Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kajian Psikolinguistik

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikolinguistik

Dosen Pengampu:
Dr. Bambang Sumadyo, M. Pd

Disusun Oleh:

1. Ananda Teuku Nadzaruddin 20207170007


2. Anis Rozanah 20207170044
3. Rizkia Auliani 20207170018

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan secara luas dapat diinterpretasikan mulai sejak manusia dilahirkan dan
berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Sehingga pendidikan menepati posisi
sentral dalam pembangunan. Hal ini dikarenakan sasaran pendidikan adalah untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Dari pandangan psikologi, pendidikan mencakup perubahan dan dapat dinyatakan


sebagai suatu proses atau produk. Pendidikan sebagai suatu proses meliputi semua
bentuk- bentuk kegiatan yang menguntungkan individu dalam kehidupan sosial dan
dalam hal itu dapat membantu pemindahan kebiasaan-kebiasaan, norma-norma,
kepercayaan keagamaan, bahasa, dan lembaga-lembaga sosial dari suatu generasi kepada
generasi yang lain. Hal itu dibangun di atas pengalaman-pengalaman dari suatu generasi
untuk generasi yang akan datang. Melalui dari proses pendidikan ini individu distimuli
untuk berfikir, memberi penghargaan dan berbuat.

Pendidikan sebagai suatu produk, meliputi semua perubahan-perubahan yang


berlangsung sebagai hasil dari partisipasi individu dalam pengalaman-pengalaman
belajar. Tujuan pendidikan berbeda menurut tuntutan kebudayaan, potensi individu dan
cita-cita. Dengan demikian produk pendidikan yang merupakan hal yang representataif
buat seluruh hasil belajar berbeda antara pendukung kebudayaan dari suatu kelompok
dan antara anggota-anggota dari kelompok yang sama.

Psikologi pendidikan dapat di pandang sebagai ilmu pengetahuan praktis, yang


berusaha utnuk menerengkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan
secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku manusia. Psikologi menerangkan
bagaimana perkembangan seseorang berlangsung dalam hubungannya dengan belajar.

Pendidikan berusaha untuk mempelajari apa-apa yang dibutuhkan dan harus


dipelajari; psikologi pendidikan memperhatikan mengapa dan kapan masa-masa yang
baik belajar. Tingkat keberhasilan dalam mengajar tergantung pada besar dan luasnya
kesanggupan merangsang kearah tercapainya kemajuan-kemajuan dalam perkembangan,
penampilan kebutuhan-kebutuhan dan memberi arah potensi-potensi pembawaan para
pelajar.
Menurut penulis bahwa studi terhadap psikologi pendidikan menjadi sangat
penting, bahkan menempati prioritas. Mempelajari ilmu tersebut dapat membangun
pemahaman yang utuh terhadap seorang individu dalam kegiatan pembelajaran. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa psikologi dengan pendidikan tidak bisa dipisahkan,
kebutuhan dunia pendidikan pada psikologi adalah suatu keharusan yang tidak ada tawar
menawar lagi, tidak ada negosiasi lagi. Akan tetapi yang ada adalah open dan wellcome
terhadap disiplin ilmu lain, tidak hanya psikologi saja. Karena, pada fase konsep dan
teksis operasional pembelajaran itu, membutuhkan kehadiran disiplin ilmu lain utnuk
mendapatkan kontribusinya untuk formulasi konsep dan strategi pengembangan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai


berikut:
1. Apa pengertian psikologi?
2. Apa pengertian lingustik?
3. Apa pengertian psikolinguistik?
4. Apa jenis-jenis subdisiplin psikolinguistik?
5. Apa induk disiplin psikolinguistik?
6. Apa saja masalah-masalah pokok bahasan psikolinguistik dalam kegiatan proses
belajar mengajar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah untuk mengetahui:

1. Pengertian psikologi

2. Pengertian linguistik

3. Pengertian psikolinguistik

4. Jenis-jenis subdisiplin psikolinguistik

5. Induk disiplin psikolinguistik

6. Masalah-masalah pokok bahasan psikolinguistik dalam kegiatan proses belajar


mengajar?
BAB II

ISI

1. Pengertian Dasar Psikologi

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan
logos. Kata psyche berarti “jiwa, roh, dan sukma” sedangkan kata logos berarti “ilmu”.
Jadi, psikologi secara harfiah berarti “ilmu jiwa”, atau ilmu yang objek kajiannya adalah
jiwa.

Chaplin dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai...the


science of human and animal hebavior, the study of the organism in all its variety and
complexityas it responds to the flux and flow of the physical and social event which
make up the environment. (Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku
manusia dan hewan, juga penyelidiki terhadap organisme dalam segala ragam dan
kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa
kemasyarakatan yang mengubah lingkungan).

Sementara itu, Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld mendefinisikan


psikologi jauh lebih sederhana daripada definisi di atas, yakni psikologi ialah studi
tentang hahikat manusia (Muhibbin Syah, 2004:9).

Menurut Wundt psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia (the
science of human consciousness). Para ahli psikologi mempelajari proses-proses
elementer dari kesadaran manusia itu. Branca mengemukakan ”General psychology is
the starting place and the core of study of human behavior”. Dari apa yang dikemukan
oleh Branca tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi merupakan ilmu
tentang tingkah laku manusia. Senada dengan yang dikemukakan oleh Branca, menurut
Morgan, dkk Psychology is the science of human and animal behavior, namun
penerapan ilmu itu pada manusia (Bimo Wagito, 2003. Hal.6-7).

