Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Model Dan Nilai Promkes

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Model dan Nilai Promosi Kesehatan

DISUSUN OLEH :
1. Sundus Nafisa Balfas [NIM : 18.035]
2. Titis Aisyah [NIM : 18.036]
3. Ajeng Acnes Meylisa S. [NIM : 19.001]
4. Alfin Dalilah Fiftin [NIM : 19.002]
5. Aprilya Vera Damayanti [NIM : 19.004]
6. Avin Dwi Agustian [NIM : 19.006]
7. Bayu Ferdianto [NIM : 19.007]
8. Dinik Romadhoni [NIM : 19.008]
9. Intan Alifatus Dzakiyah [NIM : 19.011]
10. Kholifah Muji Fitri Ayuni [NIM : 19.012]
11. Maya Rahmawati [NIM : 19.021]

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA


MOJOKERTO
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Model dan Nilai Promosi
Kesehatan”. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu proses
pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan pembaca. Kami selaku penyusun
makalah ini juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa, kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini,
dikarenakan masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
 

Mojokerto, 16 September 2020


Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... 2


Daftar Isi ........................................................................................................................ 3
Bab I Pendahuluan ......................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan penulisan ................................................................................................. 4
Bab II Pembahasan ......................................................................................................... 5
2.1 Definisi promosi kesehatan .................................................................................. 5
2.2 Teori sebab akibat ................................................................................................ 6
2.3 Preceed proceed teory .......................................................................................... 9
Bab III Penutup ............................................................................................................. 17
3.1 Simpulan ............................................................................................................. 17
3.2 Saran ................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun
banyak orang masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan
didalam kehidupannya. Masyarakat memiliki hak didalam memperoleh
pelayanan kesehatan, untuk itu diperlukan suatu tindakan yang harus diambil
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu
bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat harus memiliki
prinsip, metode, media juga strategi dan akan diintervensikan ketika dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada masyarkat. Sehingga promosi kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat dapat dimengerti masyarakat dan ditampilkan
dalam bentuk perubahan perilaku masyarakat yang lebih baik dalam perilaku
kesehatan.
Mengingat tugas kita sebagai tim medis adalah salah satunya
memperkenalkan bagaimana cara hidup sehat dengan masyarakat maka didalam
makalah ini kami akan membahas tentang “Teori dalam Promosi Kesehatan”.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan di bahas yaitu :
1. Apa itu promosi kesehatan ?
2. Apa itu teori sebab akibat ?
3. Bagaimana teori sebab akibat ?
4. Apa itu preceed proceed teory ?
5. Bagaimana preceed proceed teory itu ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas;
2. Agar pembaca mengetahui model dan nilai promosi kesehatan dari teori
sebab akibat serta preceed proceed teory.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Promosi Kesehatan

a. Promosi kesehatan adalah ilmu yang membantu masyarakat menjadikan gaya


hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual.

b. Menurut Lawrence Green, 1984 : Pomosi kesehatan adalah segala bentuk


kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan

c. Menurut Ottawa Charter, 1986 : Promosi kesehatan adalah suatu proses untuk
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu
mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah
atau mengatasi lingkungannya (fisik, sosial budaya, dsb).

d. Menurut Green & Ottoson, 1998 : Promosi Kesehatan adalah kombinasi


berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan
perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan
kesehatan

e. Menurut Nutbeam dalam Keleher, et.al 2007 : Promosi kesehatan adalah proses
sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada
kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu, tetapi juga perubahan sosial,
lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat.

f. Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol


terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984).

g. Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan


masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

5
Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah
timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila
masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita
Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya
dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana
penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti
kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan
pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain.

h. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian


dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga
disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian
promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun
dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan
sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan
diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi
juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam
rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu
mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan
kesehatan individu dan masyarakat.

