Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Komunikasi Pada Pasien Marah Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAHKOMUNIKASI PADA ANAK

Dosen Pembimbing :Ns. Fadlyana Ekawaty, S,Kep., M,Kep., Sp. Kep. An

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Reny haryani G1B119051
Marta prima yuda G1B119055
Nahdiah khopipah G1B119060
Melikson kakyarmabin G1B119061
Erawati G1B119062
Yahya esrom ansanay G1B119064
Nadia rifelda G1B119065
Harnika G1B119067
Sherin azarine G1B119068
Fiqri gumilang G1B119071
Mertisa G1B119072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Pujidan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul“KOMUNIKASI PADA ANAK"tepat pada Waktunya Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya.
Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Jambi, 19 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1.Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2.Rumusanmasalah.........................................................................................1
1.3.. Tujuan..........................................................................................................
...........1
1.3.1. TujuanUmum....................................................................................1
1.3.2. TujuanKhusus...................................................................................1
1.4.Manfaat.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Definisi marah ..........................................................................................3
2.2. Karakteristik marah ..................................................................................3
2.3. Faktor-faktor penyebab marah..................................................................4
2.4. Akibat marah ............................................................................................5
2.5. Terapi marah.............................................................................................5
2.6. Teknik berkomunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah .............6
2.7. Terapi marah.............................................................................................7

BAB III PENUTUP..................................................................................................9


3.1. Kesimpulan..............................................................................................9
3.2. Saran ........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan
terapeutik perawat – klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat
kepada klien.Kelemahan dalam komunikasi masih menjadi masalah bagi perawat
maupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan
menyebabkan ketidaknyamanan pasien.Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan
keperawatan kurang memuaskan dan membuat pasien menjadi marah,hal tersebut
terkadang disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang
tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien.
Sangat sering terjadi tenaga kesehatan harus menghadapi pasien yang marah
atau menjengkelkan, sebagian merendahkan diri atau sarkastik, sedangkan lainnya
bersikap menuntut, agresif, dan terang-terangan memperlihatkan sikap bermusuhan.
Terkadang pasien mengucapkan teguran yang tidak pantas yang bersifat merendahkan
pemula atau bahkan dokter yang sudah berpengalaman. Tenaga kesehatan mungkin
merasa sebal, marah, kewibawaannya terganggu, tidak sabar, atau frustasi. Tenaga
kesehatan harus menyadari bahwa reaksi ini adalah respons pasien terhadap
penyakitnya, dan belum tentu menunjukkan respons terhadap pewawancara. Tiap
pewawancara harus menyadari bahwa emosi yang sama seperti marah, iri, atau takut ada
pada kedua belah pihak, pasien dan tenaga kesehatan yang menanganinya. Seorang
pasien dapat mengungkapkan perasaannya kepada tenaga kesehatan, yang harus
bertindak secara professional dan obyektif, dan tidak merasa diserang atau
menjadi defensif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui definisi marah?
2. Mengetahui karakteristik marah ?
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab marah
4. Mengetahui akibat marah ?
5. Mengetahui terapi marah?
6. Mengetahui teknik berkomunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah ?
7. Mengetahui terapi marah ?

1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran komunikasi dalam keperawatan mengenai
komunikasi terapeutik, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami dan
mengatasi klien dalam situasi tertentun khususnya klien yang sedang marah.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Untuk mengetahui definisi marah?
2. Untuk mengetahui karakteristik marah ?
3. Untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor penyebab marah
4. Untuk mengetahui akibat marah ?

1
5. Untuk mengetahui terapi marah?
6. Untuk mengetahui teknik berkomunikasi terapeutik untuk mengatasi klien
marah ?
7. Untuk mengetahui terapimarah ?

1.4 . Manfaat
a. Memahami dan menerapkan komunikasi terapeutik dalam berhubungan dengan
seorang klien yang sedang marah
b. Sebagai bekal perawat pada saat akan melakukan asuhan keperawatan kepada klien
c. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi marah


Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi
emosional kuat yang didatangkan oleh ancaman, campur tangan, serangan katakata,
penyerangan jelas, atau frustasi dan dicirikan dengan reaksi gawat dari sistem syaraf
yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau tersembunyi.
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai
ciri aktivitas sistem sistem syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka
yang sangat kuat disebabkan adanya kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan
pengertianmengenai marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi
terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan
marah yang kontruktif dapat membuat perasaan lega.