Pengertian psikologi di atas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli


psikologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, di mana
individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Dapat dipahami juga
bahwa mengapa definisi psikologi dapat berbeda-beda seperti yang diuraikan
sebelumnya. Karena kontak dengan berbagai disiplin tertentu itulah, maka timbul
definisi psikologi yang satu dengan lainnya berbeda.(M. Dalyono, 2007. Hal.2)

Psikologi salah satu cabang ilmu yang dikembangkan oleh filosof. Dimana
lahirnya psikologi hadir karena rasa munculnya pertanyaan tentang kebutuhan hidup
manusia dan rasa penasaran akan-akal pikiran serta tingkah laku manusia
Itu sebabnya ilmu psikologi lebih sering dikaitkan dengan kehidupan organisme
manusia. Kemudian mempelajari lebih banyak tentang perilaku, perasaan, emosi dan
apapun elemen yang dilakukan oleh manusia. Segala sesuatu yang terjadi dan yang
dilakukan oleh manusia dikembangkan dan diteliti.
Bruno (1987) menegaskan bahwa ilmu psikologi terbagi menjadi tiga
bagian yang sebenarnya saling berhubungan. Yaitu terdapat psikologi adalah studi yang
mempelajari ruh. Kedua, psikologi sebagai cabang ilmu yang mempelejari kehidupan
mental dan yang terakhir, psikologi sebagai cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku
organisme. Menurut Watson, yang mengartikan bahwa psikologi sebagai ilmu yang
mempelejari kehidupan mental dan sebagai tingkah laku organisme.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat mempelajari psikologi, selain mengenal konsep
dasar psikologi juga akan mempelajari objek psikologi. Objek psikologi mempelajari
gejala yang nantinya akan menimbulkan perilaku.
Objek psikologi inilah nantinya akan dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Pertama,
gejala pengenalan (kognitif), yang akan mempelajari tentang pengamatan, fantasi,
tanggapan, ingatan, kecerdasan, asosiasi dan berfikir. Kedua, gejala perasaat atau yang
disebut dengan afektif. Gejala afektif dibagi menjadi dua macam, yaitu perasaan
jasmaniah dan perasaan rohaniah. Ketiga, gejala kehendak atau psikomotor/konotif pun
juga akan terbagi menjadi beberapa sub seperti motif. Terakhir adalah gejala campuran
yang meliputi sub bab sugesti, perhatian, kecerdasan emosional dan kelelahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang kejiwaan.

2. Pengertian Dasar Linguistik


Kata linguistik berasal dari bahasa Latin lingua yang artinya adalah 'bahasa'.
Linguistik berpadanan dengan linguistics dalam bahasa Inggris, linguistique dalam
bahasa Prancis, lengue dalam bahasa Italia, lengua dalam bahasa Spanyol. Linguistik
adalah penelaahan bahasa secara ilmiah (ilmu pengetahuan), telaah ilmiah mengenai
bahasa manusia.
Tujuan utama ilmu linguistik adalah mempelajari Bahasa secara deskriptif. Pakar
linguistik biasanya disebut linguis. Pelopor linguistik yang juga dianggap sebagai Bapak
Linguistik modern adalah seorang sarjana dari Swiss Ferdinand de Saussure (1857-
1913). Bukunya yang membahas tentang bahasa yang sangat terkenal dan dianggap
sebagai dasar linguistik modern berjudul Course de Linguistique Generale, terbit pertama
kalinya pada tahun 1916. Dalam bukunya Cours de Linguistique Generale (terbit 1916),
Saussure menyatakan 3 istilah untuk menyebut bahasa, yaitu: langage, langue dan parole.
Langage dalam bahasa Prancis artinya bahasa pada umumnya. Langue dalam bahasa
Prancis artinya bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Jepang,
bahasa Arab dan lain-lain. Parole dalam bahasa Prancis artinya logat, ucapan perkataan
(speech dalam bahasa Inggris). Dalam bahasa Inggris language yang artinya bahasa
meliputi langage dan langue dalam bahasa Prancis.
Secara umum ilmu linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang
mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Jika dikatakan bahwa linguistik itu adalah
ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri merupakan
fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia, maka linguistik pun
menjadi sangat luas bidang kajiannya.
Pertama, menurut objek kajiannya, linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar
yaitu linguistik mikro dan linguistik makro. Kedua, menurut tujuan kajiannya, linguistik
dapat dibedakan atas dua bidang besar yaitu linguistik teorotisdan linguitik terapan.
Ketiga, adanya yang disebut dengan linguistik sejarah dan sejarah linguistik.
Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang
mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh,
bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang.