2.2 Teori Sebab Akibat


Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) : yaitu perilaku
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, gizi (makanan dan minuman).
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan
atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior) :
perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita atau

6
mulai dari mengobati sendiri (self treatment sampai dengan mencari pengobatan
ke luar negeri).
3. Perilaku kesehatan lingkungan : bilamana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga lingkungan
tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli (Becker 1979)
membuat klasifikasi tentang perilaku ini yaitu :
a. Perilaku hidup sehat
Perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup
makan dan menu berimbang (approciate diet), olahraga teratur, tidak
merokok, tidak meminum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup,
mampu mengendalikan stress, perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi
kesehatan (misal tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks,
penyesuaian diri dengan lingkungan dan sebagainya).
b. Perilaku sakit (Illnes Behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan
gejala penyakit, cara penularan, cara dan kemana harus mencari pengobatan
penyakit dan sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (The sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran yang
mencakup hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan
kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain
(terutama keluarganya) yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit
(The sick role).
Perilaku ini meliputi tindakan untuk memperoleh kesembuhan,
mengenal/mengetahui fasilitas/sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang
layak, mengetahui hak (misal : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain
dan sebagainya).
d. Sikap
Adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap
stimulus/objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit).

7
Setelah seseorang mengetahui stimulis/objek, proses selanjutnya akan
menilai/bersikap terhadap stimulus. Indikator untuk sikap kesehatan yaitu
sikap terhadap sakit dan penyakit, sikap terhadap cara pemeliharaan dan cara
hidup sehat, sikap terhadap kesehatan lingkungan.
e. Praktek/tindakan (Practices)
Setelah seseorang mngetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian/berpendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/mempraktekkan apa yang
diketahui/disikapinya (dinilai baik) inilah yang disebut praktek (practice)
kesehatan atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).
Indikator praktek kesehatan tersebut ialah :
a) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit, tindakan/perilaku ini
mencakup :
 Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan
pengurasan untuk mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada
waktu kerja ditempat berdebu dan sebagainya.
 Penyembuhan penyakit misalnya minum obat sesuai petunjuk dokter,
melakukan anjuran-anjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat.
b) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,
tindakan/perilaku ini mencakup antara lain mengkonsumsi makanan
bergizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak
minum minuman keras dan narkoba.
c) Tindakan (prakek) kesehatan lingkungan, perilaku ini mencakup
membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah ditempat
sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan
sebagainya.
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi dan dalil yang saling
berhubungan secara umum teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang
satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta.  Pada teori sebab akibat, apa
yang dialami manusia pasti ada penyebabnya. Pengetahuan tentang sebab akibat
mampu mendorong seseorang untuk bertindak hati-hati dan fokus terhadap akibat.
Teori ilmiah dari berbagai teori ilmiah dari bebagai lapangan ilmu secara umum
sangat bergantung pada hukum sebab akibat (kautalitas). Kautalitas terkait erat
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.

8
1. Prinsip pertama : prinsip kausalitas menganiscayakan setiap kondisi (akibat)
pasti mempunyai sebab.
2. Prinsip kedua : menjelaskan bahwa akibat tidak mungkin terpisah dari sebab,
jika ada sebab maka ada akibat dan begitu sebaliknya.
3. Prinsip ketiga : hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang
menganiscayakan setiap himpunan secara esensial harus selaras dengan sebab
dan akibat di alam.
Teori sebab akibat dalam promosi kesehatan tentunya akan menjadi lelas
ketika memahami hukum sebab akibat tersebut. Aplikasi sebab akibat dalam
promosi kesehatan memberi penekanan pada petugas kesehatan bahwa suatu
penyakit yang terjadi pasti ada penyebabnya.

2.3 Preceed Proceed Teory


Preceed Proceed Teory adalah kerangka evaluasi biaya-manfaat yang
diusulkan pada tahun 1974 oleh Lawrence W. Green yang dapat membantu
perencana program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator lainnya,
menganalisis situasi dan merancang program kesehatan secara efisien.
Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980,
merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi
promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation).
Precede merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah,
mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. Pada tahun 1991,
model ini disempurnakan menjadi model Precede-Proceede. PROCEEDE
merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and Organizational Contructs in
Educational and Environmental Development.
Dalam aplikasinya, precede-proceed dilakukan bersama-sama dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. precede digunakan pada fase diagnosis
masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan proceed digunakan
untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Menurut Schmidt dkk. (1990), model ini paling banyak diterima dan telah berhasil
diterapkan dalam perencanaan program-program komprehensif dalam banyak
susunan yang berlainan, serta model ini dianggap lebih berorientasi praktis.