2.2. Karakteristik Marah


Menurut Beck dalam Purwanto & Mulyono (2006), pada dasarnya emosi marah
dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu :3
1. Aspek biologi
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi terhadap
sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takikardi (frekuensi denyut
jantung meningkat ) wajah memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin
meningkat, meningkatnya kewaspadaan dan ketegangan otot seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks cepat. Hal ini disebabkan energy yang
dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan
menuntut.
3. Aspek Intelektual
Pada gangguan fungsi panca indera dapat terjadi penyimpangan persepsi
seseorang sehingga hal itu dapat menimbulkan marah. Sebagian besar pengalaman
kehidupan seseorang melalui proses intelektual. Peran panca indera sangat penting
untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara marah,
mengidentifikasi keadaan penyebab marah, proses informasi, klasifikas informasi dan
penyimpangan persepsi.
4. Aspek Sosial
Emosi marah sering merangsang kemarahan dari orang lain dan menimbulkan
penolakan dari orang lain. Sebagian orang menyalurkan kemarahan dengan menilai dan
mengkritik tingkah laku orang lain sehinggaorang lain merasa sakit hati. Aspek sosial
ini meliputi interaksi sosial, budaya, kepercayaan dan ketergantungan.

3
5. Aspek Spiritual
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan dan dimanifestasi dengan amoral dan rasa.

2.3 Faktor-faktor Penyebab Marah


Orang marah sebenarnya dapat datang dari luar dan dalam diri orang itu,
sehingga secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu terdiri dari faktor fisik
dan psikis (Purwanto & Mulyono, 2006).3
1. Faktor Fisik
Sebab-sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
a. Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang yang terlalu lelah karena kerja keras,
akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung.
b. Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak kurang
mendapatkan zat asam, orang itu akan lebih mudah marah.
c. Hormon kelamin pun dapat mempengaruhi kemarahan seseorang. Hal ini dapat
dibuktikan pada sebagaimana wanita yang sedang haid, rasa marah merupakan
ciri khasnya yang utama.
2. Faktor Psikis
Faktor psikis yang menimbulkan marah adalah erat kaitannya dengan
kepribadian seseorang. Terutama yang menyangkut " self-concept yang salah" yaitu
anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri salah. Self-concept yang salah
menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tidak matang. Karena, seseorang akan
menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada. Beberapa self-
concept yang salah dapat kita bagi menjadi:
a. Rasa rendah diri ( MC = Minderwaardigheid Complex), yaitu menilai
dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenamya. Orang ini akan mudah
sekali tersinggung karena segala sesuatu dinilai sebagai yang
merendahkannya, akibatnya wajar ia mudah marah.
b. Sombong (Superiority Complex) yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari
kenyataanya yang sebenamya. Jadi merupakan sifat kebalikan sifat dari
rasa rendah diri. Orang yang sombong terlalu menuntut banyak pujian
bagi dirinya. Jika yang diharapkan tidak terpenuhi, ia wajar sekali
marahnya.
c. Egoistis atau terlalu mementingkan diri sendiri atau menilai dirinya
sangat penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat demikian akan
mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial yang bersifat
apatis, sehingga orang yang egoistis tersebut merasa tidak diperlakukan
dengan semestinya dalam pergaulan sosial.
3.Faktor Menurut Nuh,Hamzah,Hawwa (1993)
a. Lingkungan
b. Pertengkaran
c. Senda gurau dengan cara yang batil
d. Memusuhi orang lain dengan segala cara
e. Congkak dan sombong di muka bumi tanpa hak
f. Lupa mengendalikan diri
g. Orang lain tidak melaksanakan kewajibannya kepada si marah

4
h. Penjelasan orang lain terhadap aib nya
i. Mengingat permusuhan dan dendam lama
j. Lalai terhadap akibat ditimbulkan oleh marah

2.4 Akibat Marah


1. Pendekatan psikologi
Menurut gie (1999) mengatakan bahwa “amarah merupakan suatu reaksi emosional
yang terbiasakan dalam kehidupan dehari-hari seseorang” . Sesungguhnya ragam emosi
yang kasar dapat disingkirkan dan sekurang-kurangnya dapat dikendalikan,sehingga
tidak dapat menimbulkan bahaya yang lebih parah yang ditimbulkan dari amarah
tersebut