3. Pengertian Dasar Psikolinguistik


Secara etimologi kata psokolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik,
yakni dua bidang ilmu yang berbeda yang masing-masing berdiri sendiri, dengan
prosedur dan metode yang berlainan. Namun keduanya sama-sama meneliti bahasa
sebagai objek formalnya. Hanya objek materialnya yang berbeda, linguistik mengkaji
struktur bahasa, sedangkan psokologi mengkaji perilaku bahasa atau proses berbahasa.
Dengan demikian cara dan tujuannya juga berbeda.
Psikolinguistik merupakan salah satu kajian yang relatif baru dan mendapat
pengaruh besar dari ilmu ilnguistik. Untuk itulah kajian ini masuk dalam kajian baru
bidang linguistik. Dikatakan baru karena kajian ini lebih akhir muncul dibandingkan
dengan linguistik struktural maupun dari sosiolinguistik. Banyak para ahli telah
berpendapat mengenai pengertian psikolinguistik. Seperti yang disampaikan oleh
Aitchison, bahwa psikolinguistik sebagai suatu studi tentang bahasa dan minda, atau
yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai mind Pengertian ini sederhana, tetapi
memiliki implikasi yang sangat luas. Berbicara tentang minda (mind) tidak pernah ada
yang mampu menyelami pikiran manusia.
Demikian dengan bahasa yang tersimpan dalam pikiran. Terdapat berjuta-juta atau
bahkan lebih bahasa tersimpan dalam pikiran. Banyak pilihan kata yang dapat digunakan
oleh manusia, namun terkadang manusia masih bingung dalam memilih kata-kata.
Seperti tuturan "Nanti pergi ke kampus pukul 10.00 ya. Dalam pikiran manusia tentu
banyak pilihan kata lain selain pergi, tetapi mengapa yang keluar dari mulut manusia
justru pergi. Hal inilah yang dikatakan bahwa pengertian yang sederhana tetapi memiliki
implikasi yang tidak sederhana.
Dalam pikiran manusia juga tersimpan banyak kata yang bersinonim, sehingga
memungkinkan manusia untuk memilih kata yang berbeda dengan makna yang hampir
sama Seperti pada tuturan "Besok kita menjenguk dia ke rumahnya ataupun yal" Kata
"menjenguk" memiliki banyak sekali sinonim, yakni "menonton", "melihat", "melirik",
"memandang". Akan tetapi, dengan konteks yang tersusun di dalam otak manusia,
akhirnya manusia memilih menggunakan kata "menjenguk" untuk melengkapi kalimat
tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sesuatu yang akan keluar dari pikiran
(mind) manusia dia sendiri yang mengetahui. Pilihan kata yang keluar dalam sebuah
ujaran tersbut juga berimplikasi dengan pikiran yang sedang dialami oleh manusia.
Untuk itulah, kajian tentang minda (mind) menjadi menarik.
Sementara itu, Harley (dalam Dardjowidjojo) menyebut psikolinguistik sebagai
suatu kajian tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa. Clark dan Clark
(dalam Dardjowidjojo) memberikan pengertian bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan
tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa di dalam psikolinguistik banyak ditelaahn itu, dalam
psikolinguistik juga hal-hal yang terkait dengan proses mental ketika manusia
menghasilkan ujaran. Selain itu, dalam psikolinguistik juda melihat proses produksi,
pemahaman, dan bagaimana manusia menghasilkan dan menggunakan bahasanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sebenarnya apa yang dimaksud dengan
psikolinguistik? Pada prinsipnya psikolinguistik merupakan ilmu hibrida, yang muncul
dari dua istilah, yakni psikologi dan linguistik. Psikologi dikenal sebagai ilmu jiwa,
sementara linguistik dikenal sebagai ilmu bahasa. Akan tetapi, psikolinguistik tidak
sesederhana itu. Menurut Chaer, kedua ilmu tersebut memiliki proses dan prosedur yang
berbeda, dan kemudian digabung untuk mengkaji bahasa dan hakikat bahasa. Demikian
juga menurut Dardjowidjojo, psikolinguistik adalah ilmu yang memperlajari proses-
proses mental yang dilalui oleh manusia dalam berbahasa.
Lebih jauh, Dardjowidjojo memperinci empat topik yang dipelajari di dalam
psikolinguistik. Empat topik tersebut adalah:
1) Komprehensi Komprehensi terkait dengan proses mental yang harus dilalui manusia
sehingga mereka dapat menangkap segala sesuatu yang diujarkan oleh orang lain serta
memahami makna atau maksud dari ujaran tersebut.
2) Produksi, terkait dengan proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat
berujar seperti yang kita ujarkan.
3) Landasan biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa.
4) Pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasa mereka.

