Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kegawatdaruratan (Keham - Ganda, Replas Dan Rupturperineum)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENGELOLAAN KEGAWADARURATAN, PRINSIP


UMUM DAN PROSEDUR DALAM KASUS KEHAMILAN
GANDA, RETENSIO PLASENTA DAN LASERASI
PERINEUM

Disusun oleh :
Ayu Fitria Awaliah ( NIM : 04419614003 )
Rini Nuraeni ( NIM : 044196140
Sita Indah Nurhalimah ( NIM : 044196140
Titis Larasati ( NIM : 04419614029)

AKADEMI KEBIDANAN PRIMA HUSADA BOGOR


Jl. Brigjen H. Saptadji No.19, Cilendek Barat – Bogor
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, Segala puji bagi Allah SWT, yang senatiasa


melimpahkan rahmat serta karunianya sehingga kita dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-sebaiknya. Makalah yang berjudul “Pengelolaan Kegawatdaruratan,
Prinsip Umum Dan Prosedur Dalam Kasus Kehamilan Ganda, Retensio Plasenta Dan
Laserasi Perineum” disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan.

Dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang


kami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi,
terutama dari media internet dan beberapa sumber lainnya. Kegiatan penyusunan
makalah ini memberikan kami tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat
bagi kehidupan kami, dan semoga bagi para pengguna makalah ini.

Penyusunan makalah ini banyak melibatkan banyak pihak, baik dari sekolah
ataupun luar sekolah. Oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah banyak
mengucapkan terima kasih atas konstribusinya dalam pembuatan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun kami penulis menyadari bahwa
masih banyak kesalahan dalam menyusun makalah ini. Karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Harapannya
semoga makalah ini bermanfaat untuk banyak pihak yang membacanya.

Bogor, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah......................................................................................................5

C. Tujuan.........................................................................................................................5

BAB II. TINJAUAN TEORI..........................................................................................7

A. Teori Kegawatdaruratan...........................................................................................7

1. Perngertian Kegawatdaruratan..................................................................................7

2. Prinsip Dasar Penaganan Gawat Darurat..................................................................7

3. Prinsip Umum Penanganan Kasus Kegawatdaruratan..............................................8

B. Kehamilan Ganda.....................................................................................................10

1. Tanda Dan Gejala Kehamilan Ganda.....................................................................10

2. Asuhan Kebidanan Pada Untuk Ibu Dengan Kehamilan Ganda............................10

3. Penatalaksanaan Yang Diberikan Bidan Untuk Ibu Dengan Kehamilan Ganda


.....................................................................................................................................11

C. Retensio Plasenta......................................................................................................11

1.Penyebab Retensio Plasenta.....................................................................................11

2. Gejala Retensio Plasenta.........................................................................................13

3. Penatalaksanaan Retensio Plasenta.........................................................................13

D. Robekan Jalan Lahir................................................................................................13

ii
1. Pengertian...............................................................................................................13

2. Gejala Robekan Jalan Lahir....................................................................................14

3. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir....................................................................14

BAB III. TINJAUAN KASUS......................................................................................16

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................................30

A. Kesimpulan.................................................................................................................30

B. Saran...........................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

World Health Organization (WHO) merumuskan suatu program kesehatan masyarakat


dunia yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk mensejahterakan
kesehatan masyarakat dunia. Salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
secara global pada tahun 2030 menjadi 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Kematian
ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan yang terkait dengan
atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan
kecelakaan/cidera.
Berdasarkan Survey Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 AKI di Indonesia yaitu
sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. AKI menurut Profil Kesehatan Jawa Barat pada
tahun 2015 untuk wilayah Jawa Barat sejumlah 823 kematian, selain itu dinyatakan juga
bahwa penyumbang terbesar kematian ibu di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor dimana
terjadi 63 kasus pada tahun 2015. Penyebab kematian ibu di Indonesia terbesar terjadi karena
hipertensi dan pre eklamsi berat (PEB) (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%), abortus
(0,0%), perdarahan (30,3%) dan penyebab lainnya (40,8%).
Perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan muda, kehamilan lanjut, persalinan maupun
pasca persalinan. Perdarahan pada saat persalinan dapat terjadi karena koagulopati
(kegagalan pembekuan darah) dan ruptur uteri. Pada pasca persalinan dapat terjadi karena
atonia uteri, robekan serviks, vagina, dan perineum, sisa plasenta, perdarahan pasca
persalinan tertunda (sekunder), dan juga dapat terjadi karena retensio plasenta.
Kehamilan ganda (multifetus) adalah kehamilan yang terdiri dari dua janin atau lebih.
Kehamilan ganda dapat menghasikan anak kembar dua (gemelli), kembar tiga (triplet),
kembar empat (quadruplet), kembar lima (quintuplet), dan kembar enam (sextuplet). Pada
kehamilan ganda, kemungkinan untuk terjadinya kematian perinatal lebih besar dibandingkan
dengan kehamilan tunggal yaitu sebesar 10-12%. Dan semua kematian intrauterin yang
terjadi pada kehamilan ganda 73% berhubungan dengan plasenta yang monokorion.
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di dalam rahim.
Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan perdarahan pasca melahirkan
4
yang mengakibatkan kematian. Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan
bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk
setiap kelahiran. Dibandingkan dengan resiko-resiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post
partum dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu
dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jikan tidak mendapat perawatan medis
yang cepat (saifuddin, 2009).
Ruptur perineum adalah perlukaan jalan lahir yang terjadi pada saat kelahiran bayi baik
menggunakan alat maupun tidak menggunakan alat. Ruptur perineum disebabkan paritas,
jarak kelahiran, berat badan bayi, pimpinan persalinan tidak sebagaimana mestinya, ekstraksi
cunam, ekstraksi fakum, trauma alat dan episiotomi. Penyebab perdarahan utama pasca
persalinan adalah atonia uteri sedangkan robekan jalan lahir terutama ruptur penineum
merupakan penyebab kedua (Wiknjosastro, 2015).
B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang dimaksud dengan Kegawatdaruratan?
2. Bagaimanakah Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan?
3. Bagaimanakah Prinsip Umum Penaganan Kasus Kegawatdaruratan?
4. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Ganda?
5. Apa yang dimaksud dengan Retensio Plasenta?
6. Apa yang dimaksud dengan Robekan Jalan Lahir?
7. Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Kasus Retensio Plasenta?

