Makalah Akuntansi Biaya Ke 7 (Muh. Musyaid Saputra 19320014)
Makalah Akuntansi Biaya Ke 7 (Muh. Musyaid Saputra 19320014)
Makalah Akuntansi Biaya Ke 7 (Muh. Musyaid Saputra 19320014)
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU 2019/2020
1|Page
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas saya ucapkan terkecuali syukur kepada yang Maha Kuasa atas rahmat
dan berkatnya kepada saya dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah
Akuntansi biaya. Selain itu, isi makalah dapat dijadikan pembelajaran dan pedoman dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Saya sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam penyampaian bahasa dan
struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari
pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan.................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................. 4
Bab II Pembahasan................................................................................................................. 5
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 19
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik manfaatnya untuk Pengendalian biaya dan ketelitian
penentuan harga pokok produk. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda –
beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemenproduksi akan
dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. Departemen
biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan hatga pokok.
Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya
dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang
terjadi dalm departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda
– beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan
dibebani dengan biaya overhed pabrik sesuai dengan ratif departemen yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik per departemen ?
2. Rumus apa untuk menghitung tarif pembebanan biaya overhead pabrik ?
3. Apa saja pencatatan di dalam Akuntansi biaya overhead pabrik ?
4|Page
5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Langkah-Langkah Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik per Departemen adalah sebagai berikut:
Penyusunan anggaran biaya overhead per departemen dibagi menjadi empat tahap utama berikut ini:
1. Penaksiran biaya overhead langsung departemen atas dasar kapastitas yang direncanakan untuk
tahun anggaran .
Dalam menyusun anggaran di bagi menjadi dua, yaitu :
Biaya biaya overhead pabarik langsung adalah jenis biaya overhead pabrik yang terjadi atau
dapat langsung dibebankan kepada departemen tertentu. Contoh: Upah tenaga kerja tidak
langsung merupakan biaya overhead langsung.
Penaksiran biaya overhead tidak langsung departemen
Adalah jenis biaya overhead pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
departemen. Contoh: Biaya depresiasi gedung, biaya asuransi.
Distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang
menikmati manfaatnya.
Menjumlah biaya overhead pabrik per departemen (baik biaya overhead langsung maupun
tidak langsung departemen) untuk mendapatkan anggaran biaya overhead pabrik per
departemen (baik departemen produksi maupun departemen pembantu).
2. Penaksiran Biaya Overhead Tidak Langsung Depatemen.
Biaya tidak langsung departemen Dasar distribusi
Biaya depresiasi gedung Meter persegi luas lantai Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung
Meter persegi luas lantai Gaji pengawas gedug Jumlah karyawan.
Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku Pajak bumi dan bangunan (PBB) Perbandingan
harga pokok aktiva tetap dalam tiap departemen atau perbandingan meter persegi luas lantai.
3. Distribusi Biaya Overhead Tidak Langsung Departemen ke Departemen – Departemen yang
Menikmati Manfaatnya
Penentuan harga tarif, biaya – biaya overhead pabrik tidak langsung departemen harus
distribusikan kepada departemen – departemen yang menempati manfaatnya atas salah satu
dasar distribusi tersebut.
6|Page
7|Page
4. Menjumlah Biaya Overhead Pabrik Per Departemen
Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik pabrik hanya hanya dihitung untuk departemen –
departemen produksi. Dalam perubahan volume kegietan, ke dalam biaya overhead tetap dan biaya
ovderhead variabel.
Oleh karena biaya OHP yang akan dibebankan kepada produk tidak hanya terdiri dari biaya terjadi
departemen produksi saja, tapi juga di departemen pembantu.
Maka dalam rangka penentuan tarif biaya OHP per departemen, biaya overhead departemen pembantu
dialokasikan ke departemen produksi.
Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu
dari dua cara berikut ini:
1. Alokasi BOP metode langsung (dirrect allocation method)
2. Metode alokasi bertahap (step method)
Agar lebih jelas, ikuti penjelasannya berikut ini…
#1: Metode Alokasi Langsung
Pada metode alokasi langsung , biaya overhead departemen pembantuk dialokasikan ke tiap-
tiap departemen produksi yang menikmatinya.
Metode alokasi langsung digunakan bila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu
hanya dinikmati oleh departemen produksi.
Tidak ada departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang lain.
