Laporan - HE - LTK-II-05
Laporan - HE - LTK-II-05
Laporan - HE - LTK-II-05
HEAT EXCHANGER
Oleh :
Kelompok : LTK - II - 05
Nama Praktikan : 1. M Arya Abiyasa (NIM : 2311181038)
2. Ilham Ibadurrohman (NIM : 2311181058)
Nama Asisten : M Taufiq Ramadhan (NIM : 2311171040)
Nama Dosen Pembimbing : Qifni Yasa Ash, S, ST., MT. (NID : 412190391)
2
4. Membandingkan sirkulasi aliran searah (co-current ) dan aliran berlawan
arah (conter current)
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1 Perpindahan kalor pada Heat Exchanger
dT
q=−k . A ............................................................................... (1)
dx
5
q=h . A . ∆ T ............................................................................... (2)
Dimana : q = Laju perpindahan panas (W)
6
Pertukaran panas yang terjadi adalah pertukaran secara tidak
langsung.
Heat exchanger jenis ini masih dibagi menjadi beberapa jenis lagi,
yaitu:
Direct-Transfer
Pada heat exchanger tipe ini, fluida-fluida kerja mengalir secara
terus-menerus dan saling bertukar panas dari fluida panas ke fluida
yang lebih dingin dengan melewati dinding pemisah. Yang
membedakan heat exchanger tipe ini dengan tipe kontak tak
langsung lainnya adalah aliran fluida-fluida kerja yang terus-
menerus mengalir tanpa terhenti sama sekali. Heat exchanger tipe
ini sering disebut juga dengan heat exchanger recuperator.
Storage
Heat exchanger tipe ini memindahkan panas dari fluida panas ke
fluida dingin secara intermittent (bertahap) melalui dinding
pemisah. Sehingga pada jenis ini, aliran fluida tidak secara terus-
menerus terjadi, ada proses penyimpanan sesaat sehingga energi
panas lebih lama tersimpan di dinding-dinding pemisah antara
fluida-fluida tersebut. Tipe ini biasa pula disebut dengan
regenerative heat exchanger.
Fluidized
Heat exchanger tipe ini menggunakan sebuah komponen solid
yang berfungsi sebagai penyimpan panas yang berasal dari fluida
panas yang melewatinya. Fluida panas yang melewati bagian ini
akan sedikit terhalang alirannya sehingga kecepatan aliran fluida
panas ini akan menurun, dan panas yang terkandung di dalamnya
dapat lebih efisien diserap oleh padatan tersebut. Selanjutnya fluida
dingin mengalir melalui saluran pipa-pipa yang dialirkan melewati
padatan penyimpan panas tersebut, dan secara bertahap panas yang
terkandung di dalamnya ditransfer ke fluida dingin. Perbedaan
7
proses pertukaran kalor secara langsung (direct) dan secara tidak
langsung (indirect) dijelaskan dalam gambar berikut:
8
Gambar 2.3 Aliran temperatur dengan aliran searah
9
2.3 Jenis-jenis Heat Exchanger
a. Penukar kalor pipa rangkap (double pipe heat exchanger)
Salah satu jenis penukar kalor adalah susunan pipa ganda. Dalam
jenis penukar kalor dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah
aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam
ruang annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar kalor pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standar
yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak
penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida
kedua mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam.
Alat penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang
kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang
lebih besar digunakan penukar kalor jenis selongsong dan buluh (shell
and tube heat exchanger).
b. Penukar kalor cangkang dan buluh (shell and tube heat exchanger)
Alat penukar kalor cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel
pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa
mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa,
sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama,
10
berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada
penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan
effisiensi pertukaran kalor, biasanya pada alat penukar panas cangkang
dan buluh dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi
aliran fluida dan menambah waktu tinggal (residence time), namun
pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan
menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang
dipertukarkan kalornya harus diatur.
11
1) Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa
biasa, tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger,
dibuat dari berbagai material. Umumnya digunakan pipa berukutran
diameter luar ¾ inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa
dengan dengan diameter luar1/4; 1,75; 1,50 inch.
2) Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat
digunakan pada standar baja karbon. Untuk ukuran besar dibuat dari
pelat yang di roll atau di- las.
3) Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell,
sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga
memperbesar dan membuat turbulen aliran sehingga didapatkan
koefisien perpindahan panas yang besar. Luas baffle lebih kurang
75% penampang shell. Spasi antar baffle tidak lebih dekat dari 1/5
diameter shell, bila terlalu dekat akan didapat kehilangan tekanan
yang besar.
