Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kel 1 Pengertian Ulumul Qur'an

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ULUMUL QUR'AN DAN PERKEMBANGANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al Qur'an

Dosen Pengampu

Dr.Safrudin Edi Wibowo LC.M.Ag

Disusun oleh:

Muhammad Fahmi FPP 212104030021


Nailatull Hidayah 212104030016
Zahro Alhayati 214104030005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JEMBER KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “„Ulumul Qur‟an dan
Perkembangannya”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang yakni agama Islam.
Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Safrudin Edi Wibowo,LC.,MAg selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Al Qur‟an
2. Teman-teman BSA 3 yang telah mendukung penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah
3. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini sehingga terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah.
Penulis hanyalah manusia tempat salah dan lupa. Karna keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis berharap
pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jember, 2 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... .. iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian‟Ulumul Qur‟an .............................................................................. 3
B. Ruang Lingkup Pembahasan „Ulumul Qur‟an.................................................. 5
C. Cabang-cabang „Ulumul Qur‟an ...................................................................... 8
D. Sejarah Perkembangan „Ulumul Qur‟an ........................................................... 10
BAB III : KESIMPULAN .................................................................................. .. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ .. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai Ulumul
Qur‟an dan faedah-faedahnya
Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan
perantara malaikat Jibril sebagai mu‟jizat. Al-Qur‟an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin
yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.

‫ـب ِت ْب َياوًا ِلّكُ ِّل ش َْىءٍ َوهَدَى َو َرحْ َمةً َو ُب ْش َرى ِل ْل ُم ْس ِل ِميه‬
َ َ ‫ع َليْكَ ْال ِكت‬
َ ‫َوو ََّز ْلىَا‬

Artinya : Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89).
Mempelajari isi Al-Qur‟an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas
pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang
selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan
Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.

Al-Qur‟an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap
orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur‟an. Lebih dari itu, ada orang yang
merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an dengan bantuan terjemahnya,
sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti
kandungan Al-Qur‟an.

Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur‟an diperlukanlah ilmu
yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur‟an yaitu Ulumul Qur‟an dan juga
terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya
lebih mengenal Al-Qur‟an, karena tak kenal maka tak sayang

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengembangan Ulumul Qur'an ?
2. Bagaimana Ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an ?
3. Apa saja Cabang Cabang (pokok pembahasan) Ulumul Qur'an ?
4. Bagaimana Sejarah perkembangan Ulumul Qur'an ?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan masalah maka tujuan penulisan maka tujuan penulisan makalah ini
antara lain:

1
1. Mendeskripsikan pengembangan Ulumul Qur'an
2. Mendeskripsikan Ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur'an
3. Mendeskripsikan Cabang Cabang (pokok pembahasan) Ulumul Qur'an
4. Mendeskripsikan Sejarah perkembangan Ulumul Qur'an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian „Ulumul Qur‟an.


Kata Ulumul Qur'an tersusun dari dua kata secara idhafi, yaitu kata ulum
yang dimufhafkan kepada Al Qur'an. Pertama-tama akan dibahas kedua unsur
itu, yaitu makna kata Ulumul dan kata Al Qur'an. Kemudian akan dibahas pula
tentang pengertian Ulumul Quran dan mengapa ilmu tersebut menggunakan
bentuk jamak yaitu Ulumul Quran
1. Arti Kata „Ulum
Kata ulum secara etimologi dari kata 'ilmu. Menurut bahasa, kata
ilmu adalah masdar yang maknanya sinonim dengan paham dan makrifat.
Menurut sebagian pendapat, kata ilmu merupakan isim jenis yang berarti
pengetahuan. Kemudian pengertian kata ilmu ini berkembang dalam berbagai
istilah dan dipakai sebagai nama dari pengetahuan tentang Al-Qur'an ini
Menurut imam Al Ghazali, secara umum arti ilmu dalam istilah
syarak makrifat terhadap Allah, terhadap tanda-tanda kekuasaan-Nya dan
makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Al Ghazali dalam kitab
Ihya Ulumuddin.
Menurut abu Musa Al Asy'ari , ilmu itu ialah sifat yang mewajibkan
pemiliknya mampu membedakan dengan panca indranya sehingga tidak
mungkin mengakibatkan berlawanan.
Demikian arti kata ulum dalam kalimat Ulumul Quran. Ringkasnya,
ilmu ialah mengetahui masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam satu
disiplin pengetahuan yang terdapat dalam akal pikiran, sehingga
mengharuskan pemiliknya mampu membedakan sesuatu dari yang lain,
setelah jelas baginya sesuatu tersebut.