9
Precede digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah
dan tujuan program, sedangkan proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan
kriteria kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.
a.  Fase 1 (Diagnosis sosial)
Diagnosis sosial adalah proses menetukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya,melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain
sebelumnya.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital
statistic yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara
langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat,
maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan
informan kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group
discussion (FGD), nominal group process, dan survei.
Pada fase ini, praktisi dapat menggunakan kumpulan data multipel dari
aktivitas-aktivitas (hasil wawancara dengan informan, diskusi kelompok,
observasi terhadap partisipan, dan survei), untuk memahami kebutuhan
masyarakat. Fase ini secara subjektif berupaya mendefinisikan kualitas hidup
dalam masyarakat. Fokus pada fase ini adalah untuk mengenali dan
mengevaluasi permasalahan sosial yang mempengaruhi kualitas hidup target
populasi. Tahap ini membutuhkan perencana program untuk mendapatkan
pengertian dari permasalahan sosial yang mempengaruhi kehidupan pasien,
konsumen, siswa, atau komunitas, sebagaimana mereka memandang
permasalahan tersebut. Hal ini diikuti oleh pembentukan penghubung antara
permasalah tersebut dan permasalahan kesehatan spesifik yang dapat menjadi
fokus dari edukasi kesehatan. Penghubung ini sangat penting dalam hidup dan,
sebagai timbal balik, bagaimana kualitas hidup mempengaruhi permasalahan
sosial. Metode yang digunakan untuk diagnosis sosial dapat menggunakan satu
atau beberapa cara pada “Community Assessment”.

b. Fase 2 (Diagnosis epidemiologi)


Pada tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap
pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang
berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah kesehatan tersebut

10
dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang ditimbulkan.
Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah yang nantinya
akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis.
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan
(umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Di samping itu, dicari pula
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,
morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi
masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan
atau perilaku). Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah,
yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan,
serta kemungkingan untuk diubah. Prioritas masalah harus tergambar pada
tujuan program dengan ciri “who eill benefit how much of what outcome by
when”.
Diagnosis epidemiologi mencakup analisis data sekunder atau kumpulan
data asli untuk memprioritaskan kebutuhan akan kesehatan masyarakat serta
mempertahankan tujuan dan target dari program. Praktisi mengamankan dan
menggunakan data statistik yang spesifik dari populasi target dalam rangka
mengidentifikasi  dan mengurutkan masalah dan tujuan kesehatan yang dapat
memberikan kontribusi terhadap kebutuhan masyarakat yang teridentifikasi.
Diagnosis epidemiologi membantu identifikasi faktor-faktor perilaku dan
lingkungan yang berhubungan dengan kualitas kehidupan. Fokus pada fase ini
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan yang spesifik dan faktor
non-medis yang berhubungan dengan kualitas kehidupan yang buruk.
Menjelaskan permasalahan kesehatan tersebut dapat :
1. membentuk hubungan antara permasalahan kesehatan, kondisi kesehatan lain,
dan kualitas kehidupan;
2. Mendorong penyusunan prioritas masalah yang akan memandu fokus dari
program dan pemanfaatan sumber daya secara efektif;
3. Menyusun kewajiban yang jelas pada masing-masing pihak. Prioritas-
prioritas ini dijelaskan sebagai sebagai sebuah program objektif yang
menjelaskan target populasi (WHO), outcome yang diinginkan (WHAT), dan
seberapa banyak (HOW MUCH) keuntungan yang harus didapatkan target
populasi, dan kapan (WHEN) keuntungan tersebut terjadi.
Contoh data-data epidemiologi :