8|Page
Sebagai contoh, departemen pembangkit tenaga listrik memberikan jasa berupa listrik kepada
departemen bengkel.
Sebaliknya, departemen pembangkit tenaga listrik menerima jasa reparasi dan pemeliharaan
dari departemen bengkel.
Baik departemen bengkel maupun pembangkit tenaga listrik adalah departemen pembantu.
Oleh karena itu, sebelum biaya overhead di dua departemen tersebut dialokasikan ke
departemen produksi.
Perlu diadakan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu yang saling menikmati jasa
tersebut.
Dengan demikian alokasi biaya overhead dari departemen pembantu ke departemen produksi
dilakukan secara bertahap.
Pertama kali mengalokasikan biaya overhead antar departemen pembantu.
Selanjutnya mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi.
C. Metode Alokasi Bertahap Yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik Antar Departemen
Pembantu
Biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi secara langsung, tanpa
memperhitungkan jasa yang antar departemen pembantu. Jika diantara departemen – departemen
pembantu terdapat transfer jasa secara timbal balik, dan di dalam pembantu tarif biaya overhead transfer
ini akan diperhitungkan, maka perlu dilakukan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu,
sebelum biaya overhed departemen pembantu akhirnya dialokasikan seluruhnya ke departemen produksi.
Tarif distribusi adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead tidak langsung
departemen kepada departemen – departemen yang menikmati manfaatnya, baik departemen pembantu
maupun produksi. Tarif Alokasi adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead
departemen pembantu kepada departemen produksi, baik secara langsung maupun bertahap.
9|Page
Tarif Pembebenan adalah tarif yang digunakan untuk membagikan biaya overhead pabrik kepada produk.
D. Metode Alokasi Bertahap Yang Tidak Memperhitungkan Transfer Jasa Timbal Balik
Antardepartemen Pembantu
10 | P a g e
2. Alokasi biaya overhead departemen pembantu diatur urutannya sedemikian rupa sehingga arus
alokasi biaya menuju ke satu arah.
3. Pedoman umum di dalam mengatur urutan alokasi biaya overhead departemen pembantu, adalah
sebagai berikut :
Biaya overhead departemen pembantu yang jasanya paling banyak dipakai oleh
departemen-departemen lain, dialokasikan pada urutan pertama.
Urutan alokasi biaya dapat juga didasarkan pada urutan besarnya biaya overhead dalam
masing-masing departemen pembantu.
Departemen pembantu yang paling banyak menerima jasa dari departemen lain, maka
diletakkan pada urutan paling akhir dalam proses alokasi biaya overhead.
4. Selama melakukan alokasi biaya overhead harus diperhatikan pedoman umum berikut ini :
Tidak diadakan alokasi biaya overhead ke dalam departemen yang biaya overheadnya
telah telah habis dialokasikan ke departemen lain. Dengan kata lain tidak dimungkinkan
timbulnya arus balik dalam proses alokasi biaya overhead.
Departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa, bila jumlahnya tidak
tidak material dan saling mengkompensasi, tidak diadakan alokasi biaya overhead ke
dalamnya.
Taksiran BOP= Tarif BOP persatuan taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan.
Contoh :
Taksiran BOP selama satu tahun anggaran= Rp. 4.000.000
Taksiran BOP jumlah produk yang dihasilkan selama th anggaran tsb= 8.000 unit
Tarif BOP sebesar 4.000.000/8.000= Rp. 500 perunit produk
11 | P a g e
biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk. Metode ini terbatas penggunaannya karena
adanya kemungkinan sebuah produk dibuat dari bahan baku dengan harga yang mahal, sementara produk
12 | P a g e
lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Dalam kasus seperti ini, jika pengerjaan kedua produk sama,
maka produk pertama akan menerima beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan produk yang kedua.
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran= Rp.4.000.000
Taksiran BBB selama 1 tahun anggaran= Rp. 8.000.000
Tariff BOP 4.000.000 / 8.000.0000 x 100% = 50% dari BBB yang dipakai.
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 th anggaran= Rp. 4.000.000
Taksiran BTKL selama 1 th anggaran= Rp. 10.000.000
Tariff BOP sebesar 4.000.000 / 10.000.000 x 100% =40% dari BTKL
13 | P a g e
Taksiran BOP= Tarif BOP perjam tenaga kerja langsung
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran= Rp. 4.000.000.