C. Tujuan.
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui dan menyebutkan Prinsip Dasar Penanganan Kegawatdaruratan.
3. Untuk mengetahui dan menyebutkan mengenai Prinsip Umum Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan.
4. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Kehamilan Ganda.
5. Untuk mengatahui dan menjelaskan mengenai Retensio Plasenta.
6. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Robekan Jalan Lahir.
7. Untuk mengatahui dan menjelaskan Asuhan Kebidanan pada Kasus Retensio Plasenta.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Kegawatdaruratan.

6
1. Pengertian Kegawatdaruratan.

Istilah kegawatan dan kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus
mendapatkan pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.

2. Prinsip dasar penanganan gawat darurat.

Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan


tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak panik),
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan terarah.

a. Menghormati pasien:
1) Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial
dan ekonominya.
2) Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan
konidisi kegawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan kepribadian adalah wajar
bagi setiap manusia dan keluarga yang mengalaminya.

b. Kelembutan.
1) Dalam melakukan penegakan diagnosis, setiap langkah harus dilakukan dengan penuh
kelembutan.
2) Dalam hal ini, termasuk dalam menjelaskan keadaan pasien bahwa rasa sakit atau
kurang enak badan tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan dan
memberikan pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin
sehingga perasaan kurang enak itu di upayakan sedikit mungkin.

c. Komunikatif
1) Petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, tentunya dalam
bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti, mudah dipahami, dan memperhatikan
nilai norma kebudayaan setempat.
2) Menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada paien sangatlah penting.

7
d. Hak pasien.

Hak – hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan dalam pemberian persetujuan
tindakan (inform consent).

e. Dukungan keluarga.

Dukungan keluarga sangatlah penting bagi pasien. Oleh karena itu, petugas kesehatan
harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang kondisi akhir pasien, peka akan masalah keluarga yang berkaitan
dengan keterbatasan keuangan (finansial), keterbatasan transportasi, dan sebagainya.

3. Prinsip umum penanganan kasus gawat darurat.

Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama - sama subjek, sebagai
mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan.

a. Stabilisasi pasien.

Setelah kita mengenali kondisi kegawatdaruratan, lakukan stabilisasi keadaan pasien


sebelum melakukan rujukan. Elemen – elemen penting dalam stabilisasi pasien :

1) Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan respirasi dan sirkulasi.


2) Menghentikan sumber perdarahan dan infeksi.
3) Mengganti cairan tubuh yang hilang.
4) Mangatasi rasa nyeri atau gelisah.

b. Terapi cairan
1) Antisipasi ini dilakukan pada tahap awal untuk persiapan jika kemudian hari
penambahan cairan di butuhkan.
2) Pemberian cairan ini harus di perhatikan baik jenis cairan banyaknya cairan yang
diberikan, kecepatan pemberian misalnya cairan yang sesuai dengan diagnosis.
3) Misalnya pemberian cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang pada kasus
syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda pada saat pemberian cairan pada
syok septik.

c. Resusitasi jantung paru (RJP).