11
 Statistik vital

 Usia rentan meninggal

 Kecacatan

 Angka kejadian

 Morbiditas

 Mortalitas
Dari fase 1 dan 2 objektif program disusun, objektif program adalah
tujuan-tujuan yang ingin dicapai sebagai hasil dari implementasi intervensi-
intervensi. Contoh diagnosis epidemiologi dalam promosi kesehatan diare adalah
banyaknya penduduk terutama balita dan anak-anak yang menderita mencret-
mencret/diare dan angka kematian anak akibat diare cukup tinggi.

c. Fase 3 (Diagnosis perilaku dan lingkungan)


Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau
masalah yang diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau sosial.
Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis paralel dari faktor lingkungan
sosial dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat dikaitkan dengan perilaku.
Fase ini mengidentifikasi faktor-faktor, baik faktor internal maupun
eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan.
Fokus fase ini ditujukan pada identifikasi sistematis praktek kesehatan dan
faktor-faktor lain yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan yang telah
dijelaskan pada fase 2. Faktor-faktor ini mencakup penyebab non-
perilaku  (faktor individu dan lingkungan) yang dapat berkontribusi pada
permasalahan kesehatan, tetapi tidak dikontrol oleh perilaku. Hal ini dapat
mencakup predisposisi genetik, umur, jenis kelamin, penyait yang diderita,
iklim, tempat kerja, ketersediaan fasilitas kesehatan yang adekuat, dan lain-lain.
Perilaku yang menyebabkan permasalahan kesehatan juga dinilai. Bagian
penting lain pada fase ini adalah kecenderungan terjadinya perubahan pada tiap
permasalahan kesehatan pada fase 2. Mengulang kembali untuk membaca
literatur-literatur yang telah ada maupun menerapkan teori-teori yang ada,
merupakan elemen penting pada fase ini.
Matrix Perilaku, untuk membantu mengenali target-target dimana
intervensi yang paling efektif dapat diterapkan. Matriks ini membantu dalam
mengidentifikasi sasaran dimana tindakan intervensi yang paling efektif dapat

12
diterapkan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan
lingkungan antara lain :
 Memisahkan faktor perilaku dan non-perilaku penyebab timbulnya masalah
kesehatan.
 Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan
dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan,
sedangkan untuk faktor lingkungan dengan mengeliminasi faktor-faktor
lingkungan yang tidak dapat diubah seperti faktor genetis dan demografis.
 Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh
terhadap masalah kesehatan.
 Urutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk
diubah.
 Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program.
Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin
dicapai program. Indikator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan
seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya
pencegahan (prevention action), pola konsumsi akanan (consumption pattern),
kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care).
Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence,
frequency, dan range. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan
sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang
digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan pemerataan.

d. Fase 4 (Diagnosis pendidikan dan organisasi)


Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan dan
organisasional model Precede memberi penekanan pada faktor-faktor
predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama berkaitan dengan
anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan faktor penguat merupakan
sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai dalam analisis perilaku.
 Faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku
tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional
atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan,
berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak.

13
 Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau
memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam
kelompok faktor pemungkin adalah ketersediaan pelayanan kesehatan,
aksesibilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan kesehatan baik dari segi
jarak maupun segi biaya dan sosial serta adanya peraturan-peraturan dan
komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.

 Faktor penguat (reinforcing factors)


Faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat
memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor yang
memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus
menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya pengulangan. Merupakan
faktor yang berperan setelah suatu perilaku telah dimulai. Faktor ini
mendukung pengulangan atau tetapnya suatu perilaku dengan memberikan
suatu penghargaan (reward) atau insentif secara berkelanjutan serta hukuman
(punishmen) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan
untuk memotivasi dan menguatkan perilaku sehat dan outcome.
Reinforcement bisa datang dari individu atau kelompok, seseorang atau
institusi dalam lingkungan fisik atau sosial seperti keluarga, guru, akademis,
dan lain-lain.
Hal penting untuk memahami  reinforcing factor adalah sejauh mana
ketidakadannya akan berarti kehilangan dukungan untuk tindakan dari
individu atau kelompok. Elemen penting pada fase ini adalah pemilihan
faktor yang dapat dimodifikasi, yang paling dapat menghasilkan perubahan
perilaku Proses pemilihan mencakup mengidentifikasi, memilah faktor-faktor
ini ke dalam kategori-kategori (positif dan negatif), menempatkan prioritas
pada tiap kategori, dan memprioritaskan salah satu kategori. Prioritas faktor
bergantung kepada tingkat kepentingan (importance) dan kemampuan untuk
diubah (changeability). Learning objectives dari faktor-faktor terpilih ini
kemudian dikembangkan.

