Bkater III Streptococcus Staphylococcus
Bkater III Streptococcus Staphylococcus
Bkater III Streptococcus Staphylococcus
I. TUJUAN
Tujuan dari acara praktikum ini adalah mahasiswa mampu:
1. Mengindentifikasi adanya bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus
sp. pada probandus.
2. Mengetahui morfologi bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp.
3. Mengetahui sifat-sifat yang dimiliki bakteri Staphylococcus sp. dan
Streptococcus sp.
V. HASIL
Tabel. 1 pengamatan morfologi bakteri dan koloni bakkteri
Sifat
Ukuran Bentuk Warna Tepi permu
Cawan
No Bakteri Elevasi
koloni koloni koloni koloni kaan
koloni
Kelompok 1
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Entire Halus Flat
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
Kelompok 2
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Raised
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
Kelompok 3
1. Staphylococcus 1. Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. Sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Raised
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Raised
Kelompok 4
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
Kelompok 5
1. Staphylococcus 1. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
sp. 2. sedang Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
sp. 2. sedang Bulat Kuning Undulate Halus Flat
Kelompok 6
1. Staphylococcus 1. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Flat
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Entire Halus Pulvinate
2. Streptococcus 1. Kecil Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
sp. 2. Kecil Bulat Kuning Undulate Halus Pulvinate
Keterangan :
1. Undulate : pemukaan tepi koloni tidak rata (berombak)
2. Entire : permukaan tepi koloni rata dan halus
3. Pulvinate : koloni dengan permukaan cembung
4. Flat : koloni dengan permukaan rata dan tipis
VI. PEMBAHASAN
Pengamatan morfologi Staphylococcus sp.
Pada pengamatan morfologi bakteri dan koloni bakteri, bakteri yang
diujikan pada praktikum kali ini adalah bakteri Staphylococcus sp. dan
Streptococcus sp. Kultur bakteri Staphylococcus sp. dilakukan dengan langkah
menyiapkan cotton bud kemudian dicelupkan peptone water. Pepton water
adalah media alkali (mengandung NaCO3 pH 8,5 – 5) yang mengandung nutrisi
yang diperlukan bakteri, dan berperan dalam menjaga tekanan osmotic media
pertumbuhan kultur. Cotton bud kemudian ditiriskan dan dioleskan pada sela-
sela jari kaki untuk memperoleh bakteri uji. Bakteri uji pada dasarnya adalah
flora normal yang ada pada tubuh manusia yang dalam jumlah tertentu tidak
bersifat pathogen. Langkah selanjutnya yaitu men-streak cotton bud pada
medium MSA. Mannitol salt agar (MSA) digunakan karena medium ini
merupakan media selektif dan media diferensial. Langkah selanjutnya yaitu
menginkubasi medium pada suhu 370C selama 48 jam. Inkubasi dilakukan
pada suhu optimal pertumbuhan bakteri dan diamati tidak lebih dari 48 jam
agar bakteri yang akan diamati tidak mengalami pertumbuhan yang berlebih.
Setelah bakteri tumbuh, dilakukan streak kuadran pada medium MSA. Streak
kuadran bertujuan untuk memperoleh koloni yang baik (tidak menumpuk) pada
akhir streak. Setelah itu diinkubasi medium pada suhu pertumbuhan optimal
bakteri 370C selama 24 jam dan tidak lebih agar pengamatan tidak
menghasilkan bakteri TBUD.
Setelah dilakukan pengamatan pada kelompok praktikan (kelompok 4),
dapat disimpulkan bahwa bakteri memiliki ukuran koloni yang sedang,
berbentuk bulat, berwarna kuning, dengan bentuk tepi entire, sifat permukaan
halus dan elevasi pulvinate. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan (Todar,
2002) bahwa koloni tumbuh dalam waktu 24 jam dengan diameter mencapai 4
mm. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bundar, halus, menonjol dan
berkilau. Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua. Staphylococcus aureus membentuk pigmen lipochrom yang
menyebabkan koloni tampak berwarna kuning keemasan dan kuning jeruk.