3
2. Arti Kata Al-Qur‟an
Menurut bahasa kata Alquran merupakan masdar yang maknanya
sinonim dengan kata qira'ah (bacaan). Alquran dengan arti qira'ah ini,
sebagaimana dipakai dalam ayat 17, surah Al Qiyamah ;
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ُ‫ِإ َّن عَلَ ْيىَا َج ْمعَهُۥ َوقُ ْر َءاوَه‬
“Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan
membacakannya”.
Ada beberapa pendapat para ulama yang menerangkan pengertian
Alquran menurut bahasa ini, yakni :
1. Al - Lihyani (wafat 335 H.) dan kebanyakan ulama mengatakan bahwa
kata Alquran itu adalah lafal mashdar yang semakna dengan lafal
qiraa'atan, ikut wazan fu'lana yang diambil dari lafal ; Qara'a - yaqra'u -
qiraa'atan dan seperti lafal : Syakara - syukraana dengan arti kumpul
menjadi satu. Sebab huruf-huruf dan lafal-lafal dan kalimat-kalimat Al-
Qur'an yang terkumpul menjadi satu dalam mushaf. Dengan demikian,
kata Qur'an berupa mahmuz yang hamzahnya asli dan "nun"nya zaidah.
2. Abu Musa Al Asy'ari (wafat 324 H) mengatakan, bahwa lafal Qur'an itu
adalah isim musytaq ikut wazan fu'lan, yang diambil dari kata al-qarnu
seperti dari kalimat : Qarantu Asy Syai'a bis Syai'i , yang berarti : "Saya
mengumpulkan sesuatu dengan sesuatu yang lain". Kitab Al-Qur'an
dinamakan demikian karena ayat-ayat, surah-surah, dan huruf-huruf nya
berkumpul menjadi satu dalam mushaf Al-Qur'an itu. Jadi, menurut
pendapat ini, lafal Qur'an itu bukan isim mahmuz sehingga "nun"nya asli
sedangkan hamzah nya zaidah
3. Imam Asy-syafi'i (wafat 204 H) berpendirian, bahwa lafal Qur'an itu
bukan isim musytaq yang diambil dari kata lain, melainkan isim
murtajal, yaitu isim yang sejak mula diciptakannya sudah berupa isim
alam (nama), yakni nama dari kitab allah subhanahu wa ta'ala yang
diturunkan kepada nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam dan
selalu disertai dengan alif lam atau alyakni nama dari kitab Allah

4
subhanahu wa ta'ala yang diturunkan kepada nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam dan selalu disertai dengan alif lam atau "al" .
Jadi, bukan isim mahmuz, dan bukan isim musytaq, serta tidak pernah
lepas dari "al"
Dari beberapa pendapat tersebut, pendapat pertama yang lebih tepat.
Sebab, pendapat pertama tersebut relevan dengan kaidah-kaidah bahasa
arab dan ilmu shorof
Demikianlah pengertian Al-Qur'an yang sesuai dengan pengetahuan
bahasa dan sesuai dengan peraturan peraturan istiqaq (pengambilan
kata). Dan, pendapat inilah yang dipilih Al -Lihyani dan sebagian besar
ulama.
3. Arti Kata „Ulumul Qur‟an
Setelah dibahas arti kata "ulum" dan "Al-Qur'an" yang terdapat
dalam kalimat "Ulumul Qur'an" yang tersusun secara idhafi, selanjutnya
perlu dibahas hubungan idhafah antara kata "ulum" kepada kata "al Qur'an".
Tersusun nya kalimat "Ulumul Qur'an" secara idhafi mengisyaratkan adanya
bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan Al-Qur'an. Kata
ulum tersebut dibuat dalam bentuk jamak bukan dalam bentuk tunggal,
karena yang dimaksudkan bukan hanya satu ilmu yang berkaitan dengan Al-
Qur'an, melainkan meliputi semua ilmu yang terkandung dalam Al Qur'an,
atau semua ilmu yang di sandarkan kepada Al-Qur'an.1

B. Ruang Lingkup Pembahasan „Ulumul Qur‟an.


„Ulum Al-Qur‟an mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas, meliputi
semua ilmu yang ada kaitan dengan Al-Qur‟an, baik berupa ilmu-ilmu diniyah
seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab seperti balaghah dan ilmu
I‟rabi Al-Qur‟an.
Di samping itu masih banyak ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab
al-Itqan, Assuyuthi menuliskan cabang „Ulum Al-Qur‟an ada 80, di mana tiap-
tiap cabang terdapat beberapa cabang ilmu lagi.

