Makalah Kelompok 4 Ipa Pendekatan Pembelajaran Ipa SD
Makalah Kelompok 4 Ipa Pendekatan Pembelajaran Ipa SD
Makalah Kelompok 4 Ipa Pendekatan Pembelajaran Ipa SD
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS : PGMI 6
Segala puji dan syukuar kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
Karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan, ketabahan bagi hamba-Nya dan
memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan. Serta
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Muhamad Afandi,
M.Pd.I pada mata kuliah Metodologi Pembelajaran IPA MI. Selain itu, kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Pendekatan Pembelajaran IPA SD/MI. Makalah ini dibuat dengan
mengumpulkan, membandingkan dan mengulas referensi dari berbagai jenis
sumber buku yang ada, sehingga dapatlah kami buat makalah ini dengan sumber-
sumber yang ada di dalam buku tersebut.
Penulis Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A. Pengertian Pendekatan................................................................................ 3
B. Pendekatan Konsep..................................................................................... 6
C. Pendekatan Lingkungan.............................................................................. 8
D. Pendekatan Inkuiri.................................................................................... 11
E. Pendekatan Berbasis Konstruktivisme...................................................... 24
A. Kesimpulan............................................................................................... 30
B. Saran......................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 31
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kata Sains (science) diambil dari kata lain scientia yang makna
harfiahnya adalah pengetahuan. Selain juga disebut dengan kumpulan
pengetahuan dan proses serta kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk
meraih dan mengunakan pengetahuan tersebut. Pada tingkat MI/SD Ilmu
pengetahuan alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang urgent. Karena
peran IPA adalah untuk menambah pengetahuan serta pengalaman peserta
didik.
1
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal. 11.
2
Saintis adalah seorang ilmuwan yang menekuni bidang sains atau ilmu pengetahuan alam (IPA)
disebut sebagai Saintis. Meskipun penyebutan saintis ini juga berlaku secara umum karena
sebagian kalangan ada yang membagi Santis ke dalam dua area berdasarkan bidang ilmu yaitu
Saintis dalam bidang Ilmu Alam dan Saintis dalam bidang Ilmu Sosial.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pendekatan pembelajaran IPA?
2. Bagaimana pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
3. Bagaimana pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
4. Bagaimana pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI?
5. Bagaimana pendekatan berbasis konstruktivisme dalam pembelajaran
IPA di SD/MI?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajarn IPA
2. Untuk mengetahui pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI
3. Untuk mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di
SD/MI
4. Untuk mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI
5. Untuk mengetahui pendekatan berbasis konstruktivisme dalam
pembelajaran IPA di SD/MI
D. Manfaat Makalah
1. Dapat mengetahui pengertian dari pendekatan pembelajaran IPA
2. Dapat mengetahui pendekatan konsep dalam pembelajaran IPA di SD/MI
3. Dapat mengetahui pendekatan lingkungan dalam pembelajaran IPA di
SD/MI
4. Dapat mengetahui pendekatan inkuiri dalam pembelajaran IPA di SD/MI
5. Dapat mengetahui pendekatan berbasis konstruktivisme dalam
pembelajaran IPA di SD/MI
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pedekatan
Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai paradigma kita
terhadapproses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatuproses yang sifatnya umum, di dalamnya terdapat
menampung, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoritis tertentu.Sedangkan Menurut Depdikbud (1990: 180)
pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu”.
