Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Praktikum Biokimia Protein Plasma

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PEMISAHAN PROTEIN PLASMA

NAMA : KOMANG ASMINI

STAMBUK : N10121156

KELOMPOK : 12 (DUA BELAS)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasma memiliki larutan utama yaitu kelompok protein heterogen


yang dapat membentuk sekitar 7% dari berat plasma. Perbedaan utama
antara plasma dan cairan ekstraseluler dari jaringan adalah kandungan
protein yang tinggi dari plasma. Protein plasma ini memberikan efek
osmotik dimana air cenderung bergerak dari cairan ekstraseluler lain ke
plasma (Nugrahaeni, 2020). Protein plasma utama adalah serum albumin,
molekul yang cukup kecil. Albumin serum memiliki sifat fisik yang dapat
memungkinkan terjadinya pemisahannya dari protein plasma lainnya, yang
sebagai suatu kelompok disebut globulin. Pada kenyataannya bahwa
globulin merupakan susunan protein heterogen dari berbagai struktur dan
fungsi. Imunoglobulin atau antibodi diproduksi sebagai respon terhadap zat
asing tertentu atau antigen ( Nugrahaeni, 2020 ).
Ketika protein dicerna dalam saluran pencernaan, masing-masing
asam amino dilepaskan dari rantai polipeptida dan diserap. Asam amino
diangkat melalui plasma ke semua bagian tubuh, dimana mereka diambil
oleh sel dan dikumpulkan dengan cara khusus untuk membentuk protein
dari banyak jenis. Protein plasma ini dilepaskan ke dalam darah dari sel-sel
yang di sertai dengan proses sintesis (Nugrahaeni, 2020). Plasma darah
adalah larutan yang 10% berair, dimana volumenya mengandung zat dengan
berat molekul kecil hingga besar antara lain 7% protein plasma, 9% garam
anorganik, vitamin, asam amino, hormone, lipoprotein, dan sebagainya
(Soesilawati, 2020). Protein plasma terdiri dari albumin, gamma, alfa, dan
beta globulin, serta fibrinogen. Albumin merupakan komponen utama yang
berperan dalam mempertahnakan tekanan osmosis darah. Gamma globulin
atau immunoglobulin berperan sebagai zat anti. Sedangkan fibrinogen
berperan dalam tahap akhir pembekuan darah, yaitu pembentukan fibrin.

2
Beberapa substansi yang tidak atau sedikit larut dalam air diangkut plasma,
sebab substansi tersebut bergabung dengan protein plasma seperti albumin,
beta, dan alfa globulin (Soesilawati, 2020).
Beberapa bahan yang termasuk unsur penting plasma dan masing-
masing memiliki atribut fungsional khusus. Kation dominan ( ion bermuatan
positif ) dari plasma adalah natrium, ion yang terjadi di dalam sel dengan
konsentrasi yang lebih rendah, karena efek natrium pada pada tekanan
osmotik dan pergerakan cairan, jumlah natrium dalam tubuh merupakan
penentu yang berpengaruh terhadap total volume cairan ekstraseluler.
Jumlah natrium dalam plasma dikendalikan oleh ginjal di bawah pengaruh
hormon aldosterone, yang di sekresikan oleh kelenjar adrenalin
(Nugrahaeni,2020).
Ekskresi kalium ginjal dipengaruhi oleh aldosterone, yang
menyebabkan retensi natirum dan kehilangan kalium. Kalsium dalam
plasma sebagian terikat pada protein dan sebagian terionisasi.
Konsentrasinya dibawah kendali dua hormone yakni hormon paratiroid
yang menyebabkan tingkat naik, dan kalsitonin yang menyebabkannya turun
(Nugrahaeni, 2020). Pemisahan protein plasma darah dapat dilakukan
dengan beberapa metode. Proses memisahkan protein plasma dan
menentukan lima variabel yang dapat mempengaruhi pemisahan protein
plasma berdasarkan pH, kekuatan ion, konsentrasi etanol, suhu, dan
konsentrasi protein. Kelarutan protein dapat berkurang dengan dipengaruhi
oleh pH larutan dan penambahan etanol. Pemisahan dilakukan di tempat
suhu yang rendah guna untuk mencegah terjadinya denaturasi (Yuliana,
2019).