Pigmen kuning tersebut membedakannya dari Staphylococcus epidermidis
yang menghasilkan pigmen putih. Beberapa data dari kelompok praktikan yang
lain menunjukkan hasil yang tidak sesuai seperti bentuk koloni yang flat
dengan bentuk tepi undulate. Hal ini dapat disebabkan karena koloni bakteri
yang diamati merupakan kontaminasi dari bakteri lain.
Pengamatan morfologi Streptococcus sp.
Kultur bakteri Streptococcus sp. dilakukan dengan menyiapkan cotton bud
dan menempelkannya ke langit-langit tenggorokan atau gusi. Hal ini dilakukan
karena kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat
menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakarida
ekstra sel. Cotton bud tersebut kemudian distreak pada medium Blood Agar.
Medium ini adalah medium yang digunakan untuk menguji kemampuan
bakteri dalam menghemolisis sel darah merah. Medium diinkubasi pada suhu
370C, yaitu suhu optimal pertumbuhan bakteri menurut referensi dan selama
48 jam agar pertumbuhan bakteri terlihat optimal. Setelah itu dilakukan streak
kuadran pada medium MSA, yaitu medium diferensial dan selektif untuk
identifikasi bakteri Streptococcus sp. dan medium diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam dan tidak lebih agar bakteri yang tumbuh dalam cawan tidak
melebihi batas maksimal bakteri dapat dihitung.
Setelah dilakukan pengamatan, didapatkan data bahwa bakteri
Streptococcus sp. berukuran sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning,
memiliki tepi permukaan koloni yang tidak rata (undulate) dan permukaan
koloni yang halus, rata serta tipis (flat). Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
(Songer dan Post, 2005) bahwa pada media agar darah Streptococcus
agalactiae berbentuk bulat, berwarna transparan. Permukaan cembung dan
membentuk daerah hemolisis yang hanya sedikit lebih besar dari koloninya
(bergaris tengah 0,5-1 mm). Hal ini dapat disebabkan karena jenis bakteri
Streptococcus yang berbeda memiliki ciri-ciri yang berbeda dalam medium
pertumbuhannya.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris
untukmembedakan spesies bakteri mejadi dua kelompok besar, yaitu gram
positifdan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Pengujian ini dilakukan dengan meneteskan aquades diatas objek glass
kemudian diratakan dengan 1 ose bakteri dan difiksasi. Setelah itu ditetesi
kristal violet selama 1 menit dan bilas dengan aquades. Preparat ditetesi dengan
lugol iodine selama 1 menit dan bilas kembali dengan aquades. Ditetesi alkohol
aseton secara perlahan dan bilas dengan aquades. Alkohol aseton berfungsi
sebagai decolorizer agar warna Kristal violet yang menutupi bakteri coliform
hilang. Terakhir ditetesi dengan safranin selama 1 menit dan bilas dengan
aquades kemudian di angin-anginkan. Tujuan pewarnaan menggunakan
safranin adalah memberi warna merah pada bakteri coliform. Kemudian
diamati dibawah mikroskop dengan ditetesi minyak imersi.
Hasil pengamatan kedua bakteri menunjukkan data yang sama yaitu
bakteri memiliki warna ungu kebiruan. Hal ini disebabkan karena kedua bakteri
tersebut merupakan bakteri gram positif. Hasil tersebut sesuai dengan teori
(Andre Tjie Wijaya, 2014) bahwa Streptococcus adalah salah satu genus dari
bakteri nonmotil yang mengandung sel gram positif , berbentuk buat, oval dan
membentuk rantai pendek, panjang atau berpasangan, bakteri ini tidak
membentuk spora, bakteri ini dapat ditemukan di bagian mulut, usus manusia
dan hewan.
Uji Koagulase
Uji slide dikerjakan dengan cara mengambil beberapa ose bakteri (2-3 ose)
di atas gelas objek agar reaksi bakteri terlihat lebih jelas di ata gelas objek.
Kemudian meneteskan plasma darah ke atas object glass tersebut. Setetes
plasma diletakkan didekat suspensi biakan tersebut untuk melihat kemampuan
bakteri menggumpalkan plasma. Keduanya dicampur dengan menggunakan
ose dan kemudian digoyangkan. Reaksi positif terjadi apabila dalam waktu 2-
3 menit terbentuk presipitat granuler.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, data semua kelompok
menunjukkan hasil koagulasi positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Bruckler et al., 1994) bahwa koagulase merupakan protein ekstraseluler yang
dihasilkan oleh S. aureus yang dapat menggumpalkan plasma dengan bantuan
faktor yang terdapat dalam serum. Oleh karena itu peran koagulase yang
dihasilkan oleh S. aureus dapat digunakan sebagai sarana diagnostik.