1
Abdul Djalal H,Ulumul Qur’an (Surabaya:Dunia Ilmu,1998),23

5
Sedangkan menurut Abu Bakar Ibnu al-Araby,yang dikutif Muhammad Abu
al-Fadhil Ibrahim, dalam kitab al-Burhân fî „Ulûm al-Qur‟ân, Az Zarkasyi ,
cabang „Ulum Al-Qur‟an terdiri dari 77.450 cabang ilmu. Hal ini berdasarkan
kepada jumlah kata yang terdapat dalam Al-Qur‟an dikalikan empat baik makna
dzahir, bathin, terbatas dan tidak terbatas. Perhitungan ini jika ditinjau dari sudut
mufradatnya, adapun jika dilihat dari maknanya maka tidak akan terhitung
jumlahnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur‟an Surat al-Kahfi: 109:
Artinya”Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)”.
Ruang lingkup „Ulum Al-Qur‟an ini berkembang dan semakin kompleks sesuai
dengan kebutuhan yang perlu segera diselesaikan dalam pembahasan yang
berkaitan dengan Al-Qur‟an. Akan tetapi dalam perkembangannya, „Ulum Al-
Qur‟an selalu berpegang kepada sumber-sumber dasar hukum Islam sebagai
berikut:
a. Al-Qur‟an Karim
Al-Qur‟an terkadang memuat ayat yang global, akan tetapi dijelaskan secara
terperinci pada ayat lainnya baik membatasi atau mengkhususkannya, inilah
yang disebut tafsir Al-Qur‟an dengan Al-Qur‟an.
b. Nabi Muhammad
Beliau yang bertugas menjelaskan Al-Qur‟an. Karena itu wajar jika para
sahabat bertanya kepada beliau ketika mendapakan kesulitan dalam
memahami sesuatu ayat. Di antara kandungan ayat Al-Qur‟an terdapat ayat
yang tidak dapat diketahui takwil kecuali penjelasan Rasulullah SAW,
misalnya rincian tentang perintah shalat.
c. Para Sahabat
Para sahabat merupakan orang paling dekat dan tahu dengan apa yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Riwayat dari para sahabat yang berasal dari
Rasulullah SAW cukup menjadi acuan dalam pengembangan ilmu-ilmu Al-
Qur‟an.

6
d. Pemahaman dan Ijtihad
Apabila para sahabat tidak mendapatkan tafsiran dalam Al-Qur‟an
dan tidak pula mendapatkan sesuatu pun yang berhubungan dengan hal itu
dari Rasulullah SAW, dan banyak perbedaan di kalangan para sahabat, maka
mereka melakukan ijtihad dengan mengerahkan segenap kemampuan nalar.
Hal ini mengingat mereka adalah orang Arab asli yang sangat menguasai
bahasa Arab, dan mengetahui dengan baik aspek-aspek yang ada di
dalamnya.
Sedangkan ruang lingkup „Ulum Al-Qur‟an ini bila ditinjau dari segi
pokok bahasannya secara garis besar terdapat dua kelompok besar yaitu:
1. Ilmu Riwayah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-
mata, seperti yang membahas tentang macam-macam Qira‟at, tempat
turun ayat-ayat Al-Qur‟an, waktu-waktu turunnya, dan sebab-sebabnya.
2. Ilmu Dirayah, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu
yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam seperti
memahami lafaz yang gharib serta mengetahui ayat-ayat yang
berhubungan dengan hukum.
Hasby lebih memerinci tentang ruang lingkup „Ulum Al-Qur‟an
yang secara garis besar terdiri dari persoalan sebagai berikut:
a. Persoalan turunnya Al-Qur‟an, (nuzûl al-Qur‟ân) yaitu pembahasan
menyangkut tempat dan waktu turun ayat Al-Qur‟an, sebab-sebab
turun dan sejarah turun Al-Qur‟an.
b. Persoalan sanad (Rangkaian para Periwayat), yaitu pembahasan
menyangkut sanad yang mutawatir, ahad, syadz, bentuk Qira‟at
Nabi, para periwayat dan para penghapal Al-Qur‟an dan cara
tahammul ( penerimaan riwayat).
c. Persoalan Qira‟at (Cara pembacaan Al-Qur‟an), yaitu pembahasan
yang menyangkut waqaf, ibtida, imalah, mad, takhfif hamzah,
idgham.