3
1.2 Tujuan
Tujuan di lakukannya praktikum ini yaitu, untuk mengetahui cara dn
bagaimana pemilahan dan mengetahui perbedaan pengendapan albumin-
globulin.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah makromolekul yang secara fisik dan fungsional


kompleks yang melakukan beragam peran penting.Suatu jaringan protein internal,
sitoskeleton, mempertahankan bentuk dan integritas fisik sel. Filamen aktin dan
myosin membentuk perangkat kontraksi otot. Hemogiobin mengangkut oksigen,
sementara antibody dalam darah mencari benda asing yang masuk. Enzim
mengatalisis reaksi yang menghasilkan energi, membentuk dan menguraikan
biomolekul, mereplikasi dan menerjemahkan gen, mengolah mRNA, dan
sebagainya. Reseptor memungkinkan sel mengindera dan berespons terhadap
rangsang hormone dan lingkungan (Kenelly dan Rodwell, 2012). Protein berarti
“pertama atau utama” termasuk dalam makromolekul yang paling berlimpah
didalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua
organisme. Asam amino, unit struktur protein, dan peptide sederhana, yang terdiri
dari beberapa asam amino yang digabungkan oleh ikatan peptida. Struktur protein
yang terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun
atas banyak unit asam amino ( Natsir, 2018).

Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O dan unsur khusus


yang terdapat dalam protein dan tidak terdapat didalam molekul karbohidrat
maupun lemak yaitu Nitrogen (N). Protein yang telah diubah kedalam bentuk
asam amino mempunyai sifat larut dalam air. Seperti halnya hidrat arang, asam
amino yang mudah larut dalam air ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung
memasuki pembuluh darah. Ketika protein mengalami hidrolisis total, akan
dihasilkan sejumlah 20-24 jenis asam amino, tergantung dari cara
menghidrolisisnya. Ada 3 cara yang dapat ditempuh untuk menghidrolisis protein
yaitu hidrolisis asam, hidrolisis alkalis, dan hidrolisis enzimatik (Suprayitno,
2017). Protein diklasifikasikan berdasarkan fungsi biologinya antara lain protein
sebagai enzim, protein pembangunan, protein kontraktil, protein pengangkut,

5
protein hormon, protein pelindung, protein bersifat racun dan protein cadangan.
(Sumbono, 2016)

Plasma, sebagai cairan, terdiri dari 90% air. Air plasma merupakan
medium bagi bahan-bahan yang dibawa oleh darah. Selain itu, plasma menyerap
dan menyebarkan sebagian besar panas yang dihasilkan oleh proses metabolisme
di dalam jaringan, sementara suhu darah itu sendiri hanya mengalami sedikit
perubahan. Ketika darah mengalir mendekati permukaan kulit, energi panas yang
tidak dibutuhkan untuk mempertahankan suhu tubuh di keluarkan ke lingkungan.
Sejumlah besar bahan inorganik dan organik terlarut dalam plasma. Konstituen
inorganik membentuk sekitar-1% berat plasma. Elektrolit (ion) paling banyak
dalam plasma adalah 𝑁𝑎 + dan 𝐶𝑙 −, komponen garam dapur. Terdapat juga
𝐻𝐶𝑂3 −, 𝐾 + , 𝐶𝑎2+, dan ion lain dalam jumlah lebih kecil (Sherwood,2013).

Fungsi terpenting ion-ion ini adalah peran mereka dalam eksitabilitas


membran, distribusi osmotik cairan antara cairan ekstrasel (CES) dan sel, dan
menyangga perubahan pH. Konstituen organik yang paling banyak berdasarkan
berat adalah protein plasma, yang membentuk 6% hingga 8% berat plasma.
Persentase kecil plasma sisanya terdiri dari bahan organik lain, termasuk nutrien
(seperti glukosa, asarn amino, lemak, dan vitamin), produk sisa (kreatinin,
bilirubin, dan bahan bernitrogen seperti urea), gas terlarut (O2 dan CO2), dan
hormon. Sebagian besar bahan ini hanyalah bahan yang diangkut oleh plasma.
Sebagai contoh, kelenjar endokrin menyekresikan hormon ke dalam plasma, yang
mengangkut perantara kimiawi ini ke tempat kerja mereka (Sherwood, 2013).