Uji Katalase
Uji katalase dilakukan dengan mengambil 1 ose bakteri kemudian
meletakkan diatas object glass dan ratakan. Bakteri ditetesi dengan 1 tetes
reagen H2O2. Kemudian diamati object glass yang sudah di tetesi reagen H2O2
tersebut.
Pada uji ini, seluruh kelompok menghasilkan data uji yang positif. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Lay, 1994) bahwa Streptococcus sp. merupakan
bakteri yang dapat mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida menjadi H2O dan
O2. Fungsi uji katalase pada bakteri berbentuk kokus adalah untuk membedakan antara
staphylococcus dan streptococcus, dimana kelompok staphylococcus bersifat katalase
positif. Katalase merupakan enzim yang mengkatalisa penguraian hidrogen peroksida
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini
menginaktifkan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu metabolisme
aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob pasti
menguraikan bahan tersebut (Lay, 1994).
Uji Kebutuhan Oksigen
Uji bakteri dilakukan dengan menginokulasi bakteri ke medium TSB.
Kemudian menginkubasi medium tersebut kedalam inkubator selama 24 jam
dan mengamati medium tersebut. Hasil pengamatan satu kelompok
menunjukkan bakteri merupakan kelompok anaerob sedangkan kelompok
yang lain menunjukkan bahwa bakteri bersifat anaerob fakultatif. Hasil
tersebut sesuai dengan pernyataan (Jawetz et al., 2005) bahwa bakteri
Strreptococcus sp. bersifat anaerob fakultatif. Referensi lain juga menunjukkan bahwa
bakteri tersebut dapat bersifat aerob. Hal ini dapat terjadi karena Streptococcus sp.
tumbuh dalam lingkungan anaerob (tidak menggunakan oksigen dalam proses
metabolismenya), namun dapat beradaptasi dengan lingkungan beroksigen.
Pertumbuhan bakteri anaerob terlihat di dasar medium sedangkan pertumbuhan
bakteri anaerob fakultatif terlihat penyebarannya di tengah medium.
VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Terdapat bakteri Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. pada probandus
seluruh probandus kelompok praktikan.
2. Morfologi bakteri Staphylococcus sp. memiliki ukuran koloni yang
sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning, dengan bentuk tepi entire,
sifat permukaan halus dan elevasi pulvinate sedangkan Streptococcus sp.
berukuran sedang, berbentuk bulat, berwarna kuning, memiliki tepi
permukaan koloni yang tidak rata (undulate) dan permukaan koloni yang
halus, rata serta tipis (flat).
3. Sifat-sifat yang dimiliki bakteri Staphylococcus sp. yaitu merupakan gram
positif, koagulasi positif dan katalase positif sedangkan bakteri
Streptococcus sp. merupakan gram positif, katalase positif dan merupakan
bakteri anaerob fakultatif.
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, W., Gordon, F.B., Porter, R.J., and Movider, J.W. 1950. Jordan-Burrows
Textbook th of Bacteriology 15 edition. Isolasi, Identifikasi dan Uji
Sensitivitas Staphylococcus aureus 149. Philadelphia, USA: W. B Saunders
Company.
Brückler, J., Schwarz, S. and F. Untermann, F. 1994. Staphylokokken–
Infektionenund–enterotoxine. Jerman: Band. II/1 In Blobel., H. und Schlie
? er (Eds.),Handbuch der bakteriellen Infektionen bei Tieren, 2. Auflage.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT Prasindo Persada.
Hadioetomo, R.S. 1990. Mikrobiologi dasar dalam praktek teknik dan prosedur
dasar laboratorium. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Hal 103-104
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A. 2001. Mikrobiologi kedokteran. Edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Buku
1. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Todar, K. 2002. Staphylococcus Bacteriology. UW-Bacteriology 330 Home Page
1-7.
LAMPIRAN