8
1) Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernafasan
(bantuan nafas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seseorang
mengalami henti jantung dan henti nafas.
2) Dalam melakukan RJP, sebagai seorang penolong harus:
a) Mempertahankan terbukanya jalan nafas (Airway=A)
b) Memberikan nafas untuk pasien (Breathing=B)
c) Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien (Circulation=c)
3) Dalam prinsip RJP selalu mengikutsertakan ABC:
a) Suatu pernafasan tidak ada akan efektif jika jalan nafas tidak terbuka.
b) Pernafasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti.
c) Darah yang bersikulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut teroksigenisasi.
d) Selalu di ingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi.
e) Oleh karena itu jika seorang pasien kehilangan darah terlalu banyak maka RJP
yang dilakukan tidak efektif.
4) Pemantauan kandung kemih.
a) Dalam pemantauan kandung kemih, sebaiknya menggunakan kateter untuk
mengukur banyaknya urin yang keluar guna menilai fungsi ginjal dan
keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
b) Jika katerisasi tidak mungkin dilakukan, urin di tampung dan dicatat kemungkinan
terdapat peningkatan konsetrasi urin (urin berwarna gelap) atau produksi urin
berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.
c) Jika produksi urin mula – mula rendah kemudian semakin bertambah, hal ini
menunjukan bahwa kondis pasien membaik.
d) Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/ jam.

5) Rujukan.
a) Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk menyelesaikan
kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus harus di rujuk ke fasilitas
kesehatan lain yang lebih lengkap.
b) Seharusnya sebelum kasus di rujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima
rujukan sudah di hubungi dan di beritahu terlebih dahulu sehingga persiapan
penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan dan di yakini rujukan kasus

9
tidak akan ditolak.

B. Kehamilan Ganda.

Menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar adalah kehamilan
dengan dua jenis janin atau lebih. Kehamilan ganda yang dialami ibu hamil, dapat
menimbulkan masalah baik untuk janin ataupun ibunya serta proses persalinan. Melihat
resiko demikian, maka persalinan sebaiknya dilakukan di tempat rujukan.

1. Tanda dan gejala kehamilan ganda


a. Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar abdomen melebihi ukuran
yang seharusnya untuk usia kehamilan akibatpertumbuhan uterus yang pesat pada
trimester dua.
b. Mual dan muntah berat (akibat peningkatan kadar HCg)
c. Adanya riwayat kembar dalam keluarga
d. Riwayat penggunaan obatpenyubur sel telur
e. Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian besar dan/atau banyak bagian
kecil yang semakin mudah diraba terutama trimester ketiga
f. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas
berbeda (berbeda >10 denyut jantung per menit dan terpisah dari jantung ibu).

2. Asuhan kebidanan pada untuk ibu dengan kehamilan ganda.

Sebelum melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan dengan kehamilan ganda, untuk
mempermudah mengidentifikasi kondisi ibu, perlu mengkaji data baik secara subyektif
ataupun obyektif seperti dibawah ini :

DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan ibu mual
dan DATA OBYEKTIF
muntah berat (akibat
peningkatan kadar 1. Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar
HCg) abdomen melebihi ukuran yang seharusnya untuk usia
2. Adanya riwayat kehamilan yang pesat pada trimester dua.
kembar dalam 2. Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian besar
keluarga dan/atau banyak bagian kecil yang semakin mudah diraba
3. Riwayat terutama pada trimester ketiga
penggunaan 3. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut
obat penyubur sel jantung janin
telur

10
3. Penatalaksanaan yang diberikan bidan untuk ibu dengan kehamilan ganda.
a. Bekerjasama dengan seorang dokter konsultan yang dapat segera dihubungi
b. Konseling pada pasangan untuk :
1) Pengamatan terhadap perubahan dan rencana persalinan.
2) Pemeriksaan kehamilan lebih sering.
3) Mengikuti surveilens untuk mendeteksi komplikasi minim USG sebulan sekali.
4) Perubahan dan tanggung jawab pekerjaan dirumah.
5) Pola istirahat yang teratur.
c. Pemantauan penambahan berat badan untuk mengetahui asupan nutrisi.
d. Setelah kehamilan 24 sampai dengan usia 36 minggu, disarankan kunjungan minimal
minggu sekali dan selanjutnya 1 minggu sekali atau lebih sering.
e. Penapisan glukosa dilakukan mulai usia kandungan 24-26 minggu.
f. Pengamatan ketat akan adanya tanda-tanda persalinan preterm.

C. Retensio Plasenta.

Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam
rongga rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
pospartum lambat (6-10 hari) pasca postpartum.

1. Penyebab Retensio Plasenta.


Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri (1998) penyebab rentensio
plasenta adalah :
a. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu melekat lebih dalam,
berdasarkan tingkat perlekatannya dibagi menjadi :
1) Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam. Kontraksi
uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
2) Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian miometriun.
3) Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun.
4) Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim.
5) Plasenta Inkarserata, Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri, disebabkan oleh
konstriksi ostium uteri.

Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium.
11
b. Plasenta sudah lepas tapi belum keluar, karena :
1) Atonia uteri adalah ketidak mampuan uterus untuk berkontraksi setelah bayi lahir. Hal
ini akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2) Adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat kesalahan penanganan kala III
sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta dapat
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya
juga akan dapat menyebabkan serviks berkontraksi dan menahan plasenta.

Selain itu pemberian anastesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus juga akan
menghambat pelepasan plasenta.