Protein plasma adalah suatu kelompok konstituen plasma yang tidak


sekedar sebagai pengangkut. Komponen - kompon penting ini dalam keadaan
normal tetap berada dalam plasma, tempat mereka melakukan banyak fungsi
penting. Berikut adalah fungsi terpenting tersebut yaitu : (Sherwood, 2013).

1. Tidak seperti konstituen plasma lain yang larut dalam air plasma, protein
plasma terdispersi sebagai koloid (lihat h. A-8). Selain itu, karena
merupakan konstituen plasma terbesar, protein plasma biasanya tidak keluar

6
melalui pori-pori halus di dinding kapiler untuk masuk ke cairan
interstisium. Berkat keberadaan mereka sebagai dispersi koloid dalam
plasma dan ketiadaannya dalam cairan interstisium, protein plasma
menciptakan suatu gradien osmotik antara darah dan cairan interstisium.
Tekanan osmotik koloid ini adalah gaya primer yang mencegah keluarnya
plasma secara berlebihan dari kapiler ke dalam cairan interstisium sehingga
membantu mempertahankan volume plasma (Sherwood, 2013).
2. Protein plasma ikut berperan dalam kemampuan plasma menyangga
perubahan pH (Sherwood, 2013).
3. Tip kelompok protein plasma - albumin, globulin, dan fibrinogen
diklasifikasikan berdasarkan berbagai sifat fisika dan kimiawi mereka.
Selain fungsi umum yang telah disebutkan, masing-masing tipe protein
plasma melakukan tugas spesifik sebagai berikut (Sherwood, 2013).
a. Albumin, protein plasma yang paling banyak, berperan besar dalam
menentukan tekanan osmotik koloid berkat jumlahnya. Protein ini juga
secara non-spesifik berikatan dengan bahan-bahan yang kurang larut
dalam plasma (misalnya, bilirubin, garam empedu, dan penisilin) untuk
transportasi dalam plasma (Sherwood, 2013).
b. Globulin terdiri atas 3 subkelas yaitu globulin alfa, beta dan gamma.
Sebagian globulin alfa dan beta mengikat bahan-bahan yang kurang larut
dalam plasma untuk transportasi dalam plasma tetapi globulin ini sangat
spesifik terhadap bahan yang akan mereka ikat dan angkut. Contoh
bahan-bahan yang diangkut oleh globulin spesifik seperti hormon tiroid,
kolesterol dan besi. Sebagian besar faktor yang berperan dalam proses
pembekuan darah adalah globulin alfa atau beta. Beberapa protein
plasma darah merupakan molekul prekursor yang bersirkulasi, dan tidak
aktif, yang diaktifkan sesuai kebutuhan oleh masukan regulatorik
tertentu. Contohnya, globulin alfa angiotensinogen diaktifkan menjadi
angiotensin, yang beperan penting dalam mengatur keseimbangan garam
dalam tubuh, globulin gama adalah immunoglobulin (antibodi) yang
sangat penting bagi mekanisme pertahanan tubuh (Sherwood, 2013).

7
c. Fibrinogen adalah faktor kunci dalam pembekuan darah (Sherwood,
2013). Fibrinogen merupakan glikoprotein yang dapat larut dalam plasma
yang dihasilkan oleh hati dan kadarnya meningkat pada keadaan
inflamasi. Fibrinogen sangat penting di berbagai proses aterotrombosis,
hemostasis, agregasi trombosit, dan viskositas darah. Fibrinogen yang
meningkat juga berkorelasi dengan pembentukan trombin yang
meningkat. (Nikma , 2016)

8
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat

1. Tabung Reaksi
2. Alat Sentrifugasi
3. Pipet Volume
3.2 Bahan

1. Plasma
2. Natrium Sulfit
3. NaOH
4. Reagen Biuret
5. Albumin 0,5%
6. Aquades
3.3 Prosedur

a. Pemisahan Protein

1) Memasukkan 0,5 mL plasma kedalam 3 tabung reaksi

2) Menambahkan 9,5 mL Natrium sulfit ke masing-masing tabung


reaksi

9
3) Menginkubasi ketiga tabung reaksi selama 10-15 menit
4) Sentrifugasi dikecepatan 3000rpm selama 10 menit