3
Social Science adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang
berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Sedangkan Natural science merupakan
istilah yang digunakan mengacu pada rumpun ilmu dimana objek adalah benda-benda alam
dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapanpun dan dimanapun
3
Pendidikan dengan bahan kajian yang akan disajikan.Sehingga proses
pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan,menumbuhkan rasa
ingin tahu.Tujuan pendekatan sendiri adalah menggiringcara pandang atau
persepsi dan proses pengkajian terhadap materi pembelajaran dengan suatu
terminologi sehingga akan diperoleh suatu pemahaman danpembentukan
perilaku sisa yang diharapkan.4
4
Amalia Sapriati, dkk. Pembelajaran IPA di SD Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm.2.3-2.4
4
Menurut DR. Wina Sanjaya, M.Pd dalam bukunya Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, pendekatan dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Drs. Asep Jihad, M.Pd dan Dr. Abdul Haris, M.Sc dalam
bukunya Evaluasi Pembelajaran, pendekatan adalah suatu antar usaha dalam
aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu
atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
Pendekatan juga bisa diartikan suatu jalan, cara yang ditempuh oleh guru juga
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran apabila kita melihatnya dari sudut
bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu dikelola.
5
B. Pendekatan Konsep
Merupakan pendekatan yang menekankan pengenalan konsep-konsep
sains. Pengenalan konsep sains sangat perlu karena dibutuhkan dalam
mengkomunikasikan pengetahuan. Tanpa menggunakan pendekatan konsep
dalam pembelajaran dapat menyebabkan jalannya pembelajaran menjadi
lamban. Apalagi di tingkat sekolah dasar yang kemampuan berpikir siswanya
masih relative rendah dan pengalaman dalam mengeksplorasi alam juga
belum begitu banyak.
6
Siswa akan mengidentifikasikan suatu objek, mempertimbangkannya
berdasarkan pembuktian, mengenali, menkonseptualisasikan ( misalkan
berdasarkan proses atau karateristik objek). Konsep-konsep sederhana yang
diobservasi secara berulang kali kemudian diterima sebagai fakta. Begitu
siswa memanipulasi dan menggeneralisasi berdasrkan pengamatan dan fakta
maka konseptualisasiyang lebih rumit akan terjadi padanya.
Tingkatakan konsep yang lebih tinggi dan skema konsep yang yang
diterima secara universal dikenal sebagai prinsip atau hukum IPA. Pada
umumya, para ahli mengembangkan kurikulum berdasarkan ide besar, berupa
skema konseptual, konsep, subkonsep. Hal tersebut disebabkan oleh karena
pengetahuan IPA berkembang secara cepat. Tidak ada siswa yang diharapkan
dapat mempelajari semua fakta IPA.
Contoh :
1. Tiap makhluk hidup memiliki ciri tertentu yang sesuai dengan
lingkungan hidupnya.
2. Jenis makanan hewan berhubungan dengan bentuk gigi yang dimilikinya.
3. Cara bergerak hewan berhubungan dengan keadaan kakinya.
4. Tumbuhan darat yang hidup di daerah yang banyak air memilki batang
yang berongga.
5. Tumbuhan yang hidup di daerah yang kering memiliki daun yang
berukuran kecil atau tidak ada sama sekali.
7
C. Pendekatan Lingkungan
1. Pengertian Pendekatan Lingkungan
Pendekatan lingkungan adalah mengajarkan IPA dengan cara
pandang bahwa mengembangkan kebiasaan siswa menggunakan dan
memperlakukan lingkungan secara bijaksana dengan memahami factor
politis, ekonomi, sosial-budaya, ekologis yang mempengaruhi manusia
dalam dan memperlakukan lingkungan tersebut dibangun melalui
pemahaman siswa terhadap lingkungan itu sendiri.
8
Yang dimaksud dengan lingkungan, mencakup semua benda dan
keadaan yang mempengaruhi peserta didik.
Isi pelajaran disesuaikan dengan keadaan lingkungan peserta didik
dan penerapan-penerapan IPA.
Penyusunan bahan ajar berkisar pada suatu tema atau topik.
Pendekatan Lingkungan dalam Kegiatan Pembelajaran IPA
Pendekatan lingkungan dapat dilakukan dalam bentuk mengajak
peserta didikmengadakan pengamatan langsung ke lapangan atau
dengan jalan memindahkan kondisi lapangan ke kondisi yang lebih
ideal yaitu pengamatandan penelitian dalam laboratorium (Novak,
1973).