1. Bahaya fisiologi

Amarah dan kekecewaan yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Hal
tersebut akan menimbulkan hipertensi,stres,depresi ,maag,gangguan fungsi
jantung,insomnia kelelahan,bahkan serangan jantung.bahkan amarah seorang ibu yang
sedang menyusui dapat mengakibatkan peracunan yang berbahaya didalam air susunya

Menurut mardin (1990) mereka memiliki mental lemah harus menyadari bahwa
beberapa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya. Mereka mungkin tidak
mengetahui,ternyata banyak manusia akibat dari marah yang berlebihan sehingga ia
mati karena serangan jantung. Amarah juga bisa menyebabkan berkurangnya nafsu
makan,serta terganggunya otot dan saraf selama berjam-jam bahkan berhari-hari

2. Bahaya psikologi

Secara psiologis amarah dapat membahayakan terhadap manusia karena akan


berimfikasi negatif, amarah juga dapat merusak pola pemikiran menjadi lebih
pendek,bahkan dengan marah bisa memutuskan cinta kasih seseorang

3. Bahaya sosial

Watak pemarah akan mengakibatkan terjadinya disharmonis, seperti putus jalinan


cinta kasih , putusnya persahabatan, kehilangan pekerjaan, terkena hukuman perdana
bahkan dengan bermusuhan bisa menimbulkan penganiyaan dan bermusuhan

2.5 Terapi marah

1. Kemerahan diekspresikan , secara asertif bukan agresif , cara yang paling sehat
dalam mengekspresikan kemarahan.

2. Kemarahan dapat ditekan,kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi ketika
kemarahan ditahan,berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang positif.
Tujuannya adalah menghalangi atau menekan kemarahan dan diganti dengan perilaku
yang lebih konstruktif

5
3. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku luar
tetapi juga mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk memperlambat detak
jantung, menenangkan diri dan membiarkan perasaan itu surut

2.6 Tehnik Berkomunikasi Terapeutik untuk Mengatasi Klien Marah


Ruang konsultasi bisa jadi selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien.
Ketika pasien tidak bisa mengontrol emosi, dokter dan perawat terkadang perlu
mengatasinya dengan komunikasi terapeutik. Berikut beberapa cara menangani pasien
atau anggota keluarga pasien yang marah
1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam ketika menghadapi orang sakit, anda
mungkin akan menemukan berbagai reaksi emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda
perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul.
Anda juga perlu mengidentifikasi kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk,
berdasarkan bahasa tubuh pasien.
2. Tunjukkan empati ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah
mendengarkan dan menunjukkan empati daripada ikut berdebat dan berargumen. Sulit
mengetahui akar penyebab kemarahan, bisa jadi karena mereka sedang kesakitan,
ketakutan, atau hal lain. Tenaga medis perlu tetap sabar dan mendengarkan keluhan
pasien mereka, meskipun kadang tidak masuk akal. Agar bisa melakukannya, cobalah
posisikan diri Anda di posisi mereka dan rasakan sakit yang mereka rasakan. Anda
mungkin tidak perlu menghiraukan ketika mereka mengeluarkan kata-kata kasar ke diri
Anda.
3. Hati-hati dalam berbicara, dalam situasi marah, tenaga medis perlu berhatihati saat
berbicara, sehingga tidak memperparah situasi. Kata-kata memiliki kekuatan, jadi
daripada memperpanas kemarahan, Anda mungkin bisa membiarkan pasien Anda
mencurahkan dan menyampaikan perasaan mereka. Dengan cara bicara yang benar,
Anda mungkin bisa menemukan alasan frustasi dan kemarahan mereka, darimana itu
berasal dan menyelesaikan akar permasalahannya.
4. Jangan menghiraukan perasaan mereka Tidak ada pasien marah yang suka dihiraukan
oleh dokter atau perawat. Tenaga kesehatan justru perlu memberi perhatian khusus ke
pasien ini. Cara Anda menunjukkan respek akan menunjukkan kepedulian Anda
terhadap situasi yang sedang mereka hadapi. Ini juga bisa dianggap sebagai
perlindungan diri, untuk mencegah keluhan atau komentar negatif di media sosial.
5. Hiburlah mereka Jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak
berhasil, biarkan saja pasien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien
ingin marah, biarkan mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah memberi yang
terbaik dan Anda tahu tidak Ada lagi yang bisa Anda lakukan. Ingatlah untuk tetap
tenang dan berusaha menghibur mereka, dan sampaikan bahwa Anda memahami
perasaan mereka.
6. Dengarkan
a) Biarkan pasien melepas kemarahannya. Cari fakta inti permasalahannya,
jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan
emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi selalu menutupi maksud
pasien yang sesungguhnya.
b) Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi pasien
yang lelah,gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll.
c) Fokus. Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasi kita pada pasien
(telepon,tamu lain, dll).

