Makalah Kegawatdaruratan (Keham - Ganda, Replas Dan Rupturperineum)
Makalah Kegawatdaruratan (Keham - Ganda, Replas Dan Rupturperineum)
Makalah Kegawatdaruratan (Keham - Ganda, Replas Dan Rupturperineum)
Disusun oleh :
Ayu Fitria Awaliah ( NIM : 04419614003 )
Rini Nuraeni ( NIM : 044196140
Sita Indah Nurhalimah ( NIM : 044196140
Titis Larasati ( NIM : 04419614029)
Penyusunan makalah ini banyak melibatkan banyak pihak, baik dari sekolah
ataupun luar sekolah. Oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah banyak
mengucapkan terima kasih atas konstribusinya dalam pembuatan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun kami penulis menyadari bahwa
masih banyak kesalahan dalam menyusun makalah ini. Karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Harapannya
semoga makalah ini bermanfaat untuk banyak pihak yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................5
A. Teori Kegawatdaruratan...........................................................................................7
1. Perngertian Kegawatdaruratan..................................................................................7
B. Kehamilan Ganda.....................................................................................................10
C. Retensio Plasenta......................................................................................................11
ii
1. Pengertian...............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................................30
B. Saran...........................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui dan menyebutkan Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan.
3. Untuk mengetahui dan menyebutkan mengenai Prinsip Umum Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Kehamilan Ganda.
5. Untuk mengatahui dan menjelaskan mengenai Retensio Plasenta.
6. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Robekan Jalan Lahir.
7. Untuk mengatahui dan menjelaskan Asuhan Kebidanan pada Kasus Retensio Plasenta.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Kegawatdaruratan.
6
1. Pengertian Kegawatdaruratan.
Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.
a. Menghormati pasien:
1) Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial
dan ekonominya.
2) Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan
konidisi kegawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan kepribadian adalah wajar
bagi setiap manusia dan keluarga yang mengalaminya.
b. Kelembutan.
1) Dalam melakukan penegakan diagnosis, setiap langkah harus dilakukan dengan penuh
kelembutan.
2) Dalam hal ini, termasuk dalam menjelaskan keadaan pasien bahwa rasa sakit atau
kurang enak badan tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan dan
memberikan pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin
sehingga perasaan kurang enak itu di upayakan sedikit mungkin.
c. Komunikatif
1) Petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, tentunya dalam
bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti, mudah dipahami, dan memperhatikan
nilai norma kebudayaan setempat.
2) Menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada paien sangatlah penting.
7
d. Hak pasien.
Hak – hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan dalam pemberian persetujuan
tindakan (inform consent).
e. Dukungan keluarga.
Dukungan keluarga sangatlah penting bagi pasien. Oleh karena itu, petugas kesehatan
harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang kondisi akhir pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitan
dengan keterbatasan keuangan (finansial), keterbatasan transportasi, dan sebagainya.
Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama - sama subjek, sebagai
mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan.
a. Stabilisasi pasien.
b. Terapi cairan
1) Antisipasi ini dilakukan pada tahap awal untuk persiapan jika kemudian hari
penambahan cairan di butuhkan.
2) Pemberian cairan ini harus di perhatikan baik jenis cairan banyaknya cairan yang
diberikan, kecepatan pemberian misalnya cairan yang sesuai dengan diagnosis.
3) Misalnya pemberian cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang pada kasus
syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda pada saat pemberian cairan pada
syok septik.
8
1) Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernafasan
(bantuan nafas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seseorang
mengalami henti jantung dan henti nafas.
2) Dalam melakukan RJP, sebagai seorang penolong harus:
a) Mempertahankan terbukanya jalan nafas (Airway=A)
b) Memberikan nafas untuk pasien (Breathing=B)
c) Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien (Circulation=c)
3) Dalam prinsip RJP selalu mengikutsertakan ABC:
a) Suatu pernafasan tidak ada akan efektif jika jalan nafas tidak terbuka.
b) Pernafasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti.
c) Darah yang bersikulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut teroksigenisasi.
d) Selalu di ingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi.
e) Oleh karena itu jika seorang pasien kehilangan darah terlalu banyak maka RJP
yang dilakukan tidak efektif.
4) Pemantauan kandung kemih.
a) Dalam pemantauan kandung kemih, sebaiknya menggunakan kateter untuk
mengukur banyaknya urin yang keluar guna menilai fungsi ginjal dan
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
b) Jika katerisasi tidak mungkin dilakukan, urin di tampung dan dicatat kemungkinan
terdapat peningkatan konsetrasi urin (urin berwarna gelap) atau produksi urin
berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.
c) Jika produksi urin mula – mula rendah kemudian semakin bertambah, hal ini
menunjukan bahwa kondis pasien membaik.
d) Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/ jam.