12
2.5 Perhitungan – Perhitungan yang Digunakan Heat Exchanger
2.5.1 Perhitungan Kalor
Dengan asumsi nilai kapasitas panas spesifik (Cp) fluida dingin
dan panas konstan, tidak ada kehilangan panas pada lingkungan serta
keadaan steady state, maka besarnya kalor yang dipindahkan:
Q=U . A . ∆ T LM ...................................................................................(3)
Dimana:
U : Koefisien perpindahan panas keseluruhan (W/m2 K)
A : Luas perpindahan panas (m2)
ΔTLM : Log mean temperature differential (K)
2.5.2 Perhitungan Koefisien Perpindahan Keseluruhan (U)
Menghitung Koefisien Pindah Panas Keseluruhan (U)
q
h= .............................................................................................
A.∆T
(4)
Q
U= ...........................................................................................
A.∆TM
(5)
Dimana :
Q : Laju Alir Kalor (Watt)
A : Luas Permukaan (m2)
U : Koefisien Pindah panas Keseluruhan (W/m2.K)
ΔTM : Perbedaan Suhu logaritmik (K)
13
Harga Q dapat dihitung dari :
Kalor yang dilepaskan fluida panas
Q= ṁ. C p (T h 1−T h 2) ............................,........................................(6)
Kalor yang diterima fluida dingin
Q= ṁ. C p (T co −T ci) ......................................................................(7)
Untuk Aliran Co-Current
T1 = Tho – Tco ..................................................................................(8)
T2 = Thi – Tci ....................................................................................(9)
Untuk Aliran Counter-Current
T1 = Thi – Tco .................................................................................(10)
T2 = Tho – Tci .................................................................................(11)
∆ T M =FT . ∆ T LM ..............................................................................
(12)
∆ T 2−∆ T 1
∆ T LM =
∆T2 ..............................................................................
ln
∆T1
(13)
14
Gambar 2.4 Faktor koreksi suhu rata-rata logaritmik untuk 1-2 STHE
Sumber : C.J. Geankoplis,2003
untuk 1-2 exchanger FT > 0,75. jika FT pada 1-2 Exchanger < 0,75 maka
gunakan 2-4 Exchanger.
FT dihitung karena di dalam tube terjadi perubahan arah aliran. Sebagai
contoh untuk 1-2 exchanger, lewatan merupakan gabungan antara aliran
searah dan lawan arah. Dengan demikian dalam 1-2 exchanger tersebut jika
dihitung LMTD untuk counter current maka harus dihitung faktor koreksi
FT.
2.7 Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/perbandingan transfer panas
aktual dengan transfer panas maksimum yang mungkin terjadi (Diktat operasi
teknik kimia II).
Keefektifan heat exchanger (ε)
Jika Ch > Cc
Jika Cc > Ch
15
qact mcp 1 h . ( T c,out−T c,in )
ε= =
qmax ( mcp )min ( T h,in −T c,in )
............................................................(15)
Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa
menentukan kecepatan transfer panas:
q=q act=ε .q max
......................................................................................(16)
16
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Dihentikan supply air tawar pada tangki penampung air dingin saat
ketinggian air telah sejajar dengan tinggi air di tangki penampung
air panas
17
3.1.2 Tahap Kalibrasi
Untuk mengetahui waktu sebenarnya dari setiap laju alir dilakukan tahap
kalibrasi air dingin dan air panas.
3.1.2.1 Tahap Kalibrasi Air Dingin
Pada tahap kalibrasi laju alir air dingin membuka kerangan aliran
searah dan aliran berlawanan air kemudian menyalakan pompa air dingin dan
mengatur kerangan lajur alir air dingin lalu mengukur volume air keluaran setiap
per menit.
18
3.1.3 Tahap Operasi
Untuk mengetahui temperatur air panas masuk, temperatur air panas
keluar, temperatur air dingin masuk dan temperatur air dingin keluar,melakukan
tahap operasi dengan membuka kerangan aliran searah atau aliran berlawanan
arah kemudian dinyalakan tombol pompa laju alir air panas dan air dingin dan
mengatur laju alir yang sudah ditentukan.
Dinyalakan pompa laju alir air dingin dan pompa laju alir
air panas
Diatur bukaan kerangan laju alir air dingin dan laju alir air
panas sesuai dengan variasi yang diberikan.
Melakukan
hal yang
sama untuk Diatur bukaan kerangan sesuai variasi arah aliran.
variasi yang
berbeda
Dicatat temperatur air panas masuk dan keluar serta
temperatur air dingin masuk dan keluar setiap selang
waktu tertentu hingga keadaan temperatur masuk dan
keluar air dingin dan temperature masuk dan keluar air
panas konstan.
