Makalah Kel 11 Pend. Multikultural
Makalah Kel 11 Pend. Multikultural
Makalah Kel 11 Pend. Multikultural
Oleh:
Marlina 0301172376
Dosen Pengampu:
Muhammad Syafi’i MA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan kepada kita semua. alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan Salam kepada baginda Rasulullah
Muhammad saw. mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafa’at beliau di yaumil akhir
kelak. kemudian pemakalah ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan, terutama kepada Bapak
Muhammad Syafi’i, MA selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan multikultural atas
bimbingan dan arahan yang diberikan kepada kami.
Dalam hal ini, pemakalah menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. namun penulis beraharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
para pembaca khususnya dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan. kemudian, penulis
berharap agar kiranya pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kebaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beragam suku, budaya, bahasa,
agama. namun dengan keragaman yang ada bukan berarti menyebabkan adanya perpecahan,
deskriminasi, ataupun perlakuan tidak adil dan sebagainya. akan tetapi kita harus ingat bahwa
Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, yakni walaupun berbeda-beda etapi
tetap satu jua. karenanya dalam hal ini, jangan jadikan perbedaan sebagai perpecahan. dan
ingatlah bahwa dalam Islam, kita semua sama dihadapan Allah, dan yang membedakannya
adalah ketaqwaan kita kepada Allah swt.
Karenanya dalam hal ini, dengan berbagai permasalahan yang terjadi di dunia
pendidikan salah satunya adalah yang terkait dengan rendahnya akhlak peserta didik salah
satunya mungkin kurang adanya sikap saling menghargai, menghormati antar sesama. dalam
hal ini penting bagi kita, pendidik khususnya, untuk mendidik dan menjadi teladan bagi
mereka dalam mengembangkan nilai-nilai pendidikan multikultural. oleh karenanya dalam
hal ini makalah ini akan membahas lebih lanjut terkait dengan Model Pembelajaran dan
Pengembangan Kurikulum Multikultural.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna, Jurnal Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di
Sekolah Dasar di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, h. 4.
5
h. Rencana kurikulum harus memebrikan fleksibilitas asuknya ide-ide spontan selama
terjadinnya pembelajaran.
i. Rencana kurikulum sebaiknya merefleksikan keseimbangan antara kognitif, aktif dan
psikomotorik.2
Karena masyarakat kita majemuk, maka kurikulum yang ideal adalah kurikulum yang
dapat menunjang proses anak didik menjadi manusia demokratis, dan menekankan
penghayatan hidup serta refleksi untuk menjadi manusia yang utuh, yaitu generasi muda yang
tidak hanya pandai, tetapi juga bermoral dan etis, dapat hidup dalam suasana demokratis, dan
menghormati hak orang lain. 3
2
Dahlia, Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, Pengembangan Kurikulum Multikultural, 10 (1), 98.
3
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 33.
4
Abdurrahmansyah, Jurnal: Pendidikan Multikultural dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran
Keagamaan Islam, Vol: 2, No: 1, 2017, h. 82.
6
kurikulum nasional belum menjadi suatu mata pelajaran yang mandiri (berdiri sendiri), tetapi
bersifat integratif dengan pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan agama.5
Suatu hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam mengembangkan tujan,
konten, dan proses pembelajaran multikultural di sekolah adalah melalui studi dan hasil-hasil
cultural research mengenai etnics background sehingga kasus-kasus genuine sebagai fakta
budaya dapat secara nyata didiskusikan pada kelas-kelas multikultural. dari beberapa riset
pembelajaran mengenai pendidikan multikultural, desain konten pembelajaran yang efektif
untuk konteks pembelajaran di kelas biasanya dirujuk dari fakta-fakta budaya dan kasus-
kasus mengenai konflik dan integrasi sosial di masyarakat. konten pembelajaran ini
selanjutnya perlu didesain dalam sebuah proses instruksional dengan menggunakan desain
tertentu.