4. Jenis-Jenis Subdisiplin Psikolinguistik


Psikolinguistik telah berkembang pesat sehingga melahirkan beberapa subdisiplin
psikoliguistik. Adapun subdisiplin psikolinguistik adalah:
1) Psikolinguistik Teoretis
Psikolinguistik teoretis merupakan subdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa, misalnya
hakikat bahasa, ciri bahasa manusia, struktur bahasa, teori kompetensi dan
performansi (model Chomsky), teori langue dan parole (model Saussure), prinsip
kerja sama dalam percakapan (model Grice), prinsip kesantunan berbahasa (model
Leech dan model Brown dan Levinson), kompetensi pragmatik, fungsi komunikatif,
implikatur, dan eksplikatur.
2) Psikolinguistik Perkembangan
Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik
pemerolehan bahasa pertama (BI) maupun pemerolehan bahasa kedua (B2).
Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan fonologi, proses pemerolehan semantik,
dan proses pemerolehan sintaksis, secara berjenjang, bertahap, dan terpadu.
3) Psikolinguistik Sosial
Psikolinguistik sosial merupakan subdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial
bahasa. Termasuk dalam kajian ini sikap bahasa, akulturasi bahasa, kejut budaya
(shock culture), jarak sosial (social distance), periode kritis budaya, padanan bahasa,
kelas sosial dalam penggunaan bahasa, jenis kelamin dalam penggunaan bahasa, umur
dalam penggunaan bahasa, ragam bahasa, kinesik, dan keakraban dalam penggunaan
bahasa. Karena berorientasi pada aspek-aspek sosial bahasa, psikolinguistik sosial
sering disebut psikososiolinguistik.
4) Psikolinguistik Pendidikan
Psikolinguistik Pendidikan merupakan subdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek
pendidikan secara umum. Termasuk dalam hal ini peran bahasa dalam pengajaran dan
peningkatan kemampuan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis)
siswa.
5) Neuropsikolinguistik
Neuropsikolinguistik merupakan subdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan hubungan bahasa dan
otak manusia. Termasuk dalam hal ini pemilahan hemisfer yang berkaitan dengan
kemampuan berbahasa, masalah kebahasaan yang muncul jika terjadi kerusakan
bagian tertentu otak, jenis gangguan berbahasa akibat kerusakan bagian otak.
lateralisasi bahasa, dan plastisitas otak.
6) Psikolinguistik Eksperimental
Pikolinguistik eksperimental merupakan subdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan eksperimen-
eksperiman di berbagai bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa.
Termasuk dalam hal ini eksperimen pemberian perlakuan (treatment) tertentu pada
pembelajaran bahasa anak berkebutuhan khusus dan eksperimen simplikasi bahasa
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pembelajar bahasa kedua.
7) Psikolinguistik Terapan
Psikolinguistik terapan merupakan sabdisiplin psikolinguistik yang
diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan temuaan-
temuan keenam subdsiplin pikolinguistik di atas dalam bidang. bidang tertentu
Sebagai contoh, eksperimen simplikasi bahasa untuk meningkatkan kemampuan
berbahasa. Mempelajari bahasa kedua menghasilkan temuan bahwa dengan simplikasi
kemampuan berbahasa pembelajar meningkat 60%. Temuan tersebut dapat diterapkan
pada kegiatan pembelajaran bahasa kedua apa saja yang karakteristiknya sama atau
mirip dengan kegiatan pembelajaran yang dieksperimenkan.

5. Pembagian Induk Disiplin Psikolinguistik


Psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik yang kemudian
akhirnya menimbulkan sebuah pertanyaan apa induk disiplin psikolinguistik, apakah
linguistik atau psikologi?
Beberapa pakar kemudian beranggapan jika psikolinguistik adalah cabang disiplin
psikologi sebab nama psikolinguistik tersebut sudah diciptakan untuk menggantikan
nama lama dalam psikologi yakni psikologi bahasa. Sedangkan pakar linguistik
mengatakan jika psikolinguistik adalah cabang dari disiplin induk linguistik sebab bahasa
merupakan objek utama yang dikaji oleh pakar linguistik dan juga pakar psikolinguistik
yang mengkaji semua aspek bahasa tersebut.
Di Amerika Serikat, psikolinguistik umumnya dianggap sebagai cabang linguistik
meski juga ada sebagian yang beranggapan jika psikolinguistik adalah cabang cabang
psikologi. Chomsky beranggapan jika psikolinguistik adalah cabang dari psikologi.
Di Perancis pada sekitar tahun 1960, psikolinguistik pada umumnya dikembangkan
pakar psikologi sehingga akhirnya menjadi cabang psikologi. Sedangkan di Inggris,
psikolinguistik awalnya dikembangkan pakar linguistik yang bekerjsa sama dengan
pakar psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Sedangkan di Rusia, psikolinguistik
dikembangkan oleh pakar linguistik pada Institut Linguistik Moskow.
Kemudian di Rumania, kebanyakan pakar menganggap jika psikolinguistik adalah
disiplin ilmu yang berdiri sendiri meski memiliki banyak peran dalam bidang linguistik.
Sementara untuk Indoensia, psikolinguistik dikembangkan dalam bidang linguistik
fakultas pendidikan bahasa dan belum pada program kependidikan bahasa.
Psikolinguistik yang dikembangkan dalam pendidikan bahasa seharusnya
diserasikan dengan perkembangan linguistik dan juga perkembangan psikologi sehingga
diperlukan penguasaan seimbang dalam teori psikologi dan harus dikembangkan dalam
pendidikan bahasa yakni subdisiplin psikolinguistik perkembangan dan juga
psikolinguistik pendidikan.
Hubungan psikologi linguistik dengan psikolinguistik adalah cara memproses atau
menguraikan psikologi yang sedang berlangsung di saat seseorang sedang mengucapkan
sebuah kalimat yang didengar pada saat berkomunikasi dan juga bagaimana kemampuan
berbahasa tersebut diperoleh manusia. Sehingga, tujuan dari psikolinguistik sendiri
adalah untuk mencari sebuah teori bahasa secara linguistik yang bisa diterima  dan juga
bisa diterangkan dalam psikologi tentang hakikat bahasa dan cara mendapatkannya.
Psikologi linguistik dan juga psikolinguistik sebenarnya tidak bisa dipisahkan meski
masing masingnya bisa berdiri secara sendiri sendiri namun keduanya sama sama
memiliki fungsi untuk meneliti bahasa meski metode yang digunakannya berbeda beda.