Pembentukkan lingkaran kontriksi ini juga berhubungan dengan his. His yang tidak
efektif yaitu his yang tidak ada relaksasinya maka segmen bawah rahim akan tegang terus
sehingga plasenta tidak dapat keluar karena tertahan segmen bawah rahim tersebut.

c. Penyebab lain :

Kandung kemih penuh atau rectum penuh :

Hal-hal diatas akan memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya
kontraksi uterus yang efisien. Karena itu keduanya harus dikosongkan. Bila plasenta belum
lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan
terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera dikeluarkan.

2. Gejala Retensio Plasenta :


a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
b. Perdarahan segera (P3).
c. Uterus berkontraski dan keras, gejalan lainnya antara lain.
d. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
e. Inversio uteri akibat tarikan dan.
f. Perdarahan lanjutan.

3. Penatalaksanaan Retensio Plasenta.


a. Plasenta Manual dilakukan dengan :
12
1) Dengan narkosis.
2) Pasang infus NaCl 0.9%.
3) Tangan kanan dimasukkan secara obstetrik ke dalam vagina.
4) Tangan kiri menahan fundus untuk mencegah korporeksis.
5) Tangan kanan menuju ostium uteri dan terus ke lokasi plasenta.
6) Tangan ke pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas.
7) Dengan sisi ulner, plasenta dilepaskan.
b. Pengeluaran isi plasenta :
1) Pengeluaran Isi Plasenta dilakukan dengan cara kuretase.
2) Jika memungkinkan sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
3) Kuretase harus dilakukan di rumah sakit.
4) Setelah tindakan pengeluaran, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui
suntikan atau peroral.
5) Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

D. Robekan Jalan Lahir.


1. Pengertian.

Ruptur perineum merupakan robekan perineum atau perlukaann jalan lahir yang
terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Robekan yang
terjadi bisa luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur
perinei totalis (sfinger ani terputus). Serviks mengalami laterasi pada lebih dari separuh
pelahiran pervaginatum, sebagian besar berukuran kurang dari 0.5 cm. Robekan yang
dalam dapat meluas ke sepertiga atas vagina. Cedera terjadi setelah setalah rotasi forceps
yang sulit atau pelahiran yang dilakukan pada serviks yang belum membuka penuh
dengan daun forseps terpasang pada serviks. Robekan dibawah 2 cm dianggap normal
dan biasanya cepat sembuh dan jarang menimbulkan kesulitan.

2. Gejala Robekan jalan lahir.


a. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
b. Uterus kontraksi dan keras.
c. Plasenta lengkap, dengan gejala lain.
d. Pucat, lemah, dan menggigil.

Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu:

13
a. Tingkat I : Robekan hanya terdapat pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum.
b. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinei transversalis, tetapi
tidak mengenai sfringter ani.
c. Tingkat III : Robekan menganai seluruh perineum dan otot sfringter ani.
d. Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rektum.

3. Penatalaksanaan Robekan jalan lahir.

Penatalaksanaan robekan tergantung pada tingkat robekan. Penatalaksanaan pada


masing-masing tingkat robekan adalah sebagai berikut :

a. Robekan perineum tingkat I : Dengan cut gut secara jelujur atau jahitan angka delapan
(figure of eight)
b. Robekan perineum tingkat II :
1) Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, harus diratakan lebih
dahulu
2) Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit dengan klem kemudian digunting
3) Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina dengan catgut secara terputus putus
atau jelujur. Jahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan, sampai kulit
perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur.
c. Robekan perineum tingkat III (Kewenangan dokter) :
1) Dinding depan rektum yang robek dijahit.
2) Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik.
3) Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat robekan dijepit dengan klem,
kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik.
4) Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum
tingkat II.
d. Robekan perineum tingkat IV (Kewenangan dokter) :
1) Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan rujukan dengan rencana
tindakan perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota.
e. Robekan dinding Vagina :
1) Robekan dinding vagina harus dijahit.
2) Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk ke rumah sakit.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N

DENGAN RETENSIO PLASENTA

Hari/Tanggal Pengkajian : Senin, 6 Maret 2017

Waktu Pengkajian : 10.30 WIB

Tempat Pengkajian : Ruang Bersalin BPM


15
Nama Pengkaji : -

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Istri Suami

Nama : Ny. N Tn. I

Usia : 34 tahun 42 tahun

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SMU

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Golongan darah : A -

Suku : Sunda Sunda

Alamat : Kp. Kukupu RT 04/ RW 07 Kelurahan Cibadak, Kecamatan

Tanah Sareal, Kota Bogor

2. Alasan Datang/ Keluhan Utama.

Ibu mengaku hamil 9 bulan, mengeluh mulas sejak pukul 07.00 WIB tanggal 06-03-
2017. Mulasnya semakin kuat dan teratur, sudah ada pengeluaran lendir darah tetapi belum
keluar air-air dari vagina. Gerakan janin dirasakan aktif lebih dari 8 kali pada hari ini.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang.