Dari varian desain pembelajaran yang biasa dikembangkan, terdapat satu desain yang
telah terbukti efektif untuk pembelajaran multikultural, yakni integrated multicultural
instructional model (IMID). model pembelajaran ini terdiri atas empat sisi yang saling
terhubung, yakni pertama, aspek penegasan terhadap konsep pembelajaran dari sisi proses
dan langkah-langkah yang dipersiapkan pengajar. kedua, aspek materi ajar yang mengacu
pada konsep integrated curriculum. ketiga, pengembangan classroom management sehingga
peserta didik dimungkinkan untuk didorong aktif dan terlibat dalam pembelajaran secara
aktif. keempat, aspek pemilihan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran.
Sistem pelatihan guru bagi para pengajar pendidikan multikultural di sekolah dan
madrasah di Indonesia perlu mendapat perhatian serius dari otoritas pendidikan untuk
memastikan proses pendidikan multikultural di Indonesia semakin efektif. wawasan para
5
Abdurrahmansyah, Jurnal: Pendidikan Multikultural dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran Keagamaan
Islam, Vol: 2, No: 1, 2017, h. 83-84.
6
Abdurrahmansyah, Jurnal: Pendidikan Multikultural dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran Keagamaan
Islam, Vol: 2, No: 1, 2017, h. 85-86.
7
guru termasuk guru Pendidikan Agama Islam mengenai pluralisme dan keragaman budaya,
agama, warna kulit, bahasa, dan golongan harus menunjukkan kemantapan yang tidal
meragukan bagi peserta didik. karena itu, pandangan dan paham keagamaan (keislaman)
perlu terus menerus meneguhkan sikap kebangsaan dan keindonesiaan yang kuat.7
7
Abdurrahmansyah, Jurnal: Pendidikan Multikultural dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran
Keagamaan Islam, Vol: 2, No: 1, 2017, h. 86.
8
Nafisa Feriana Feli dan Syaiful Islam, Jurnal Mudarrisuna: Implementasi Multicultural Based
Learning dalam Meningkatkan Prestasi Siswa, Vol. 9, No. 1, 2019, h. 160
9
Rini Parmila Yanti, Jurnal Basicedu: Pembelajaran Berbasis Multikultural pada Mata Pelajaran
Sosiologi, Vol. 2, No. 2, 2018, h, 70.
8
2. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bermuatan
multikultural.
3. Mengidentifikasi materi pembelajaran yang bermuatan multikultural
4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermuatan multicultural. 10
10
Pak Guru Honorer, Model-Model Pendidikan Multikultural,
https://pakguruhonorer.blogspot.com/2015/06/model-model-pendidikan-multikultural.html?m=1
11
Rini Parmila Yanti, Jurnal Basicedu: Pembelajaran Berbasis Multikultural pada Mata Pelajaran
Sosiologi, Vol. 2, No. 2, 2018, h. 71-72.
9
1) keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat, teori model, dan
hubungan sekolah dengan lingkungan sosial-budaya
2) keragaman budaya menjadi dasar dalam mengembangkan berbagai komponen
kurikulum seperti tujuan, konten, proses dan evaluasi
3) budaya di lingkungan unit pendidikan adalah sumber belajar dan obyek studi yang
harus dijadikan bagian dari kegiatan belajar anak didik, dan
4) kurikulum berperan sebagai media dalam mengembangkan kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional12
Kedua, karena ilmu pengetahuan dari Tuhan, manusia tidak dapat disebut sebagai
pembuat ilmu pengetahuan. namun, karena manusia dapat dengan mudahnya menemukan
aspek-aspek yang terkandung di dunia ini, maka nilai-nilai kemanusiaan dapat dijadikan
sebagai inspirasi untuk menyeleksi, menginvestigasi, dan menikmati adanya sebuah
kebenaran.