6. Masalah-Masalah Pokok Bahasan Psikolinguistik Dalam Kegiatan Proses Belajar


Mengajar
Siswa adalah subjek dalam pembelajaran. Karena itu, dalam hal ini siswa dianggap
sebagai organisme yang beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara
reseptif (menyimak dan membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan
ketiga ranah tadi.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Garnham (Nababan, 1992: 60-61)
terhadap aktivitas berbicara ditemukan berbagai berbicara yang menyimpang (kurang
benar), penyebab kesalahan yang dilakukan oleh pembicara di antaranya adalah
kesaratan beban (overloading), yaitu perasaan waswas (menghadapi ujian atau pertemuan
dengan orang yang ditakuti) atau karena penutur kurang menguasai materi, terpengaruh
oleh perasaan afektif, kesukaran melafal kata-kata, dan kurang menguasai topik.
Dari penyebab kesalahan-kesalahan tadi, dapat kita klasifikasikan berdasarkan
ranah Psikologi:
a. Penyebab kesalahan berupa perasaan waswas berkaitan dengan ranah afektif.
b. Penyebab kesalahan berupa kurang menguasai materi atau topik berkaitan dengan
ranah kognitif.
c. Penyebab kesalahan berupa kesukaran melafalkan kata berkaitan dengan ranah
psikomotor.

Contoh-contoh kesalahan dan penyebab kesalahan yang menunjukkan bahwa peran


psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting. Tujuan umum pembelajaran
bahasa yaitu siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik
dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Agar siswa dapat berbahasa Indonesia
yang baik dan benar diperlukan pengetahuan akan kaidah-kaidah bahasa.
Kaidah-kaidah bahasa dipelajari dalam linguistik. Untuk dapat menggunakan
bahasa secara lancar dan komunikastif siswa tidak hanya cukup memahami kaidah
bahasa, tetapi diperlukan kesiapan kognitif (penguasaan kaidah bahasa dan materi yang
akan disampaikan), afektif (tenang, yakin, percaya diri, mampu mengeliminasi rasa
cemas, ragu-ragu, waswas, dan sebagainya), serta psikomotor (lafal yang fasih,
keterampilan memilih kata, frasa, klausa, dan kalimat). Dengan demikian, jelaslah bahwa
betapa penting peranan Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa.

7. Konsep Psikolinguistik sebagai sebuah Pendekatan dalam Pembelajaran

Harley (dalam Dardjowidjojo, 2003:7) menyatakan bahwa psikolinguistik adalah


studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Studi terhadap proses
mental tersebut tentu perlu direduksi ke dalam pembelajaran di kelas. Artinya, guru
berperan mampu mengetahu kondisi mental siswa sebelum belajar. Oleh karena itu, guru
harus melakukan interaksi yang baik, bersahaja, dan bersifat mengayomi serta menjalin
interkasi yang setara dengan siswa. Interaksi yang tidak setara atau seimbang dengan
siswa akan menimbulkan rasa tidak senang siswa untuk belajar. Melalui interkasi, guru
perlu merangasang amigdala siswa agar bergairah dan merasa nyaman dan senang untuk
belajar.

Dalam pembelajaran bahasa dapat diartikan sebagai cara untuk memulai


pengajaran bahasa. Lebih luas dinyatakan bahawa pendekatan berarti seperangkat asumsi
tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa. Pendekatan dapat pula
dimaknai sebaga cara pandang yang didadasari oleh asumsi yang kuat di dalam
pelaksanaan sebuah pembelajaran.

Selanjutnya Richard dan Rodgen berpandangan bahwa pendekatan pada dasarnya


merupakan landasan teoritikal dan asumsi tentang sebuah bidang ilmu dan
pembelajarannya serta penerapan keduanya dalam seting pendidikan. Ciri khas sebuah
pendekatan pembelajaran adalah:

1) Bersifat aksiomatik

2) Lahir dari sejumlah asumsi

3) Pendekatan akan melahirkan metode


Berdasarkan penjelasan di atas, maka terkait dengan psikolinguistik dapat
dinyatakan bahwa pendekatan psikolinguistik dapat dimaknai sebagai sebuah asumsi dan
landasan teoritikal mengenai bahasa dan cara pengajaran bahasa yang diterapkan dengan
berlandaskan pada teori dan asumsi psikolingusitik. Di dalam pembelajaran bahasa
pendekatan psikolinguistik dapat diterapkan di antaranya guru harus menggunakan
strategi yang tepat dan materi-materi yang cocok seperti imitasi, pengulangan, latihan,
pola-pola tertentu.

8. Interkasi Pembelajaran di Kelas

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran dapat ditentukan melalui pola interaksi


yang efektif di kelas. Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan berkomunikasi
yang dilakukan ecara timbal balik antara siswa dengan guru dalam memahami,
mendisukusikan dan memprakikan materi pelajaran di kelas (Yamin,2007:161).

Pentingnya interkasi atau komunikasi yang baik harus menjadi perhatian bagi
guru, karena pencapaian sebuah tujuan pembelajaran tentunya sangat bergantung
pada komunikasi. Intinya komunikasi yang efektif, persoalan interaksi dan komunikasi
di dalam kelas bagi seorang guru, sering menemui kendala yang disebabkan komunikasi
yang dilakukan dari atas ke bawah atau top down.