7
d. Persoalan kata-kata Al-Qur‟an, yaitu pembahasan yang menyangkut
lafaz Al-Qur‟an seperti gharib, mu‟rab, majaz, musytarak, muradif,
isti‟arah dan tasybih.
e. Persoalan makana-makna Al-Qur‟an yang berkaitan dengan hukum,
yaitu pembahasan yang menyangkut „âmm, khâss, nash, zhahir,
mujmal, mufashshal, manthûq, mafhûm, mutlâq, muqayyad,
muhkam, mutasyabih,musykil, nashikh mansukh.
f. Persoalan makna Al-Qur‟an yang berkaitan dengan kata-kata Al-
Qur‟an, yaitu pembahasan yang menyangkut lafaz yaitu fashal,
washal, ijaz, ithnab, musawah, dan qashr.
Dengan melihat ruang lingkup kajian „Ulum Al-Qur‟an baik dari
yang sederhana sampai yang terperinci maka akan terlahir berbagai
cabang disiplin „Ulum Al-Qur‟an, dan pada suatu waktu tidak
menutup kemungkinan akan timbul perkembangan baru disiplin
„Ulum Al-Qur‟an yang pada generasi sebelumnya belum ditemukan

C. Cabang-cabang „Ulumul Qur‟an.


Adapun cabang – cabang (pokok bahasan) „Ulumul Al-Qur‟an, yakni:
1. Ilmu Mawathin al-Nuzul Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat,
masanya, awalnya, dan akhirnya. Di antara kitab yang membahas ilmu ini
adalah Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an karya Al-Suyuthi.
2. Ilmu Tawarikh al-Nuzul Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat dan urutan
turunnya satu persatu, dari permulaan turunnya sampai akhirnya serta urutan
turun surah dengan sempurna.
3. Ilmu Asbab al-Nuzul Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turun ayat. Di antara
kitab yang penting dalam hal ini adalah kitab Lubab al-Nuqul karya Al-
Suyuthi. Namun, perlu diingat bahwa banyak riwayat dalam kitab ini yang
tidak sahih.
4. Ilmu Qiraat ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur'an yang
telah diterima dari Rasul SAW. Ada sepuluh qiraat yang sah dengan
beberapa macam pula yang tidak sah. Tulisan Al-Qur'an yang beredar di

8
Indonesia adalah menurut qiraat Hafsh, salah satu qiraat yang tujuh. Kitab
yang paling baik untuk mempelajari ilmu ini adalah Al-Nasyr fi al-Qiraat al-
'Asyr karangan Imam Ibn al-jazari.2
5. Ilmu Tajwid Ilmu ini menerangkan cara membaca Al-Qur'an dengan baik.
Ilmu ini menerangkan di mana tempat memulai, berhenti, bacaan yang
panjang dan yang pendek, dan sebagainya.
6. Ilmu Gharib al-Quran Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan
tidak terdapat dalam kamus-kamus bahasa Arab yang biasa atau tidak
terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini berartti menjelaskan makna
kata-kata yang pelik dan tinggi. Di antara kitab penting dalam ilmu ini adalah
Al-Mufradat li Alfas al-Qur'an al-Karim karangan Al-Raghib al-Ashfahani.
Kitab seperti ini sangat penting bagi seorang mufassir atau penerjemah Al-
Qur'an.
7. Ilmu I'rab al-Quran Ilmu ini menerangan baris kata-kata Al-Qur'an dan
kedudukannya dalam susunan kalimat. Di antara kitab penting dalam ilmu ini
adalah Imla al-Rahman karangan Abd al-Baqa al-Ukbari. Ilmu Wujuh wa al-
Nazair Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Qur'an yang mengandung banyak
arti dan menerangkan makna yang dimaksud pada tempat tertentu. Ilmu ini
dapat dipelajari dalam kitab Mu'tarak al-Aqran karangan Al-Suyuthi.Ilmu
Ma'rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang
dipandang muhkam (jelas maknanya ) dan yang mutasyabih (samar
maknanya, perlu ditakwil). Salah satu kitab menyangkut ilmu ini ialah al-
Manzumah al-Sakhawiah karangan al-Sakhawi.Ilmu Nasikh wa al-Mansukh
Ilmu ini menerangkan ayat-ayat yng dianggap mansukh (yang dihapuskan)
oleh sebagian para mufassir. Di anatara kitab-kitab yang membahas hal ini
ialah Al-Nasikh wa al-Mansukh karangan abu Ja'faral al-Nahhas, Al-Itqan
karangan Al-suyuthi, Tarikh Tasyri dan Ushul al-Fiqh karangan Al-
Khudhari. Ilmu Badai' al-Qur'an, ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-

