Yulita - Chronic Kidney Disease, SURABAYA - ACC
Yulita - Chronic Kidney Disease, SURABAYA - ACC
Yulita - Chronic Kidney Disease, SURABAYA - ACC
Oleh :
Nama : Yulita
NIM : ( 2021-01-14901-076 )
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Yulita
NIM : 2021-01-14901-076
Angkatan : IX (Sembilan)
Judul : Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney
Disease (CKD) Stage 5 On HD Dengan Malnutrisi di Ruang
Hemodialisa RSUA Surabaya.
Pembimbing Klinik
i
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUANi
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
KATA PENGANTAR v
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah3
1.3 Tujuan 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat 4
1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan 4
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan 4
1.4.3 Bagi Mahasiswa 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 5
2.1.2 Definisi 5
2.1.1 Anatomi Fisiologi 5
2.1.2 Definisi 8
2.1.3 Etiologi 8
2.1.4 Klasifikasi 8
2.1.5 Patofisiologi 11
2.1.6 Manifestasi Klinis 11
2.1.7 Komplikasi 12
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis 14
2.2 Konsep Dasar Penyakit Hemodialisa 15
2.2.1 Pengertian Hemodialisa 15
2.2.2 Tujuan Hemodialisa 15
ii
iii
iii
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage 5 On HD Reguler Dengan Malnutrisi di Ruang Hemodialisa RSUA
Surabaya ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Profesi Ners STIKES Eka Harap Palangkaraya. Selain itu, Asuhan Keperawatan
ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun kami sebagai
penulis. Sehingga pada waktu yang akan datang materi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Asuhan
Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa data
penyusunan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, untuk perbaikan dimasa
yang akan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan sekian dan terima kasih.
Yulita
iv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini muncul selama lebih dari 3
bulan dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Penurunan fungsi ginjal dapat
menimbulkan gejala pada pasien PGK (NKF-KDIG, 2013). Jika terjadi kerusakan
ginjal yang berat maka produksi eritropoetin di ginjal terganggu akhirnya
produksi sel darah merah berkurang. Seiring dengan perdarahan, defisiensi besi,
kerusakan ginjal, dan diikuti dengan penurunan laju filtrasi glomerulus, maka
derajat anemia akan meningkat (Suhardjono 2009). Salah satu gejala yang sering
terjadi pada pasien yang mengalami anemia adalah pasien terlihat pucat (anemis),
mudah lelah, lesu, badan lemah, pusing, mata berkunangkunang, nafas sesak, dan
penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Keluarga Pasien gagal ginjal kronik
masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang anemia, sehingga masih banyak
pasien yang mengalami anemia.
Menurut World Health Organization (WHO), antara tahun 1995-2025
diperkirakan akan terjadi peningkatan pasien dengan penyakit ginjal 41,4% di
Indonesia. Prevalensi anemia pada pasien GGK menurut World Health
Organizatin (WHO) adalah 84,5% dengan prevalensi pada pasien dialysis kronis
menjadi 100% dan 73% pada pasien pradialisis. Pada tahun (2006), di Amerika
serikat penyakit ginjal kronik menempati urutan ke-9 sebagai penyebab kematian
paling banyak. Menurut data URDS 2010 angka kejadian anemia pada gagal
ginjal kronik stadium 1-4 di Amerika yaitu sebesar 51,8 dan kadar Hb rata-rata
pada gagal ginjal kronik tahap akhir 9,9 g/dl (PERNIFER, 2011).
Di Indonesia, insiden terjadinya penyakit ginjal kronik yaitu 100-150 per
satu juta penduduk pada tahun (2005). Di ponorogo, pada tahun 2017 jumlah
pasien gagal ginjal kronik mulai bulan januari sampai bulan desember sejumlah
2.708 dengan ratarata perbulan sebanyak 226 pasien (Rekam medik RSUD Dr.
