Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

MAKALAH Neuro Science Adi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EVALUASI KECERDASAN DAN KREATIFITAS

PADA ANAK USIA DINI

Di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Neuroscience yang di bimbing oleh
dosen Bapak Nanang M.Pd

Disusun Oleh:
Adi
0142S1D019232

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI ( PG PAUD )


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Evaluasi Kecerdasan Dan
Kreatifitas Pada Anak Usia Dini” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW dan mendapatkan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas pada Mata


Kuliah Neuroscience Semester 5B, makalah ini tentang “Evaluasi Kecerdasan Dan
Kreatifitas Pada Anak Usia Dini”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nanang, M.Pd selaku


dosen Neuroscience yang telah memberi arahan untuk mebuat makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

1. Pengertian Kecerdasan ................................................................................... 3


2. Pengertian Kreatifitas ..................................................................................... 4
3. Pengertian Evaluasi ........................................................................................ 5
4. Tekhnik Evaluasi PAUD ................................................................................ 6

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Anak Usia Dini merupakan potensi dasar kepribadian anak. Anak yang
mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental hal itu akan berdampak pada peningkatan prestasi
dasar anak, Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 diuraikan: bahwa
“Tiap warga negara berhak mendapat pengajaran“. Hal ini diperkuat dengan UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 bahwa
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah salah satu pendidikan jalur non
formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia dini dengan
mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar. Pembelajaran dilakukan dengan
cara yang menyenangkan, selama bermain anak mendapatkan pengalaman. Anak
usia dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan
yang unik karena proses pertumbuhan dan perkembangannya terjadi bersamaan.
Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat
kepada anak. Di masa peka, kecepatan pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga
mencapai 50 persen dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya, jadi
golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menstimulasi segala potensi
yang dimiliki anak.

Kecerdasan sangat diperlukan bagi setiap anak karena kecerdasan dapat


membantu seseorang dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul.
Perkembangan kecerdasan anak akan lebih maksimal jika dilakukan sejak usia dini
dengan memberikan stimulus melalui panca indera yang dimilikinya. Kecerdasan
juga merupakan cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam
belajar. Gardner (dalam tadkiroatun musfiroh, 2005) menjelaskan ada 9 kecerdasan,
namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
psikologi dan ilmu kejiwaan jenis kecerdasan bertambah menjadi 10 yaitu :

1
kecerdasan liguistik (cerdas berbahasa), kecerdasan visual spasial (gambar),
kecerdasan logika matematik (angka dan logika), kecerdasan musikal (cerdas musik),
kecerdasan intrapersonal (cerdas mengenali potensi dan kelemahan diri sendiri),
kecerdasan interpersonal (cerdas sosial), kecerdasan natural (cerdas berhubungan
dengan alam) kecerdasan spritual (cedas berhubungan dengan konsep ketuhanan dan
keagamaan), kecerdasan esensial (kemampuan menempatkan diri dalam dunia dan
kehidupan), terakhir kecerdasan kinestetik.

Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa
Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to
organize, to relate, to bind together). Istilah inteligensi memberikan bermacam-
macam arti. Kecerdasan merupakan sebuah konsep yang bisa diamati tetapi menjadi
hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini terjadi karena inteligensi tergantung
pada konteks atau lingkungannya. Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas,
kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran serta
dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Evaluasi perkembangan anak usia dini adalah suatu proses yang sistematik
meliputi pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan tentang
perkembangan anak usia dini. Pada hakikatnya evaluasi untuk anak usia dini sangat
penting karena untuk menunjang beberapa hal, yaitu Adanya fakta otak anak,
Pendidikan investasi peradaban, Data-data kecerdasan anak di bawah pengelolaan
PAUD. Yang termasuk Evaluasi adalah Kegunaan Evaluasi Perkembangan Anak
Usia Dini, Tujuan Evaluasi PAUD, Cakupan/Ruang Lingkup Evaluasi
Perkembangan Anak Usia Dini, Waktu Evaluasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat
tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar
keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran.
Kecerdasan atau yang biasa disebut dengan inteligensi berasal dari bahasa
Latin “intelligence” yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama
lain (to organize, to relate, to bind together). Istilah inteligensi memberikan
bermacam-macam arti. Menurut mereka, kecerdasan merupakan sebuah konsep
yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini
terjadi karena inteligensi tergantung pada konteks atau lingkungannya.
Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara
kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar
untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, sedangkan
secara kualitatif kecerdasan merupakan suatu cara berpikir dalam membentuk
hubungan bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang
disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner berpendapat kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi
budaya tertentu.
Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis pengukuran inteligensi, ia
menjelaskan bahwa inteligensi merupakan kemampuan individu mencangkup
tiga hal. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting).
Kedua, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian,
artinya individu mampu melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu.
Ketiga, kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik,
artinya individu mampu melakukan perubahan atas kesalahan-kesalahan.
Ada dua macam Kecerdasan, yaitu inteligensi fluid dan inteligensi
crystallized. Inteligensi fluid merupakan kemampuan yang berasal dari faktor

3
bawaan biologis yang diperoleh sejak kelahirannya dan lepas dari pengaruh
pendidikan dan pengalaman. Sedangkan inteligensi crystallized merupakan
kemampuan yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman, pendidikan dan
kebudayaan dalam diri seseorang, inteligensi ini akan meningkat kadarnya dalam
diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh individu. Karakteristik dari
inteligensi fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun,
sedangkan inteligensi crystallized masih dapat terus berkembang sampai usia 30 -
40 tahun bahkan lebih.

2. Pengertian Kreatifitas
Kreativitas pada anak-anak memiliki ciri tersendiri. Kreativitas anak
dikoridori oleh keunikan gagasan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak-
anak yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh
frame-frame apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan keleluasan
beraktivitas. Anak kreatif juga cenderung memiliki keasyikan dalam aktivitas.
Kreativitas AUD juga ditandai dengan kemampuan membentuk imaji mental,
konsep berbagai hal yang tidak hadir di hadapannya. AUD juga memiliki fantasi,
imajinasi untuk membentuk konsep yang mirip dengan dunia nyata (Isenberg &
Jalongo, 1993)
Kreativitas anak didorong kefitrahannya sebagai manusia yang berpikir. Anak
menjadi kreatif juga karena mereka membutuhkan pemuasan dorongan emosi.
Namun yang paling penting, kreativitas anak muncul karena anak perlu strategi
untuk membangun konsep dan memecahkan masalah sesuai tingkat
intelektualnya.
Kreativitas muncul dari kemampuan berpikir divergen, lateral, multiarah.
Pada belahan otak, kreativitas bersumber pada aktivitas hemisfer kanan. Kegiatan
berpikir divergen memiliki ciri-ciri generatif, eksploratif, tak terprediksi
(unpredictable), dan multijawab. Meskipun demikian, proses terjadinya
kreativitas juga melibatkan kemampuan berpikir konvergen. Oleh karena pada
anak proses lateralisasi tengah terjadi, maka stimulasi pada belahan otak kanan
menjadi sangat esensial dan fundamental.

