpang.
5. Urgensi pada pendidikan nilai/karakter tersebut adalah sebagai sebuah konsep
pendidikan intergratif yang tidak hanya bertumpu pada pengembangan kompetisi
kognitif peserta didik semata, tetapi juga pada penanaman nilai etika, moral, dan
spritual. Untuk mewujudkan pendidikan karakter, tidaklah perlu dibuat mata
15
pelajaran baru, tetapi cukup diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Salah satu cara yang efektif dengan mengubah dan menyusun silabus
dan RPP dengan menyelipkan norma dan nilai-nilai dalam konteks kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
Dengan ini, saran yang dapat diungkapkan dari kelompok kami yaitu diperlu adanya
perkembangan dalam setiap ekstrakulikuler yang berjalan di setiap sekolah. Hal ini dilakukan
agar para peserta didik lebih mampu mengembangkan bakat dan kemampuannya dalam
bidang yang ia minati. Sehingga dengan semakin berkembangnya teknologi, maka guru harus
mampu memahami dan juga menerapkan dalam proses kegiatan ekstrakuikuler agar
kedepannya semakin baik lagi hasil dari pada kegiatan minat anak yang dimiliki. Terlebih
dalam bidang agama Islam, agar Islam tidak dikenal sebagai agama yang diam ditempat dan
generasi penerus Islam mampu bersaing dari berbagai bidang yang ia minati dengan
kemampuan yang lebih bermanfaat bagi sesama. Demikian makalah ini kami perbuat,
diharapkan kepada para pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk membangun
kesempuraan dalam tulisan, terima kasih.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abi Dadl Jamal al-Diin Muhammad bin M. Ibn Mandzur al-Afriki al-Mishri. 1990.
Lisan al-Arab Jilid I. Beirut: Daar al-Shadr.
Syeh M. Al Naquib al-Attas. 1984. Konsep Pendidikan dalam Islam, (terj. Haidar
Bagir dari The Concept of Education of Islam). Bandung: Mizan.
Abdul Fatah Jalal. 1997. Min al-Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam. Beirut: Daar al
Kutub al Mishiriyah.
Abd. Haris. 2012. Etika Hamka. Yogyakarta : LKiS.
Agus Zaenul Fitri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
17
Fatchul Mu’in, 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. .
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Deni Damayanti, 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Araska.
Agus Zaenul Fitri, 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Abdul Majid, 2011. Pendidikan Karakter Persfektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Undang-Undang, Sistem Pendidikan Nasional,(Yogyakarta : Ar-ruzz media, 2003),
hlm. 12
Rahmad Afandi. Tujuan Pendidikan Nasional Perspektif Al-Qur’an. (Purwokerto :
Insania Vol.16, No.03 2011), hlm. 372
Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung :
Remaja Rosda Karya,2011). Hlm. 46
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 20011), hlm. 20-21
18