Harjono Ponorogo). Ketidakmampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya
menyebabkan terjadinya akumulasi produk sisa metabolisme dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang akan mempengaruhi
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penyusunan dan penulisan laporan pendahuluan adalah untuk
menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan dengan diagnosa
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2016).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau
azotemia (Smeltzer, 2016).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
2.1.2.1 Anatomi
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal,
disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal
dibelakang pritonium. Kedudukan gijal dapat diperkirakan dari belakang, mulai
dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Dan
ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena tertekan oleh hati.
5
6
Ginjal adalah organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam sistem
organ tubuh. Kerusakan ginjal akan mempengaruhi kerja organ lain dan sistem
lain dalam tubuh. Ginjal punya dua peranan penting yaitu sebagi organ ekresi dan
non ekresi. Sebagai sistem ekresi ginjal bekerja sebagai filtran senyawa yang
sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh seperti urea, natrium dan lain-lain dalam
bentuk urin, maka ginjal juga berfungsi sebagai pembentuk urin.
Selain sebagai sistem ekresi ginjal juga sebagai sistem non ekresi dan
bekerja sebagai penyeimbang asam basa, cairan dan elektrolit tubuh serta fungsi
hormonal. Ginjal mengekresi hormon renin yang mempunyai peran dalam
mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldosteron), pengatur hormon
eritropoesis sebagai hormon pengaktif sumsum tulang untuk menghasilkan
eritrosit. Disamping itu ginjal juga menyalurkan hormon dihidroksi kolekalsi
feron (vitamin D aktif), yang dibutuhkan dalam absorsi ion kalsium dalam usus.
2) Proses pembentukan Urin
(1) Filtrasi
Pada proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena proses
aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan
darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang disaring disimpan dalam simpay bowman
yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida sulfat, bikarbonat dll,
yang diteruskan ke tubulus ginjal.
(2) Proses Reabsorsi
Pada peroses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif yang dikenal dengan proses obligator. Reabsorsi terjadi
pada tubulus proksimal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi
penyerapan kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan.
Penyerapannya terjadi secara aktif, dikenal dengan reabsorsi fakultatif
dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
(3) Proses Ekresi
8
Sisa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan pada piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter dan
masuk ke fesika urinaria.
2.1.3 Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik yaitu :
1) Penyakit peradangan glomerulonefritis
2) Infeksi kronis
3) Penyakit vaskuler ( nefrosklerosis )
4) Proses obstruksi ( kalkuli )
5) Penyakit kolagen ( luris sutemik )
6) Agen nefrofik ( amino glikosida )
7) Penyakit endokrin ( diabetes )
8) Hipertensi
2.1.4 Klasifikasi
Rumus GFR :
GFR = (140-usia) x BB x (0,85 jika perempuan, atau 1jika laki-laki)
72 x Serum CR
National Kidney Foundation (2011) membagi 5 (lima) stadium penyakit
ginjal kronik yang ditentukan melalui perhitungan nilai Glomerular Filtration
Rate(GFR) meliputi :
2.1.4.1 Stadium I Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat
(>90ml/min/1,73 m2 ). Fungsi ginjal masih normal tapi telah terjadi
abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urine.
2.1.4.2 Stadium II kerusakan ginjal. Fungsi ginjal menurun ringan dan ditemukan
abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urine.
2.1.4.3 Stadium III Penurunan GFR Moderat (30-59ml/min/1,73 m2 ) . Tahapan
ini terbagi lagi menjadi tahapan IIIA (GFR 45-59) dan tahapan IIIB (GFR
30-44). Pada tahapan ini telah terjadi penurunan fungsi ginjal sedang.
2.1.4.4 Stadium IV Penurunan GFR Severe (15-29 ml/min/1,73 m2 ). Terjadi
penurunan fungsi ginjal yang berat. Pada tahapan ini dilakukan persiapan
untuk terapi pengganti ginjal.