9
3. Perlunya Pendekatan Lingkungan
Pembelajaran IPA yang berorientasi pada lingkungan akan
memberi kesempatan peserta didik memahami proses IPA yang
berkaitan dengan lingkungannya, hal ini akan menumbuhkan kesadaran
keberadaan peserta didik dalam ekosistemnya.
10
Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar, yaitu :
1. Sebagai sasaran belajar
2. Sebagai sumber belajar
3. Sebagai sarana belajar
Cara pelaksanaan pembelajaran IPA dalam menggunakan
pendekatan lingkungan diantaranya adalah:
1. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan keterampilan
proses
2. Menggunakan lingkungan sebagai lahan pengembangan sikap
3. Mengunakan untuk pengayaan
D. Pendekatan Inkuiri
1. Pengertian Inkuiri
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah metode pembelajaran yang
dikembangkan sejak tahun 1960. Metode pembelajaran ini dikembangkan
untuk menjawab kegagalan bentuk pengajaran tradisonal, di mana siswa
dikehendaki untuk mengingat fakta-fakta muatan bahan pengajaran.
Pembelajaran inkuiri adalah suatu bentuk pembelajaran aktif, di mana
kemajuan dinilai dengan bagaimana siswa mengembangkan keterampilan
eksperimental dan analitik dari pada seberapa banyak pengetahuan yang
mereka miliki.
11
Pembelajaran berbasis inkuiri telah berpengaruh besar dalam
pendidikan sains, dan biasa disebut sains berbasis inkuiri. Para ilmuwan
biasanya menggunakan proses inkuiri dalam menyelesaikan suatu
permasalahan yang berkaitan dunia alam. Mereka menggunakan prinsip-
prinsip, konsep-konsep, dan teori-teori untuk memahami dan menjelaskan
gejala-gejala yang terjadi di alam semesta. Ketika siswa sedang belajar
dengan menggunakan proses inkuiri, mereka menggunakan ide-ide yang
sama seperti ilmuwan gunakan bila mereka melakukan penelitian. Siswa
akan menjadi ilmuwan kecil.
12
Pendekatan inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka
penemuannya. Menurut Sund (1975), inkuiri adalah proses mental, dan
dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Contoh konsep: inti sel, kecepatan, panas, energi, masyarakat, demokrasi,
tragedi, reaksi, segitiga, dan lain-lain; contoh prinsip: logam bila dipanasi
memuai, atau lingkungan berpengaruh terhadap organisme; contoh
proses-proses mental: mengamati, menggolong-golongkan, membuat
dugaan/menduga, menjelaskan, mengukur, menarik kesimpulan, dan
sebagainya.
13
b. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik
dengan guru bahkan interaksi antar peserta didik dengan
lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu
mengarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya melalui interaksi mereka. Kemampuan guru untuk
mengatur interaksi memang bukan pekerjaan yang mudah. Sering
guru terjebak oleh kondisi yang tidak tepat mengenai proses interaksi
itu sendiri.
c. Prinsip bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pendekatan pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada
dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu,
kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat
diperlukan. Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh
setiap guru, apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta
perhatian siswa, bertanya untuk melacak, bertanya untuk
mengembangkan kemampuan atau bertanya untuk menguji.
14
Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri,
misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan
membuat anak dalam posisi kering dan hampa. Oleh karena itu,
belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan
otak kanan, misalnya dengan memasukkan unsur-unsur yang dapat
mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui proses belajar yang
menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna
adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
15
Umumnya guided inquiry dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1) Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan
sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa.
2) Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa
melalui kegiatan belajar harus dituliskan dengan jelas dan tepat.
3) Alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap
siswa, untuk melakukan kegiatan
4) Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa
melakukan kegiatan inkuiri
5) Kegiatan metode inkuiri oleh siswa berupa kegiatan percobaan
penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan
konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh
guru
6) Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental
operation siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung
7) Pertanyaan yang bersifat open-ended harus berupa pertanyaan
yang mengarah kepada pengembangan tambahan kegiatan
penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa
8) Catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi:
9) Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari
kegiatan-kegiatan/pelajaran.
b. Modified inquiry
Dalam metode ini guru hanya memberikan problema saja.
Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang diperlukan,
kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui
pengamatan, eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk
memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif
dan caranya sendiri secara kelompok atau perseorangan.
16
Guru berperan sebagai pendorong, narasumber (resourse
person), dan bertugas memberikan bantuan yang diperlukan untuk
menjamin kelancaran proses belajar siswa. Kegiatan-kegiatan belajar
siswa terutama ditekankan dengan eksplorasi, merancang, dan
melaksanakan eksperimen.
17
8) Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat
dikurangi atau diperkecil
d. Pictorial riddle
Pendekatan dengan menggunakan pictorial riddle adalah
salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan
minat siswa di dalam situasi kelompok kecil maupun besar. Gambar,
peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu riddle
biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau
diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan
pertanyaan yang berkaitan dengan riddle tersebut.
18
d. Membuat pertanyaan-pertanyaan berbentuk divergen yang
berorientasi proses dan berkaitan dengan riddle (gambar dan
sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh pengertian
tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa
pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang
disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir
memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan
masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada
jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pendekatan
inkuiri, oleh sebab melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan
mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang
menjadi masalah dalam inkuiri adalah teka-teki yang mengandung
konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan.
19
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan
yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada
dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu
dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-
ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia sampai pada posisi yang dapat
mendorong untuk berpikir lebih lanjut.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pendekatan
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental
yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat
dalam belajar tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Bahwa yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya
jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan
tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
20
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses
pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang
diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus
terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
21
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri
Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsic
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
22
h. Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.
23
d. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai
sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah
disediakan.
e. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang
lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan
sebagainya. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru
terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
24
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri
melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu
dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina
pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan
informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
25
3. Pembelajaran dan prespektif konstruktivisme mengandung empat
kegiatan inti, yaitu:
Berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior
knowledge)
Mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience)
Melibatkan interaksi social (social interation)
Terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).
Pentingnya konteks
26
Seringkali diungkapkan bahwa menurut paradigma baru
pendidikan peran guru harus diubah, yaitu tidak sekedar menyampaikan
materi pelajaran kepada para siswanya, tetapi harus mampu menjadi
mediator dan fasilitator. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan
dalam beberapa tugas sebagai berikut.
1. Menyediakan pengalaman belajar yang memeungkinkan siswa
bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
Karena itu memberi ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
27
2. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model
konstruktivisme menurut Sidik (2008) adalah :
a. Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secar
eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi
gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikaN
penjelasan tentang gagasannya.
28
5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk
memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari
kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
b. Kekurangan
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang
bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi
para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu
keaktifan dan kreatifitas siswa.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan adalah sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran
baik aktivitas kajian, interaksi dan relasi dengan individu atau kelompok
melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
B. Saran
Sebagai calon seorang guru yang nantinya akan mengajar dalam kelas,
kita harus memiliki wawasan yang luas, tentang bagaimana cara mengajar
yang menarik bagi siswa dan tidak membosankan. Setelah membaca makalah
ini, disarankan kita dapat menggunakan pedekatan mengajar yang sesuai
dengan situasi dan keadaan kelas, sehingga proses belajar-mengajar dapat
berjalan dengan optimal.
30
DAFTAR PUSTAKA
Haris, Abdul dan Jihad, Asep. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo.
Nasution, Noehi, dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
http://indahnurulw.blogspot.com/2013/10/makalah-pendekatan-dalam-
pembelajaran.html
https://www.passakanawang.com/2017/07/pendekatan-lingkungan-dalam.html.
31