Makalah Tafsir Tarbawi Kel 1 Um
Makalah Tafsir Tarbawi Kel 1 Um
Makalah Tafsir Tarbawi Kel 1 Um
Dosen Pengampu :
ROMA ISWADI, MA
ﺍﻟﺮ ِﺣ ِﻴﻢ
ﻤﻦ ﱠِ ﺍﻟﺮ ْﺣ
ِﺑﺴ ِْﻢ ﷲِ ﱠ
Segala puji bagi Allah, dan ucapan syukur dipanjatkan kehadirat Allah
SWT., bahwa atas berkat rahmat dan inayahnya penulis dapat menyusun makalah
dalam pembelajaran “TAFSIR TARBAWI” yang kami susun dengan baik agar
mudah dimengerti dan difahami pembaca.
Sungguh pun demikian rupa kami susun dengan baik tentu belum dapat
dianggap sempurna, penulis mengakui banyak kelemahan dalam berbagai
pengayaannya. Penulis sangat berharap ada masukan kritik dan sarannya yang
bersifat untuk memperbaiki dan menambah pengetahuan kita. Terakhir penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan judul ini untuk penulis telah lebih ulang. Semoga penulisan ini dapat
bermanfat dan menambah pengetahuan pembaca dan penulis sendiri dalam
pembahasan ini.
Wassalam....
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses pendidikan
yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan berlangsung dalam semua
lingkungan pengalaman hidup manusia mulai dari lingkup terkecil seperti
keluarga, sekolah sampai kepada masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam
semua tahapan perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan
istilah longlife education.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu belajar dan mengajar?
2. Apa hubungan ayat yang disebutkan di latar belakang dengan belajar dan
mengajar?
3. Bagaimana konsep pengimplmentasian kewajiban belajar terhadap
peserta didik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi belajar dan mengajar
2. Untuk mengetahui hubungan ayat yang di sebutkan di latar belakang
dengan belajar dan mengajar
3. Untuk mengetahui konsep pengimplementasian kewajiban belajar
terhadap peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Ayat Ayat dan Tafsir Al-Q ur’an Tent ang Kewajiban Belajar dan
Mengajar
Ada beberpa ayat Al-Qur’an yang membahas tentang kewajiban belajar
dan mengajar, diantaranya adalah Q.S. Al-alaq/96: 1-5, Q.S Al-Ghasiyah/88: 17-
20, Q.S Ali-Imran/3: 190-191, Q.S At-taubat/9: 122, Dan Q.S Al-Ankabut/29: 19-
20 Dan ayat-ayat tersebut akan dibahas beserta dengan tafsirnya.
1. Qur’an Surah Al-Alaq/96: 1-5
Artinya:
Tafsir:
(1) Ini adalah surat pertama yang turun kepada Rasulullah. Surat ini turun kepada
Rasulullah sebagai prinsip-prinsip kenabian pada saat beliau belum
mengetahui apa itu al-Qur'an dan apa itu iman. Jibril mendatangi beliau
dengan membawa risalah dan memerintah beliau untuk membaca. Lalu Allah
menu runkan padanya, ( ◌ۚ َﺧ َﻠﻖ
َ ِﻯ ۡ ﺍ ِۡﻗ َﺮ ۡﺍ ِﺑ
ۡ ﺎﺳ ِﻢ َﺭ ِﺑّﻚَ ﱠﺍﻟﺬ ) “Bacalah dengan
(menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan,” yakni menciptakan makhluk
secara umum.