Model komunikasi seperti ini memperlihatkan pola interaksi yang didominasi oleh
guru. Interaksi pembelajaran di kelas bersifat khusus, yakni harus sesuai dengan koridor
edukatif. Untuk itu, guru harus mampu membangun pola interaksi yang efektif, karena di
dalam kelas kemampuan siswa cukup bervariatif. Ada di antara mereka yang kreatif,
statis, apatis, memiliki motivasi dan semangat belajar yang tinggi dan lain-lain. Sejumlah
siswa di dalam kelas tidak semua dapat melakukan interaksi dengan baik. Hal itu
tentu secara psikologi akan mempengaruhi gaya belajar siswa. Siswa yang merasa
tertekan jiwanya yang selalu dalam keadaan takut, tidak percaya diri, mengalami
kegoncangan emosi- emosi yang kuat, atau tidak disukai oleh temannya tentu tidak dapat
belajar efektif (Slameto, 2003:76).

Interaksi pembelajaran menurut Sardiman (1992:15) dapat dianggap berjalan


secara efektif jika memiliki ciri-ciri di antaranya:
1) Bertujuan untuk membantu anak dalam perkembangan tertentu dengan
menempatkan siswa sebagai pusat perhatian

2) Jalannya interaksi harus memiliki prosedur yang jelas, sistemik dan relevan

3) Guru dan siswa harus bersama-sama menjadi pemimpin jalannya interaksi

4) Adanya aktivitas siswa secara fisik dan mental harus menjadi ukuran berjalannya
interaksi pembelajaran.

9. Pola Interaksi Pembelajaran di Kelas

Pada dasarnya pola interaksi pembelajaran dapat dilihat melalui alur komunikasi
yang terjadi di kelas. Pola interkasi sangat dibatasi oleh bentuk terjadinya proses
pembelajaran dan persyaratan pembatasan mengenai ‘siapa berbicara kepada siapa’.
Pengaturan tertentu seperti itu tentu mempunyai konsekuensi besar dalam proses
pembelajaran. Pola-pola interaksi di kelas akan lahir terutama dalam bentuk diskusi dan
la sesi tanya jawab antara guru dan siswa.

Menurut Yamin (2007:177) terdapat beberapa pola interaksi misalnya ada pola
roda, pola lingkaran, dan pola sentralistik.

Pola roda merupakan interaksi yang mengarahkan seluruh informasi kepada


individu/kelompok yang menjadi titik fokus (pemrasaran/pembicara/presentator).
Dalam konteks pendekatan psikolinguistik, tentu guru harus selalu memperhatikan
suasana batin siswa sebelum belajar. Guru harus menjadi fasilitator dan motivator.
Guru tidak perlu mendikte dan memaksakan materi semata-mata hanya mengejar
frekuensi pertemuan sesuai silabus. Hal itu pasti akan membosankan dan membuat
mood siswa untuk belajar akan berkurang.Selanjutnya, selama proses pembelajaran
berlangsung guru harus mampu menengahi dan memberikan penguatan atas berbagai
jawaban dan pertanyaan siswa secara logis dan seimbang agar siswa tidak akan
dikecewakan.

Pola interkasi lainnya adalah pola lingkaran. Pola ini merupakan pola interaksi
yang memungkinkan setiap siswa berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui
sejenis sistem pengulangan pesan. Pola interaksi ini terbatas pada beberapa siswa sebagai
pelaku komunikasi di kelas. Artinya, pola ini memiliki kombinasi berbeda, misalnya
siswa A dapat berkomunikasi dengan siswa B dan E, tapi tidak berpeluang
berkomunikasi dengan C dan D. Pada pola ini guru juga berperan sebagai mediator,
mengawasi, dan mengontrol jalannya interaksi pembelajaran. Pola komunikasi seperti
ini menggambarkan pola yang teratur, sistematis, dan tertib.

Pola interaksi lainnya dan paling banyak dilihat terjadi di dalam kelas adalah
pola komunikasi yang sentralistik. Pola seperti itu memperlihatkan dominasi dan
kuasa guru di kelas cukup besar. Guru menjadi pusat interaksi dan tidak terjadi
komunikasi dan interaksi antarsiswa. 4Pola interaksi sentralistik seperti itu, secara
psikolinguistik dapat menciptakan pembelajaran yang unjoyable, tidak menyenangkan
siswa. Interaksi terjadi tidak seimbang dan bersifat top down. Pesan dan perintah terkait
dengan pembelajaran berasal dari guru dan harus dikuti oleh siswa. Guru memiliki
kekuasaan penuh di dalam menjalankan pembelajaran di kelas tanpa memperhatikan
kondisi psikologi siswa. Pola interaksi seperti ini tentu tidak perlu diterapkan di dalam
proses pembelajaran, karena hanya akan memasung kreativitas dan mengkerdilkan
semangat serta motivasi belajar siswa. Untuk dibutuhkan pola interaksi komunikasi yang
equel dan egaliter. Artinya guru harus mampu memposisikan diri sebagai mitra belajar
bagi siswa melalui pola interaksi yang bersahabat, terbuka, familiar, dan harus
demokratis di dalam proses pembelajaran.

10. Peran Pendekatan Psikolinguistik dalam Membangun Pola Interaksi yang


Efektif dalam Pembelajaran Bahasa di Kelas

Pembelajaran bahasa harus mampu ditinjau dari berbagai pendekatan, salah


satunya melalui pendekatan psikolingustik. Hal ini penting karena, sesuai dengan asumsi
psikolinguistik bahwa bahasa dapat diajarkan di antaranya perlu memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik serta ditekankan mampu melakukan latihan secara
berulang-ulang (penubian) untuk meningkatkan kreativitas berbahasa dalam
berkomunikasi (Mukalel, 2003:7-11).