Ketiga, peserta didik diharuskan mengetahui hierarki antara ilmu pengetahuan dan
sumber nilai. ilmu pengetahuan diperoleh melalui sebuah pengalaman yang harus tunduk
terhadap pengetahuan rasional dan pengetahuan rasional harus tunduk terhadap norma-norma
agama yang datang dari Tuhan.
Keempat, keimanan dan nilai-nilai harus diakui sebagai dasar kebudayaan manusia.
oleh sebab itu, keduanya tidak boleh dipisahkan dalam proses belajar mengajar.
Kelima, manusia tidak dapat mengetahui kebenaran absolute, tetapi suatu kebenaran
dapat direalisasikan pada level yang berbeda-beda melalui perasaan, pemikiran, intuisi, dan
intelektual.
12
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 35.
10
Keenam, peserta didik harus didorong untuk mengetahui prinsip-prinsip unity and
diversity dan menyadari adanya dasar-dasar keamanan yang menembus dunia biologis dan
psikis. 13
Banyak model kurikulum yang dapat digunakan para pendidik pada lembaga
pendidikan formal. misalnya kurikulum berbasis multikultural
13
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 36-37.
14
Suniti, Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Jurnal Edueksos, III (2), 42.
11
problems) melalui sebuah proses demokratis atau penyelidikan dialogis (dialogical
inquiry).
4) membantu mengonseptualisasi dan mengaspirasikan konstruksi masyarakat yang
lebih baik, demokratis, dan egaliter tanpa ada diskriminasi, penindasan, dan
pelanggaran terhadap nilai-nilai yang universal.
Tujuan yang dicapai dalam penerapan model kurikulum multikultural yaitu untuk
menghadapkan peserta didik kepada berbagai tantangan, ancaman, hambatan atau gangguan-
gangguan yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. oleh karena itu, tujuan dari model
kurikulum multikultural dalam penerapannya memungkinkan mengalami perubahan dari
tahun ke tahun sesuai kebutuhan.15
15
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 37-39.
16
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 41.
12
a. menjaadi warga negara yang menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan etnik,
agama, bahasa, dan budaya dalam struktur masyarakatnya
b. menjadi warga negara yang bisa melakukan kerjasama multi etnik, multi kultur, dan
muti religi dalam konteks pengembangan ekonomi dan kekuatan bangsa
c. menjadi warga negara yang mampu menghormati hak-hak individu warga negara
tanpa membedakan latar belakang etnik, agama, bahasa dan budaya dalam semua
sektor sosial, pendidikan, ekonomi, politik dan lainnya, bahkan untuk memelihara
bahasa dan mengembangkan budaya mereka
d. menjadi warga negara yang memberi peluang pada semua warga negara untuk
terwakili gagasan dan aspirasinya dalam lembaga-lembaga pemerintahanm baik
legislatif maupun eksekutif
e. menjadi warga negara yang mampu mengembangkan sikap adil dan
mengembangkan rasa keadilan terhadap semua warga negara tanpa membedakan
latar belakang etnik, agama, bahasa dan budaya mereka.
17
Kapraja Sangadji, Jurnal Biology Science & Education: Pendidikan Multikultural dalam
Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi (sebuah kajian kurikulum), Vol.5 No. 1, 2016, h. 44.
18
Printa Kusumastuti, Makalah Kuliah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Pengembangan
Kurikulum 2013 Berbasis Pendidikan Multikultural, 2018, h. 5.
