Proposal Tugas Akhir - Juliana Nurmalasari - 0517040038
Proposal Tugas Akhir - Juliana Nurmalasari - 0517040038
Proposal Tugas Akhir - Juliana Nurmalasari - 0517040038
JULIANA NURMALASARI
0517040038
SAMPUL
JULIANA NURMALASARI
0517040038
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Juliana Nurmalasari
NRP. 0517040038
Mochamad Yusuf Santoso, ST., MT.
NIP. 199011272015041002
Calon Dosen Pembimbing I, Calon Dosen Pembimbing II,
iv
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
v
2.6.1 Kain ................................................................................................. 14
LAMPIRAN I ........................................................................................................ 31
vi
LAMPIRAN II ...................................................................................................... 33
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
DAFTAR TABEL
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN CHILDREN
LIFEJACKET UNTUK MENGURANGI RISIKO HIPOTERMIA
RINGKASAN
Kata Kunci: AgeMan Children Lifejacket, Hipotermia, Uji Apung, Uji Performa,
Uji Ergonomi
xiii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Anak dan bayi memiliki jarak umur yang berbeda. Bayi baru lahir
(newborn) terhitung mulai saat lahir sampai usia 1 bulan. Bayi (infant)
terhitung mulai usia 1 bulan sampai usia 2 tahun. Sedangkan anak-anak
(children) terhitung mulai usia 1 sampai usia 12 tahun (U.S Departmen of
Health and Human et al., 2003).
Tahun 1983 sampai 1987 tercatat 55 anak berturut-tutut hampir
tenggelam. Usia mereka berkisar 1 hingga 18 tahun. Setelah menjalani
perawatan di Rumah Sakit, 37 orang anak selamat dan 18 meninggal (Biggart
& Boh, 1990). Kasus hipotermia di kapal yang pernah terjadi salah satunya
yaitu di Rusia, 3 kapal terbalik di Danau Syamozero yang menjatuhkan 47
anak-anak dan 4 orang dewasa ke perairan Subarctic. Lima anak dirawat di
rumah sakit dengan kondisi hipotermia dan mengalami trauma (Roth, 2016).
Kasus lain yaitu terjadi di Laut Tengah, terdapat 17 migran yang menggunakan
kapal berangkat dari Afrika menuju Eropa untuk mengadu nasib, namun 17
mingran tersebut meninggal karena hipotermia dan dehidrasi (Kompas, 2020).
Selain itu kondisi seperti di Negara bagian Tasmania yang memiliki air yang
lebih dingin (15˚C atau lebih rendah) dapat memicu tingkat kematian yang
lebih tinggi ketika menggunakan lifejacket, hal tersebut terjadi akibat cold
water shock atau hipotermia (Willcox-Pidgeon et al., 2019)
Kasus di atas melatar belakangi penulisan topik ini, dan pada penelitian
sebelumnya yaitu Perancangan dan Pembuatan Infant Lifejacket untuk
Mengurangi Risiko Hipotermia masih memiliki kekurangan diantaranya bahan
yang digunakan memiliki warna yang belum sesuai dengan Life-Saving
Appliance Code. Bahan yang digunakan berwarna biru dan abu-abu. Pada Life-
Saving Appliance Code Chapter I menjelaskan bahwa dari Live-saving
Appliances harus berwarna mencolok, seperti orange. Kekurangan lain dari
penelitian sebelumnya yaitu desain yang masih belum sesuai dengan tubuh
bayi, karena desain yang dibuat pada penelitian sebelumnya lebih sesuai untuk
tubuh anak-anak (Primanda, 2020).
Hal tersebut dapat dilihat dari responden yang digunakan oleh peneliti
sebelumnya adalah anak-anak, bukan bayi yang berusia 0-12 bulan. Pada
penelitian sebelumnya terdapat kekurangan dalam melakukan uji Lifejacket.
2
Terdapat beberapa jenis pengujian dalam MSC.200 (80). Pengujian yang
dilakukan yaitu pengujian daya apung dan pengujian performa. Responden
yang digunakan dalam pengujian sebelumnya hanya berjumlah 2 , hal tersebut
masih belum sesuai dengan MSC 200 (80). Sehingga penulis membuat desain
lifejacket untuk anak yang terbuat dari kain Nylon Taffeta dan Polyfoam.