Ini merupakan kehamilan ketiga dan ibu tidak pernah keguguran. HPHT: 15-06-2016.
TP: 22-03-2017. Ibu memeriksakan kehamilannya ke bidan dan ke posyandu, 3 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Ibu jarang minum Fe yang diberikan oleh
bidan mulai dari trimester kedua kehamilan. Ibu sudah imunisasi TT5 pada tanggal 19-11-
16
2016. Ibu tidak mengonsumsi obat ataupun jamu-jamuan. Selama kehamilannya hingga saat
ini ibu tidak pernah mengalami tanda-tanda bahaya kehamilan. Ibu pernah periksa kadar Hb
tanggal 24-10-16 = 11 gr%, tanggal 18-02-17 = 10,5 gr%, HbsAg negatif.

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Tabel 4.1

Anak Usia Jenis Tempat Ditolong Jenis Usia BB


Ke- kelamin bersalin oleh persalinan Kehamilan saat
lahir
1. 15th Laki- Rumah Dokter Vacum 38 minggu 3000gr
laki Sakit
2. 7th Laki- BPM Bidan Spontan 39 minggu 2800gr
laki
3. Hamil ini

5. Riwayat Kesehatan.

Ibu tidak pernah merasa menderita ataupun memiliki penyakit kronis maupun menular
sebelum atau selama kehamilan ini seperti hipertensi, diabetes, malaria, HIV/AIDS, ginjal,
asma, dan penyakit menular lainnya. Ibu tidak memiliki keturunan kembar.

6. Riwayat Kontrasepsi.

Ibu memakai KB implant selama 3 tahun. Berhenti ber-KB karena ingin memiliki anak
lagi. Ibu hamil saat implant sudah dicabut selama 2 bulan.

7. Riwayat Aktivitas Sehari-hari.


a. Biologis.
Ibu terakhir makan pukul 06.30 WIB dengan nasi dan lauk pauk. Terakhir minum pukul
10.00 WIB air putih kurang lebih 250 ml. Terakhir BAK pukul 09.00 WIB. Terakhir
BAB tadi pagi.
b. Kesehatan.
Ibu tidak merokok atau mengonsumsi alkohol. Suami merokok.

8. Riwayat Psikososial.

17
Hubungan ibu dengan keluarga baik. Suami dan keluarga sangat mendukung
kehamilannya. Status ibu dan suami menikah sudah 16 tahun. Ini merupakan pernikahan
yang pertama bagi ibu maupun suami. Ibu dan keluarga senang atas kehamilannya yang
ketiga ini. Ibu dan keluarga berharap mendapatkan bayi perempuan. Hubungan ibu dengan
keluarga baik dan keluarga memberi dukungan emosional untuk ibu. Pengambilan keputusan
oleh suami, terkadang keputusan berdua. Ibu ingin bersalin di BPM ditolong oleh bidan. Ibu
memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ibu sudah menyiapkan perlengkapan untuk bersalin.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Antropomentri
a. Lila : 25 cm
b. Berat badan sebelum hamil : 42 kg
c. Berat badan selama hamil : 54 kg
d. Tinggi badan : 150 cm
e. Penambahan berat badan : 12 kg
f. IMT : 21,6kg/m2
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Suhu : 36,3
d. Pernapasan : 22x/menit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tampak pucat, tidak odema
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Mulut : Bibir pucat, gigi tidak terdapat karies, bersih.
d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan kelenjar tiroid
e. Payudara : Simetris, puting susu menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak
terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan pada kedua payudara, sudah terdapat
pengeluaran kolostrum.

18
f. Abdomen : Inspeksi: Tidak terdapat luka bekas operasi
Palpasi: TFU pertengahan pusat dan Prosesus Xifoideus, Mc. Donald: 30 cm. teraba
bagian keras, bulat, tidak melenting di fundus, teraba bagian-bagian kecil di bagian kiri,
teraba punggung di bagian kanan (puka), bagian terendah janin kepala, sudah tidak
dapat digoyangkan, divergen, perlimaan 2/5. His 4 kali dalam 10 menit lamanya 50
detik. Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 140,/ menit, teratur dan kuat. TBJ: (30-
11)x155= 2945 gram.
g. Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri tidak pucat, warna kuku kemerahan, tidak odema.
Kaki kanan dan kiri tidak pucat, warna kulit kemerahan, tidak odema, tidak terdapat
varises, refleks patella positif.
h. Genetalia :
Inspeksi : Terdapat pengeluaran lendir darah, tidak terdapat varises.
Palpasi : Tidak terdapat pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartholin.
VT : Portio tebal lunak, pembukaan 5 cm, ketuban positif, ubun ubun kecil kanan
depan, Hodge -II, tidak ada moulage.
i. Anus : Tidak ada haemoroid

C. ANALISA.

Ny. N 34 tahun G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif
dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala, keadaan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

11.45 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah


memasuki proses persalinan. Ibu mengerti, keadaan ibu tenang
11.46 Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk
mengatur
napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk meneran. Ibu
19
mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk tidak meneran.
11.47 Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses
persalinan. Ibu lebih tenang.
11.48 Menganjurkan ibu untuk :
- Memenuhi nutrisi dan hidrasinya. Ibu minum 1 gelas teh manis
hangat
± 200 cc, dan ibu makan nasi dengan lauk pauk.
- Tidak menahan BAK maupun BAB. Ibu mengerti.
11.50 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih posisi
miring kiri.
11.51 Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data
perkembangan terlampir pada partograf.
11.52 Menyiapkan dan memeriksa kembali kelengkapan partus set dan
resusitasi set.

