Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Polistirena Fik

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KIMIA POLIMER

“POLISTIRENA”

OLEH :
KELOMPOK III

YULINARTI CHOINIRUL NISYAH (A1C117025)


YULI ASRIANI (A1C117039)

DOSEN PENGAMPU :
YUSNAIDAR, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi kami
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, tabi’in, dan segenap umatnya hingga
akhir zaman. Makalah yang kami susun ini berjudul “Polistirena”. Adapun
penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dari Ibu YUSNAIDAR, S.Si,
M.Si.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih sangat banyak
kekurangan yang dikarenakan keterbatasan ilmu dan kemampuan yang kami
miliki. Oleh sebab dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk tercapainya kesempurnaan dari makalah ini. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberi ilmu pengetahuan maupun wawasan bagi para
pembacanya, mahasiswa jurusan PMIPA khususnya mahasiswa program studi
pendidikan kimia.
Wassalamu’alaikum Wr.wb

Jambi,12 September 2019

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGATAR …………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………7
2.1 Sejarah dan Pengertian Polistirena .................................7
2.2 Monomer Polistirena …………………………………..8
2.3 Struktur Kimia Polistirena ………………………….......8
2.4 Struktur Polimer Polistirena ………………………………9
2.5 Penataan ulang monomer pada polistirena ………………9
2.6 Sifat-sifat dari Polistirena …………………………………….12
2.7 Taktisitas Polistirena …………………………………………13
2.8 Sifat Termal Polistirena ……………………………………..14
2.9 Gaya Molekuler Polistirena …………………………………14
2.10 Polimerisasi Polistirena ………………………………………..20
2.11 Pembuatan Polistirena ………………………………………...21
2.12 Aplikasi dan Kegunaan Polistirena ……………………………22
2.13 Dampak Polistirena dan penanggulangannya …………………23
2.14 Reaksi kopolimerisasi polistirena …………………………….26
2.15 Kode Resin Polistirena ………………………………………..29
2.16 Degradasi Polistirena ………………………………………..30
BAB III PENUTUP …………………………………………………..32
3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….32
3.2 Saran ……………………………………………………………..33
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer merupakan molekul besar dari unit-unit berulang sederhana.
Nama ini diturunkan dari bahasa Yunani poly, yang berarti “banyak” dan mer
yang berarti “bagian”. Makromolekul merupakan istilah yang sinonim dengan
polimer. Polimer sintesis dihasilkan dari molekulmolekul sederhana yang disebut
monomer (“bagian tunggal”).
Kata polimer pertama kali digunakan oleh kimiawan Swedia Berzelius
pada tahun 1833. Sepanjang abad ke-19 para kimiawan bekerja dengan
makromolekul tanpa memiliki suatu pengertian yang jelas mengenai strukturnya.
Sebenarnya, beberapa polimer alam yang termodifikasi telah dikomersialkan.
Sebagai contoh, selulosa nitrat (yang dikenal lewat misnomer nitro selulosa),
dipasarkan di bawah nama-nama “Celluloid” dan “guncotton”. Sepanjang tahun
1839 dilaporkan mengenai polimerisasi stirena, dan selama 1860-an
dipublikasikan sintesis poli(etilenaglikol) dan poli(etilena suksinat), bahkan
dengan struktur struktur yang tepat (Siburian, 2017).
Salah satu contoh dari polimer adalah polistirena. Polistirena adalah
polimer termoplastik yang umum dibuat dari aromatic styrene monomer dengan
sifat mampu bentuk yang baik. Ini banyak digunakan dalam otomotif, sistem
penghubung listrik dan elektronik. Poliatirena digunakan dibanyak aplikasi
industri . Faktanya, bahan polimer seperti PS adalah digunakan dalam berbagai
komponen mekanis, misalnya Cams, rem dan konveyor. Lebih lanjut, polimer
semacam itu banyak digunakan dalam bidang kimia aplikasi rekayasa, misalnya
proses dalam unggun terfluidisasi , bubuk teknologi , penanganan bahan dan
pemrosesan transportasi, biopolymer dan pemrosesan polimer dan
seterusnya. Dalam banyak proses industri ini PS digunakan sebagai butiran dan
mengalami berbagai kondisi tekanan (Gray, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang penulisan di atas, maka memunculkan
sebuah problematika akademik sebagai berikut :