Kain Nylon Taffeta memiliki karakteristik tahan air, memiliki serat yang
bagus dan ringan sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar dari Children
Lifejacket (Husky, 2015). Polyfoam memiliki daya apung yang lebih bagus
daripada stayrofoam. Polyfoam memiliki sifat yang ringan sehingga sesuai
untuk digunakan pada Children Lifejacket (Setiyawan et al., 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana desain children lifejacket yang sesuai untuk mengurangi risiko
hipotermia?
2. Bagaimana fabrikasi children lifejacket yang sesuai untuk mengurangi
risiko hipotermia?
3. Bagaimana uji efektivitas untuk mengetahui performa dari children
lifejacket dengan uji apung, uji performa dan uji ergonomi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Membuat desain children lifejacket untuk mengurangi risiko hipotermia
2. Menentukan proses pelaksanaan serta pemilihan bahan yang digunakan
dalam proses pembuatan children lifejacket
3. Mengetahui performa dari desain children lifejacket melalui hasil uji apung,
uji performa dan uji ergonomi children lifejacket.
1.4 Manfaat Tugas Akhir
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Merealisasikan ide, desain, analisis, serta tahap pembuatan yang telah
dirancang
3
2. Memberikan inovasi tentang desain children lifejacket dalam mengurangi
risiko hipotermia
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini
adalah:
1. Penelitian ini berfokus pada desain children lifejacket untuk mengurangi
risiko hipotermia
2. Desain children lifejacket ini ditunjukkan untuk anak usia 1-12 tahun
3. Ukuran AgeMan children lifejacket menggunakan size baju anak laki-laki
Indonesia
4. Pengukuran dilakukan pada air tawar tenang
5. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian daya apung, pengujian performa,
dan uji ergonomi children lifejacket
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 2. 1 Lifejacket
(Sumber: www.alatselam.co.id )
6
Lifejacket tersebut disebut juga dengan Jacket hybrid atau gabungan
(Rachman et al., 2019).
2.2.1 Lifejacket anak
Lifejacket untuk anak tetap dibuat sama seperti lifejacket orang
dewasa, baik dari segi proses pembuatan maupun tampilan, namun ada
beberapa hal yang boleh berbeda seperti izin pemberian bantuan saat
mengenakannya. Lifejacket anak juga harus dipasarkan dengan ukuran
tinggi ataupun beratnya harus memenuhi pengujian serta evaluasi. Dan
juga terdapat simbol “Child” seperti pada lifejacket anak . Setelah
direndam 24 jam dalam air tawar, daya apung lifejacket tidak boleh
berkurang >5%. Dan harus disertai dengan peluit yang dikaitkan dengan
tali yang kuat (LSA, 1998).
2.2.2 Ukuran Lifejacket
Lifejacket memiliki 3 macam ukuran berdasarkan usia orang yang
menggunakan, yaitu untuk ukuran bayi, anak-anak dan juga dewasa.
Ukuran dari masing masing lifejacket dapat dilihat pada tabel 2.1.
7
suit merupakan pakaian yang didesain untuk melindungi pemakainya dari efek
kedinginan akibat terendam air secara tidak sengaja (Zhang & Song, 2014)
Immersion suit dibuat dengan bahan tahan air yang berkualitas tinggi.
Desainnya pun menutupi seluruh bagian tubuh kecuali bagian wajah. Adapun
beberapa persyaratan immersion suit lain yang harus dipenuhi yaitu:
1. Dapat digunakan dengan mudah dalam waktu 2 menit tanpa bantuan orang
lain, begitupun saat melepasnya
2. Tidak akan terbakar ataupun meleleh setelah selama 2 detik diselimuti api
3. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah. Begitu juga dengan tangan, harus
tertutup, kecuali jika disediakan sarung tangan permanen
4. Perancangan harus didesain agar mengurangi udara bebas di kaki immersion
suit
5. Setelah melompat ke dalam air, immersion suit tidak boleh rusak dan tidak
boleh ada air yang masuk ke dalamnya.