Dimatikan pompa laju alir air panas dan pompa laju alir air
dingin
20
3.4 Skema Alat
Adapun gambar alat yang digunakan disajikan pada gambar-gambar berikut :
21
6 = control
22
Gambar 3.6 Gambar Alat Percobaan (tampak belakang)
Keterangan :
1 = Heat Exchanger
2 = Tangki Penampung Air Panas
3 = Tangki Penampung Air Dingin
7,8 = Kerangan Laju Alir Air Panas
9,10= Kerangan Laju Alir Air Dingin
11 = Pompa Air Panas
12 = Pompa Air Dingin
23
Gambar 3.7Alat Percobaan (tampak kiri)
Keterangan :
CO = Kerangan untuk aliran searah
CC = Kerangan untuk aliran berlawanan arah
24
BAB IV
Pada praktikum ini menggunakan heat exchanger tipe Shell and Tube.
Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan efektifitas dari alat penukar kalor
berdasarkan variasi laju alir yaitu pada kondisi laju alir air panas sebesar 3 dan 4
LPM dan laju alir air dingin 3 dan 4 LPM. Pada temperatur operasi 44 ℃ dengan
aliran searah.
4.1 Pengaruh Laju Alir terhadap Efektivitas (ɛ)
Efektivitas merupakan rasio antara laju perpindahan panas yang sebenarnya
(Q) dengan laju perpindahan panas maksimum yang mungkin dicapai. Efektivitas
bernilai antara 0 sampai 1. Semakin kecil nilai efektivitas maka semakin kecil laju
perpindahan panas aktual dan semakin jauh nilainya dengan Qmax. Efektifitas
semakin meningkat seiring bertambahnya laju alir, hal ini dikarenakan pada
perbedaan laju alir yang lebih besar fluida panas akan mengalami kontak lebih
lama sehingga perpindahan kalor berlangsung lebih baik.
25
0.3000
0.2500
0.2000
Efektifitas
0.1000
0.0500
0.0000
3 LPM panas 4 LPM Panas
Menurut literatur semakin kecil nilai efektivitas maka semakin kecil laju
perpindahan panas aktual dan semakin jauh nilainya dengan Qmax. Efektivitas
semakin meningkat seiring bertambahanya laju alir, hal ini dikarenakan pada
perbedaan laju alir yang lebih besar fluida panas akan mengalami kontak lebih
lama sehingga perpindahan kalor berlangsung lebih baik .Namun, pada gambar
4.1 tidak menunjukan bahwa nilai efektifitas dipengaruhi oleh laju alir fluida.
Pada dasarnya, semakin besar laju alir maka semakin besar nilai efektifitas dari
alat heat exchanger tersebut
26
4.2 Pengaruh Laju Alir terhadap LMTD (Log Mean Temperature
Difference)
∆LMTD merupakan salah satu parameter yang dibutuhkan untuk menetukan
kefektifitasan alat Heat Exchanger. Penentuan ∆LMTD tergantung pada jenis
aliran yang diaplikasikan pada alat penukar kalor tersebut. Jenis Aliran yang
dipakai yaitu searah. Dari hasil perhitungan kemudian dibuat grafik hubungan
antara LMTD terhadap laju alir dalam bentuk histogram.
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
∆TLM
3 LPM Dingin
8.00 4 LPM Dingin
6.00
4.00
2.00
0.00
3 LPM panas 4 LPM Panas
Laju alir merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi nilai LMTD
karena semakin besar perbandingan laju alir air panas terhadap air dingin maka
akan menghasilkan nilai LMTD yang lebih besar.
27
Berdasarkan teori pada hubungan ∆LMTD terhadap laju alir yaitu semakin
besar laju alir maka semakin besar nilai ∆LMTD. hasil yang didapat ∆LMTD
berbanding lurus dengan kenaikan laju alir. maka dapat disimpulkan semakin
besar perbandingan laju alir, akan semakin banyak panas yang di transfer
.