9
2.1.5 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
10
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira
fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian
nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara
C Long, 2016).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
(Brunner & Suddarth, 2010).
WOC CKD Glomerulonephritis Obstruksi dan Diabetic kidney disease Nefritis hipertensi 11
SLE (netritis lupus)
kronis infeksi
Penurunan GFR
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Gangguan pada Obstruksi saluran kemih Gangguan fungsi Peningkatan ureum Sekresi eritropoitis menurun
Ekspansi paru
ginjal ginjal dalam saluran cerna
Suplai o2 tidak adekuat Retensi urin Produksi hb menurun
Produksi hormon Hiponatremia Peradangan mukosa
Irama pernapasan tidak eritropoetin saluran cerna Jumlah eritrosit
teratur Menekan syaraf GFR menurun menurun
Penurunan suplai o2 ke perifer
seluruh tubuh
12
Anoreksia
Sesak nafas Retensi cairan Anemia
Nyeri
elektrolit Ketidakmampuan
Hb menurun, anemia pinggang
MK : menelan makanan Kelemahan
Pola napas tidak Penumpukan
efektif Akral dingin, pucat MK :
cairan Mual, muntah, MK :
Nyeri akut
Intoleransi aktivitas
MK : Edema
Gangguan MK :
perfusi jaringan Defisit nutrisi
MK :
perifer
Hipervolemia
13
Komplikasi Penyebab
Penarikan cairan yang berlebihan, terapi antihipertensi,
Hipotensi
infark jantung, tamponade, reaksi anafilaksis
Hipertensi Kelebihan natrium dan air, ultrafiltrasi yang tidak adekuat
Reaksi Alergi Reaksi alergi, dialiser, tabung, heparin, besi, lateks
Gangguan elektrolit, perpindahan cairan yang terlalu cepat,
Aritmia
obat antiaritmia yang terdialisis
Kram Otot Ultrafiltrasi terlalu cepat, gangguan elektrolit
Emboli Udara Udara memasuki sirkuit darah
Perpindahan osmosis antara intrasel dan ekstrasel
Dialysis Disequilibirium menyebabkan sel menjadi bengkak, edema serebral.
Penurunan konsentrasi urea plasma yang terlalu cepat
Masalah pada Dialisat/Kualitas Air
Chlorine Hemolisis oleh karena menurunnya kolom charcoal
Kontaminasi Gatal, gangguan gastrointestinal, sinkop, tetanus, gejala
Fluoride neurologi, aritmia
Kontaminasi bakteri/ Demam, mengigil, hipotensi oleh karena kontaminasi
endotoksin dari dialisat maupun sirkuti air
inflamasi dan malnutrisi berefek pada kondisi klinis pada pasien-pasien dialisis
dan harus dinilai dengan berbagai cara.
Untuk itu, sebuah sistem skoring yang komprehensif yang disebut dengan
MalnutritionInflammation Score (MIS), yang mampu mengelompokkan resiko
pada pasien hemodialisis secara kuantitatif untuk penatalaksanaan yang lebih
optimal.Malnutrition-Inflammation Score (MIS) berhubungan kuat dengan angka
morbiditas dan mortalitas, begitu juga dengan pengukuran nutrisi, inflamasi dan
anemia pada pasien-pasien hemodialisis (K-DOQI, 2002). Pengaruh ras terhadap
terjadinya depresi pada pasien HD masih menjadi konflik. Prevalensi depresi
lebih tinggi pada ras kaukasia daripada afrika-amerika atau meksiko-amerika.