2
Irma Al Hanaah, Pengertian, Ruang Lingkup Dan Cabang-Cabang Ulumul Qur’an, diakses dari
https://irmaalhanaah.wordpress.com/2012/11/11/pengertian-ruang-lingkup-cabang-cabang-ulumul-
quran/amp, 08.00, 1 september.

9
keindahan al-Qur'an, dari sudut kesusastraan, keanehan-keanehan dan
ketinggian balaghahnya.

Al-Suyuthi mengungkapkan yang demikian dalam kitabnya al-itqan Ilmu


I'jaz al-Qur'an, ilmu yang menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-
ayat al-qur.an sehingga dapat membungkemkan para sastrawan arab. Diantara
kitab yang membahasilmu ini adalah ilmu i'jaz al-qur'an karangan al-Bagillani
Ilmu tanasub ayat Al-Qur'an, ilmu yang menerangkan persesuaian dan keserasian
antara suatu ayat dan ayat didepannya dan yang dibelakangnya. Kitab yang
menerangkan ilmu ini adalah nazm al-qurar karangan Ibrahim al-Biqa'iIlmu
Aqsam al-Qur'an, ilmu yang menerangkan arti dan maksud-maksud sumpah
tuhan yang terdapat dalam Al-qur'an. ilmu ini terdapat dalam kitab Al-Tibyan
karangan Ibnu Al-QayyimIlmu Amtsal al-Qur'an. ilmu yang menerangkan
maksud perumpamaan-perumpamaan al-Qur'an yang dikemukakan al-qur'an.
ilmu ini diterangkan dalam kitan Amtsal al-qur'an karangan Al-MawardiIlmu
Jidal al-Qur'an, ilmu yang membahas bentuk-bentuk dan cara-cara debat dan
bantahan al-qur.an yang dihadapkan kepada kaum musyrik yang tidak mau
menerima kebenaran dari Tuhan. Ilmu adab Tilawah Al-Qur'an. ilmu yang
memaparkan tata cara kesopanan yang harus diikuti ketika membaca al-qur'an

Itulah tujuh belas ilmu al-quran yang sangat ditekankan untuk dimahirkan
oleh setiap orang yang bermaksud menafsirkan atau menterjemahkan al-qur'an.
Sebelum itu ia juga harus menguasai ilmu balaghah, bahasa dan kaidah-
kaidahnya, ilmu qalam dan ilmu ushul.Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa
ulumul qur'an merupakan kumpulan berbagai ilmu yang berhubungan dengan al-
qur'an

D. Sejarah dan Perkembangan „Ulumul Qur‟an.


Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai dan macamnya, „Ulumul Qur‟an
tidak lahir sekaligus. „Ulumul Qur‟an menjelma menjadi suatu cabang disiplin
ilmu setelah melalui proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini
tentu banyak pribadi dan kondisi yang membuatnya sebagai cabang ilmu yang

10
penting untuk memahami kitab suci Al Qur‟an. Berikut ini kita lihat bagaimana
alur lahirnya cabang ilmu ini:

1. Ulumul Qur‟an pada masa Nabi dan Sahabat


Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui
makna-makna Al Qur‟an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para
ulama sesudahnya. Bahkan, makna dan ilmu-ilmu Al Qur‟an tersebut pada
masa Rasulullah dan para sahabatnya itu belum tertulis atau dibukukan dan
belum disusun dalam satu kitab. Sebab, mereka tidak merasa perlu untuk
menulis dan membukukan makna dan ilmu-ilmu Al Qur‟an tersebut dalam
suatu kitab.
Hal itu disebabkan Rasulullah yang menerima wahyu serta rahmat
dari Allah SWT yakni ayat Al Qur‟an. Beliau menyampaikannya serta
membacakannya kepada para sahabat sehingga mereka dapat membacanya
dengan baik, menghafal lafal-lafalnya dan mampu memahami arti dan makna
serta rahasia-rahasianya.