Taksiran jam tenaga kerja langsung selama 1 th anggaran= 4.000 jam.
Tariff BOP sebesar= 4.000.000 / 4.000= Rp. 1.000 perjam tenaga kerja lgs
5. Jam Mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin maka dasar yang dipakai
membebankan adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 th anggaran= Rp. 4.000.000. Taksiran jam mesin selama th anggaran=20.000 jam
mesin.
Tariff BOP sebesar= Rp. 4.000.000 / 20.000= Rp. 200 per jam mesin.
14 | P a g e
4. Membandingkan BOP sesungguhnya tiap – tiap departemen produksi dengan BOP yang
dibebankan pada produk berdasarkan tarif.
5. Menganilisis selisih BOP per Departemen.
15 | P a g e
Contoh :
BOP Sesungguhnya per Departemen
PT ………
BOP Sesungguhnya per Dept th
(dlm Rp 000)
Dept Produksi Dept Pembantu
Jenis Biaya T/V Jumlah A B X Y Z
BOP Langsung Dept :
BBP V 1.430 560 600 50 80 30
B Bhn Bakar V 1.120 - - - 1.120 -
BTK Tak Langsung T 1.500 500 550 200 150 100
V 490 270 220 - - -
B Kesjh Karyawan T 655 250 300 50 30 25
B Rep & Pemel Mesin T 1.030 300 375 225 75 55
V 364 120 100 75 39 30
Jumlah BOP Ls Dept T 3.185 1.150 1.225 475 255 180
V 3.404 1.050 920 135 1.239 60
Jumlah BOP Tak Ls dept T 1.000 250 300 100 150 200
16 | P a g e
Alokasi BOP Sesungguhnya Dept Pembantu ke Dept
Produksi dgn menggunakan metode Alokasi yang diatur
Keterangan Dept Produksi Dept Pembantu
A B X Y Z
Jumlah BOP Ls &
Tak Ls Dept 2.350,00 2.445,00 710 1.644,0 440
17 | P a g e
Analisis selisih Lebih/(Kurang) Dibebankan
Keterangan Dept A Dept B
Selisih Anggaran :
BOP Sesungguhnya ……. Rp 4.049.150 Rp 3.539.850
Selisih Kapasitas :
Kapasitas normal …………… 50.000 jam 25.000 jam
Kap sesungguhnya dicapai .. 60.000 20.000
18 | P a g e
#2: Pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Untuk mengumpulkan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi, dalam buku besar dibentuk
rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening ini dirinci lagi sesuai dengan pembagian
departemen pembantu dan departemen produksi. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
mula-mula dilakukan dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rincian jenis
biaya overhead pabrik dalam tiap-tiap departemen produksi dan departemen pembantu diselenggarakan
dalam buku pembantu.
Dari data yang dikumpulkan dalam buku pembantu, secara periodik (misalnya tiap bulan) dibuat daftar
biaya biaya overhead sesungguhnya tiap-tiap departemen. Atas dasar data tersebut, kemudian dibuat
jurnal pembagian biaya. Caranya dengan memindahkan biaya overhead sesungguhnya yang terkumpul
dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Ke rekening biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya tiap-tiap departemen.
Setelah biaya overhead sesungguhnya dalam tiap-tiap departemen dikumpulkan, kemudian dibuat
daftar alokasi biaya overhead sesungguhnya. Atas dasar data dalam daftar alokasi biaya tersebut dibuat
jurnal untuk mengalokasikan biaya overhead departemen pembantu ke departemen pembantu lain, dan ke
departemen produksi. Dan secara ringkas akuntansi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi,
dapat diuraikan seperti berikut ini:
500 Departemen A
501 Departemen B
502 Departemen X
503 Departemen Y
19 | P a g e
504 Departemen Z
20 | P a g e
Sedangkan jenis biaya diberi kode dengan menambah dua angka di belakang kode rekening
kontrolnya sebagai berikut:
02 Biaya BBM
04 Biaya Kesejahteraan
21 | P a g e
[Debit] BOP Sesungguhnya Departemen Y Rp xxx
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Departemen Z Rp xxx
22 | P a g e
[Debit] BOP Sesungguhnya Departemen Y Rp xxx
[Kredit] Biaya Overhead Sesungguhnya Departemen Y Rp xxx
Dalam metode variable costing, produk hanya dibebani dengan biaya produksi variable saja, yang
terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
1. Biaya overhead pabrik langsung departemen dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2. Biaya overhead pabrik variabel departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi
berdasarkan kuantitas jasa yang dikonsumsi oleh departemen pembantu lain dan departemen
pembantu.