(2) Kemudian Allah mengkhususkan manusia dan menyebutkan awal
(3-5) Kemudian Allah berfirman, ( ") ﺍِ ْﻗ َﺮﺃْ َﻭ َﺭﺑﱡﻚَ ْﺍﻻَ ْﻛ َﺮ ۙ ُﻡBacalah, dan Rabbmu-lah
Yang Paling Pemurah," yakni Yang banyak dan luas sifatNya, sangat pemurah
dan baik, luas dermaNya yang di antara nya adalah mengajarkan berbagai
macam ilmu dan ( ﺴﺎﻥَ َﻣﺎ َﻟ ْﻢ َﻳ ْﻌ َﻠ ۗ ْﻢ ِ ْ ") َﻋﻠﱠ َﻢ ِﺑ ْﺎﻟ َﻘ َﻠ ِﻢ ۙ َﻋﻠﱠ َﻢmengajar (manusia)
َ ﺍﻻ ْﻧ
dengan perantaraan pena. Dia mengajar kan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya," Allah mengeluarkan manusia dari perut ibunya dalam keadaan
tidak mengetahui apa pun dan Allah membuatkan pendengaran, penglihatan
dan hati serta mempermudah baginya sebab-sebab ilmu. Allah mengajarkan
al-Qur`an, al-Hikmah (hadits) dan mengajarkan melalui perantara pena yang
dengannya berbagai ilmu terpelihara, hak-hak terjaga, dan menjadi utusan-
utusan untuk manusia sebagai pengganti bahasa lisan mereka. Segala puji dan
karunia hanya milik Allah semata yang diberikan pada para hambaNya yang
tidak mampu mereka balas dan syukuri. Kemudian Allah menganugerahkan
kecukupan dan keluasan rizki kepada mereka.
ْ ۗ ْﻒ ُﺧ ِﻠ َﻘ
١٧ – ﺖ ُ ﺍ َ َﻓ َﻼ َﻳ ْﻨ
ِ ْ ﻈ ُﺮ ْﻭﻥَ ﺍِ َﻟﻰ
َ ﺍﻻ ِﺑ ِﻞ َﻛﻴ
ْ ۗ ْﻒ ُﺭ ِﻓ َﻌ
١٨ - ﺖ َ ﺴ َﻤ ۤﺎ ِء َﻛﻴ
َﻭﺍِ َﻟﻰ ﺍﻟ ﱠ
ْ ۗ ﺼ َﺒ
١٩ - ﺖ َ َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻟ ِﺠ َﺒﺎ ِﻝ َﻛﻴ
ِ ُْﻒ ﻧ
ْ ۗ ﺳ ِﻄ َﺤ
٢٠ - ﺖ ِ َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻻَ ْﺭ
َ ﺽ َﻛﻴ
ُ ْﻒ
Artinya:
Tafsir:
(7-20): Allah berfirman seraya memberi dorongan pada orang-orang yang tidak
percaya pada Rasulullah dan untuk orang lain agar merenungkan makhluk-
ْ ْﻒ ُﺧ ِﻠ َﻘ
makhluk Allah yang menunjukkan, ( ﺚ َ ﺍﻻ ْﺑ ِﻞ َﻛﻴ ُ “) ﺍ َ َﻓ َﻼ َﻳ ْﻨMaka
ِ ْ ﻈ ُﺮ ﻭﻥَ ﺍِ َﻟﻰ
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,” artinya,
apakah mereka tidak memperhatikan penciptaannya yang sempurna dan
bagaimanakah Allah menundukkannya untuk manusia untuk berbagai
ْ ﺼ َﺒ
kepentingan yang mereka perlukan ( ﺖ َ “) َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻟ ِﺨ َﺒﺎ ُﻝ َﻛﻴDan gunung-
ِ ُْﻒ ﻧ
gunung bagaimana ia ditegakkan,” dengan bentuk yang begitu indah yang
dengannya bumi bisa tenang, dan kokoh tidak berguncang. Di dalamnya Allah
ْ ﺳ ِﻄ َﺤ
menyimpan begitu banyak manfaat. ( ﺖ ِ “) َﻭﺍِ َﻟﻰ ْﺍﻻَ ْﺭDan bumi
َ ﺽ َﻛﻴ
ُ ْﻒ
bagaimana ia dihamparkan,” yaitu dibentangkan secara luas agar manusia
merasa tenang berada di atasnya dan bisa mengolahnya untuk bercocok tanam,
membuat bangunan dan menempuh jalan-jalan di atasnya.
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS.3:190)
Tafsir:
ِ ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ
( ﺽ ِ ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ ِ “ ) ِﺇ ﱠﻥ ِﻓﻰ ﺧ َْﻠSesungguhnya dalam penciptaan langit dan
ﻖ ٱﻟ ﱠ
bumi” berikut keajaiban-keajaiban yang ada di dalamnya ( ﺎﺭ ِ ٱﺧ ِﺘ ٰ َﻠ
ِ ﻒ ٱﻟﱠ ْﻴ ِﻞ َﻭٱﻟﻨﱠ َﻬ ْ ) َﻭ
"dan silih bergantinya malam dan siang" dengan datang dan pergi, bertambah
ٍ " ) َﻝ َءﺍ ٰ َﻳbenar-benar terdapat tanda tanda" bukti-bukti yang
dan berkurang ( ﺖ
ِ ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ
َﺽ َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘﺖ ِ ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ ِ َ ِﻗ ٰ َﻴ ًﻤﺎ َﻭﻗُﻌُﻮﺩ ًﺍ َﻭ َﻋ َﻠ ٰﻰ ُﺟﻨُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ َﻭﻳَﺘ َ َﻔ ﱠﻜ ُﺮﻭﻥَ ﻓِﻰ ﺧ َْﻠ£ٱ
ﻖ ٱﻟ ﱠ ٱﻟﱠﺬِﻳﻦَ َﻳ ْﺬ ُﻛ ُﺮﻭﻥَ ﱠ
َ َﺳ ْﺒ ٰ َﺤﻨَﻚَ َﻓ ِﻘﻨَﺎ َﻋﺬ
◌ِ ﺍﺏ ٱﻟﻨﱠﺎﺭ ُ ٰ َﻫﺬَﺍ ٰ َﺑ ِﻄ ًﻼ
Artinya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.”(QS.3: 191)
Tafsir:
( َ(“ ) ٱﻟﱠﺬِﻳﻦYaitu) orang-orang yang” ini adalah na'at (sifat) bagi apa yang
disebutkan sebelumnya atau menjadi badal (keterangan pengganti)
“ ) ◌َ ْﺫ ُﻛ ُﺮﻭﻥَ ﱠmengingat Allah sambil berdiri, duduk
ُ َ ِﻗ ٰ َﻴ ًﻤﺎ َﻭﻗُﻌُﻮﺩًﺍ َﻭ َﻋ َﻠ ٰﻰ£ٱ
( ﺟﻨُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ
atau berbaring” merebah, maksudnya dalam segala keadaan dan ada riwayat
dari Ibnu Abbas yang menyebutkan: “Mereka melaksanakan shalat seperti itu
ِ ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ
menurut kemampuan ( ﺽ ِ ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ ِ “ ) َﻭﻳَﺘ َ َﻔ ﱠﻜ ُﺮﻭﻥَ ِﻓﻰ ﺧ َْﻠdan mereka
ﻖ ٱﻟ ﱠ
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” agar bisa mereka jadikan
sebagai petunjuk atas kekuasaan penciptanya, seraya berkata: ( ﺧ َﻠ ْﻘﺖَ ٰ َﻫﺬَﺍ
َ ) َﺭﺑﱠﻨَﺎ َﻣﺎ
“Ya Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini”, yakni makhluk yang kami
ِ “ ) ٰ َﺑdengan sia-sia.” Ini berkedudukan sebagai haal (keterangan
lihat ini ( ﻄ ًﻼ
keadaan). Maksudnya dengan main-main. Tetapi merupakan bukti yang
َ ٰ ﺳ ْﺒ
menunjukkan kesempurnaan kekuasaanMu. ( َﺤﻨَﻚ ُ ) "Maha Suci Engkau."
َ َ) َﻓ ِﻘﻨَﺎ َﻋﺬ
ِ ﺍﺏ ٱﻟﻨﱠ
Untuk mensucikanMu dari tindakan main-main (sia-sia). ( ﺎﺭ
“Maka peliharalah kami dari siksa Neraka,”
“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi (ke medan perang) secara
keseluruhan. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka itu
sekelompok orang untuk memperdalam ilmu (pengetahuan) mereka tentang
agama dan supaya mereka dapat memberikan peringatan kepada kaum mereka
apabila telah kembali kepada mereka, agar mereka waspada.” (QS.9: 122)
Tafsir:
Setelah mereka dikecam akibat mangkir dari medan jihad dan Nabi mengirim
sebuah pasukan kecil, mereka berangkat semua. Lalu turunlah firmanNya:
۟ “ ) َﻭ َﻣﺎ َﻛﺎﻥَ ْٱﻟ ُﻤﺆْ ِﻣﻨُﻮﻥَ ِﻟ َﻴﻨ ِﻔ ُﺮTidak sepatutnya orang-orang mukmin itu pergi” ke
( ﻭﺍ
(“ ) َﻧ َﻔ َﺮ ِﻣﻦ ُﻛ ِّﻞ ِﻓ ْﺮ َﻗ ٍﺔpergi dari tiap-tiap golongan” kabilah ( ٌﻁﺎ ٓ ِﺋ َﻔﺔ
َ “ ) ِ ّﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢdi
antara mereka itu sekelompok orang” sejumlah orang dan sisanya tinggal di
rumah ( ◌۟ " ) ِﻟّ َﻴﺘ َ َﻔﻘﱠ ُﻬﻮﺍagar mereka memperdalam" yakni orang-orang yang tinggal
َ“ ) َﻳﺤْ ﺬَ ُﺭﻭﻥagar mereka waspada” terhadap hukuman Allah dengan cara
menunaikan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Artinya:
“Dan tidakkah mereka memperhatikan bagaimana Allah menciptakan makhluk
dari awal, kemudian Dia mengembalikannya (seperti semula). Sesungguhnya
hal itu adalah mudah bagi Allah.” (QS.29: 19)
Tafsir:
( " ) ﺍ َ َﻭ َﻟ ْﻢ َﻳ َﺮ ْﻭﺍDan tidakkah mereka melihat" -dibaca dengan huruf ya' ( ) َﻳ َﺮ ْﻭﺍdan
dibaca dengan huruf ta’ ( ) “kamu melihat”, maksudnya memperhatilkan"
( ﺉ ﷲُ ْﺍﻟﺨ َْﻠﻖَ ﺛ ُ ﱠﻢ َ “ ) َﻛﻴbagaimana Allah menciptakan makhluk dari awal,
ُ ْﻒ ﻳُ ْﺒ ِﺪ
ُ ) ﻳُ ْﺒ ِﺪ, dan dibaca
kemudian” -dibaca dengan dhammah pada huruf pertamanya ( ﺉ
dengan fathah padanya ( ) dari kata ( ) dan ( ) dengan satu makna,
yaitu Allah menciptakan mereka dari awal- ( ُ“ ) ﻳُ ِﻌ ْﻴﺪُﻩDia mengembalikannya”,
yakni makhluk itu seperti semula. ( َ“ ) ﺍ ﱠِﻥ ﺫَ ﻟِﻚSesungguhnya hal itu”, yakni
ْ “) ﺍ ﱠِﻥ ﷲَ َﻋ َﻠﻰ ُﻛ ِّﻞ ﺷSesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
( َﻲ ءٍ َﻗ ِﺪ ﻳ ُْﺮ
sesuatu.” Termasuk memulai penciptaan dan mengembalikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap
atau permenen sebagai akibat latihan dan pengalaman. Secara sederhana, belajar
berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan
(kepandaian, keterampilan). Mengajar adalah suatu kegiatan memberikan
pelajaran yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik. Mengajar adalah
suatu kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid. Jadi
belajar dan mengajar adalah suatu proses adanya interaksi antara anak didik
dengan pendidik dalam rangka transfer pengetahuan, nilai-nilai dan sikap dalam
kegiatan pendidikan di kelas.
Jadi hubungan materi belajar dan mengajar dengan ayat-ayat yang telah
disebutkan (Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-taubah
ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan Q.S Al- Ankabut ayat 19-20.) adahal
beberapa ayat tersebut mengajak kita untuk berfikir, mengajak kita untuk
belajar, mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang kita miliki kepada orang yang
tidak tau, karena dalam sebuah atsar disebutkan di dalam atsar juga disebutkan
“barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya”
B. Saran
Penulisan makalah yang kami buat tentu masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesempurna, saya harapkan adanya saran dari para pembaca agar
dapat memberikan masukan jika di dalam makalah ini memiliki kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di. 1426 H. Tafsir Al-Qur’an (7). D ARUL
HAQ, jakarta. dar Ibn al-Jauzi, KSA 1426 H. (Cet. II).