CATATAN PERKEMBANGAN (12.30)

A. DATA SUBJEKTIF.
Ibu mengatakan sudah keluar air-air dari kemaluannya.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum.
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital.
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Suhu : 36,10C
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik.

20
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 1/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya 50 detik.
Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 136x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia :
Inspeksi : Pengeluaran lendir darah semakin banyak, ketuban berwarna jernih.
Vagina Toucher : Portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban negative, Hodge-III,
ubun - ubun kecil depan, tidak ada moulage.

C. ANALISA.

Inpartu kala I fase aktif dengan anemia ringan, janin tunggal hidup, presentasi kepala,
keadaan janin baik.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

12.35 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah


memasuki proses persalinan. Ibu mengerti, keadaan ibu tenang
12.36 Mengajarkan ibu teknik rileksasi dan menganjurkan ibu untuk
mengatur napas diantara his dan tidak memperbolehkan ibu untuk
meneran. Ibu mengatur napas dengan baik dan ibu mengerti untuk
tidak meneran.
12.37 Memberikan ibu dukungan untuk tetap semangat menghadapi proses
persalinan. Ibu lebih tenang.
12.38 Membantu ibu memilih kembali posisi yang nyaman. Ibu memilih
posisi
miring kiri.
12.40 Memantau kesejahteraan ibu dan janin setiap 30 menit. Data
perkembangan terlampir pada partograf.

CATATAN PERKEMBANGAN (13.30)

A. DATA SUBJEKTIF.

Ibu mengatakan bahwa mulasnya semakin kuat dan sudah ada dorongan untuk meneran.

B. DATA OBJEKTIF
21
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak kesakitan
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 85x/menit
c. Suhu : 36,1oC
d. Pernapasan : 24x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Papasi: perlimaan 0/5. His 4 kali dalam 10 detik lamanya 50 detik.
Kandung kemih kosong. Auskultasi: DJJ 137x/menit teratur, kuat.
b. Genetalia :
Inspeksi : Pengeluaran lendir darah semakin banyak, perineum menonjol, vulva
membuka, ketuban berwarna jernih.

Vagina Toucher : Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban negative, Hodge-IV,
ubun - ubun kecil depan, tidak ada moulage.

C. ANALISA.
Inpartu Kala II, janin hidup.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

13.45 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu sudah


pembukaan lengkap dan akan dipimpin bersalin. Ibu sudah
diperbolehkan untuk meneran. Ibu mengerti.
13.46 Memeriksa DJJ. Keadaan janin baik dan memberitahukan
keadaan janin kepada ibu dan suami. Ibu dan suami mendengarkan.
13.46 Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran serta
memberikan support emosional.
13.47 Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu, meletakkan kain segitiga
di

22
bawah bokong ibu, dan mendekatkan partus set.

13.47 Membantu ibu memilih posisi untuk meneran. Ibu memilih posisi
litotomi.
13.48 Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dan benar diantara kontraksi.
Ibu dapat mengikuti dan meneran dengan baik dan benar.
13.50 Memimpin persalinan → melindungi perineum (stenen) saat kepala
crowning → memindahkan tangan kiri ke bagian perineum untuk
menahan kepala dan tangan kanan memeriksa kemungkinan lilitan tali
pusat → menunggu putaran paksi luar → melahirkan bahu depan dan
belakang → melahirkan tubuh atas dan lengan dilanjutkan punggung,
bokong, tungkai dengan teknik sangga susur → bayi lahir spontan
pukul.
14.15 WIB, menangis kuat, tonus otot aktif, warna kulit kemerahan,
jenis kelamin perempuan.
14.15 Mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang basah dengan
yang kering.
14.15 Memberi selamat kepada ibu dan bapak atas kelahiran putrinya.
Ibu dan keluarganya sangat senang.

CATATAN PERKEMBANGAN (14.15)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas.

B. DATA OBJEKTIF.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : Tidak ada janin kedua, TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung
kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat di depan vulva.
Pengeluaran darah ±50cc.
23
C. ANALISA.
Inpartu kala III.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

14.16 Mengecek janin kedua. Tidak ada janin kedua.

14.17 Memberitahukan kepada ibu bahwa akan disuntik oxytocin untuk


membantu pengeluaran plasenta. Menyuntikan oksitosin 10 IU secara
IM pada 1/3 paha bagian luar.
14.18 Menjepit tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut
bayi, menjepit umbilical klem 2 cm dari klem pertama dan memotong
tali pusat.
14.19 Meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu untuk melakukan
Inisiasi Menyusu Dini.
14.19 Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain yang hangat lalu
memakaikan topi bayi.