Implementasinya, tentu seorang guru dituntut untuk tidak hanya menguasai ilmu
kebahasaan saja, akan tetapi perlu juga memiliki kemampuan dan kepekaan rasa yang
tinggi, sehingga mampu memahami mental peserta didik. Pemahaman atas mental siswa
tentu sangat diperlukan karena, menurut Harley serta Clark dan Clark (dalam
Dardjowidjojo, 2003:7) bahwa psikolinguistik berkaitan studi dan telaah tentang proses
mental dalam pemakaian bahasa yang selalu menitikberatkan pada tiga hal utama
yakni:

1) Komprehensi; proses mental untuk menangkap pernyataan orang lain dan memahami
maksudnya

2) Produksi; proses mental untuk menghasilkan ujaran

3) Pemerolehan bahasa; proses memperoleh bahasa. Contoh sederhana, misalnya dalam


sebuah ilsutrasi interkasi pembelajaran seperti berikut ini:

Setelah tanya jawab dan menjelaskan materi, guru duduk di kursi, diam sejenak. Tak
lama berselang, guru itu mengeluarkan tiga buah novel. Pada sisa waktu 15 menit,
guru memberikan imperasinya;

Guru : “Silahkan, masing-masing kelompok membaca wacana yang telah dibagikan


itu. Tugas kalian menentukan ide pokok tiap paragrafnya dan menympulkan pokok
permasalahan dalam wacana tersebut!"

Siswa : “Maaf bu… sepertinya waktu 15 menit tidak cukup untuk mengerjakan
tugas tersebut, boleh kami kerjakan di rumah?”

Guru : “ Saya yakin waktunya cukup, dimulai saja, banyak berkomentar itu menyia-
nyiakan waktu!”

Eskposure situasi interaksi seperti di atas merupakan salah satu bayangan


komunikasi yang kemungkinan sering terjadi di ruang kelas. Melalui ilustrasi di atas,
guru tidak memahami proses mental yang berlangsung dalam diri peserta didik.
Produksi kode semantik yang terjadi dalam otak peserta didik, kemudian diungkapkan
melalui ujaran yang terbentuk menjadi kalimat "Maaf bu....sepertinya waktu 15
menit tidak cukup untuk mengerjakan tugas tersebut, boleh kami kerjakan di rumah?”
sebenarnya dipengaruhi oleh mental khususnya pada ranah afeksi mereka yang
merasa tertekan dan sedikit tidak enjoy, karena waktu untuk mengerjakan tugas
dianggap tidak cukup. Akan tetapi, guru menolak saran dan penawaran siswa.
Melalui wacana interaksi di atas, tampak sekali dominasi guru atau terdapat kondisi
pembelajaran yang bersifat 'teacher center'. Pada contoh interkasi di atas,
digambarkan bahwa pendekatan psikolinguistik tidak berperan atau tidak
terinternalisasi atau dalam proses pengajaran, interaksi yang terjadi bersifat
sentralistik.

Pendekatan psikolinguistik di dalam pengajaran bahasa ternyata sangat


penting, karena secara psikologi guru harus tetap memperhatikan suasana batin atau
mood para peserta didik pada saat belajar bahasa dan berbahasa. Implementasinya,
guru harus mampu mengayomi, mengasihi, dan tidak bersikap 'killer' di kelas.
Sebaliknya, guru harus mampu memberikan dorongan dan menumbuhkan motviasi,
menciptakan kondisi pembelajaran bahasa yang enjoy, menarik, serta menyenangkan
bagi peserta didik.

Komunikasi yang perlu dibangun, misalnya pada ulasan ini akan diuraikan
contoh komunikasi yang seimbang dan diplomatis dalam frame ‘interaksi
pembelajaran bahasa’.

Guru : “Sekarang, buka LKS halaman 90, bacalah hikayat yang ada di situ, lalu
tentukan tema, alur, latar, penokohan, nilai budaya, dan nilai moral, sosial yang
terkandung dalam hikayat tersebut!

Siswa : “Maaf bu…boleh usul, berhubung sisa waktu 20 menit, maka kami
memohon yang dikerjakan saat ini, unsur tema, alur, latar, dan penokohannya dulu.
Ibu tidak perlu khawatir, unsur ekstrinsiknya nanti akan kami tuntaskan di
rumah…boleh, bu?”

Guru :”Baiklah…selama 20 menit ke depan kerjakan unsur intrinsiknya saja,


lalu unsur ekstrinsiknya di kerjakan di rumah, sebagai PR dan minggu depan
dikumpulkan, Ok?

Siswa :”Siap, bu (serempak/senang)