5) Memisahkan endapan dan supernatan pada setiap tabung

6) Supernatan di pindahkan ke tabung 4


b. Penentuan kadar protein sampel

10
1) Pada tabung 1,2,3 dan 4 masukkan 2 mL NaOH

2) Menambahkan reagen biuret 3 mL

3) Menginkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 10 menit


d. Penentuan kadar protein standart dan blanko

1) Pada tabung pertama masukkan 2 mL standard albumin 0,5%

11
2) Menambahkan 2 mL NaOH

3) Menambahkan larutan Biuret 3 mL

4) Menginkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 10 menit


5) Pada tabung ke dua tambhakan 2 mL akuades
6) Menambahkan 2 mL NaOH

7) Menambahkan larutan Biuret 3 mL

12
8) Diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama 10 menit

13
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No. Sampel Hasil Pengamatan Interpretasi Gambar


Hasil
1. Larutan Blanko (Akuades 2mL) Terlihat warna Warna biru pada
bening Ciaran bening
kebiruan akuades
setelah terbentuk akibat
diberikan dari ciri khas
cairan NaOH biuret yang pada
dan reagen asalnya
biuret berwarna biru
namun karena
tidak terdapat
protein,tidak
adanyaperubaha
nwarnalebihlanj
ut
2. Terlihat
Larutan Standard Warna ungu
(2% Albumin 0,5mL) warna ungu ke terbentuk akibat
biru-biruan adanya protein
setelah yang bereaksi
diberikan dengan ion
cairan NaOH Cu2+ pada
dan reagen biuret dan dalam
biuret suasana basa
menjadi Cu

3. Terlihat
Tabung 1 (Natrium Warna ungu
Sulfit 12,6 g/100 warna ungu ke terbentuk akibat
mL) biru-biruan adanya protein
setelah yang bereaksi
diberikan dengan ion
cairan NaOH Cu2+ pada
dan reagen biuret dan dalam
biuret suasana basa
menjadi Cu

14
4. Terlihat
Tabung 2 Warna ungu
(Natrium Sulfit warna ungu ke terbentuk akibat
15,8 g/100 mL) biru-biruan adanya protein
setelah yang bereaksi
diberikan dengan ion
cairan NaOH Cu2+ pada
dan reagen biuret dan dalam
biuret suasana basa
menjadi Cu

5. Tabung 3 (NatriumTerlihat
Sulfit Warna ungu
21 g/100 warna ungu ke terbentuk akibat
mL) biru-biruan adanya protein
setelah yang bereaksi
diberikan dengan ion
cairan NaOH Cu2+ pada
dan reagen biuret dan dalam
biuret suasana basa
menjadi Cu

6. Tabung 4 Terlihat warna Warna ungu


Supernatan ungu ke biru- terbentuk akibat
biruan setelah adanya protein
diberikan yang bereaksi
cairan NaOH dengan ion
dan reagen Cu2+ pada
biuret biuret dan dalam
suasana basa
menjadi Cu

4.2 Pembahasan
Albumin merupakan protein utama dalam plasma manusia dan
menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin memiliki
massa molekul yang relatif rendah (kurang lebih 69kDa) dan
konsentrasi yang tinggi sehingga albumin bertanggung jawab atas 75-
80% dari tekanan osmotik plasma manusia Albumin adalah protein
penting dalam darah dengan berat molekul sekitar 65.000 Dalton, yang

15
terdapat dalam plasma darah dengan memiliki konsentrasi normal yang
berkisar antara 3,5- 5,0 gram albumin perseratus mililiter.

Dalam pengklasifikasian protein, albumin merupakan protein


globular.Protein ini umumnya berbentuk bulat atau elips dan terdiri atas
rantai polipeptidayang berlipat. Pada umumnya gugus R polar terletak
disebelah luar rantaipolipeptida, sedangkan gugus R yang hidrofob
terletak disebelah dalam molekulprotein. Protein globular pada
umumnya mempunyai sifat dapat larut dalam air,dalam larutan asam
atau basa dan dalam etanol. Abumin adalah protein yang dapat larut
dalam air serta dapat terkoagulasioleh panas. Larutan albumin dalam air
dapat diendapkan dngan penambahanamoniumsilfat hingga jenuh.