CATATAN PERKEMBANGAN (14.30)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak terasa mulas, ibu khawatir karena ari-arinya belum lahir.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, terdapat tali pusat di depan vulva. Pengeluaran
darah ±50cc.

24
C. ANALISA.
Inpartu kala III 15 menit.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

14.31 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ari-arinya


belum
lahir.
14.32 Inform consent untuk menyuntikkan oxytocin kedua. Ibu bersedia.
14.33 Menyuntikkan oxytocin kedua 10 IU secara IM.

14.34 Melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali. Plasenta belum lepas.

14.34 Mengobservasi tanda-tanda pelepasan plasenta. Belum terdapat tanda


tanda pelepasan plasenta.

CATATAN PERKEMBANGAN (14.45)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu tidak merasa mulas, ibu khawatir ari-arinya belum juga lahir.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Ibu tampak cemas
b. Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : TFU sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
b. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah, tali pusat menjulur sebagian. Pengeluaran
darah ±30cc.

C. ANALISA
Inpartu kala III dengan retensio plasenta.

25
D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

14.45 Memberitahukan kepada ibu bahwa ari-arinya belum lahir sudah 30


menit.
14.45 Melakukan inform concent untuk pemasangan infus dan untuk
dilakukan tindakan. Ibu dan keluarga setuju.

14.45 Memindahkan bayi di baby warmer dan menjaga kehangatan bayi.


14.46 Memasangkan infus 500 ml Ringer Laktat + oksitosin 20 IU secara
drip
dengan kecepatan 60 tetes/menit.
14.48 Memberikan analgetik kaltrofen supp 100 mg. Analgetik sudah
diberikan.
14.49 Mengecek kandung kemih. Kandung kemih kosong.
14.50 Mendekontaminasi sarung tangan. Sarung tangan sudah di
dekontaminasi.
14.51 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan panjang sampai siku.
Sarung tangan sudah dipakai.
14.51 Melakukan PTT. Belum ada tanda pelepasan plasenta.
14.52 Inform consent untuk tindakan yang akan dilakukan kepada ibu. Ibu
Bersedia.
14.55 Melakukan manual plasenta. Membilas vagina ibu dan tangan yang
akan
masuk kedalam uterus menggunakan cairan antiseptic lalu
memasukkan
tangan dalam posisi obstetri (punggung tangan ke bawah) dengan
menelusuri bagian bawah tali pusat. Tangan kiri menahan fundus uteri
dan tangan kanan berada di dalam menyusuri tali pusat hingga ke
kavum
uteri hingga mencapai tempat implantasi plasenta. Membuka tangan
obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal

26
jari telunjuk. Menggerakkan tangan dalam ke kiri dan kanan sambil
bergeser dengan menggunakan sisi ulna untuk melepaskan plasenta
sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
Melakukan eksplorasi tanpa mengeluarkan tangan terlebih dahulu
lalu memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus. Menyimpan plasenta di segmen bawah
rahim dan melahirkan plasenta.
Plasenta lahir pukul 15.05 WIB secara manual.
15.08 Melakukan masase uterus selama 15 detik. Kontraksi uterus baik.
15.09 Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap, kotiledon
lengkap, selaput plasenta utuh.
15.10 Menilai jumlah perdarahan. Perdarahan ± 200 cc.

15.10 Memeriksa robekan jalan lahir. Terdapat robekan pada mukosa


vagina, otot perineum dan kulit perineum (laserasi derajat II)

CATATAN PERKEMBANGAN (15.10)

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir dan ibu merasa mulas.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
b. Nadi : 82x/menit
c. Pernapasan : 20x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Tampak pucat
b. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba bulat, kandung kemih kosong.
c. Genetalia : Terdapat laserasi derajat II. Terdapat pengeluaran darah dan jumlah
perdarahan ±20cc.
27
C. ANALISA
Inpartu Kala IV.

D. PENATALAKSANAAN

Jam Penatalaksanaan

15.15 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu mengerti dan


mendengarkan.
15.15 Melakukan penjahitan luka laserasi. Melakukan anastesi lokal dengan
lidokain 2cc. Melakukan penjahitan dengan teknik jelujur.
15.27 Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu tidak boleh turun dari tempat tidur
terlebih dahulu selama 2 jam.
15.28 Mengajarkan ibu dan keluarga masase uterus agar rahim tetap
berkontraksi dengan baik. Ibu bisa melakukannya.
15.29 Membersihkan dan merapikan ibu. Membantu ibu memakai pembalut.
15.35 Membersihkan dan mendekontaminasi alat .

