Teori Konsentris
Teori Konsentris
Teori Konsentris
Konsentris
Konsentris dari Ernest W. Burgess, seorang sosiolog beraliran human
ecology, merupakan hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. Menurut
pengamatan Burgess, Kota Chicago ternyata telah berkembang sedemikian
rupa dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris yang
mencerminkan penggunaan lahan yang berbeda-beda.
Burgess berpendapat bahwa kota-kota mengalami perkembangan atau
pemekaran dimulai dari pusatnya, kemudian seiring pertambahan penduduk
kota meluas ke daerah pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-zona baru yang
timbul berbentuk konsentris dengan struktur bergelang atau melingkar.
Berdasarkan teori konsentris, wilayah kota dibagi menjadi lima zona
sebagai berikut.
Keterangan :
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau
Central Business District (CBD)
Zona 2 : Peralihan, ( zona Perdagangan beralih ke
Permukiman
Zona 3 : Permukiman kelas pekerja atau buruh
Zona 4 : Permukiman kelas menengah
Zona 5 : Penglaju, (zona permukiman beralih ke
zona pertanian
Gambar 1. Struktur kota menurut teori konsentris.
Sumber: geoenviron.blogspot.com (2014
Zona 1: Daerah Pusat Kegitan atau Central Business District (CBD).
Daerah pusat kegiatan ini sering disebut sebagai pusat kota. Dalam daerah
ini terdapat bangunan-bangunan utama untuk melakukan kegiatan baik
sosial, ekonomi, poitik dan budaya. Contohnya : Daerah pertokoan,
perkantoran, gedung kesenian, bank dan lainnya.
Zona 2: Daerah Peralihan. Daerah ini kebanyakan di huni oleh golongan
penduduk kurang mampu dalam kehidupan sosial-ekonominya. Penduduk
ini sebagian besar terdiri dari pendatang-pendatang yang tidak stabil
(musiman), terutama ditinjau dari tempat tinggalnya. Di beberapa tempat
pada daerah ini terdapat kegiatan industri ringan, sebagai perluasan dari
KPB.
Zona 3: Daerah Pabrik dan Perumahan Pekerja. Daerah ini di huni oleh
pekerja-pekerja pabrik yang ada di daerah ini. Kondisi perumahannya
sedikit lebih buruk daripada daerah peralihan, hal ini disebabkan karena
kebanyakan pekerja-pekerja yang tinggal di sini adalah dari golongan
pekerja kelas rendah.
Zona 4: Daerah Perumahan yang Lebih Baik Kondisinya. Daerah ini
dihuni oleh penduduk yang lebih stabil keadaannya dibanding dengan
penduduk yang menghuni daerah yang disebut sebelumnya, baik ditinjau
dari pemukimannya maupun dari perekonomiannya.
Zona 5: Daerah Penglaju. Daerah ini mempunyai tipe kehidupan yang
dipengaruhi oleh pola hidup daerah pedesaan disekitarnya. Sebagian
menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan dan sebagian yang lain
menunjukkan ciri-ciri kehidupan pedesaan, Kebanyakan penduduknya
mempunyai lapangan pekerjaan nonagraris dan merupakan pekerja-pekerja
penglaju yang bekerja di dalam kota, sebagian penduduk yang lain adalah
penduduk yang bekerja di bidang pertanian.
2. Teori Sektoral (Sector Theory)
Sektoral dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Teori ini muncul berdasarkan
penelitiannya pada tahun 1930-an. Hoyt berkesimpulan bahwa proses
pertumbuhan kota lebih berdasarkan sektorsektor daripada sistem gelang atau
melingkar sebagaimana yang dikemukakan dalam teori Burgess. Hoyt juga
meneliti Kota Chicago untuk mendalami Daerah Pusat Kegiatan (Central
Business District) yang terletak di pusat kota.
Ia berpendapat bahwa pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur
seperti irisan kue tar. Mengapa struktur kota menurut teori sektoral dapat
terbentuk? Para geograf menghubungkannya dengan kondisi geografis kota dan
rute transportasinya. Pada daerah datar memungkinkan pembuatan jalan, rel
kereta api, dan kanal yang murah, sehingga penggunaan lahan tertentu,
misalnya perindustrian meluas secara memanjang. Kota yang berlereng
menyebabkan pembangunan perumahan cenderung meluas sesuai bujuran
lereng.
Keterangan :
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau
Central Business District
(CBD)
Zona 2 : Daerah grosir dan manufaktur
Zona 3 : Permukiman kelas rendah
Zona 4 : permukiman kelas menengah
Zona 5 : Permukiman kelas atas
Gambar 2. Struktur kota menurut teori sektoral
Sumber: geoenviron.blogspot.com (2014)
Keterangan :
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK) atau
Centeral Business District (CBD)
Zona 2 : Daerah grosir dan manufaktur
Zona 3 : Daerah permukiman kelas rendah
Zona 4 : Permukiman kelas menengah
Zona 5 : Permukiman Kelas Tinggi
Zona 6 : Daerah Manufaktur berat
Zona 7 : Daerah diluar PDK
Zona 8 : Permukiman suburban
Zona 9 : Daerah industry suburban
Keterangan :
Zona 1 : Daerah Pusat Kegiatan (DPK)
atau Central Business District (CBD)
Zona 2 : Zona Peralihan
Zona 3 : Perumahan dengan pendapatan
rendah atau kelas menengah ke bawah.
Zona 4 : Perumahan dengan pendapatan
menengah jalan utama
= = = : Jalan Utama
……. : Rel kereta aoi
6. New Urbanism
Konsep new urbanism adalah konsep yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah urban sprawl. New urbanism atau dikenal juga dengan neotraditional
development (NTD) merupakan pandangan perancangan kawasan permukiman
yang berorientasi pada pejalan kaki (pedestrian oriented), penggunaan tata guna
lahan campuran (mixed land use), atau multi fungsi antar hunian, fasilitas publik,
dan fasilitas komersial.
Gambar 9. TOD dengan fasilitas publik dan jalur pejalan kaki dan pesepeda.
Sumber: http://cincinnatitransforum.org, 2014
Keuntungan dari sistem TOD:
Mengurangi kepadatan kendaraan.
Meningkatkan keselamatan berkendara.
Mengurangi polusi akibat asap buangan kendaraan.
Dapat mengurangi biaya sarana/prasarana dalam transportasi.
Mengurangi tingkat pemakaian energi kendaraan (BBM).
Gaya hidup yang lebih sehat dengan berjalan kaki.
Mengurangi peluang terbentuknya sprawl