4
Bagi anak, dua syarat kreativitas dapat dikatakan memadai, yakni fluency dan
flexibility. Seorang anak dapat dikatakan kreatif ketika ia menemukan
pemecahan atas sebuah permasalahan. Anak tentu saja melakukan fluency
dengan memunculkan berbagai ide alternatif. Lebih lanjut anak akan
mempertimbangkan berbagai hal untuk memilih solusi terbaik. Ketika anak
hendak “ngundhuh layangan”, maka ia membutuhkan fluency sebagai
preparation atau brainstorming. Anak kemudian melakukan berbagai pemikiran
dan pertimbangan, bagaimana supaya layang-layang yang dipetik tidak sobek.
Apakah akan mempergunakan penggalah, memancat, atau menarik-narik talinya
(atau yang lain). Anak melakukan flexibility karena konteks mulai berbicara.
Ternyata, pohon itu dihuni oleh banyak semut hitam. Jika kemudian AUD itu
berhasil menyelesaikan masalahnya, maka ia disebut kreatif. Tidak peduli jika
solusi akhirnya diilhami oleh pengalaman orang lain.
Dalam hal ini, originalitas tidak menjadi faktor utama kreativitas anak.
Seorang anak disebut kreatif jika ia menunjukkan ciri-ciri berikut ini.
 Bereksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, bermain-main, mengajukan
 pertanyaan, menebak, mendiskusikan temuan
 Menggunakan imajinasi ketika bermain peran, bermain bahasa, bercerita
 Berkonsentrasi untuk “tugas tunggal dalam waktu cukup lama
 Menata sesuatu sesuai selera
 Mengerjakan sesuatu dengan orang dewasa
 Mengulang untuk tahu lebih jauh

3. Pengertian Evaluasi
Evaluasi perkembangan anak usia dini adalah suatu proses yang sistematik
meliputi pengumpulan, penganalisisan, penafsiran, dan pemberian keputusan
tentang perkembangan anak usia dini. Pada hakikatnya evaluasi untuk anak usia
dini sangat penting karena untuk menunjang beberapa hal, yaitu Adanya fakta
otak anak , Pendidikan investasi peradaban, Data-data kecerdasan anak di bawah
pengelolahan PAUD. Berikut merupakan beberapa penunjang pentingnya
evaluasi untuk anak usia dini, antara lain: Acuan dalam Penilaian, Kegunaan
Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini, Tujuan Evaluasi PAUD,

5
Cakupan/Ruang Lingkup Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini, Waktu
Evaluasi.
Beberapa hal catatan seorang pendidik dalam melaksanakan evaluasi adalah
sebagai berikut.
a) Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan penilaian harus sudah
dipersiapkan sejak awal, seperti lembar observasi, hasil karya anak, bahan
penugasan, dan sebagainya.
b) Menciptakan situasi yang nyaman bagi anak, sehingga anak tidak
mengetahui bahwa ia sedang dinilai agar hasil penilaian benar-benar
objektif.
c) Penilaian harus bersifat adil dan tidak pilih kasih dalam menilai.
d) Pencatatan dan pengolahan data harus dilakukan secara teliti, cermat dan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Tekhnik-tekhnik Evaluasi PAUD


Ada berbagai teknik yang digunakan dalam penilaian. Berbagai teknik
tersebut dapat digunakan secara bersama-sama untuk dapat saling melengkapi.
Berbagai teknik tersebut dijabarkanlebih rinci daripada paparan yang telah
disampaikan di atas,antara lain:
1) Observasi
2) Daftar cek (checklist)
3) Unjuk kerja
4) Rubriks
5) Kumpulan hasil kemampuan anak
6) Portofolio
7) Alat penilaian terstandar
8) Alat penilaian yang dikembangkan sendiri
9) Percakapan

Dalam metode evaluasi alternatif terdapat beberapa langkah yang dapat


dilakukan yakni tes criterion-referenced, tes informal, observasi, dan
dokumentasi. Tes criterion-referenced dilakukan dengan cara tidak membedakan
nilai anak secara statistik, penilaian ini lebih mengarah pada ketrampilan anak

6
yang telah dikuasai serta target yang belum diraihnya. Tes informal yakni tes
yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan atau sesuatu hal yang dimiliki
anak. Tes ini untuk mendapatkan informasi tentang segala hal yang dimiliki anak
di luar penilaian formal sekolah.