Immersion suit digunakan bersamaan dengan lifejacket. Hal tersebut akan
memberikan daya apung yang lebih (LSA, 1998).
8
2.4 Hipotermia
2.4.1 Pengertian
Kasus tenggelam pada perairan dingin kerap menimbulkan
hipotermia. Hal tersebut merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh
turun hingga dibawah 35˚C. Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan
panas lebih cepat dari pada proses pembentukan panas, suhu tubuh
mengalami penurunan dari suhu normal. Gejala yang timbul saat
mengalami hipotermia yaitu tubuh menggigil, sistem motorik menurun,
lesu, dan bingung (Rahmawati, 2017).
2.4.2 Bahaya Hipotermia
Aliran darah ke otak pun ikut mengalami penurunan hingga 6-7%
setiap penurunan suhu setiap 1˚C dari suhu tubuh. Suhu tubuh kurang
dari 32˚C dapat menyebabkan metabolisme tubuh mengalami penurunan
dan disertai dengan berhentinya proses menggigil (Triprastyo, 2017).
Hipotermia dapat menyebabkan kegagalan jantung dan sistem
pernapasan hingga kematian jika tidak diberikan penanganan yang tepat
(Putri & Parami, 2016).
2.4.3 Tingkat keparahan
Hipotermia diklasifikasikan menjadi 3 tingkatan, yaitu hipotermia
ringan, sedang dan juga berat. Untuk hipotermia ringan yaitu ketika
kondisi inti suhu turun menjadi 89,6˚F - 95 ˚F (32˚C - 35 ˚C) ditandai
dengan gerakan menggigil. Hipotermia sedang terjadi ketika kondisi inti
suhu 82,4 ˚F – 89,6˚F (28 ˚C - 32 ˚C) yang ditandai dengan pupil yang
melebar dan aritmia jantung (gangguan detak jantung). Hipotermia berat
terjadi saat suhu inti di bawah 82,4 ˚F (28 ˚C) ditandai dengan fibrilasi
ventrikel atau detak jantung cepat yang dapat mengancam jiwa dan tidak
sadarkan diri. Selain dilihat dari suhu inti, tanda-tanda vital dapat
dijadikan penilaian terhadap tingkat hipotermia (Rathjen et al., 2019).
Tingkatan hipotermia dapat dilihat berdasarkan gejala seperti pada tabel
2.2 berikut:
9
Tabel 2. 2 Swiss Staging System for Hypothermia
10
tidak dapat merendam badan pengguna. Hal tersebut dapat mengurangi risiko
hipotermia. Produk tersebut diberi nama “AgeMan Children Lifejacket”.
Dimensi Tubuh S M L
1 2 3 1 1 2 3 4
Lingkar Leher 26 30 34 38 42 46 50 54
Lebar Bahu 8 9 10 11 12 13 14 15
Lingkar Perut 54 60 66 72 78 84 90 96
Panjang Lengan
Panjang 37 39 41 43 45 47 49 51
Pendek 22 23 24 25 29 33 37 41
Lingkar Lengan 13 17 21 25 29 33 37 41
Lingkar Pergelangan Tangan 10 12 13 15 17 19 21 23
Sumber: (Fileinti & Nurtjahyo, 2013)
11
2.6 Antropometri Anak
Antropometri dalam PerMenKes (2020) merupakan metode yang
digunakan dalam menilai ukuran, proporsi, serta komposisi tubuh manusia.