Melalui percakapan di atas, terlihat adanya interaksi yang seimbang dan


demokratis antara guru dan siswa untuk mencapai sebuah kesepakatan. Pada
interaksi itu, tampak sekali perintah guru lewat komunikasi imperatifnya yang
menginginkan siswa segera mengerjakan tugas sesuai tujuan pembelajaran yakni
menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat pada buku LKS. Akan
tetapi, siswa memberi tanggapan balik melalui usul, saran, dan permintaan. Guru pun
menerima usul, sepakat dan menyetujui, sehingga menunda pelaksanaan tugas
bagian ekstrinsik hikayat. Keberhasilan itu tercapai akibat kemampuan siswa
dalam mengutarakan pendapat secara berani dan objektif bahwa menemukan
unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat perlu proses pembacaan dan pemahaman yang
lama oleh semua siswa atau kelompok, sedangkan waktu terbatas hanya 20 menit.
Bahasa yang dipakai pun bersifat apologize sehingga terkesan santun dan menghargai,
yang ditandai dengan ‘Maaf bu…’ sebagai kalimat pembuka dalam kalimat siswa itu
sendiri. Melalui percakapan di atas dapat dinyatakan bahwa guru menggunakan
pendekatan psikolinguistik di dalam menjalin interaksi pembelajaran bahasa di kelas.
Guru sangat paham akan waktu terbatas. Hal itu tentu akan membuat siswa merasa
tertekan kondisi psikologinya, sehingga boleh jadi akan mempengaruhi pula hasil
pekerjaannya. Untuk itu guru menerima usul siswa, dan para siswa pun merasa senang
dan gembira mendengar hal itu. Kondisi hati yang senang seperti itu tentu akan
memberikan ketenangan dan kenyamanan kepada siswa untuk dapat berpikir
mengoptimalkan kemampuan kognitifnya untuk mengerjakan dan menyelesaikan
tugas-tugasnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik prilaku


yang tampak maupun perilaku yang tidak tampak: resepsi, persepsi, pemerolehan
bahasa, dan pemproduksian bahasa serta proses yang terjadi di dalamnya. Contoh
perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia ketika berbicara dan
menulis atau ketika dia memproduksi bahasa, sedangkan contoh prilaku yang tidak
tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang disimak atau dibaca sehingga
menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu yang akan diucapkan atau
ditulisnya atau ketika di amemahami bahasa.

Peran Psikolinguistik dalam pembelajaran bahasa sangat penting karena dengan


memamahami psikolinguistik seorang guru memahami proses yang terjadi dalam diri
siswa ketika siswa menyimak, berbicara, membaca, ataupun menulis sehingga
manakala kemampuan dalam keterampilan berbahasa bermasalah, garu dapat melihat
dari sudut pandang psikologi sebagai alternative solusinya.

Sub disiplin psikolinguistik:

1. Psikolinguistik teoritis: Teori proses mental manusia dalam berbahasa, ex:


rancangan kata (fonetik, syntax, intonasi)
2. Psikolinguistik perkembangan: Pemerolehan bahasa anak dan orang dewasa.
Proses fonologi, semantic, syntax
3. Psikolinguistik sosial: bahasa bukan saja identitas sosial dan merupakan ikatan
batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.
4. Psikolinguistik pendidikan: peranan bahasa dalam pengajaran formal disekolah.
Misal: membaca, peningkatan kemampuan berbahasa.
5. Psikolinguistik neurology: hubungan antar bahasa, berbahasa, otak manusia
6. Psikolinguistik eksperimental: meliput dan eksperimen dalam melakukan
kegiatan berbahasa
7. Psikolinguistik terapan: penerapan dari sub-sub Psycholinguistic pada bidang
tertentu, misal: pembelajaran bahasa, komunikasi.
Penerapan pendekatan psikolinguistik di dalam proses pembelajaran bahasa,
salah satunya dapat diaplikasikan melalui pola interaksi yang efektif. Untuk menjalin
pola interaksi yang efektif di kelas harus dilakukan oleh guru. Hal ini penting, karena
setiap guru tidak hanya mampu merencanakan materi, tetapi harus terampil
menciptakan iklim yang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Kemampuan guru menjalin komunikasi yang baik termasuk kemampuan generic
essensial, karena dapat menimbulkan kefektifan, situasi sosial dan suasana
emosional yang menyenangkan siswa dalam proses pembelajaran bahasa.Untuk itu
di dalam porses pembelajaran guru harus menghindari pola interaksi dengan siswa
yang terkesan mendominasi dan mendikte. Hal itu tentunya akan dianggap
kurang demokratis dan seimbang, karena tidak memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapat dan sarannya. Interkasi atau komunikasi yang tidak
seimbang tentunya hanya akan menimbulkan kedongkolan di hati siswa dan
pembelajaran tidak akan berjalan kondusif.

B. Saran
Sebaiknya, di dalam menciptakan iklim komunikatif di dalam pembelajaran
bahasa guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-
beda, yang mempunyai karakteristik yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda,
minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya
dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah komunikasi yang harmonis dan
seimbang oleh guru kepada siswanya pada kegiatan pembelajaran bahasa sangat
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berkarakter.


Bandung: Aditama.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soejono. 2010. Psikolingusitik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Irwanto. 2002. Psikologi Umum, Jakarta: PT Prenhanllindo.

Mukalel, Josep C. 2003. Psycholgy of Language Learning. London: Discovery


Publishing House

Nuryani dan Dona Aji Kurnia Putra. 2013. PSIKOLINGUISTIK. Tangerang Selatan:
Mazhab Ciputat.

Sardiman. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineke Cipta.

Slobin dan Isaac. 1979. Pscholinguistics. Amerika: Scot Foresman Company.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Titone, Renzo. 1985. Applied Psycholinguistics: An Introduction to the


Psychology of Language Learning and Teaching. Toronto: University of Troronto
Press.

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gang Persada.

Suhartono. Psikolingusitik dan Perkembangannya. Dalam


https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PBIN4327-M1.pdf
diunduh pada 23 September 2021 pukul 13.50 WIB

Lisnawati, Iis. Psikolinguistik dalam Pengajaran Bahasa. Dalam http:/educare.e-


fkinpula.net2009/jpb diunduh pada 22 September 2021 pukul 19.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai