Askep Hipo & Hipertyroidsm
Askep Hipo & Hipertyroidsm
Askep Hipo & Hipertyroidsm
DISUSUN OLEH :
1. Putri Dyah Nur Puspitasari [17.035]
2. Aprilya Vera Damayanti [19.004]
3. Avin Dwi Agustian [19.006]
4. Melinda Aprilia Eka Maviroh [19.014]
5. Maya Rahmawati [19.021]
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Dengan
Hipotiroidsm dan Hipertiroidsm”. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat
membantu proses pembelajaran serta dapat menambah pengetahuan pembaca. Kami
selaku penyusun makalah ini juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa, kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini,
dikarenakan masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hipotiroidsm
A. Definisi
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang
menyebabkan metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas,
dan penurunan konsumsi oksigen di jaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar
tiroid mungkin sebagai akibat disfungsi tirodi primer, atau kejadian sekunder
akibat disfungsi hipofisis anterior. (Esther Chang, dkk, 2009)
Hipotiroidisme adalah penurunan produksi hormone tiroid. Hal ini
mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi, reaksi mental
lambat, dan peningkatan simpanan lemak. Pada orang dewasa, kondisi ini
menyebabkan miksedema, yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin
dibawah kulit, sehingga penampakan edema terlihat. Pada anak kecil,
hipotiroidisme yang mengakibatkan retardasi mental dan fisik disebut dengan
kretinisme (William, 2008).
B. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu :
1. Hipotiroidsm Primer
Disebabkan oleh congenital dari tiroid (kretinism), sintesis hormon yang
kurang baik, defisiensi iodin (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi
kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis, dan saroidosis.
2. Hipotiroidsm Sekunder
Berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari kelenjar
tiroid normal, konsekuensinya jumlah tiroid stimulasing hormone (TSH)
meningkat. Mungkin awal dari suatu malfungsi dari pituitary atau hipotalamus.
Dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap hormon tiroid.
3. Hipotiroidism Tersier
Dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid
releasing hormon (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk
mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor atau lesi
destruktif lainya di hipotalamus. Ada 2 bentuk utama dari goiter sederhana
yaitu enedemic dan sporadic. Goiter endemik prinsipnya disebabkan oleh
nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalahkan pada “goiter belt” dengan
6
karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke daerah lainnya. Biasanya disebabkan oleh :
a. Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodin yang salah.
b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik,
bayam, kacang polong, strawberry dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
c. Ingesti dari obat goiteron seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).
C. Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk sintesis dan sekresi hormon
tiroid: T4, triiodotironin (T3), dan tirokalsitonin (kalsitonin). Produksi hormon tiroid
bergantung pada sekresi TSH dari hipofisis anterior dan asupan adekuat dari
protein dan yodium. Hipotalamus mengatur sekresi TSH.
Penurunan kadar tiroid menyebabkan penurunan seluruh metabolisme
basal. Penurunan metabolisme diseluruh tubuh menyebabkan achlorhydria
(penuruna sekresi asam hidroklorik/ HCl dilambung), penurunan motilitas saluran
pencernaan, bradikardi, penurunan fungsi neurologi, dan penurunan produksi
panas pada temperatur tubuh basal.
Perubahan paling penting akibat penurunan hormon tiroid efek dalam
metabolisme lemah. Reduksi ini meningkatkan kolesterol serum dan kadar
trigliserida yang menyebabkan resiko aterosklerosis, arteriosklerosis, dan penyakit
jantung koroner meningkat pada klien hipotiroidisme.
Oleh karena itu hormon tiroid memainkan peran penting pada produksi sel
darah merah, orang dengan hipotiroidisme menunjukkan gejala anemia, serta
kemungkinan defisiensi vitamin B12 dan asam folat. (Chang, Ester, 2009)
D. Manifestasi Klinis
1. Kulit dan rambut
a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal.
b. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah.
c. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk.
d. Tidak tahan dingin.
e. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal.
2. Muskoloskeletal
a. Volume otot bertambah, glossomegali.
b. Kejang otot, kaku, paramitoni.
7
3. Neurologik
a. Letargi dan mental menjadi lambat.
b. Aliran darah otak menurun.
c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan lateks tendon).
d. Ataksia (serebelum terkena).
e. Gangguan saraf (carfal tunnel).
f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu.
4. Kardioresepiratorik
a. Bradikardi, distrimia, hipotensi.
b. Curah jantung menurun, gagal jantung.
c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang).
d. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan gelombang T mendatar /
inverse.
e. Penyakit jantung iskemik.
f. Hipotensilasi.
g. Efusi pleura.
h. Dispnea.
5. Gastrointestinal
a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen.
b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal.
c. Aklorhidria, antibodi sel parietal gaster, anemia pernisiosa.
6. Renalis
a. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun.
b. Retensi air (volume plasme berkurang).
c. Hipokalsemia.
7. Hematologi
a. Anemia normokrom normositik.
b. Anemia mikrositik/makrositik.
c. Gangguan koagulasi ringan.