Ada beberapa faktor menyebabkan Ulumul Qur‟an tidak dibukukan di


masa Rasul dan Sahabat:

1. Kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar


untuk memahami Al Qur‟an dan Rasulullah dapat menjelaskan
maksudnya.
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis (ummi)
3. Belum ada alat tulis yang memadai.
4. Adanya larangan Rasulullah untuk menuliskan selain Al Qur‟an.

Semuanya ini faktor yang menyebabkan Ulumul Qur‟an tidak dibukukan


di masa Rasul dan Sahabat. 3

2. Masa Penulisan Umul Qur‟an

3
Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an, Surabaya, 1988

11
Di zaman pemerintahan khalifah Ustman bin Affan, ia
memerintahkan kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al Qur‟an yang telah
dikumpulkan pada masa khalifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu
mushaf, kemudian dikenal dengan nama Mushaf Utsman. Dari mushaf itu
dibuat salinan beberapa naskah lagi yang dikirimkan ke semua negara-negara
Islam. Utsman bin Affan memerintahkan agar mushaf-mushaf yang selain
Mushaf Utsman itu dibakar dan melarang berpedoman kepada mushaf-
mushaf lain. Dengan usahanya itu, berarti Utsman bin Affan telah
meletakkan dasar pertama, yang dinamakan Ilmu Rasmil Qur’an atau Ilmu
Rasmil Utsmani.
Di masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib terjadi
perkembangan ilmu baru dalam Al Qur‟an. Karena melihat banyaknya umat
Islam yang berasal dari bangsa non Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab
dan kesalahan pembacaan Al Qur‟an. Ia memerintah Abu al Aswad al Duali
untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa arab. Hal ini dilakukan untuk
memelihara bahasa arab dari pencemaran dan menjaga Al Qur‟an dari
keteledoran pembacanya. Tindakan khalifah Ali bin Abi Thalib ini dianggap
perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab Al Qur’an. 4
Setelah masa khalifah Ali bin Abi Thalib, datanglah masa Umayyah.
Pada masa ini, para sahabat dan tabi‟in terkenal menyebar-luaskan Umul
Qur‟an dengan riwayat dan pengajaran langsung, tidak dalam tulisan dan
pembukuan.
Tokoh-tokoh Ulumul Qur‟an dari tabi‟in yang menyebarkan secara
riwayat ialah khalifah empat, Abbas, Ibnu Mas‟ud, Zaid bin Tsabit, Abu
Musa al-Asy‟ari dan Abdullah bin Zubair. Mereka ini dari kalangan sahabat.
Sedangkan dari kalangan tabi‟in yaitu Mujahid, Atha‟ bin Abu Rabah ,
Ikrimah, Qatadah bin Di‟amah, Al-Hasan Al-Bashri, Sa‟id bin Jubair, Zaid
bin Aslam. Mereka dianggap sebagai peletak dasar ilmu-ilmu yang diberi
nama Ilmu Tafsir, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Naskh wal Mansukh, Ilmu
Gharibil Qurr‟an dan lainnya.

4
Kahar Mansyur, Pokok -pokok Ulumul Qur’an

12
Pada abad ke-2 H Ulumul Qur‟an memasuki masa pembukuan. Para
ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena
fungsinya sebagai Umm al „ulum al Qur‟aniah (induk ilmu-ilmu al
Qur‟aniah). Penulis pertama dalam tafsir adalah Syu‟bah ibn al-Hajjaj,
Sufyan ibn „Uyaynah dan Wati‟ ibn al-Jarrah.
Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-
Thabari. Dia orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan
mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan
Istinbath (penggalian hukum al-Qur‟an). Di abad ini juga lahir ilmu asbab al-
nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan
Madaniyah.
Berikut ini dapat kita lihat karya ulama pada abad ke-3, yaitu:
1. Kitab Asbab al-Nuzul karangan Ali bin al-Madini.
2. Kitab nasikh dan mansukh, qiraat dan keutamaan al-Qur‟an disusun oleh
Abu „Ubaid al-Qasim ibn Salam.
3. Kitab tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah karya Muhammad ibn
Ayyub al-Dharis.