4
1.2.1 Bagaimana sejarah dan Pengertian Polistirena ?
1.2.2 Bagaimana monomer Polistirena ?
1.2.3 Bagaiamana struktur Kimia Polistirena ?
1.2.4 Bagaimana struktur Polimer Polistirena ?
1.2.5 Bagaimana penetaan ulang monomer pada polistirena ?
1.2.6 Bagaimana Sifat-sifat dari Polistirena ?
1.2.7 Bagaimana Taktisitas Polistirena ?
1.2.8 Bagaimana sifat Termal Polistirena?
1.2.9 Bagaimana Gaya Molekuler Polistirena ?
1.2.10 Bagaimana Polimerisasi Polistirena ?
1.2.11 Bagaimana Pembuatan Polistirena ?
1.2.12 Bagaimana Aplikasi dan Kegunaan Polistirena ?
1.2.13 Bagaimana Dampak Polistirena dan penanggulangannya ?
1.2.14 Bagaimana reaksi kopolimerisasi polistirena?
1.2.15 Apa kode resin dari Polistirena ?
1.2.16 Bagaimana degradasi polistirena ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk dapat mengetahui sejarah dan Pengertian Polistirena.
1.3.2 Untuk dapat mengetahui monomer Polistirena.
1.3.3 Untuk dapat menjelaskan struktur Kimia Polistirena.
1.3.4 Untuk dapat mengetahui struktur Polimer Polistirena.
1.3.5 Untuk dapat mengetahui penataan ulang polistirena.
1.3.6 Untuk dapat mengetahui Sifat-sifat dari Polistirena.
1.3.7 Untuk dapat mengetahui Taktisitas Polistirena.
1.3.8 Untuk dapat mengetahui sifat Termal Polistirena.
1.3.9 Untuk dapat mengetahui Gaya Molekuler Polistirena.
1.3.10 Untuk dapat mengetahui Polimerisasi Polistirena.
1.3.11 Untuk dapat mengetahui Pembuatan Polistirena.
1.3.12 Untuk dapat mengetahui Aplikasi dan Kegunaan Polistirena.
1.3.13 Untuk dapat mengetahui Dampak Polistirena dan penanggulangannya.

5
1.3.14 Untuk mengetahui kopolimerisasi polistirena.
1.3.15 Untuk mengetahui koden resin dari polistirena
1.3.16 Untuk mengetahui degradasi dari polistirena

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Polistirena


Monomer stirena ditemukan oleh Newman pada tahun 1786. Pada
mulanya formasi atau bentuk awal Polistirena ditemukan oleh Simon pada tahun
1839. Polistirena telah terbentuk hampir 175 tahun yang lalu, polistirena ini tidak
ditemukan pada awal abad ke 20. Staudinger, menggunakan styrene sebagai
model prinsip yang mengidentifikasi proses polimerisasi radikal bebas pada tahun
1920. Awalnya polistirena banyak secara komersial digunakan dalam berbagai
kasus, selama monomer stirena tersedia. Meskipun monomer striena (etil benzene)
telah tersedia, etil benzena mengalami perengkahan termal dari pada mengalami
dehidrogenasi sampai ditemukan kondisi dan katalis yang sesuai. Dow pertama
kali berhasil mengkomersialkan pembentukan polistirena pada tahun 1938.
Semetara, sebagian besar polistirena secara komersial hanya memiliki tingkat
streoregularitas yang rendah, bersifat kaku dan rapuh karena unit ketahanan yang
menggandung venil yang lebih besar untuk melakukan pergerakan dalam
perbandingan. Misalnya metil yang mengandung unit polipropilena.
Pada tahun 1997, Dow memproduksi metaloins dari bentauk taktik yaitu
sindiotaktik, diaman metaloit ini merupakan bahan semikristalindengan Tm 2600C.
Dow menyebut metaloins ini dengan nama dagang Questra yang mana metaloins
memiliki ketahanan bahan kimia dan pelarut yang baik berbeda dengan PS
"biasa", yang umumnya memiliki ketahanan bahan kimia dan pelarut yang buruk
karena adanya rongga yang dieksploitasi oleh pelarut dan bahan kimia. Polistirea
itu banyak diproduksi dalam tiga bentuk yaitu polistirena yang ekstruksi atau
ditiup untuk aplikasi yang dibutuhkan , kemudian busa polistrirena yang
digunakan dalam pengemasan, dan busa polistirena yang diekstruksi (EPS).
Expanded Polistirena (EPS) dikembangkan oleh Koppers Company di
Pittsburgh, pada tahun 1959. Insulasi XPS dikembangkan oleh Dow Chemical dan
dijual dengan nama dagang Styrofoam. Istilah ini sering digunakan untuk banyak
bahan Polistirena lainnya. EPS dan XPS serupa dan keduanya umumnya

7
mengandung campuran 90% -95% PS dan 5% -10% gas (juga disebut sebagai zat
peniup), umumnya pentana, nitrogen, atau karbon dioksida (Cherlel, 2011).

2.2 Monomer Polistirena

Monomer dari polistirena adalah stirena. Stirena merupakan salah satu


turunan benzene. Dimana memiliki nama lain vinilbenzen, Feniletilen,
sterol, stirolena, etenilbenzen, dll

Yang dibuat dari benzena dan etilena dalam satu proses, etilen dilewatkan ke
dalam benzena cair di bawah tekanan, dengan adanya katalis aluminium klorida.

Etilbenzena yang dihasilkan didehidrogenasi menjadi stirena dengan


melewatkannya pada katalis oksida besi atau magnesium oksida pada suhu sekitar
600 ° C Styrene kemudian dimurnikan dengan distilasi (Wiley & Son, 1984).

2.3 Struktur Kimia Polistirena


Polistirena adalah suatu contoh dari homopolimer yang dibentuk dari
polimerisasi dari suatu monomer yaitu stirena.

8
2.4 Struktur Polimer Polistirena
Polystyrene adalah polimer linier. Dimana polimer yang tersusun dengan
unit ulang berikatan satu sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.

( Billmeyer, 1971).

2.5 Penataan Ulang Monomer Polistirena


2.5.1 Block Kopolimer Polistirena
kopolimer blok amphiphilic yang mengandung setidaknya satu rantai
Polystyrene dalam struktur kimianya. Tidak seperti campuran, kopolimer blok
dibentuk oleh rantai makromolekul berbeda yang dihubungkan oleh ikatan kimia.
Kasus paling sederhana adalah diblock, ketika hanya dua blok yang terhubung,
tetapi juga tri atau lebih blok dapat dihubungkan, memberikan struktur multiblock
(triblock, tetrablock dan sebagainya). Blok juga dapat dihubungkan dengan cara
non-linear (graft atau star copolymer). Contoh klasik kopolimer blok yang
mengandung PS diberikan oleh karet SBS. Ini adalah kopolimer stirena-
butadiena-stirena triblock. Blok PS terminal cenderung teragregasi ke dalam
matriks karet BD, membuat karet lebih tahan dan tahan lama. Secara analog,
pemisahan fase diamati ketika polistiren (hidro-fob) dikombinasikan dengan
polimer hidrofilik (yang paling umum adalah etilen oksida, asam akrilat, asam

9
metakrilat, 4-vinilpiridin dan stirena sul-fonat) dalam kopolimer blok. Fitur
penting dari kopolimer blok amphiphilic ini adalah kemampuan mereka untuk
membentuk agregat misel dalam air, sama dengan apa yang terjadi pada molekul
amphiphilic dengan berat molekul rendah (surfaktan a.k.a.).

Proses Pembuatan
kopolimer blok amphiphilic mengandung sebagian PS. Untuk sintesis
kopolimer yang mengandung MAA atau AA sebagai mitra hidro-philic, yang
mungkin merupakan blok polyelectrolytes yang paling umum (kopolimer blok
yang mengandung blok polyelectrolyte), masalah dapat diwakili oleh polaritas
yang berbeda secara dramatis dari dua blok, yang memberikan mereka kelarutan
yang sangat berbeda di sebagian besar pelarut. Masalah ini biasanya diselesaikan
dengan menggunakan ester akrilik non-polar sebagai sumber monomer asam.
Setelah dipolimerisasi, blok poliester dapat dihidrolisis menjadi asam yang sesuai.
Monomer yang sangat cocok adalah tert-butil akrilat (atau metakrilat), yang dapat
dipolimerisasi dengan metode apa saja yang diketahui dan mudah dihidrolisis
dalam kondisi yang relatif ringan. Prosedur standar melibatkan penggunaan HCl
dalam campuran dioksan / air atau TFA dalam CH2Cl2 (Raffa, 2014).

10
2.5.2 Graft Kopolimer Polsitirena dengan Levan.
Levan adalah polimer polisakarida berbasis fruktosa yang dapat
diekskresikan oleh beragam mikroorganisme sebagai exopolysaccharide atau
diproduksi di pabrik untuk penyimpanan. Dalam proses sintesis ini mengalami
mekanisme reaksi sebagai berikut :

jalur pencangkokan radikal bebas digunakan dan PPS dipilih sebagai inisiator
yang efektif dari reaksi pencangkokan . Mempertimbangkan bahwa PPS adalah
inisiator termal, meningkatkan arahan pemicu suhu, untuk mengurangi waktu