8. Sistem endokrin
a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi.
b. Gangguan fertilitas.
c. Gangguan hormon pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin
akibat hipoglikemi.
d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun.
e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun.
f. Psikologis/emosi.
8
Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan
lemah (Tambayong, 2000).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. T3 dan T4 serum rendah.
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer.
3. TSH rendah pada hipotoid sekunder.
a. Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar.
b. Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat.
4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80 % kasus.
5. Peningkatan kolesterol.
6. Pembesaran jantung pada sinar X dada.
7. EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse.
F. Komplikasi
Koma miksedema adalah komplikasi hipotiroidisme yang paling sering
terjadi, biasanya terjadi selama bulan-bulan musim dingin , ketika stressor
pengatur suhu berada pada tingkat maksimum. Factor pencetus yang meliputi
hipotermia, trauma, luka bakar, pembedahan, stroke, sepsis, dan obat-obatan.
Temuan-temuan cardinal adalah hipotermia dan perubahan status mental, selalu
bradikardia, hipotensi, hipoventilasi, dan hiponatremia. Jika ada, miksedema
ditandai dengan pembengkakan jaringan lunak dan kulit generalisata, sering
disertai edema periorbita, ptosis, dan makroglosia (Greenberg, 2012). Menurut
(Corwin, 2009), komplikasi hipotiroidisme adalah :
a. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme, termasuk hipotermia
tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan
kesadaran yang menyebabkan koma.
b. Kematian dapat terjadi tanpa penggantian TH dan stabilisasi gejala.
c. Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Risiko ini
mencakup pergantian hormone yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,
osteoporosis, dan fibrilasi atrium.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Medikamentosa
9
Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dalam dosis rendah sejumlah 50 µg/ hari dan setelah beberapa hari
atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis
pemeliharaan maksimal sejumlah 200µg/ hari. Pengukuran kadar tiroksin serum
dan pengambilan resin T3 dan kadar TSH penderita hipotiroidisme primer dapat
digunakan untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Pengobatan pada
penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya
diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini
biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
2. Terapi sulih hormon
Obat pilihannya adalah sodium levo-thyroxine. Bila fasilitas untuk
mengatur faal tiroid ada, diberikan dosis seperti tabel berikut :
2.2 Hipertiroidsm
A. Definisi
Hipertiroidisme adalah hipofungsi atau kurangnya aktivitas kelenjar tiroid
(penurunan produksi hormon tiroid) atau sebagai kegagalan tiroid ringan. (Price,
2006)
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon
tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun.
Kondisi ini dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi
10
merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang
terkena. (Greenspan, 2004)
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis. (Bararah, 2009)
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. (Anonim,
2012)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa
hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terdapat produksi hormon thyroid yang
berlebihan.
B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan
TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang
finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Beberapa penyakit yang
menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan
merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga
penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan
dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO)
dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga
double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung
pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
11
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa
satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu
tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang
berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid,
ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan
hingga timbul efek samping.
4. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis
pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan
kelenjar tiroid. (Anonim,2008)
C. Faktor Risiko
1. Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki.
2. Pda usia lebih dari 30 dan 40 tahun.
3. Post trauma emosional.
4. Peningkatan stress.
D. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukkan adanya sekresi hormone tiroid yang
lebih banyak, karena berbagai faktor penyebab yang tidak dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan
metabolisme rate, menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh sehingga
pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas.
Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan
metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar
cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
12
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler
yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga
denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume,
aliran darah perifer serta respon adrenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid
juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis
dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas
mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur.
E. Manifestasi Klinis
Hiperteroidisme pada penyakit Graves adalah skibat antibody reseptor TSH
yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada gada goiter multinodular toksik
berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.
Perjalanan penyakit hiperteriodisme biasanya perlahan- lahan dalam
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering
adalah penurunan berat badan, kelelahan, termor, gugup, berkeringat banyak,
tidak tahan panas, palpitasi, dan pembesaran tiroid. (Arif dkk. 2000)
Umum Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, tidak tahan
panas
Kardiovaskuler Palpitasi, sesak nafas, angina gagal jantung, sinus takikardi,
fibrilasi atrium nadi kolaps, tekanan darah systole dan diastole
meningkat 10-15 mmHg, disritmia, edema.
Neuromuscular Gugup, Agitasi, tremor, korea atetosis psikosis, kelemahan
otot, miopati proksimal paralisi periodic, miastenia gravis.
Gastrointestinal Meningkatnya peristaltic usus, peningkatan nafsu makan,
penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan
cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah
dank ram abdomen.
Respirasi Pernapasan cepat dan dalam, bernapas pendek, penurunan
kapasitas paru.
Perkemihan Retensi cairan, menurunnya output urine.
Integumen Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat,
tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan
mungkin terjadi kerontokan rambut.
Endokrin Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid
Saraf Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup,
gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang
dan emosional
Reproduksi Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya
libido, impoten
Eksoftalmus Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti
mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan
karbohidrat kompleks yang menahan air di belakang mata.
Retensi cairan ini mendorong bola mata ke depan sehingga
bola mata Nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata
13
secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau
kelainan kornea.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :
1. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun
pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu
dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes
lain harus dijalankan.
2. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan
hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi.
Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau
dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu
umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki semua pengukuran
hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
3. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal
atau seluruh kelenjar.
G. Komplikasi
1. Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
2. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami dengan
demam tinggi, takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang
ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan
harus lebih khusus. Factor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis
adalah hiperteroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi,
ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, over dosis obat.
Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi
hormone tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormone terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk
menghambat kerja hormone tersebut diantaranya sodium ioded intravena,
glucocorticoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta-blockers
diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sraf simpatetik dan takikardia.
3. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini di
sebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves. (Tarwoto. 2012)
14
H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis bertujuan untuk membawa tingkat hormone tiroid
ke keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua
orang. Tiga pilihan pemberian obat-obata, terapi radioiod, dan pembedahan.
1. Obat-obatan anti tiroid (OAT)
a. Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pillihan, terpi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100mg.
b. Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormone
tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulasitosis, nyeri
kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 5 dan 20 mg.
c. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengontrol
aktivitas saraf simpatetik, misalnya adanya takhikardia, palpitasi, termor.
d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi, PTU 300-
600 mg/hr atau methimazole 40-45 mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radioaktif iodine-131, yodium radioaktif secara bertahap akan
menghancurkan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan
menghentikan produksi hormone tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang
mungkin terjadi pada penbedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan
saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-
4000 kalori
B. Diagnosa Keperawatan
a. D.0131 - Hipotermia b.d penurunan metabolisme.
b. D.0056 - Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
c. D.0049 - Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal.
d. D.0005 - Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi.
e. D.0019 - Defisit nutrisi b.d lambatnya laju metabolisme tubuh.
16
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Edukasi :
Kolaborasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
19
lendir kurang dari 15detik.
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal.
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill.
- Berikan oksegen, jika
perlu.
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Terapeutik :
20
pedoman diet.
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai.
- Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi.
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein.
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu.
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi.
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
D. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/
kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan (dependent). (Tartowo &
Wartonah, 2015)
E. Evaluasi
21
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Untuk mempermudah mengevaluasi/ memantau perkembangan pasien digunakan
komponen SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data subjektif. Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
O : Data objektif. Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A : Analisa. Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning. Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
22
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau
busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
5. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
6. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton).
7. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
8. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
9. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
10. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan
(jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
11. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita (cenderung infeksi), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.
23
B. Diagnosa Keperawatan
a. D.0008 - Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. D.0054 - Keletihan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c. D.0032 - Risiko defisit nutrisi b.d peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu
makan/pemasukan dengan penurunan berat badan).
d. D.0129 - Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan mekanisme
perlindungan dari mata : kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e. D.0080 - Ansietas b.d faktor fisiologis : status hipermetabolik.
f. D.0111 - Defisit pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
3. Palpitasi menurun.
4. Bradikardia menurun.
5. Takikardia menurun.
7. Lelah menurun.
8. Edema menurun.
24
10. Dispnea menurun.
12. Pucat/sianosis
menurun.
Edukasi :
Kolaborasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu.
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
Edukasi :
- Anjurkan menggunakan
pelembab.
- Anjurkan minum air yang
cukup.
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur.
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem.
- Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30
saat berada di luar rumah.
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
Edukasi :
- Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami.
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis.
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
jika perlu.
- Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan.
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan.
- Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat.
- Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu.
29
3. Kemampuan Terapeutik :
menjelaskan
- Sediakan materi dan
pengetahuan tentang
media pendidikan
suatu topik meningkat.
kesehatan.
4. Kemampuan - Jadwalkan pendidikan
menggambarkan kesehatan sesuai
pengalaman sebelumnya kesepakatan.
yang sesuai dengan topik - Berikan kesempatan untuk
meningkat. bertanya.
D. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan tujuan
kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana keperawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan/
kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan (dependent). (Tartowo &
Wartonah, 2015)
E. Evaluasi
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
Untuk mempermudah mengevaluasi/ memantau perkembangan pasien digunakan
komponen SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data subjektif. Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
30
O : Data objektif. Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
A : Analisa. Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subjektif dan objektif.
P : Planning. Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi
atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data
tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Hipotiroidisme adalah keadaan defisiensi hormon tiroid (TH) yang
menyebabkan metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan
penurunan konsumsi oksigen di jaringan. Aktivitas yang lambat di kelenjar tiroid
mungkin sebagai akibat disfungsi tirodi primer, atau kejadian sekunder akibat
disfungsi hipofisis anterior. (Esther Chang, dkk, 2009)
Sedangkan hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi
hormon tiroid, kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan
apapun. Kondisi ini dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi
merupakan akibat dari peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang
terkena. (Greenspan, 2004)
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat memahami isi dari makalah ini, yaitu apa
Hipotiroidsm dan Hipertiroidsm serta bagaimana asuhan keperawatannya.
32
DAFTAR PUSTAKA
● http://scholar.unand.ac.id/39613/3/2.%20BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
● http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/6858/3/Bab%20I.pdf
● SDKI 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
● SLKI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
● SIKI 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
33