Data antropometri anak usia 4 – 6 tahun dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2. 4 Antropometri data anak 4 – 6 Tahun (dalam satuan cm)
PRIA WANITA
Dimensi 5th 50th 95th 5th 50th 95th
%tile %tile %tile %tile %tile %tile
1 98.29 111.42 124.56 96.77 109.60 122.44
2 88.28 100.15 112.01 87.18 98.91 110.64
3 75.91 87.58 99.25 75.37 86.06 96.76
4 58.19 67.43 76.67 57.70 67.10 76.49
5 50.41 60.09 69.78 49.82 59.48 69.14
6 38.89 47.17 55.45 38.78 45.82 52.85
7 31.32 39.44 47.56 32.11 38.55 44.99
8 110.78 130.31 149.83 99.15 125.30 151.45
9 65.53 79.01 92.48 64.81 76.40 87.99
10 50.79 59.48 68.17 49.83 58.56 67.30
11 40.38 49.18 57.97 39.64 48.10 56.57
12 29.76 37.61 45.45 29.40 36.62 43.85
13 10.44 15.86 21.28 10.15 15.54 20.94
14 22.83 29.98 37.13 22.35 29.27 36.19
15 25.79 34.90 44.02 24.77 34.57 44.38
16 23.13 29.26 35.38 21.80 29.12 36.44
17 24.52 30.01 35.50 23.53 29.47 35.42
18 27.96 35.05 42.12 27.20 35.05 42.90
19 36.07 45.88 55.70 35.30 45.88 56.46
20 52.58 63.46 74.35 52.01 62.53 73.05
21 5.79 10.97 16.15 5.22 10.10 14.99
22 38.14 46.49 54.84 37.27 45.19 53.10
23 32.39 41.46 50.54 32.57 40.06 47.55
24 39.51 48.06 56.61 38.02 46.68 55.33
25 22.26 28.11 33.97 21.86 27.13 32.39
26 26.29 33.03 39.77 25.34 32.06 38.77
27 18.15 23.93 29.70 17.85 23.25 28.66
28 9.73 15.68 21.63 9.11 14.84 20.56
29 9.80 16.37 22.94 8.25 15.75 23.26
30 12.71 16.34 19.96 12.01 16.20 20.38
31 12.01 17.27 22.52 12.11 16.21 20.31
32 3.89 8.09 12.30 4.28 7.48 10.68
33 13.50 17.17 20.84 13.96 16.98 20.00
34 5.16 6.94 8.72 4.93 6.55 8.17
35 10.26 12.41 14.57 10.00 12.15 14.30
36 95.02 108.87 122.72 94.44 107.64 120.84
37 47.55 54.93 62.30 45.91 54.12 62.33
Sumber: (Herawati & Pawitra, 2013)
12
Keterangan kode dimensi yang berada pada tabel Antropometri data anak 4-6
tahun dijelaskan dalam tabel 2.5 dimensi tubuh yang diukur
Tabel 2. 5 Keterangan Dimensi yang Diukur
13
Hasil dari data antropometri anak usia 4 – 6 tahun di Indonesia dijadikan
acuan dalam menentukan ukuran yang akan digunakan untuk AgeMan children
lifejacket. Penulis menggunakan antropometri anak laki-laki dengan persentil
95% sebagai acuan pembuatan desain. Hal tersebut karena AgeMan children
lifejacket ini dilengkapi dengan safety belt yang dapat diregangkan dan
dikencangkan. Bagi pengguna yang berukuran tubuh kecil dapat disesuaikan
ukurannya dengan mengencangkan safety belt tersebut.
14
Tabel 2. 6 Perbandingan kain taffeta berdasarkan
Tahan luntur warna: 4-5 grade Tahan luntur warna: 4-5 grade
15
2.6.3 Reflektor
Reflektor merupakan alat yang dapat memantulkan cahaya.
AgeMan Children lifejacket menggunakan reflektor dengan jenis jenis
pita seperti pada gambar 2.5. Pita reflektor dijahit pada children
lifejacket. Pita tersebut mempermudah proses pencarian. Karena pita
tersebut merefleksikan cahaya pada area gelap (T-ISS, n.d.).
Gambar 2. 5 Reflektor
(Sumber: (T-ISS, n.d.)
16
(a)
(b)
17
Gambar 2. 7 Peluit Lifejacket
(Sumber: indonesia.alibaba.com)
18
ACR HemiLightTM3 Life Jacket Light pada gambar 2.8 memiliki
spesifikasi seperti yang tercantum dalam tabel 2.7.