Albumin adalah protein terbanyak dalam serum. Lebih separuh


dari protein serum adalah albumin. Ini berarti, konsentrasi albumin
serum adalah antara 3,86 g/dL 4,14 g/dL. Albumin serum adalah suatu
protein. Protein ini suatu monomer, artinya protein yang terdiri atas satu
rantai polipeptida saja. Pada praktikum penentuan albumin urine dengan
metode biuret, dilakukan pemeriksaan menggunakan 4 sampel urine
dari probandus yang berbeda-beda. Sampel urine yang digunakan
merupakan urine 24 jam.

Pertama-tama pada sampel urine 500 μl ditambahkan dengan


4500 μl aquades dan diaduk rata. Kemudian disentrifugasi menggunakan
centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Hasil
sentrifugasi akan mengendapkan protein lain selain albumin dikarenakan
berat massa protein albumin yang jauh lebih kecil dibandingkan protein
lain, sehingga pengambilan sampel albumin dilakukan pada bagian
supernatan dan bukan pada endapan.
Setelah itu diambil 2 mL sampel pada
bagian supernatan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan reagen Biuret (yang mengandung CuSO4, Na-K Tartat,
NaOH dan KJ) sebanyak 3 mL. Tabung reaksi diberikan label “Sampel”.

16
Pada tabung berikutnya dimasukkan larutat standard Albumin (0,5 g/100
mL) yang masih segar sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi yang sudah
berisi dengan reagen Biuret sebanyak 3 ml. Tabung reaksi diberikan label
“Standard”. Pada tabung reaksi berikutnya dimasukkan aquadest
sebanyak 2 ml ke dalam tabung yang sudah berisi reagen Biuret sebanyak
3 ml. Tabung diberikan label “Blanko”.

Selanjutnya seluruh tabung reaksi divortex untuk mencampur


seluruh larutan yang ada. Selanjutnya tabung reaksi diinkubasi dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 10 menit. Spektrofotometri
mengukur massa atau konsentrasi molekul yang berbeda dari sampel
yang ada. Biomolekul yang besar seperti protein pun dapat diidentifikasi
menggunakan massa. Dalam spektrofotometri, sampel ataupun larutan
yang akan diujikan akan melalui pemanasan. Pemanasan akan membuat
sampel ataupun larutan menjadi tervaporasi atau menguap. Kemudian
berkas elektron memborbardir uap, yang akan mengubah uap menjadi
ion. Karena spektrofotometri mengukur massa partikel yang bermuatan,
hanya ion yang akan dideteksi, dan molekul netral tidak akan terlihat. Ion
dibuat dengan memberikan elektron ke molekul (menghasilkan ion
bermuatan negatif) atau mengambil elektron dari molekuk (menghasilkan
ion bermuatan positif).

Selanjutnya, ketiga tabung reaksi akan didinginkan. Ketiga


tabung reaksi akan diambil satu-satu dan dimasukkan ke dalam cuvet
untuk pembacaan menggunakan spektrofotometri. Pembacaan
menggunakan spektrofotometri dilakukan pada panjang gelombang 540
nm. Catat semua hasil yang didapatkan.

Berdasarkan perhitungan diperoleh absorbansi pada probandus


kelompok 1 sebesar 0,235 dengan konsentrasi albumin sebesar 2,279
g/100 ml. Berdasarkan perhitungan diperoleh absorbansi pada
probandus kelompok 2 sebesar -0,117 dengan konsentrasi albumin
sebesar -4,189 g/100 ml. Berdasarkan perhitungan diperoleh absorbansi

17
pada probandus kelompok 3 sebesar 0,320 dengan konsentrasi albumin
sebesar -0,645 g/100 ml. Berdasarkan perhitungan diperoleh absorbansi
pada probandus kelompok 4 sebesar 0,124 dengan konsentrasi albumin
sebesar 0,267 g/100 ml.

