Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Asidimetri Kimia Dasar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PRA-LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“ASIDIMETRI”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Chandini Ruth Yapno


NIM : 211420033
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, 25 Maret 2022


PERCOBAAN 1:
ASIDIMETRI
I. Tujuan

II. Keselamatan Kerja

III. Dasar Teori


Asidimetri
Asidimetri merupakan Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-
senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan larutan asam sebagai larutan standar. Sebaliknya
alkalimetri adalah penetapan kadar senyawasenyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
larutan basa sebagai larutan standar. Dalam proses titrasi sebelumnya sudah ditentukan larutan
standar yang digunakan dengan kadar yg sudah diketahui, larutan sampel yang akan dititrasi sudah
ditentukan volume yang digunakan, juga indikator yang akan digunakan dalam proses titrasi
tersebut. Indikator sangat penting dalam proses titrasi dan tidak boleh terlupakan. Indikator
merupakan suatu larutan yang berfungsi untuk menunjukkan saat tercapainya titik ekivalen dengan
ditandai dengan adanya perubahan warna pada sample yang dititrasi.
Titrasi
Titrasi ialah salah satu metode kimia untuk dapat menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara
mereaksikan sejumlah volume larutan itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang
konsentrasinya itu sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya itu sudah diketahui disebut dengan
larutan baku. Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes indikator,
setelah itu ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi ialah tepat
pada saat terjadi sebuah perubahan warna indikator. Titrasi yang melibatkan reaksi asam serta basa
disebut dengan titrasi asam-basa. Terdapat dua jenis titrasi asam basa, yakni asidimetri (penetuan
konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) serta jugalkalimetri (penentuan
konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan baku basa)
Titrasi Secara umum, prinsip metode analisis titrasi didasarkan pada suatu reaksi dari suatu larutan
standar dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya seperti digambarkan sebagai berikut:
xA + yB -> hasil reaksi dimana A adalah larutan titran (penitrasi), B senyawa ditritasi, dan x dan y
adalah jumlah mol dari larutan A dan B. Pada titrasi, untuk mengetahui suatu reaksi telah tercapai
sempurna, digunakan suatu larutan yang disebut dengan larutan indikator. Larutan indikator
tersebut ditambahkan kedalam larutan yang dititrasi. Tujuan dari titrasi adalah untuk mengetahui
kadar/konsentrasi suatu zat (unsur/senyawa) dalam suatu larutan. Berdasarkan reaksi umum yang
dijadikan dasar prinsip titrasi.
Standarisasi Larutan
Larutan standar adalah larutan yang mengandung berat reagen tertentu dengan berat yang diketahui
dalam larutan. Larutan standar ada dua macam, yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar memegang peranan yang sangat penting dalam titrasi, karena konsentrasi
larutan sudah diketahui (ini berarti konsentrasi larutan standar akurat). Larutan standar adalah istilah
kimia yang menunjukkan bahwa konsentrasi larutan telah diketahui. Larutan standar ada dua
macam, yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar sekunder adalah
larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan titrasi dengan larutan standar. NaOH tidak dapat
digunakan sebagai standar utama, karena NaOH bersifat higroskopis, sehingga NaOH harus dititrasi
dengan KHP sebelum dapat digunakan sebagai standar utama. Demikian pula, H2SO4 dan HCl tidak
dapat digunakan sebagai standar primer, sehingga menjadi standar sekunder, yang dapat dititrasi
dengan larutan standar primer NaCO3.
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai
titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun pengukuran
dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya).
Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi akan melibatkan pengukuran yang seksama volume-
volumenya suatu asam dan suatu basa yang tepat akan saling menetralkan. Reaksi penetralan atau
asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan reaksi
dalam analisis titrimetri. Asidi alkalimetri ini melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk
karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar (asidimetri). Reaksi-
reaksi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air (Bassett, 1994).

Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, di mana zat dibiarkan bereaksi dengan zat yang lain
yang konsentrasinya diketahui dan dialirkan dari buret dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan
yang tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara
cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping (Khopkar, 1990).

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting : asam, basa dan garam. Asam
didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan
ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna dengan
pengenceran yang sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Asam lemah berdisosiasi hanya
sedikit pada konsentrasi sedang bahkan pada konsentrasi rendah (Svehla, 1990).