Penilaian selanjutnya adalah observasi. Ini dimaksudkan agar orangtua atau


guru dapat melihat anak-anak dalam konteks yang bermakna dan melakukan hal-
hal yang berkaitan dengan hidup mereka. Observasi ini lebih objektif dalam
melakukan serta memperbaiki tingkat penilaian kecerdasan terhadap anak.
Dokumentasi yakni melakukan portofolio sederhana mengenai nilai-nilai yang
pernah diraih anak. Segala hal yang dilakukan anak terutama dalam hal
pembelajaran disimpan dalam tahap ini. Beberapa contoh ialah mengenai nilai
ujian anak, antologi puisi/ cerpen, diskusi, permainan character building dan lain-
lain. Inti dari dokumentasi adalah mengumpulkan segala hal yang pernah diraih
atau dilakukan anak yang termasuk dalam multiple intelligence (kecerdasan
linguistik, logika, spasial, ritmik, natural, kinestetik, intrapersonal, dan
interpersonal).

Beberapa frase metode evaluasi alternatif tersebut nantinya dapat dijadikan


referensi dalam melakukan penilaian terhadap anak sehingga penilaian yang
diberikan tidak terkesan otoriter. Metode tersebut akan efektif ketika muncul
tahap pembahasan, saat orangtua atau guru membahas permasalahan yang terjadi
berhubungan dengan nilai sehingga dapat dijadikan masukan dalam menilai anak
dengan baik. Penilaian terhadap anak memang harus dilakukan secara struktural
agar segala kekurangan dan kelebihan anak dapat terdeteksi dan terpecahkan
dengan benar.

7
BAB III

PENUTUP

Evaluasi kecerdasan dan kreatifitas pada anak usia dini harus dilaksanakan
secara kontinu, berkelanjutan, serta diarahkan untuk proses dan hasil. Dalam
proses evaluasi untuk pengambilan data atau informasi, perlu memperhatikan
kriteriakriteria berikut: kredibilitas, kepraktisan, ketepatan waktu, keakuratan,
kemudahan dalam menganalisis, keobjektifan, ruang lingkup, kejelasan,
memadai, kegunaan, keseimbangan, dan keefektifan biaya.

Pengumpulan Data melalui Pengamatan sebagaimana telah dikemukakan


bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan format terbuka, daftar
ceklis, dan catatan anekdot bahkan penugasan, proyek, dan paling banyak
pengambilan data penilaian anak dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan
penugasan.

Cara melatih kecerdasan dan kreatifitas pada anak usia dini adalah dengan
cara bermain, maka dari itu pendidik sekolah PAUD harus mengetahui
permainan apa saja yang bisa melatih kecerdasan anak, sehingga anak akan
terstimulasi kecerdasan-kecerdasan lain nya, tidak hanya kecerdasan matematis
saja, karena ada sembilan kecerdasan yang harus di stimulasi untuk anak usia dini
agar kecerdasan ini bisa memicu kreatifitas pada anak, sehingga kecerdasan dan
kreatifitas anak akan tercipta.

Cara untuk Mengasah Kreativitas Anak Usia Dini adalah:

 Bermain bisa menjadi media untuk mengembangkan kreativitas anak.


 Biarkan Anak Berimajinasi.
 Pertanyaan Kreatif
 Hindari Kata Salah.
 Lihat Minat & Bakat.
 Bebaskan Anak Bereksplorasi.
 Jangan Dipaksa.
 Berikan Pengalaman Baru.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/viewFile/1938/pdf
https://id.scribd.com/upload-document?
archive_doc=220851381&escape=false&metadata=%7B%22context
%22%3A%22archive%22%2C%22page%22%3A%22archive_plans
%22%2C%22action%22%3A%22start_trial%22%2C%22logged_in
%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9794/5/BAB%20II.pdf
https://brainly.co.id/tugas/10029349?tbs_match_experiment=2
https://www.kompasiana.com/yunitakrisanti06/54f6eb1fa333114e708b4636/tentang-
evaluasi-pendidikan-anak-usia-dini
https://dikpora.trenggalekkab.go.id/tag/menilai-kecerdasan-anak-dengan-metode-
evaluasi-alternatif/

iii

Anda mungkin juga menyukai