Sebaliknya beberapa studi dikatakan tidak menunjukkan perbedaan prevalensi
depresi berdasarkan ras. Studi yang dilakukan oleh Balakrishnan et al.
menyatakan bahwa polimorfisme nukleotida tunggal pada regio promotor sitokin
proinflamasi memiliki hubungan yang kuat dengan komorbiditas, marker biologi
dan nutrisi. Apakah depresi berikaitan dnegan predisposisi genetik atau perbedaan
ras atau polomorfisme genetik sitokin masih membutuhkan penelitian lebih lanjut
(Wang, 2012). Penelitian yang lain telah mengevaluasi efek yang mungkin terjadi
dari materi dialisis terhadap depresi. Pasien yang menjalani peritoneal dialisis
(PD) dikatakan mengalami ansietas, insomnia dan depresi yang tidak begitu berat
dibandingkan dengan pasien HD. Selain itu tingkat depresi lebih banyak terjadi
pada pasien yang menggunakan dialiser derivatif selulosa dibandingkan dengan
dialiser polysulfone (Hsu et al., 2009; Wang, 2012). Sejumlah studi telah
difokuskan terhadap efek HD kepada pasien, termasuk mengenai perasaan tidak
ada harapan, persepsi kehilangan dan kurangnya kontrol, kehilangan pekerjaan,
perubahan hubungan keluarga dan sosial. Hal-hal tersebut berkaitan dengan
terjadinya depresi (Wang, 2012).
2.3.2 Penyebab Malnutrisi Pada Pasien Hemodialysis
Malnutrisi tidak jarang terjadi pada pasien-pasien dialisis dan penyebabnya
bermacam-macam. Prosedur dialisis sendiri menyebabkan hilangnya nutrisi-
nutrisi ke dalam dialisat dan efek dari hilangnya nutrisi-nutrisi ini menyebabkan
peningkatan katabolisme selama hemodialisis. Timbulnya asidosis metabolik yang
biasa terjadi pada pasien-pasien dengan gagal ginjal mungkin berhubungan
27
difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang
dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan,
limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk ke
dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut) melalui suatu
membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa metabolisme) dari kompartemen
darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut
dapat melewati membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan,
darah dialirkan kembali ke dalam tubuh.
tubuh.Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh
mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang.
Dialisator tersedia dalam berbagai jenis ukuran. Dialisator yang ukurannya
lebih besar mengalami peningkatan dalam membran area, dan biasanya akan
memindahkan lebih banyak padatan daripada dialisator yang ukurannya lebih
kecil, khususnya dalam tingkat aliran darah yang tinggi. Kebanyakan jenis
dialisator memiliki permukaan membran area sekitar 0,8 sampai 2,2 meter persegi
dan nilai KoA memiliki urutan dari mulai 500-1500 ml/min. KoA yang
dinyatakan dalam satuan ml/min dapat diperkirakan melalui pembersihan
maksimum dari dialisator dalm tekanan darah yang sangat tinggi dari grafik
tingkat alirannya. Secara singkat konsep fisika yang digunakan dalam
hemodialisis adalah konsep fluida bergerak. Syarat fluida yang ideal yaitu cairan
tidak viskous (tidak ada geseran dalam), keadaan tunak (steady state) atau melalui
lintasan tertentu, mengalir secara stasioner, dan tidak termampatkan
(incompressible) serta mengalir dalam jumlah cairan yang sama besarnya
(kontinuitas).
Kolaborasi :
1. Kolaborasi untuk trafusi darah
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri ( SIKI I.08238 hal.201 )
Obstruksi saluran kemih (SDKI D.0077 selama 1x7 jam, diharapkan nyeri klien Observasi :
Hal.172) dapat berkurang dengan Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
(SLKI L.08066 hal.145) Terapeutik :
5. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Berikan teknik nonfamakologis untuk
6. Sikap protektif menurun (5) mengurangi rasa nyeri
7. Gelisah menurun (5) 4. Kontrol lingkungan yang memperberat
8. Meringis menurun (5) rasa nyeri
Edukasi :
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Hipervolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipervolemia (SIKI I.03114 hal.