Kuat relatif asam dan basa dalam larutan bergantung pada afinitas mereka terhadap proton yang
berlainan. Makin kuat asam, makin lemah basa konjugatnya. Dari kumpulan reaksi kimia yang dikenal
relatif sedikit yang dapat digunakan sebagai dasar untuk titrasi, suatu reaksi memenuhi persyaratan
berikut sebelum digunakan:
1. Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi
samping. 2. Reaksi harus berjalan sampai boleh dikatakan lengkap pada titik ekivalensi.
Dengan kata lain, tetapan keseimbangan reaksi harus sangat besar. 3. Beberapa metode
harus tersedia untuk menetapkan kapan titik ekivalensi tercapai. Suatu inidikator haruslah
tersedia atau beberapa metode secara instrumen dapat digunakan untuk memberitahu
analisis kapan penambahan titran dihentikan. 4. Reaksi berjalan cepat (dalam beberapa
menit saja) (Day dan Underwood, 1999). Larutan standard adalah larutan yang mengandung
reagensia dengan bobot di ketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan.
Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini
disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan
standar adalah tepat dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia yang
menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua macam
larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar
primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang.

Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer:


1. Memiliki kemurnian 100%.
2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan) disebabkan
standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang.
3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana).
4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan relative pada saat
menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang
kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH
bersifat higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai
sebagai standar primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer,
supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer
NaCO3
Mempelajari titrasi amatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia dan
bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di
laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen.
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi
memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang
menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri.
Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya
diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator,
sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini
disebut sebagai analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran
bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan
ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah
larutan yang tidak bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan
titik equivalent?. Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum
adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan
sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi.

Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp). Bila semua
larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH
larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi
pun kita hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan
titik akhir titrasi dan kalau bisa sama. Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus: V.N titran = V.N
analit Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas (M)
disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi)
yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas
dengan volume. Tidak semua zat bisa ditentukan dengan cara titrasi akan tetapi kita harus
memperhatikan syaratsyarat titrasi untuk mengetahui zat apa saja yang dapat ditentukan dengan
metode
itrasi untuk berbagai jenis titrasi yang ada. Mengenal berbagai macam peralatan yang dipergunakan
dalam titrasipun sangat berguna agar kita mahir melakukan teknik titrasi. Cara Melakukan Titrasi
Asam Basa:
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau erlenmeyer).Ditempatkan
tepat dibawah buret berisi titran.
3. Tambahkan indikator yang sesuai pada titrat, misalnya, indikator fenoftalien
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah ujung buret,
dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai larutan di dalam
gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir titrasi. Hentikan titrasi!! Agar
diketahui kapan harus berhenti menambahkan titran, maka dapat menggunakan bahan kimia, yaitu
indikator, yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan
warna. Perubahan warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik
dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir ( Day dan Underwood). Titik

Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis
dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik
akhir titrasi.Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada
suatu senyawa.Untuk menggetahui kesempurnaan berlansungnya reaksi maka digunakan suatu zat
yang disebut indicator. Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas
dalam rentang pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang
mempunyai warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna
yang sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus
ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah
ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan
pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001).

IV. Bahan dan Alat

V. Langkah Kerja
(Dalam bentuk blok digram)

VI. Hasil Praktikum


(Dalam bentuk tabel)

VII. Perhitungan
(Tambahkan kalau ada perhitunganya)
VIII. Tugas
(Soal diketik)

IX. Analisis
(Meliputi: Analisa hasil praktikum, Analisa alat, Analisa kesalahn (error), Kesesuaian hasil
praktikum dengan teori, Jawaban dari pertanyaan di modul, Grafik)

X. Penutup
A. Simpulan
B. Saran

XI. Daftar Pustaka


(Minimal 3 literatur, tidak boleh dari blogspot, wikipedia dan literatur dapat dicari dijurnal,
buku, website resmi.)

XII. Lampiran
(Berisi laporan sementara, foto-foto praktikum, dan grafik perhitungan dari literatur (jika
ada).

Anda mungkin juga menyukai