11
untuk penguraian inisiator ini. Mekanisme inisiasi (dengan tidak adanya atau
adanya theamines) dan reaksi polimerisasi diperlihatkan dalam Skema 1.Selain
dari reaksi yang disajikan dalam Skema diatas , reaksi samping yang mengurangi
jumlah baru radikal yang terbentuk juga cenderung kambuh. Ada reaksi samping
antara radikal anion sulfat dan air, radikal primer dan macroradical levan-
polystyrene, dan reaksi inisiator atau amina dengan makroradikal yang sama.
Juga, homopolimerisasi stirena dan reaksi semua jenis radikal dengan oksigen
peroksida pembentuk terjadi. Reaksi inisiasi antara sistem redoks (mengandung
PPS dan AA) melibatkan mekanisme rantai yang mengarah pada pembentukan
radikal berikut: anion radikal sulfat, OH • dan radikal askorbat Radikal primer
yang diperoleh mulai reaksi okulasi (Kekez dkk, 2016).

2.6 Sifat – Sifat Polistirena


2.6.1 Sifat Fisika
Massa jenis (g/ml) 1.05
Massa jenis EPS (g/ml) 0.025 – 0.200
Konstanta dielektrik 2.4 – 2.7
Konduktivitas listrik (S/m) 10-16
Tempemperatur transisi kaca (0C) 95
Titik lebur (0C) 240
Koefisien ekspansi linier (l/K) 10-6
Daya tarik (MPa) 45 – 60
Modulus muda 3,000 – 3,600
Perpanjangan putus (%) 3–4

2.6.2 Sifat Kimia


polistiren relatif inert secara kimiawi. Ini cukup tahan terhadap alkali,
asam halida, dan agen pengoksidasi dan pereduksi. Hal ini dapat dinitrasi dengan
mengasapi asam nitrat, dan disulfbnasi dengan asam sulfat pekat pada 100 ° C ke
resin yang larut dalam air (dilihat resin penukar ion). Klorin dan brom
tersubstitusi pada cincin dan rantai pada suhu tinggi. Polystyrene terdegradasi
pada suhu tinggi ke campuran senyawa dengan berat molekul rendah sekitar

12
setengah dari 'yang' adalah stirena. Bau khas 'monomer berfungsi sebagai
identifikasi polimer. Seperti yang dibuat, polystyrene sangat mudah diproses.
Stabilitas dan alirannya dalam kondisi cetakan injeksi membuatnya menjadi
polimer yang ideal untuk teknik ini. Sifat optisnya - warna, kejernihan, dan
sejenisnya - sangat bagus, dan indeks biasnya yang tinggi (1..60) membuatnya
berguna untuk komponen optik plastik. Polystyrene adalah isolator listrik yang
baik dan memiliki fBctor loss dielektrik yang rendah pada frekuensi sedang.
Kekuatan tariknya mencapai sekitar 8000 psi. Di sisi lain, polistiren mudah
diserang oleh berbagai macam pelarut, termasuk zat pembersih kering.
Stabilitasnya terhadap pelapukan luar sangat buruk; itu berubah menjadi kuning
dan gila pada eksposur. Dua dari 'cacat utamanya dalam sifat mekanik adalah
kerapuhannya dan suhu defleksi panasnya yang relatif rendah dari' 82-88 "C, yang
berarti bahwa benda-benda polistiren tidak dapat disterilkan. Banyak dari cacat ini
dapat diatasi dengan formulasi yang tepat, atau dengan cara copoli -
penggabungan dan pencampuran seperti dijelaskan di bawah ini. Sebagai contoh,
penambahan peredam sinar ultraviolet meningkatkan stabilitas cahaya 'polistirena
cukup untuk membuatnya berguna dalam perlengkapan pencahayaan seperti
fluorescent,-diffusers cahaya. Polystyren tahan api telah dikembangkan melalui
penggunaan aditif (Billmayer, 1971).

2.7 Taktisitas Polistirena


Berdasarkan struktur atau kedudukan gugus fenil pada bidang rantai
polistiren, terdapat tiga jenis, yaitu polistiren isotaktik, polistiren sindiotaktik, dan
polistiren ataktik. Polistiren isotaktik memiliki semua gugus fenil pada posisi satu
arah relatif terhadap rantai utama. Polistiren sindiotaktik memiliki gugus fenil
yang tersusun bergantian arahnya terhadap rantai utama. Sedangkan polistiren
ataktik memiliki gugus fenil yang tersusun secara acak arahnya relatif terhadap
rantai utama. Struktur polistiren ataktik, isotaktik, sindiotaktik adalah sebagai

13
berikut :

Polistiren yang diproduksi secara komersial adalah polistiren tipe ataktik.