disfungsi ginjal (SDKI D.0022 selam 1 x 7 jam diharapkan masalah 181)
hal.62) kklien dapat teratasi dengan kriteria Observasi :
hasil : (SLKI L.103020 hal.41) 1. Monitor intake output cairan
1. Edema menurun (5) Terapeutik :
2. Dehidrasi menurun (5) 1. Timbang berat badan setiap hari pada
3. Tekanan darah membaik (5) waktu yang sama
4. Turgor kulit membaik (5) 2. Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi :
37
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny. N, umur 62 tahun, jenis kelamin perempuan, suku/bangsa
Jawa/Indonesia, agama islam, pekerjaan IRT, pendidikan SMA, status
perkawinan sudah menikah, alamat jl. mojokidul, tgl MRS 30 Mei 2022,
diagnosa medis CKD Stage V On HD Reguler Dengan Malnutrisi.
3.1.2 Riwayat Kesehatan / Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Ny. N mengatakan berat badanya naik
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang tanggal 30 Mei 2022 bersama keluarganya, keluarga
pasien mengatakan kerumah sakit untuk melakukan cuci darah di ruang
Hemodialisa RSUA Surabaya, saat pasien masuk ruangan langsung di
lakukan timbang berat badan 35.30 kg, pemeriksaan TTV : TD 138/72
mmHg, N 81x/menit, RR 18x/menit, S 36,10C, SPO2 98%. Dan pasien
siap dilakukan hemodalisa. Pada saat dikaji pasien mengeluh berat
badan meningkat, nafsu makan berkurang, dan saat melakukan aktivitas
sehari-hari dibantu oleh keluarganya.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi)
1) Diabetes mellitus sejak usia ±50 tahun
2) Hipertensi sejak ±50 tahun
3) CKD sejak desember 2021
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny. R mengatakan bahwa keluarganya memiliki riwayat penyakit
keturunan dari kakaknya yaitu penyakit diabetes mellitus.
GENOGRAM KELUARGA :
40
41
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: HubunganKeluarga
: SatuRumah
: Meninggal
Tidak ada riwayat alergi obat, makanan, maupun kosmetik. Suhu kulit
hangat, warna kulit normal, turgor jelek, tekstur kulit kering, Tekstur
rambut halus, bentuk kuku simetris dan bersih.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
3.1.3.11 Sistem Penginderaan :
1) Mata/penglihatan kurang jelas, gerakan bola mata bergerak
normal, skelera normal/putih, konjungtiva merah muda, kornea
bening, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak ada
nyeri maupun keluhan lainnya.
2) Telinga / Pendengaran :
Fungsi pendengaran baik
3) Hidung / Penciuman:
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi maupun nyeri tekan sinus.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, jaringan tidak teraba, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid teraba dan mobilitas leher bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
1) Reproduksi Pria
2) Reproduksi Wanita
Keluhan lainnya Tidak dikaji
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Menurut Ny.N kesehatan sangat penting, karena dengan sehat ia dapat
beraktivitas seperti biasanya dan Ny.N juga mengatakan bahwa saat ini
ia sudah tau tentang penyakit yang dideritanya.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
45
Masalah Keperawatan
Defisit Nutrisi
3.1.4.3 Pola Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit : siang 1 jam, Malam : 5-8 jam
Setelah sakit : pasien mengatakan tidur siang kurang lebih 30 menit,
malam 4-7 jam
Masalah Keperawatan
Tidak ada
3.1.4.4 Kognitif :
Pasien mengatakan sudah tau tentang penyakitnya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran
):
46
Gambaran diri : pasien mengenali dirinya, Ideal diri : pasien ingin cepat
sembuh, Identitas diri : pasien bersama seorang anak, Harga diri :
pasien sangat dipertahankan oleh keluarga, Peran : sebagai ibu rumah
tangga
Masalah Keperawatan
Tidak ada
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien banyak melakukan kegiatan
Setelah sakit pasien hanya istirahat dan tidur dan saat melakukan
aktivitas dibantu keluarga
Masalah Keperawatan
Intoleransi Aktivitas