Di abad ke-4 lahir ilmu gharib al-Qur‟an dan beberapa kitab Ulumul
Qur‟an. Adapun Ulama Ulumul Qur‟an pada masa ini adalah:

1. Abu Bakar Muhammad ibn al-Qasim al-Anbari, kitabnya ‘Ajaib Ulumul


Qur’an.
2. Isi kitab ini tentang keutamaan al-Qur‟an, turunnya atas tujuh huruf,
penulisan mushaf-mushaf, jumlah surah, ayat dan kata-kata al-Qur‟an.
3. Abu al-Hasan al-„Asy‟ari, kitabnya al-Mukhtazan fi Ulumul Qur‟an.
4. Abu Bakar al-sijistani, kitabnya Gharib al-Qura‟an.
5. Muhammad ibn Ali al-Adfawi, kitabnya al-Istighna fi Ulumul Qur‟an.

Di abad ke-5 muncul pula tokoh dalam ilmu qiraat. Adapun para
tokoh serta karyanya adalah:

13
1. Ali ibn Ibrahim ibn Sa‟id al Hufi, kitabnya al-Burhan fi Ulumul Qur‟an
dan I‟rab al-Qur‟an.
2. Abu Amr al-Dani, kitabnya al-Taisir fi al-Qiraat al-Sab‟I dan al-
muhkamm fi al-Nuqath.
3. Al-Mawardi, kitabnya tentang amtsal Qur‟an.

Pada abad ke-6 lahir pula ilmu Mubhamat al-Qur‟an. Abu Qasim
Abdur Rahman al-Suahaili mengarang Mubhamat al-Qur‟an. Ilmu ini
menerangkan lafaz-lafaz al-Qur‟an yang maksudnya apa dan siapa tidak
jelas. Ibn al-Jauzi menulis kitab Funun al-Afnan fi „Ajaib al-Qur‟an dan kitab
al-Mujtaba fi Ulum Tata‟allaq bi al-Qur‟an5 .

Pada abad ke-7 ibn Abd al-Salam yang terkenal dengan sebutan
al‟Izz mengarang kitab Majaz al-Qur‟an. „Alam al-Din al-Sakhawi
mengarang tentang qiraat. Ia menulis kitab Hidayah al-Murtab fi al-
Mutasyabih. Abu Syamah Abd al-Rahman ibn Ismail al-Maqsidi, menulis
kitab al-Mursyid al-Wajiz fi ma Yata‟allaq bi al-„Aziz.

Pada abad ke-8 H muncul beberapa muncul yang menyusun ilmu-


ilmu baru tentang al-Qur‟an, seperti berikut ini:

1. Ibn Abi al-Ishba‟, kitabnya tentang badai al-Qur‟an. Ilmu ini membahas
berbagai macam keindahan bahasa dalam al-Qur‟an.
2. Ibn Qayyim, menulis tentang Aqsamul Qur‟an.
3. Najamuddin al-Thufi, menulis tentang Hujaj al-Qur‟an. Isi kitab ini
tentang bukti-bukti yang dipergunakan al-Qur‟an dalam menetapkan
suatu hukum.
4. Abu Hasan al-Mawardi menyusun ilmu amtsal al-Qur‟an.
5. Badruddin al-Zarkasyi, kitabnya al-Burhan fi Ulum al-Qur‟an.

Pada abad ke-9 muncul beberapa ulama melanjutkan perkembangan


ilmu-ilmu Qur‟an, yaitu:

5
Nawawi, Rifat syauqi dan M. Ali Hasan, Pengantar Ilmu Tafsir, (Jakarta:Bulan Bintang, 1988)

14
1. Jalaluddin al-Bulqini, kitabnya Mawaqi‟ al-Ulum min Mawaqi‟ al-
Nujum. Menurut al-Suyuthi, al-Buqini dipandang sebagai ulama yang
mempelopori penyusunan Ulumul Qur‟an yang lengkap. Sebab dalam
kitabnya tercangkup 50 macam ilmu al-Qur‟an.
2. Muhammad ibn Sulaiman al-Kafiaji, kitabnya al-Tafsir fi Qawaid al-
Tafsir. Di dalamnya diterangkan makna tafsir, takwil, al-Qur‟an, surat
dan ayat. Juga dijelaskan di dalam kitabnya itu tentang syarat-syarat
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an.
3. Jalaluddin al-Suyuthi, kitabnya al-Tahbir fi Ulum al-tafsir (873 H). kitab
ini memuat 102 macam ilmu-ilmu al-Qur‟an. Kitab ini dipandang
sebagai kitab Ulumul Qur‟an yang paling lengkap.