1000
800 Kalor Panas
600 Kalor Dingin
400
200
0
1 2
Laju Alir (LPM)
28
Laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan laju alir massa, berdasarkan
persamaan berikut:
Q=m. Cp. ∆ T
Maka semakin besar m semakin besar pula nilai Q. pada Gambar 4.3 nilai
Qcw cenderung mengalami kenaikan. Nilai kalor (Q) tentu sangat dipengaruhi
oleh nilai selisih temperatur dan laju alir massa dalam sistem. Nilai laju alir juga
mempengaruhi besarnya laju perindahan kalor yang terjadi dan semakin besar
nilai laju alir yang didapatkan maka semakin besar pula nilai Q.Dan pada Gambar
4.3 dilihat dari diagram terdapat Q yang mengalami kenaikan pada laju alir 3
LPM panas 4 LPM dingin ke 4 LPM panas 3 LPM dingin, hal ini disebabkan
karena temperature dan nilai laju alir mempengaruhi nilai Q
29
400.0000
350.0000
300.0000
250.0000
U(Watt/m²K)
100.0000
50.0000
0.0000
3 LPM panas 4 LPM Panas
Semakin tinggi laju alir air dingin dan laju alir air panas, maka hasilnya
semakin baik. Hal ini dikarenakan semakin tinggi laju alir air dingin yang
melewati alat penukar kalor, maka semakin besar panas yang diserap dari laju alir
air panas. Semakin tinggi laju alir air panas yang melewati alat penukar kalor,
maka semakin besar panas yang diberikan kepada laju alir air dingin. Hal ini
menyebabkan nilai koefisien pertukaran panas keseluruhan (U) semakin
meningkat. Yang dapat dilihat pada laju alir air panas 3 LPM dengan laju alir air
dingin 4 LPM memiliki nilai U yang paling besar. Semakin besar nilai U
menunjukan hasil yang semakin baik karena kalor yang diserap atau dilepas (Q)
lebih besar per satuan luas.
30
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
DATA LITERATUR
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
B.2. Laju Alir Air Panas 4 LPM, Laju Alir Air Dingin 3 LPM
Tabel B.2 Data Laju Alir Air Panas 4 LPM,Laju Alir Air Dingin 3 LPM
No t (min) Hot Hot Cold Cold
. Water in Water out Water In Water out
(°C) (°C) (°C) (°C)
1 0 41.3 35.2 24.4 25.4
2 2 40.7 35.3 24.4 26.9
3 4 39.9 35.6 24.7 26.7
4 6 40.7 35.9 24.7 25.7
5 8 41.5 35.8 25.2 26.7
6 10 41.7 35.6 25.4 26.3
7 12 40.5 35.3 25.2 26.3
8 14 41.5 35.3 25.4 26.3
9 16 41.7 35.3 25.7 26.3
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA
C.1.2 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 4 LPM, Laju Alir Air Dingin 3
LPM
Tabel C.1.2 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 3 LPM, Laju Alir Air
Dingin 3 LPM
FHW FCW
∆T1(K) ∆T2 (K) ∆TLM (K) Z y Ft ∆Tm (K)
(LPM) (LPM)
4 3 9 16.9 12.54 3.2 0.31 1 12.54
C.2 Perhitungan MHW, MCW, ΔTHW, ΔTCW, ΔTLM, QHW, QCW, UHw, UCw, dan
Efektivitas (ε)
C.2.1 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 3 LPM, Laju Alir Air Dingin 2
LPM
Tabel C.2.1 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 3 LPM, Laju Alir Air
Dingin 2 LPM
ΔTH ΔTC ΔTL UHW UCW ε
MHW MCW QHW QCW
W W M (KW/m2. (KW/m2.
(kg/s) (kg/s) (kW) (kW)
(K) (K) (K) K) K)
0.049 0.066 15.5 1.425 0.803 0.245
6.9 2.9 247.1540 139.3095
4 3 9 9 7 0
C.2.2 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 3 LPM, Laju Alir Air Dingin 3
LPM
Tabel C.2.2 Percobaan pada Laju Alir Air Panas 3 LPM, Laju Alir Air
Dingin 3 LPM
ΔTH ΔTC ΔTL UHW UCW ε
MHW MCW QHW QCW
W W M (KW/m2. (KW/m2.
(kg/s) (kg/s) (kW) (kW)
(K) (K) (K) K) K)
0.065 0.049 12.5 1.653 0.395 0.149
6 1.9 356.3109 85.1467
9 7 4 2 1 0
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN
Mhw = ρ × v
kg 1 m3 1ment
= 998 , 07 3 × x 3 LPM ×
m 1000l 60 s
kg
= 0,0494
s
D.3. Menghitung Qcw dan Qhw
Pada suhu 44°C dan 20°C dengan aliran searah laju alir air panas 3 LPM
dan laju alir air dingin 4 LPM
qcw=Mcw x Cpcw x ∆ Tcw
kg kj
= 0,0663 x 4,18 5 x 2,9 K
s kg
kj j
= 0,8047 = 8047
s s
D.8. Menghitung ∆ Tm
Pada suhu 44°C dengan aliran searah laju alir air panas 3 LPM dan laju
alir air dingin 4 LPM
ΔTm = FT × ∆TLM
= 1 x 15,59= 15,59 K