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien bila ada keluhan hanya istirahat dan bercerita pada anaknya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Pasien aktif dalam keyakinannya
Masalah Keperawatan
Tidak ada
3.1.5 Sosial – Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Saat perawat bertanya kepada pasien, pasien pun menjawab dengan
berkomunikasi sangat baik
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa yang sering digunakan pasien yaitu bahasa jawa
3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga :
Hubungan dengan keluarga sangat baik
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan dengan orang lain pun sangat baik.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Bagi pasien orang yang sangat berarti yaitu keluarga nya
47
24 Maret 2022
20. BUN 46,8 mg/dl 8-18
24 Maret 2022
21. Kreatinin 7,04 mg/dl 0,5-0,9
Preskripsi HD
Durasi : 4 jam
QB : 150-200 ml/menit
QD : 500 ml/menit
UF Goal : 1,2 L
Heparin : 1000
Lain-lain : - HD 2x/minggu (Senin & Jumat)
- inj. ESA 2000 International unit
( YULITA )
NIM : 2021-01-14901-076
ANALISA DATA
49
DO : Gangguan mekanisme
- Urine/24 jam : ±300 cc regulasi
- Balance cairan/ 24
jam : +649 cc
- BB pre HD 35.30 kg Hipervolemia
- BB Post HD 36.30 kg
- Balance Cairan +649
- HD setiap 2x/minggu
(senin, jum’at)
PRIORITAS MASALAH
1. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai dengan
urine/24 jam : ±300 cc, balance cairan/ 24 jam : +649 cc, BB pre HD 35.30
kg, BB Post HD 36.30 kg, HD setiap 2x/minggu (senin, jum’at).
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan pasien tampak kurus, pasien tampak lemas. makanan yang
telah diberikan tidak habis, kesukaran menelan, bibir kering, mukosa lembab,
turgor jelek, IMT : 15,6 (Sangat kurus).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
tampak tdak bisa melakukan aktivitas secara mandiri, pasien tampak dibantu
keluarga melakukan aktivitas, pasien tampak dibantu keluarga untuk pindah
dari kursi roda ke tempat tidur, hemoglobin 10,2 g/dl.
52
RENCANA KEPERAWATAN
11.00 WIB
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Senin, 30 Mei 2022 Jam 14.15 WIB
Jam
13.00 WIB 1. Mengidentifikasi kemampuan S : Ny. N mengatakan masih belum
berpartisipasi dalam aktivitas tertentu bisa melakukan aktivitas secara
13.15 WIB 2. Memfasilitasi aktivitas rutin mandiri
(mis.ambulasi, mobilisasi, dan O:
perawatan diri), jika perlu - Pasien tampak masih tdak bisa Yulita
melakukan aktivitas secara
56
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
kelainan dari struktur atau fungsi ginjal. Keadaan ini muncul selama lebih dari 3
bulan dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan. Jika terjadi kerusakan ginjal
yang berat maka produksi eritropoetin di ginjal terganggu akhirnya produksi sel
darah merah berkurang.
Salah satu gejala yang sering terjadi pada pasien yang mengalami anemia
adalah pasien terlihat pucat (anemis), mudah lelah, lesu, badan lemah, pusing,
mata berkunangkunang, nafas sesak, dan penurunan kadar hemoglobin dalam
darah.
4.2 Saran
Maka penulis memberi saran yang diharapkan bermanfaat antara lain :
4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan
prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan keterampilannya dalam melalui praktik klinik dan
pembuatan laporan.
4.2.2 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin
dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
4.2.3 Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu seefektif
mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien
secara optimal.
31
58
DAFTAR PUSTAKA
Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC.2012.
Nahas, Meguid El dan Adeera Levin. Chronic Kidney Disease : A Pratical Guide
to Understanding and Management. USA : Masby Elsevier 2010.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
SDKI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta
SIKI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1 cetakan II. Jakarta
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUL.2006.
59