5) Rujukan.
a) Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk menyelesaikan
kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus di rujuk ke fasilitas
kesehatan lain yang lebih lengkap.
b) Seharusnya sebelum kasus di rujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima
rujukan sudah di hubungi dan di beritahu terlebih dahulu sehingga persiapan
penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan dan di yakini rujukan kasus
9
tidak akan ditolak.
B. Kehamilan Ganda.
Menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan
dengan dua jenis janin atau lebih. Kehamilan ganda yang dialami ibu hamil, dapat
menimbulkan masalah baik untuk janin ataupun ibunya serta proses persalinan. Melihat
resiko demikian, maka persalinan sebaiknya dilakukan di tempat rujukan.
Sebelum melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan dengan kehamilan ganda, untuk
mempermudah mengidentifikasi kondisi ibu, perlu mengkaji data baik secara subyektif
ataupun obyektif seperti dibawah ini :
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan ibu mual
dan DATA OBYEKTIF
muntah berat (akibat
peningkatan kadar 1. Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar
HCg) abdomen melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia
2. Adanya riwayat kehamilan yang pesat pada trimester dua.
kembar dalam 2. Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian besar
keluarga dan/atau banyak bagian kecil yang semakin mudah diraba
3. Riwayat terutama pada trimester ketiga
penggunaan 3. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut
obat penyubur sel jantung janin
telur
10
3. Penatalaksanaan yang diberikan bidan untuk ibu dengan kehamilan ganda.
a. Bekerjasama dengan seorang dokter konsultan yang dapat segera dihubungi
b. Konseling pada pasangan untuk :
1) Pengamatan terhadap perubahan dan rencana persalinan.
2) Pemeriksaan kehamilan lebih sering.
3) Mengikuti surveilens untuk mendeteksi komplikasi minim USG sebulan sekali.
4) Perubahan dan tanggung jawab pekerjaan dirumah.
5) Pola istirahat yang teratur.
c. Pemantauan penambahan berat badan untuk mengetahui asupan nutrisi.
d. Setelah kehamilan 24 sampai dengan usia 36 minggu, disarankan kunjungan minimal
minggu sekali dan selanjutnya 1 minggu sekali atau lebih sering.
e. Penapisan glukosa dilakukan mulai usia kandungan 24-26 minggu.
f. Pengamatan ketat akan adanya tanda-tanda persalinan preterm.
C. Retensio Plasenta.
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam
rongga rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum.
Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium.
11
b. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar, karena :
1) Atonia uteri adalah ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi setelah bayi lahir. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2) Adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat kesalahan penanganan kala III
sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya
juga akan dapat menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta.
Selain itu pemberian anastesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus juga akan
menghambat pelepasan plasenta.
Pembentukkan lingkaran kontriksi ini juga berhubungan dengan his. His yang tidak
efektif yaitu his yang tidak ada relaksasinya maka segmen bawah rahim akan tegang terus
sehingga plasenta tidak dapat keluar karena tertahan segmen bawah rahim tersebut.
c. Penyebab lain :
Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya
kontraksi uterus yang efisien. Karena itu keduanya harus dikosongkan. Bila plasenta belum
lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan
terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera dikeluarkan.
Ruptur perineum merupakan robekan perineum atau perlukaann jalan lahir yang
terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Robekan yang
terjadi bisa luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur
perinei totalis (sfinger ani terputus). Serviks mengalami laterasi pada lebih dari separuh
pelahiran pervaginatum, sebagian besar berukuran kurang dari 0.5 cm. Robekan yang
dalam dapat meluas ke sepertiga atas vagina. Cedera terjadi setelah setalah rotasi forceps
yang sulit atau pelahiran yang dilakukan pada serviks yang belum membuka penuh
dengan daun forseps terpasang pada serviks. Robekan dibawah 2 cm dianggap normal
dan biasanya cepat sembuh dan jarang menimbulkan kesulitan.
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu:
13
a. Tingkat I : Robekan hanya terdapat pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.
b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi
tidak mengenai sfringter ani.
c. Tingkat III : Robekan menganai seluruh perineum dan otot sfringter ani.
d. Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum.
a. Robekan perineum tingkat I : Dengan cut gut secara jelujur atau jahitan angka delapan
(figure of eight)
b. Robekan perineum tingkat II :
1) Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, harus diratakan lebih
dahulu
2) Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem kemudian digunting
3) Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus putus
atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan, sampai kulit
perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
c. Robekan perineum tingkat III (Kewenangan dokter) :
1) Dinding depan rektum yang robek dijahit.
2) Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik.
3) Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem,
kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik.
4) Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum
tingkat II.
d. Robekan perineum tingkat IV (Kewenangan dokter) :
1) Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana
tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.
e. Robekan dinding Vagina :
1) Robekan dinding vagina harus dijahit.
2) Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.
14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami
Golongan darah : A -
Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas sejak pukul 07.00 WIB tanggal 06-03-
2017. Mulasnya semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah tetapi belum
keluar air-air dari vagina. Gerakan janin dirasakan aktif lebih dari 8 kali pada hari ini.
Ini merupakan kehamilan ketiga dan ibu tidak pernah keguguran. HPHT: 15-06-2016.
TP: 22-03-2017. Ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke posyandu, 3 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Ibu jarang minum Fe yang diberikan oleh
bidan mulai dari trimester kedua kehamilan. Ibu sudah imunisasi TT5 pada tanggal 19-11-
16
2016. Ibu tidak mengonsumsi obat ataupun jamu-jamuan. Selama kehamilannya hingga saat
ini ibu tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan. Ibu pernah periksa kadar Hb
tanggal 24-10-16 = 11 gr%, tanggal 18-02-17 = 10,5 gr%, HbsAg negatif.
Tabel 4.1
5. Riwayat Kesehatan.
Ibu tidak pernah merasa menderita ataupun memiliki penyakit kronis maupun menular
sebelum atau selama kehamilan ini seperti hipertensi, diabetes, malaria, HIV/AIDS, ginjal,
asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu tidak memiliki keturunan kembar.
6. Riwayat Kontrasepsi.
Ibu memakai KB implant selama 3 tahun. Berhenti ber-KB karena ingin memiliki anak
lagi. Ibu hamil saat implant sudah dicabut selama 2 bulan.
8. Riwayat Psikososial.
17
Hubungan ibu dengan keluarga baik. Suami dan keluarga sangat mendukung
kehamilannya. Status ibu dan suami menikah sudah 16 tahun. Ini merupakan pernikahan
yang pertama bagi ibu maupun suami. Ibu dan keluarga senang atas kehamilannya yang
ketiga ini. Ibu dan keluarga berharap mendapatkan bayi perempuan. Hubungan ibu dengan
keluarga baik dan keluarga memberi dukungan emosional untuk ibu. Pengambilan keputusan
oleh suami, terkadang keputusan berdua. Ibu ingin bersalin di BPM ditolong oleh bidan. Ibu
memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ibu sudah menyiapkan perlengkapan untuk bersalin.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Antropomentri
a. Lila : 25 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
c. Berat badan selama hamil : 54 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Penambahan berat badan : 12 kg
f. IMT : 21,6kg/m2
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36,3
d. Pernapasan : 22x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tampak pucat, tidak odema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut : Bibir pucat, gigi tidak terdapat karies, bersih.
d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
e. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak
terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan pada kedua payudara, sudah terdapat
pengeluaran kolostrum.
18
f. Abdomen : Inspeksi: Tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi: TFU pertengahan pusat dan Prosesus Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba
bagian keras, bulat, tidak melenting di fundus, teraba bagian-bagian kecil di bagian kiri,
teraba punggung di bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah tidak
dapat digoyangkan, divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit lamanya 50
detik. Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 140,/ menit, teratur dan kuat. TBJ: (30-
11)x155= 2945 gram.
g. Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri tidak pucat, warna kuku kemerahan, tidak odema.
Kaki kanan dan kiri tidak pucat, warna kulit kemerahan, tidak odema, tidak terdapat
varises, refleks patella positif.
h. Genetalia :
Inspeksi : Terdapat pengeluaran lendir darah, tidak terdapat varises.
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartholin.
VT : Portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun ubun kecil kanan
depan, Hodge -II, tidak ada moulage.
i. Anus : Tidak ada haemoroid
C. ANALISA.
Ny. N 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif
dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF.
Ibu mengatakan sudah keluar air-air dari kemaluannya.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum.
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital.
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Suhu : 36,10C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik.
20
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 1/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya 50 detik.
Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 136x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia :
Inspeksi : Pengeluaran lendir darah semakin banyak, ketuban berwarna jernih.
Vagina Toucher : Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban negative, Hodge-III,
ubun - ubun kecil depan, tidak ada moulage.
C. ANALISA.
Inpartu kala I fase aktif dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan janin baik.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF.
Ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran.
B. DATA OBJEKTIF
21
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu : 36,1oC
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 0/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya 50 detik.
Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 137x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia :
Inspeksi : Pengeluaran lendir darah semakin banyak, perineum menonjol, vulva
membuka, ketuban berwarna jernih.
Vagina Toucher : Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negative, Hodge-IV,
ubun - ubun kecil depan, tidak ada moulage.
C. ANALISA.
Inpartu Kala II, janin hidup.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
22
bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set.
13.47 Membantu ibu memilih posisi untuk meneran. Ibu memilih posisi
litotomi.