6
d) Ulangi setiap fakta yang dikemukakan pasien, sebagai tanda kita benar
benar mendengarkan mereka.
7. Berusaha sependapat dengan pasien. Bukan berarti kita selalu membenarkan pasien,
namun sebagai salah satu taktik meredakan marahnya pasien, kita mencari point-point
dalam pernyataan pasien yang bisa kita setujui. Misalnya, “Ya Pak, sayasependapat
bahwa tidak seharusnya pasien menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi
saat ini kamar perawatan kami memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari
jalan keluarnya danmelaporkannya pada Bapak sesegera mungkin.”
8. Tetap tenang dan kuasai diri.
a) Ingatlah karakteristik pasien di rumah sakit adalah mereka yang sedang cemas,gelisah
dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga sangat bisa dimengerti bahwa
dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung bertindak emosional.
b) Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan menenangkan. Jangan
terbawa oleh nada suara pasien yang cenderung tinggi dan cepat.
c) Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
d) Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas masukannya, dan
sebut pasien dengan namanya.

2.7 Teknik relaksasi


Burn dalam utami:2002 mengatakan beberapa hasil dari relaksasi diantaranya
1. Dengan relaksasi anda akan terhindar dari reaksi yang berlebihan ,karena adanya
stres
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan stres seperti hipertensi ,sakit
kepala,insomnia,dapat dikurangi dengan cara rileksasi
3. Dapat mengurangi tingkat kecemasan
4. Mengurangi gangguan yang berhubungan dengan stres
5. Penelitian dengan menunjukkan ahwa perilaku tertentu dapat lebih sering selama
periode stres

● Relaksasi otot
Relaxation via tension-relaxation
Relaxation via letting go
Defferentia relaxation
● Relaksasi kesadaran indra
● Relaksasi melalui hipnose, yoga dan meditasi
● Mengendorkan urat leher
● Mengendorkan urat lengan
● Memejamkan mata

7
● Menyibukkan diri
● Memeriksa kepala tangan
● Melatih pernafasan
● Berbicara dengan tenang
● Berusaha terbuka dengan teman yang amanah

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi klien yang marah
diperlukan untuk tetap menerapkan komunikasi terapeutik agar dapat terjalin hubungan
yang baik antara perawat dan klien dan juga seorang perawat harus mengetahui
karakteristik,faktor penyebab serta tehnik-tehnik dalam mengatasi klien yang marah
sehingga masalah klien dapat terselesaikan.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat kita harus bisa menerapkan komunikasi terapeutik
khususnya dalam menghadapi klien yang sedang marah. Kita harus tetap memberikan
pelayanan yang baik bagaimanapun situasi klien.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Ramdhani T. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasein.


2016; tersedia dari : URL
http://repository.ump.ac.id/2068/3/TAUFIKRAMDHANIBABII.pdf [Diakses
6 September 2019]

2. Imanuel I. Tehnik Berkomunikasi Terapeutik untuk Mengatasi Klien Marah.


2017; tersedia dari : URL
https://www.scribd.com/document/359108363/Tehnik-Berkomunikasi-
Terapeutik-Untuk-Mengatasi-Klien-Marah [Diakses 6 September 2019]

3. Aziz W. B. Hubungan Asertivitas dengan Pengungkapan Emosi Marah pada


Orang dengan Diabetes Melitus Tipe II. 2017; tersedia dari: URL
http://digilib.uinsby.ac.id/19512 [Diakses 6 September 2019]

10

Anda mungkin juga menyukai