Sejak penghujung abad ke-13 H hingga abad ke-15, perhatian ulama


terhadap penyusunan kitab-kitab Ulumul Qur‟an kembali bangkit.
Kebangkitan ini sejalan dengan kebnagkitan modern dalam perkembangan
ilmu-ilmu agama lainnya. Di antara Ulama yang menulis tentang Ulumul
Qur‟an ialah:

1. Syekh Thahir al-Jazairi, kitabnya al-Tibyan li Ba‟dh al-Mabahits al-


Muta‟alliqah bi al-qur‟an.
2. Muhammad Jamaluddin al-Qasimi (1332 H), kitabnya Mahaasin al-
Takwil.
3. Muhammad Abd al-„Azhim al-Zarqani, kitabnya Manaahil al-Irfan fi
„Ulum al-Qur‟an.
4. Musthafa Shadiq al-Rafi‟, kitabnya I‟jaz al-Qur‟an.

Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulumul Qur‟an, terdapat


tiga pendapat, yaitu:

1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah „Ulumul al-Qur‟an


mengatakan bahwa lahirnya istilah „Ulumul al-Qur‟an pertama kali ialah
pada abad ke-27.

15
2. Ibn Said yang terkenal dengan sebutan al-Hufi dengan demikian
menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15.
3. Shubhi al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang pertama kali
menggunakan istilah „Ulumul Qur‟an ialah Ibn al-Mirzaban. Dia
berpendapat seperti ini berlandaskan pada penemuannya tentang
beberapa kitab yang berbicara tentang kajian al-Qur‟an yang telah
mempergunakan istilah „Ulum al-Qur‟an. Yang paling awal menurutnya
ialah kitab Ibn al-Mirzaban yang berjudul al-Hawi fi „Ulum al-Qur‟an
yang ditulis pada abad ke-3 H. hal ini juga disepakati oleh Hasbi as-
Shiddiqi.

16
BAB III

KESIMPULAN

Dari makalah ini, dapat kami simpulkan bahwa:

1. Pengertian „Ulumul Qur‟an dibagi menjadi tiga: perngertian kata Ulum¸kata


al-Qur‟an dan kata „Ulumul Qur‟an.
2. „Ulumul Qur‟an sendiri adalah kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan
dengan Al-Qur‟an yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas.
3. „Ulum Al-Qur‟an selalu berpegang kepada sumber-sumber dasar hukum
Islam sebagai berikut: Al-qur‟an karim, Nabi Muhammad, para Sahabat serta
pemahaman dan ijtihad.
4. Bila ditinjau dari segi pokok bahasannya secara garis besar terdapat dua
kelompok besar yaitu: ilmu riwayah dan ilmu dirayah
5. Diantara cabang-cabang yang dibahas dalam Ulumul Quran masih menurut
Ash-Shiddiqy (102-107) adalah sebagai berikut : Ilmu Adab Tilawat Al-
Qur'an, Ilmu Tajwid, Ilmu Mawathin al-Nuzul, Ilmu Tawarikh al-Nuzul dan
lainnya sebagaimana yang tertera sebelumnya.
6. Pertumbuhan dan perkembangan „Ulumul Qur‟an dibagi dua: pada zaman
Nabi dan Sahabat juga pada zaman penulisannya (setelah Nabi dan Sahabat).
7. Pertumbuhan dan perkembangan „Ulumul Qur‟an menjelma menjadi suatu
disiplin ilmu melalui proses secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan
dan kesempatan untuk membenahi Al-Qur‟an dari segi keberadaan dan
pemahamannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Djalal, Abdul, 2000, Ulumul Qur’an, Surabaya, Dunia Ilmu.

Abd. Gani Isa, 2017, Ulumul Qur’an (Kajian Sejarah dan Perkembangannya ),
https://www.academia.edu/download/57978402/1193-2307-1-SM.pdf ,16.00, 31
agustus.

Al Hanaah Irma, 2012, Pengertian, Ruang Lingkup dan Cabang-Cabang Ulumul Qur’an,
https://irmaalhanaah.wordpress.com/2012/11/11/pengertian-ruang-lingkup-cabang-
cabang-ulumul-quran/amp, 08.00, 1 september.

Shubhi Al-Shalih, 1988, Mabaahits fi Ulumul Qur’an, Surabaya , Dar al Ilm li Malayin.

Mansyur Kahar, 1992, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Malang, Rineka Cipta.

Rifat Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, 1988, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta, Bulan
Bintang.

18

Anda mungkin juga menyukai