Pada praktikum kali ini, semua sampel memiliki kadar yang


berbeda. Adanya perbedaan tersebut kemungkinan dikarenakan
kurangnya ketelitian dalam pengambilan sampel urin yang terlalu
sedikit, namun penambahan reagennya terlalu banyak. Selain perbedaan
itu, perbedaan kadar albumin pada urin probandus dengan kadar
albumin urin normal mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme
yaitu gagal ginjal. Laju ekskresi albumin dan protein pada urin 24 jam
(mg/24 jam) yang normal berada pada skala <5 mg/24 jam, kadar
tinggi/normal pada 15-30 mg/24 jam, kadar mikroalbuminuria pada 30-
300 mg/24 jam, dan kadar makroalbuminuria pada skala di atas 300
mg/24 jam.

Pada praktikum ini seluruh probandus memiliki konsentrasi


albumin pada urin 24 jam dalam kadar normal, yaitu di bawah 5 mg/24
jam. Adapun kesalahan dalam menggunakan ataupun mempersiapkan
sampel juga menjadi faktor yang mempengaruhi hasil dari pengamatan.

Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55 sampai


60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah. Diabetes
Melitus menyebabkan perubahan progresif ke arah ginjal hingga
menyebabkan diabetik renal nefropati. Komplikasi ini berkembang
selama bertahun-tahun dan dapat ditunda oleh kontrol glikemik secara
agresif. Gejala awal yang terjadi pada penderita nefropati adalah
peningkatan kadar albumin urin. Pengukuran mikroalbumin berguna
untuk membantu diagnosis pada tahap awal dan sebelum berkembang
menjadi proteinuria. Pemeriksaan fungsi ginjal tiap tahun dengan
mengukur ekskresi albumin urin direkomendasikan bagi pasien

18
diabetes.

Beberapa penyebab peningkatan ekskresi albumin urin, yaitu


olahraga dalam 24 jam, infeksi, demam, gagal jantung kongestif,
hiperglikemia, hipertensi, asupan makanan, kehamilan, obat, dan faktor
lainnya yang dapat mengubah kedua pengiriman protein dan
hemodinamik glomerulus.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Cara yang dapat ditempuh untuk menghidrolisis protein yaitu dengan


hidrolisis asam, hidrolisis alkalis, dan hidrolisis enzimatik.
2. Protein plasma berdasarkan kadar tertinggi hingga terendah yaitu
albumin, globulin yang terdiri atas globulin alfa, beta dan gamma
maupun fibrinogen.
3. Pengendapan protein plasma dengan garam lebih kuat dalam mengikat
air yang menyebabkan menurunnya jumlah air yang terikat pada protein
sehingga protein akan mengendap pada larutan. Contohnya Na- Sulfit
yang berikatan dengan protein plasma sehingga protein mengendap
dalam keadaan basa dengan bantuan reagen biuret

5.2 Saran

Praktikum sudah baik dan sudah cukup jelas, akan tetapi akan lebih
efektif jika kedepannya dapat dilakukan secara tatap muka (Luring)

20
DAFTAR PUSTAKA

Kenelly, P.J., Rodwell, V.W. 2012. Biokimia Harper edisi 27. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Natsir, N.A, Latifa, S. 2018. Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap
Merah dan Ikan Kerapu Bebek. Jurnal Biology Science and Education. 7(1)
: 49-55. Diakses pada 27 Februari 2022: Google Scholar

Nikma., Bahrun, U., Sennang, N. 2016. Gambaran Kadar Fibrinogen Pada


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. JST Kesehatan. 6(3) : 393-398.
Diakses pada 27 Februari 2022: Google Scholar

Nugrahaeni, A. 2020. Pengantar Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : Anak


Hebat Indonesia

Sherwood, L. 2013. Introduction To Human Physiology 8𝑡ℎ ed. International ed.


Brooks/Cole Cengage Learning.

Soesilawati, P. 2020. Histologi Kedokteran Dasar. Surabaya : Airlangga


University Press

Sumbono, A. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta : Deepublish

Suprayitno, E., Sulistiyati, T.D. 2017. Metabolisme Protein. Malang : UB Press

Yuliana, T., dkk. 2019. Optimasi Pengendapan Albumin dengan Variasi Suhu,
PH, dan Konsentrasi Etanol Dalam Plasma Darah Melalui Metode Simplex
Lattice Design. Jurnal Kartika Kimia. 2(2) : 78-85. Diakses pada 27
February 2022: http://jkk.unjani.ac.id/index.php/jkk

21

Anda mungkin juga menyukai