Tabel 2. 7 Technical Specifications
19
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Primanda (2020) berjudul
Perancangan dan Pembuatan Infant Lifejacket untuk Mengurangi Risiko
Hipotermia. Pada penelitian tersebut bahan dasar yang digunakan untuk infant
lifejacket adalah kain nilon dan busa polyfoam dan menggunakan bahan
tambahan safety belt, peluit dan lampu lifejacket. Kain nilon yang digunakan
berwarna biru dan abu-abu. Hal tersebut tidak sesuai dengan standar yang
disebutkan pada LSA Code Chapter I, warna yang sesuai dengan standar ialah
warna orange atau berwarna yang mudah dilihat saat proses pencarian. Desain
deCap infant lifejacket tersebut menggabungkan desain lifejacket dan desain
immersion suit. Ukuran yang digunakan dalam penelitian tersebut mengacu
pada data antropometri bayi usia 0 – 12 bulan. Lifejacket yang dibuat ditujukan
untuk anak dengan usia kurang lebih 0 – 12 bulan.
Penelitian 1 Penelitian 2
Judul Penelitian Prototipe Smart Life Jacket Perancangan dan Pembuatan
Berbasis Arduino Infant Lifejacket untuk
Mengurangi Risiko Hipotermia
Tahun penelitian 2017 2020
Nama Peneliti Fadli Sirait dan Billy Aji Dea Catur Primanda
Wicaksono
Problem Menggabungkan lifejacket Menggabungkan desain lifejacket
dengan teknologi arduino dan immersion suit sebagai
sebagai pemberi sinyal tanda pakaian keselamatan yang dapat
bahaya kepada Tim SAR mengurangi risiko hipotermia
Gap Penelitian Penelitian (1) pemanfaatan Penelitian (2) menggunakan kain
teknologi untuk mengirimkan nilon berwarna biru dan abu abu.
sinyal dengan menggunakan Serta penelitian ini ditujukan
arduino, namun arduino tersebut untuk bayi 0 – 12 bulan namun
masih belum dilakukan menggunakan responden anak-
pengujian jika berada pada anak dan hanya berjumlah 2.
kedalaman laut apakah masih Sementara pada penelitian ini,
20
Penelitian 1 Penelitian 2
memiliki fungsi yang sama serta ditujukan untuk anak usia 1 – 12
keterbatasan jarak sinyal yang tahun. Bahan yang digunakan
dipancarkan yaitu 9 meter. yaitu kain nylon taffeta berwarna
Sementara pada penelitian ini, orange. Serta pengujian
alat pemancar sebagai tanda menggunakan 9 responden.
adanya korban menggunakan
pita reflektor dan lampu
lifejacket.
Keterangan:
35 ˚C = Set point terkena hipotermia
X = Persentase kemungkinan terkena hipotermia
21
2.10 Pengujian Prototipe
Pengujian lifejacket dilaksanakan berdasarkan MSC 200(80). Pengujian
yang akan dilakukan adalah uji Daya Apung, uji Performa dan uji Ergonomi.
Uji daya apung dilakukan dengan merendam lifejacket selama 24 jam dibawah
permukaan air tawar. Daya apung diukur sebelum dan sesudah direndam
selama 24 jam. Perbedaan daya apung awal dan akhir tidak boleh melebihi 5%
dari daya apung awal (Resolution MSC 200(80), 2005). Pengujian daya apung
dilakukan pada air tenang. Hal tersebut karena immersion suit yang dikenakan
bersama dengan lifejacket memiliki daya apung dan stabilitas yang memadai
pada air yang tenang (LSA, 1998).
22
Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan karena adanya
pandemi maka pengukuran suhu tubuh dilakukan pada dahi, telinga dan kulit
tangan. Telinga merupakan bagian tubuh yang memiliki keakuratan suhu
sangat baik karena adanya membran timpani atau gendang telinga dan
hipotalamus sebagai pusat pengukuran suhu (Boyoh et al., 2015). Sedangkan
kulit merupakan bagian yang memiliki responsive lebih baik ketika diukur
dengan menggunakan termometer inframerah. Termometer inframerah
memiliki tingkat akurasi lebih baik dari pada termometer badan digital
(Sumanto & Puliano, 2014).
23
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
25
dan immersion suit beserta standar yang digunakan. Tahap ini diperlukan
penulis untuk proses pembuatan Children Lifejacket.