13.48 Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar diantara kontraksi.
Ibu dapat mengikuti dan meneran dengan baik dan benar.
13.50 Memimpin persalinan → melindungi perineum (stenen) saat kepala
crowning → memindahkan tangan kiri ke bagian perineum untuk
menahan kepala dan tangan kanan memeriksa kemungkinan lilitan tali
pusat → menunggu putaran paksi luar → melahirkan bahu depan dan
belakang → melahirkan tubuh atas dan lengan dilanjutkan punggung,
bokong, tungkai dengan teknik sangga susur → bayi lahir spontan
pukul.
14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,
jenis kelamin perempuan.
14.15 Mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang basah dengan
yang kering.
14.15 Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas kelahiran putrinya.
Ibu dan keluarganya sangat senang.
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Tidak ada janin kedua, TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat di depan vulva.
Pengeluaran darah ±50cc.
23
C. ANALISA.
Inpartu kala III.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas, ibu khawatir karena ari-arinya belum lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat di depan vulva. Pengeluaran
darah ±50cc.
24
C. ANALISA.
Inpartu kala III 15 menit.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak merasa mulas, ibu khawatir ari-arinya belum juga lahir.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian. Pengeluaran
darah ±30cc.
C. ANALISA
Inpartu kala III dengan retensio plasenta.
25
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
26
jari telunjuk. Menggerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil
bergeser dengan menggunakan sisi ulna untuk melepaskan plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Melakukan eksplorasi tanpa mengeluarkan tangan terlebih dahulu
lalu memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus. Menyimpan plasenta di segmen bawah
rahim dan melahirkan plasenta.
Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual.
15.08 Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.
15.09 Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap, kotiledon
lengkap, selaput plasenta utuh.
15.10 Menilai jumlah perdarahan. Perdarahan ± 200 cc.
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir dan ibu merasa mulas.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Tampak pucat
b. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung kemih kosong.
c. Genetalia : Terdapat laserasi derajat II. Terdapat pengeluaran darah dan jumlah
perdarahan ±20cc.
27
C. ANALISA
Inpartu Kala IV.
D. PENATALAKSANAAN
Jam Penatalaksanaan
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama - sama subjek, sebagai
mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan.
Kehamilan Ganda, Menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar
adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Tanda dan gejala kehamilan ganda :
Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang
seharusnya, Mual dan muntah berat, Adanya riwayat kembar dalam keluarga, Riwayat
penggunaan obatpenyubur sel telur , Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian
besar. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas
berbeda.
Asuhan kebidanan pada untuk ibu dengan kehamilan ganda. Sebelum melakukan asuhan
kebidanan pada ibu dengan dengan kehamilan ganda, untuk mempermudah mengidentifikasi
kondisi ibu, perlu mengkaji data baik secara :
a. Subyektif :
- Keluhan ibu mual dan muntah
- Riwayat Kembar
29
- Riwayat pemggunaan obat penyubur.
b. Obyektif :
- Ukuran Uterus.
- Pada Palpasi terdapat lebih bagian besar pada janin.
- Pada Auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi.
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam
rongga rahim. Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri (1998) penyebab
rentensio plasenta adalah Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu
melekat lebih dalam, berdasarkan tingkat perlekatannya. Plasenta normal biasanya
menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium. Plasenta sudah lepas tapi belum
keluar, karena : Atonia uteri dan adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat
kesalahan penanganan kala III sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Penyebab lain : Kandung kemih penuh atau rectum penuh : Hal-hal diatas akan
memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien.
Gejala Retensio Plasenta : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, Perdarahan segera (P3),
Uterus berkontraski dan keras, gejalan lainnya antara lain. Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, Inversio uteri akibat tarikan dan Perdarahan lanjutan. Penatalaksanaan Retensio
Plasenta : Plasenta Manual dan Pengeluaran isi plasenta.
Robekan Jalan Lahir merupakan robekan perineum atau perlukaann jalan lahir yang
terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Robekan yang terjadi
bisa luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis
(sfinger ani terputus).
30
Gejala Robekan jalan lahir : Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, Uterus
kontraksi dan keras, Plasenta lengkap, dengan gejala lain, Pucat, lemah, dan menggigil.
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu:
Tingkat I, Tingkat II, Tingkat dan Tingkat IV. Penatalaksanaan Robekan jalan lahir
tergantung pada tingkat robekan
B. Saran.
1. Lebih di perbanyak literature atau bahan bacaan tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan sehingga dapat memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa
tentang Pengelolaan Kegawadaruratan, Prinsip Umum Dan Prosedur Dalam Kasus
Kehamilan Ganda, Retensio Plasenta Dan Laserasi Perineum.
2. Memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/
32