13
1) penambahan materi multikultural yang dalam aktualisasinya berupa pemberian
materi tentang berbagai budaya yang ada di tanah air dan bebagai budaya di belahan
dunia. semua bidang studi bisa bermuatan multikultural
2) berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri
3) berbentuk program dan praktek rencana dari lembaga pendidikan
4) pada wilayah kerja sekolah, pendidikan multikultural mungkin berarti 1) suatu
kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman kelompok etnis, 2) suatu program
yang mencakup pengalaman multikultural, dan 3) suatu total school reform, upaya
yang didesain untuk meningkatkan keadilan pendidikan kelompok budaya, etnis dan
ekonomis
5) gerakan persamaan, gerakan persamaan ini lebih dilihat sebagai kegiatan nyata
daripada sekedar dibicarakan di forum-forum ilmiah
6) proses. sebagai proses tujuan pendidikan multikultural yang berasal keadian sosial,
persamaan, demokrasi, toleransi, dan penghormatan hak asasi manusia tidak mudah
tercapai. perlu proses panjang dan berkelanjutan. perlu ada pembudayaan di segenap
sektor kehidupan.
Pengembangan dalam kegiatan di luar jam sekolah ini diadopsi berdasarkan model
kurikulum REACH (Rural Education and Cultural Heritage) dari Howard. kurikulum
REACH terdiri dari empat fase yang dapat dilakukan untuk membangun sensitifis dan
kerjasama antar etnis yaitu:
a. membangun hubungan antar manusia atau antar etnis dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan praktis. diantaranya kegiatan perlombaan olahraga, kegiatan
kepramukaan.
b. membangun kesadaran akan kelemahan dan kekuatan etnis sendiri, menumbuhkan
rasa senang sebagai anggota kelompok etnis masing-masing. contohnya, untuk
wilayah Yogyakarta terdapat mata pelajaran bahasa Jawa yang terintegrasi dalam
mata pelajaran seni budaya, dan mata pelajaran batik yang merupakan salah satu isi
dari mata pelajaran prakarya.
c. membangun pemahaman tehadap budaya lain, sambil mengeksploitasi budaya
sendiri.
14
d. pengalaman lintas budaya di mana peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan
kontak dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang berbeda etnis, dan
budaya, kegiatan ini biasanya dilakukan oleh sekolah dalam kegiatan studi wisata,
dalam rangka penanaman pendidikan multikultural, sebaiknya kegiatan studi wisata
dilakukan untuk mengunjungi tempat-tempat yang mempunyai perbedaan etnis dan
budaya peserta didik.19
19
Printa Kusumastuti, Makalah Kuliah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Pengembangan
Kurikulum 2013 Berbasis Pendidikan Multikultural, 2018, h. 6-7.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam hal ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait dengan pembahasan dalam
makalah ini. bahwa pendidikan multikultural merupakan salah satu upaya untuk menanamkan
nilai-nilai yang baik diantaranya berupa sikap saling menghargai, saling menghormati,
meskipun peserta didik berada dalam keanekaragaman perbedaan. karenanya perlu bagi
lembaga pendidikan khususnya untuk mengembangkan pendidikan multikultural.
Adapun metode dan desain kurikulum multikultural yang dapat dilakukan diantaranya
dengan 1) belajar secara berkelompok, jika memungkinkan peserta didik dalam kelompok
tersebut memiliki latar belakang suku, budaya, gender ataupun agama yang berbeda, dengan
catatan pembelajaran tidak ada kompetisi tetapi yang ada adalah kerjasama, pengertian dan
konsensus. 2) belajar dipusatkan pada lingkungan masyarakat multikultural untuk
menghadapi masalah-masalah sosial yang mendesak. 3) pola pendidikan dengan pola
organisasi roda, yaitu menempatkan tema utama di tengah kemudian dijabarkan dengan
sejumlah topik yang mengelili tema utama tersebut.20
B. SARAN
Adapun saran yang pemakalah ingin sampaikan, agar kiranya kita semua dapat
mengambil manfaat dari makalah ini, khususnya dalam menambah wawasan keilmuan terkait
dengan pendidikan multikultural, dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam dunia pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang beriman dan
bertaqwa kepada Allah swt.
20
Suniti, Jurnal Edueksos: Kurikulum Pendidikan Berbasis Multikultural, Vol. III, No. 2, 2014, h. 41.
16
DAFTAR PUSTAKA
17