3. Biaya overhead pabrik variabel departemen produksi setelah ditambah dengan biaya overhead
pabrik variabel yang diterima dari alokasi biaya departemen pembantu dibagi dengan dasar
pembebanan untuk mendapatkan tarif biaya overhead pabrik.
23 | P a g e
I. Akuntansi Biaya Overhead Pabrik Dalam Metode Variable Costing
Akuntansi biaya overhead pabrik dalam metode variable costing berbeda dengan akuntansi biaya yang
sama dengan metode full costing. Perbedaan tersebut terletak pada :
24 | P a g e
1. Dalam metode variable costing biaya overhead pabrik perlu dipisahkan menurut perilaku biaya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Kemudian pada akhir periode akuntansi
tertentu, misalnya pada akhir bulan, dilakukan pemisahan biaya overhead pabrik menurut
perilakunya dengan memindahkan unsure biaya variable ke dalam rekening biaya overhead pabrik
variable departemen tertentu dan rekening biaya overhead pabrik tetap departemen tertentu.
2. Karena metode variable costing menghendaki pemisahan biaya variable dan biaya tetap, maka
alokasi biaya overhead pabrik dari departemen pembantu ke departemen pembantu lain dank e
departemen produksi harus selalu memisahkan unsure biaya variable dari biaya tetap.
Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka
adalah biaya overhead pabrik variable. Dari rekening yang terakhir inilah selisih antara biaya overhead
pabrik variable yang dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan di muka dengan biaya
overhead pabrik variable yang sesungguhnya terjadi. Jumlah selisih yang dihitung pada akhir periode
akuntansi ini dipindahkan dari rekening biaya overhead pabrik variable sesungguhnya ke rekening Rugi-
Laba.
25 | P a g e
26 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi Dalam penentuan tarif biaya OHP per
departemen adalah mengalokasikan BOP departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati
jasa departemen pembantu. Maka dalam rangka penentuan tarif biaya OHP per departemen, biaya
overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi.
Metode Alokasi Bertahap Yang Memperhitungkan Jasa Timbal Balik Antar Departemen Pembantu
Biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen produksi secara langsung, tanpa
memperhitungkan jasa yang antar departemen pembantu. Jika diantara departemen – departemen
pembantu terdapat transfer jasa secara timbal balik, dan di dalam pembantu tarif biaya overhead transfer
ini akan diperhitungkan, maka perlu dilakukan alokasi biaya overhead antar departemen pembantu,
sebelum biaya overhed departemen pembantu akhirnya dialokasikan seluruhnya ke departemen produksi.
Analisis Selisih Bop Per Departemen Jika tarif biaya overhead telah ditentukan pada awal tahun,
maka selama tahun anggaran, pesanan atau produk yang diolah dalam departemen produksi, dibebani
dengan biaya overhead atas dasar tarif tersebut. Biaya overhead yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan
dan dicatat selama tahun anggaran tersebut, agar supaya pada akhir tahun dapat dilakukan pembandingan
antara biaya overhead yang dibebankan berdasarkan angka taksiran dengan biaya overhead yang
sesungguhnya terjadi.
Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Dalam Metode Variable Costing Dalam metode variable
costing, produk hanya dibebani dengan biaya produksi variable saja, yang terdiri dari biaya bahan baku,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik langsung departemen
dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap. Biaya overhead pabrik variabel departemen pembantu
dialokasikan ke departemen produksi berdasarkan kuantitas jasa yang dikonsumsi oleh departemen
pembantu lain dan departemen pembantu.
Biaya overhead pabrik variabel departemen produksi setelah ditambah dengan biaya overhead pabrik
variabel yang diterima dari alokasi biaya departemen pembantu dibagi dengan dasar pembebanan untuk
mendapatkan tarif biaya overhead pabrik.
27 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://vianisilv.wordpress.com/2014/06/19/akuntansi-biaya-departementalisasi-biaya-overhead/
https://dokumen.tips/download/link/analisis-selisih-bop-per-departemen
https://akuntansiz.blogspot.com/2018/01/belajar-akuntansi-cara-menghitung-biaya.html
28 | P a g e