3.3 Spesifikasi Bahan
Pada tahap ini peneliti menetapkan spesifikasi bahan berdasarkan studi
literatur yang telah dilakukan. Spesifikasi bahan yang digunakan disesuaikan
dengan standar yang digunakan, yaitu Life-saving Appliance Code. Dari
standar tersebut penulis dapat menentukan bahan yang akan digunakan dalam
proses pembuatan AgeMan Children Lifejacket. Penulis menggunakan kain
nylon taffeta dan polyfoam. Karena bahan tersebut memiliki kualitas yang
bagus dan polyfoam memiliki daya apung yang bagus.
3.4 Pembuatan Desain
Pada tahap ini penulis membuat desain rancangan lifejacket yang akan
dibuat. Desain yang dibuat disesuaikan dengan permasalahan yang didapat
pada tahap identifikasi masalah serta mengacu pada standar dan jurnal pada
tahap studi literatur. Penulis menggunakan aplikasi AutoCAD dalam
pembuatan desain.
3.5 Analisis Desain
Analisis desain dilakukan terhadap desain yang telah dibuat. Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui kekurangan dari desain. Serta menyesuaikan
dengan bahan yang akan digunakan. Supaya tidak muncul permasalahan saat
pengerjaan prototipe ataupun saat melakukan pengujian. Desain dari Children
Lifejacket menyerupai immersion suit.
Desain dari AgeMan Children Lifejacket menggunakan 3 lapisan yang
terdiri dari kain Nylon Taffeta lalu polyurethane dan Nylon Taffeta. Tidak
seluruh bagian dari lifejacket diberi lapisan polyurethane. Hanya bagian
tertentu saja yang diberikan lapisan polyurethane. Seperti pada bagian leher,
lengan atas, dada, pinggang dan pada bagian kaki. AgeMan Children Lifejacket
juga dilengkapi dengan reflektor, lampu lifejacket, peluit, dan juga tali.
Reflektor atau pita reflektif membantu saat proses pencarian. Lampu
lifejacket yang menyala dengan bantuan daya baterai memiliki fungsi untuk
mempermudah proses pencarian pada saat malam hari. Peluit yang digunakan
26
ialah peluit yang pada umumnya. Peluit dapat membantu proses pencarian pada
siang hari maupun malam hari. Dan juga tali difungsikan untuk merekatkan
lifejacket pada tubuh pengguna.
3.6 Tahap Pembuatan Prototipe
Pada tahap ini, penulis mulai mengaplikasikan desain yang telah dibuat
dengan menggunakan software AutoCAD pada kain yang telah ditentukan
yaitu kain Nylon Taffeta. Proses yang dilakukan dalam tahap pembuatan
prototipe adalah sebagai berikut:
1. Membuat pola pada kertas pola jahit dengan menggunakan pensil sesuai
dengan desain yang telah dibuat sebelumnya pada software AutoCAD.
2. Memotong pola jahitan pada kertas dengan menggunakan gunting kertas.
3. Menempelkan pola jahit yang telah dipotong pada kain Nylon Taffeta
dengan menggunakan jarum pentul, untuk kemudian dijadikan acuan
untuk membuat pola jahit dengan menggunakan kapur jahit.
4. Memotong kain yang telah selesai diberi pola jahit dengan menggunakan
gunting kain
5. Menyatukan bagian-bagian kain yang telah dipotong dengan
menggunakan mesin jahit.
6. Memasukkan busa pada beberapa bagian sesuai dengan spesifikasi yang
telah dibuat.
7. Melakukan pengecekan terhadap kondisi jahitan dan merapikan benang-
benang sisa jahitan.