15.40 Melakukan pemantauan kontraksi, perdarahan, TTV Kala IV.


Pemantauan 1 jam pertama setiap 15 menit sekali dan pemantauan 1
jam
kedua setiap 30 menit sekali. (data terlampir pada partograf)
15.40 Memberikan ibu obat 1 tablet Ciproprolaxin, 1 tablet Vitamin C, 1
tablet
Paracetamol, dan 1 tablet Fe.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.

Kegawatdaruratan adalah suatu keadaan yang serius, yang harus mendapatkan


pertolongan segera. Kegawatdaruratan dalam kebidanan adalah kegawatan atau
kegawatdaruratan yang terjadi pada wanita hamil, melahirkan atau nifas.

Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan


tindakan pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak panik),
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, tepat dan terarah.

Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama - sama subjek, sebagai
mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan.

Kehamilan Ganda, Menurut Mochtar Rustam (2012:259) kehamilan ganda atau kembar
adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Tanda dan gejala kehamilan ganda :
Ukuran uterus, tinggi fundus uterus (TFU) dan lingkar abdomen melebihi ukuran yang
seharusnya, Mual dan muntah berat, Adanya riwayat kembar dalam keluarga, Riwayat
penggunaan obatpenyubur sel telur , Pada palpasi abdomen didapatkan tiga atau lebih bagian
besar. Pada auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi denyut jantung janin yang jelas
berbeda.

Asuhan kebidanan pada untuk ibu dengan kehamilan ganda. Sebelum melakukan asuhan
kebidanan pada ibu dengan dengan kehamilan ganda, untuk mempermudah mengidentifikasi
kondisi ibu, perlu mengkaji data baik secara :

a. Subyektif :
- Keluhan ibu mual dan muntah
- Riwayat Kembar
29
- Riwayat pemggunaan obat penyubur.
b. Obyektif :
- Ukuran Uterus.
- Pada Palpasi terdapat lebih bagian besar pada janin.
- Pada Auskultasi ditemukan lebih dari satu bunyi.

Penatalaksanaan yang diberikan bidan untuk ibu dengan kehamilan ganda :

- Bekerjasama dengan seorang dokter konsultan yang dapat segera dihubungi


- Konseling pada pasangan
- Pemantauan penambahan berat badan untuk mengetahui asupan nutrisi.
- Setelah kehamilan 24 sampai dengan usia 36 minggu, disarankan kunjungan minimal
minggu sekali dan selanjutnya 1 minggu sekali atau lebih sering.
- Penapisan glukosa dilakukan mulai usia kandungan 24-26 minggu.
- Pengamatan ketat akan adanya tanda-tanda persalinan preterm.

Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan ketuban yang msih tertinggal dalam
rongga rahim. Menurut Rustam Muchtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri (1998) penyebab
rentensio plasenta adalah Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh terlalu
melekat lebih dalam, berdasarkan tingkat perlekatannya. Plasenta normal biasanya
menanamkan diri sampai batas atas lapisan miometrium. Plasenta sudah lepas tapi belum
keluar, karena : Atonia uteri dan adanya lingkaran kontriksi pada bagian rahim akibat
kesalahan penanganan kala III sehingga menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Penyebab lain : Kandung kemih penuh atau rectum penuh : Hal-hal diatas akan
memenuhi ruang pelvis sehingga dapat menghalangi terjadinya kontraksi uterus yang efisien.

Gejala Retensio Plasenta : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, Perdarahan segera (P3),
Uterus berkontraski dan keras, gejalan lainnya antara lain. Tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, Inversio uteri akibat tarikan dan Perdarahan lanjutan. Penatalaksanaan Retensio
Plasenta : Plasenta Manual dan Pengeluaran isi plasenta.

Robekan Jalan Lahir merupakan robekan perineum atau perlukaann jalan lahir yang
terjadi pada saat kelahiran bayi baik menggunakan alat maupun tidak. Robekan yang terjadi
bisa luka episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis
(sfinger ani terputus).
30
Gejala Robekan jalan lahir : Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, Uterus
kontraksi dan keras, Plasenta lengkap, dengan gejala lain, Pucat, lemah, dan menggigil.
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu:
Tingkat I, Tingkat II, Tingkat dan Tingkat IV. Penatalaksanaan Robekan jalan lahir
tergantung pada tingkat robekan

B. Saran.
1. Lebih di perbanyak literature atau bahan bacaan tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan sehingga dapat memberikan pengetahuan baru kepada mahasiswa
tentang Pengelolaan Kegawadaruratan, Prinsip Umum Dan Prosedur Dalam Kasus
Kehamilan Ganda, Retensio Plasenta Dan Laserasi Perineum.
2. Memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Setryarini, Didien Ika dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Maternal Neonatal. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Djanah, Nur ,Dr. Yuni Kusmiyati, dan MPH Dwiana Estiwidani. 2008. Modul Praktik
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Yogyakarta: Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT
BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo.
Affandi, Biran. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Speroff, Leon dan Philip Darney. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta:
EGC.
http://repository.unimus.ac.id/1299/3/5.%20BAB%20II.pdf

http://repository.unimus.ac.id/

32

Anda mungkin juga menyukai