14
Pemilihan faktor-faktor mana yang harus diubah untuk memulai dan
menjaga (maintain)  perubahan perilaku dilakukan pada fase ini karena
intervensi spesifik juga disusun pada fase ini.
Diagnosis edukasi dan organisasi ini lah yang digunakan untuk melihat
hal-hal spesifik yang dapat meningkatkan atau menurunkan perilaku-perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan.

Contoh diagnosis pendidikan dan organinasional :


 Predisposing factors
- Kurangnya pengetahuan tentang cara hidup bersih dan sehat.
- Kebiasaan MCK di sungai.
- Penggunaan air sungai sebagai sumber air minum dan masak.
- Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB.
- Kurangnya pengetahuan tentang diare.
 Enabling factors
- Terbatasnya sumber/fasilitas air bersih.
-  Terbatasnya fasilitas jamban.
- Terbatasnya daya jangkau ke pusat kesehatan.
-  Kegiatan PKK dan  karang  taruna yang tidak terlaksana dengan baik.
 Reinforcing factors
-  Perilaku tokoh masyarakat yang juga tidak memberikan contoh yang baik
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi, dan
menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor
pendorong yang telah diidentifikasi elalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya.

e. Fase 5 (Diagnosis administrasi dan kebijakan)


Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan
yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan
program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga
penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program,
sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan
pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi

15
dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang
memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat
mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan precede ke
implementasi dan evaluasi dengan proceed. Precede digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, proceed untuk meyakinkan
bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen
atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai
kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.
Diagnosis administratif dilakukan dengan tiga penilaian, yaitu sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada
di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksana program. Sedangkan
pada diagnosis kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan
politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program dan
pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.
Misalnya, adanya kebijakan pemerintah dalam pemberantasan penyakit
diare antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).
 Sumber Data
Data masyarakat yang dibutuhkan oleh seorang perencana promosi
kesehatan dapat berasal dari berbagai sumber seperti :
 Dokumen yang ada.
 Langsung dari masyarakat, di mana kita bisa mendapatkan data
mengenai status kesehatan masyarakat, perilaku kesehatan dan
determinan dari perilaku tersebut.
 Petugas kesehatan di lapangan.
 Tokoh masyarakat.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Promosi kesehatan adalah ilmu yang membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Teori
model dan nilai promosi kesehatan dibagi menjadi beberapa macam termasuk
teori sebab akibat dan preceed proceed teory.
Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Sedangkan preceed proceed teory adalah kerangka evaluasi biaya-manfaat
yang diusulkan pada tahun 1974 oleh Lawrence W. Green yang dapat
membantu perencana program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator
lainnya, menganalisis situasi dan merancang program kesehatan secara efisien.

3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini, yaitu apa saja
dan bagaimana model-model teori promosi kesehatan seperti teori sebab akibat
dan preceed proceed teory itu.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://poltekkestjkronianasoka.blogspot.com/2019/03/makalah-promosi-kesehatan-
model-dan.html
https://id.scribd.com/doc/282151171/model-dan-nilai-promosi-kesehatan-untuk-
kebidanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan#:~:text=Promosi%20kesehatan
%20adalah%20ilmu%20yang,sosial%2C%20spiritual%2C%20dan%20intelektual
https://www.kompasiana.com/rabiatuladawiah/promosi-kesehatan-dan-peran-kesehatan-
masyarakat_5510844f813311aa39bc6594

https://brainly.co.id/tugas/17607352

https://id.scribd.com/doc/282151171/model-dan-nilai-promosi-kesehatan-untuk-
kebidanan
https://docplayer.info/66937238-Promosi-kesehatan-teori-sebab-akibat-kel-tiga-
sembilan-orang.html
https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/PRECEDE
%25E2%2580%2593PROCEED_model&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search

18

Anda mungkin juga menyukai