3.7 Tahap Pengujian
Pada tahap ini penulis melakukan beberapa pengujian terhadap AgeMan
Children Lifejacket yang telah dibuat. Pengujian yang dilakukan adalah uji
apung, uji performa dan uji ergonomi. Pengujian tersebut dilakukan
berdasarkan MSC 200 (80) dan MSC 81 (70). Pengujian daya apung dilakukan
untuk menguji kesesuaian lifejacket dan immersion suit. Pengujian performa
dilakukan untuk menguji kesesuaian terhadap lifejacket dan pengujian
ergonomi dilakukan untuk menguji kesesuaian terhadap immersion suit
27
3.8 Diagram Alir Penelitian
Flowchart atau diagram alir dari penelitian yang digunakan dalam proses
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
Mulai
Studi Literatur
Identifikasi Awal 1. SOLAS
1. Identifikasi & Perumusan 2. LSA code
masalah 3. MSC. 81 (70) 1998
2. Penetapan batasan masalah 4. MSC. 200 (80) 2005
5. Jurnal-jurnal dan buku
Analisa Desain
Spesifikasi Bahan
Terdapat kendala
Yes
No
Tahap Pengujian
Selesai
28
3.9 Pengujian Daya Apung
Pengujian daya apung dilakukan dengan bantuan boneka yang diberikan
beban. Tahap dari pengujian daya apung adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan boneka yang telah diberi beban dengan batu atau benda lain
yang memenuhi berat yang diinginkan
2. Boneka dimasukkan ke dalam AgeMan Children Lifejacket. Boneka
tidak boleh terkena air supaya beban tetap konstan.
3. Kemudian dimasukkan dalam air. Disaat yang bersamaan waktu
memasukkan lifejacket kedalam air harus dicatat.
4. Saat lifejacket tidak mengapung dengan baik atau tenggelam ke dasar
air maka beban dalam boneka harus disesuaikan
5. Mencatat kondisi lifejacket saat pertama dimasukkan ke dalam air
6. Mencatat kondisi lifejacket saat waktu mendekati 24 jam.
7. Melihat kondisi daya apung terakhir lifejacket
Tabel untuk mencatat data yang diperoleh pada pengujian daya apung
menggunakan Tabel 1 pada Lampiran I . Untuk diagram alir pengujian daya
apung dapat dilihat pada Gambar 3.2
29
Mulai
No
Selesai
30
1. Membuat jadwal pengujian untuk 9 responden
2. Memastikan responden dalam kondisi sehat
3. Mengukur suhu tubuh responden sebelum berendam di air dengan
menggunakan termometer suhu
4. Memakaikan AgeMan Children Lifejacket pada responden sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
5. Selanjutnya responden dimasukkan dalam air. Pada keadaan ini
responden diajak bermain selama 20 menit.
6. Setelah selesai proses dalam air, penulis melakukan pengukuran suhu
tubuh responden
7. Penulis merekap data suhu tubuh yang telah didapatkan
8. Membandingkan selisih suhu tubuh pada pemakaian AgeMan Children
Lifejacket dengan Children Lifejacket.
Pengujian performa dilakukan pada hari yang berbeda dengan responden
sebanyak 9 anak. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak 2 kali menggunakan
Tabel 2 pada Lampiran II. Untuk diagram alir pengujian performa dapat dilihat
pada Gambar 3.3
31
Mulai
Selesai
32
4. Responden menaiki dan menuruni tangga vertikal. Pada saat yang
bersamaan penguji melakukan pengamatan terhadap sikap kondisi
responden saat melakukan pengujian
5. Responden mengambil pensil yang berada di meja dengan diameter pensil
8 – 10 mm
6. Merekap data hasil pengujian ergonomi.
Tabel untuk mencatat data yang diperoleh pada pengujian ergonomi
menggunakan Tabel 3 pada Lampiran III. Untuk diagram alir pengujian
ergonomi dapat dilihat pada Gambar 3.4
Mulai
Menjadwalkan responden
Selesai
33
3.12Kesimpulan dan Saran
Tahap ini adalah tahap akhir dari penelitian. Peneliti akan mengambil
kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan serta memberikan saran pada
Lifejacket yang telah dibuat, dengan harapan peneliti lain yang akan melakukan
penelitian dengan tema yang sama dapat melakukan yang lebih baik di
kemudian hari.
34
3.13 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Keterangan:
Sidang Proposal
Sidang Progres
Sidang Akhir
29
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
30
LAMPIRAN I
Kondisi Lifejacket
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
31
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
32
LAMPIRAN II
Suhu Suhu
Suhu Tubuh Sebelum Rata- Suhu Tubuh Sesudah Rata-
Responden
Rata Rata
33
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
34
LAMPIRAN III
35
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
36
DAFTAR PUSTAKA
Biggart, M. J., & Boh, D. J. (1990). Effect of hypothermia and cardiac arrest on
outcome of near-drowning accidents in children. The Journal of Pediatrics.
https://doi.org/10.1016/S0022-3476(05)80526-8
Boyoh, D., Nurachman, E., & Apriany, D. (2015). Pengaruh Pengukuran Suhu
Termometer Infrared Membran Timpani Terhadap Kenyamanan Anak Usia
Pra Sekolah. Jurnal Skolastik Keperawatan, Vol. 1, No.01, pp. 83–91.
https://doi.org/10.35974/jsk.v1i01.20
Frankfort, C., Worth, W. M., O’Brien, J. P., & Buckman, T. W. (1987). Whistle.
Khanamirian, A., Miami, & Fla. (1990). Safety Belt Harness System.
37
Kompas. (2020). 17 Migran Tewas karena Hipotermia di Laut Tengah.
URL:https://internasional.kompas.com/read/2014/12/05/19563931/17.Migra
n.Tewas.karena.Hipotermia.di.Laut.Tengah#:~:text=ROMA%2C%20KOMP
AS.COM%20%2D%20Angkatan,penurunan%20tajam%20suhu%20musim%
20dingin.
Putri, W., & Parami, P. (2016). Perubahan Hemodinamik Pada Korban Tenggelam.
Rachman, T., Zubair, M., Alie, M., Paotonan, C., & Umar, H. (2019). Diseminasi
Perangkat Keselamatan Pelayaran Moda Waterway Sungai Tallo Makassar
bagi Masyarakat Pulau Lakkang. Jurnal Teknologi Terapan untuk
Pengabdian Masyarakat. Vol. 2, pp. 52–62.
Rathjen, N. A., Shahbodaghi, S. D., & Brown, J. A. (2019). Hypothermia and cold
weather injuries. American Family Physician, 100, 680–686.
38
Resolution MSC 207(81). (2006). Adoption of Amandements To The International
Life-Saving Appliance (LSA) Code: Vol. 207 (81).
Sari, N. H., & Sinarep, S. (2011). Analisa Kekuatan Bending Komposit Epoxy
Dengan Penguatan Serat Nilon. Dinamika Teknik Mesin.
https://doi.org/10.29303/d.v1i1.130
Sirait, F., & Wicaksono, B. A. (2017). Prototipe Smart Life Jacket Berbasis
Arduino. ISSN : 2086 ‐ 9479. Jurnal Teknologi Elektro, UniversitasMercu
Buana, Vol.8, No.2, pp.87–94.
https://media.neliti.com/media/publications/141935-ID-perancangan-
simulasi-sistem-pemantauan-p.pdf
Sumanto, B., & Puliano, P. (2014). Pengukuran Suhu Tubuh Secara Tak Sentuh
Menggunakan Inframerah Berbasis Arduino UNO.
Susanti, L., Andalas, U., Zadry, H., Andalas, U., Yuliandra, B., & Andalas, U.
(2015). Pengantar Ergonomi Industri (D. Fahrezionaldo & S. Y (eds.); I).
Andalas University Press.
39
Triprastyo, A. B. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran STAD dengan
Pendekatan SAVI Terhadap Kemampuan Bantuan Hidup Dasar Pada Nelayan
Di Kabupaten Jember.Skripsi , Digital Repository Universitas Jember.
U.S Departmen of Health and Human, Food and Drug Administration, & Center
for Device and Radiological Health. (2003). Guidance for Industry and FDA
Staff Pediatric Expertise for Advisory Panels. In Management.
http://www.fda.gov/downloads/MedicalDevices/DeviceRegulationandGuida
nce/GuidanceDocuments/ucm082188.pdf
Willcox-Pidgeon, S., Peden, A. E., Franklin, R. C., & Scarr, J. (2019). Boating-
related drowning in Australia: Epidemiology, risk factors and the regulatory
environment. Journal of Safety Research, Vol.70, pp.117–125.
https://doi.org/10.1016/j.jsr.2019.06.005
Zhang, H., & Song, G. (2014). Performance of immersion suits: A literature review.
Journal of Industrial Textiles, Vol.44, No.2, pp.288–306.
https://doi.org/10.1177/1528083713486823
40