Produksi polistiren isoataktik dan sindiotaktik lebih mahal dari jenis polimer
lainnya karena sifatnya yang lebih kuat dan tahan terhadap panas dan zat-zat
kimia (Harsojuwono dan Arnata, 2015).

2.8 Sifat Termal Polisitirena


Polistirena (PS) merupakan polimer termoplastik dengan harga murah dan
memiliki banyak sifat-sifat yang menguntungkan. Polistirena memiliki sifat-sifat
mekanik dan sifat-sifat termal yang baik, tetapi sedikit rapuh dan melunak di
bawah suhu 100oC. Polistirena terurai pada kenaikan suhu menjadi suatu
campuran senyawa dengan bobot molekul rendah yang mana hampir setengahnya
adalah stirena. Bau karekteristik dari monomer merupakan identifikasi dari
polimer tersebut(Billmayer, 1971).

2.9 Gaya Molekul Polistirena


2.9.1 Fiber
Polystyrene (PS), polimer termoplastik yang umum dibuat dari styrene
monomer aromatik dengan sifat mampu bentuk yang baik, banyak digunakan
dalam sistem konektor otomotif, listrik dan elektronik. Selama dekade terakhir,
electrospinning sebagai teknik serbaguna untuk pembuatan terus menerus serat

14
berdiameter mikro atau berskala nano telah menarik minat luar biasa untuk
pembuatan serat PS ultrathin. serat PS dengan berbagai morfologi termasuk serat
yang seragam dan serat manik-manik disiapkan melalui pengaturan sifat larutan.
Selanjutnya, serat PS dengan kombinasi kekasaran permukaan mikro dan
berstruktur nano yang secara inheren berdasarkan inspirasi pembersihan diri daun
ragwort perak dicapai secara langsung menggunakan pelarut campuran.
Berdasarkan penelitian ini, dalam mengatur morfologi serat electrospun
PS, 30% berat, 20% berat dan 10%% PS (Mn 170.000, Aldrich) adalah larutan
elektrospun dari campuran pelarut N, N-dimethylformamide (DMF), dan
tetrahydrofuran (THF) ( Shanghai Chemical Reagents Co., Ltd.) dengan berbagai
rasio berat masing-masing 4/0, 3/1, 2/2, 1/3, dan 0/4. Gambar 1 menunjukkan
diagram skematis dari pengaturan pemasangan listrik. Dalam electrospinning,
solusi polimer dilakukan pada laju aliran 2 mL / jam menggunakan pompa jarum
suntik (LSP02-1B, Baoding Longer Precision Pump Co., Ltd., China), tegangan
diterapkan 20 kV (DW-P3031ACD8, Tianjin Dongwen High Voltage Co., China)
dan jarak tip-tocollector 15 cm di bawah kelembaban relatif 40% pada 250C.

15
Gambar FE-SEM (S-4800, Hitachi Ltd., Jepang) dari serat electrospun dari 30%
solusi PS dari berbagai komposisi pelarut menunjukkan semua diameter serat
berada dalam kisaran mikrometer (Gambar 2) seperti yang diharapkan dari
konsentrasi polimer tinggi . Diameter serat rata-rata adalah 11,58, 6,17, 3,87, 6,63,
dan 5,78 μm dari pelarut pada 4/0, 3/1, 2/2, 1/3, dan rasio berat THF / DMF 0/4,
masing-masing. Serat-serat electrospun dari THF sendiri menampilkan bentuk
seperti pita dengan nanopori yang padat pada permukaan serat (Gambar 2a).
Dalam pelarut campuran dengan DMF 25%, permukaan nanopori menghilang
tetapi permukaan keriput muncul (Gambar 2b). Serat electrospun dari campuran
THF dan DMF yang sama tampak kasar di permukaan (Gambar 2c). Dengan
peningkatan DMF lebih lanjut dalam campuran pelarut, permukaan serat menjadi
halus (Gambar 2d, e). Kehadiran permukaan nano tampaknya hanya pada serat
electrospun dari THF tekanan uap tinggi. Dengan tambahan DMF, penurunan
tekanan uap memperlambat evaporasi pelarut. Berkurangnya penguapan pelarut
dari jet memungkinkan jet bermuatan tetap cair, terus memanjang, dan keruntuhan
yang dihasilkan dari tekanan atmosfer dan tolakan listrik berkurang. Telah
dilaporkan bahwa pelarut yang sangat mudah menguap digunakan dalam elektro-
spinning dapat membuat nanopori pada permukaan serat dan permukaan yang
kusut dihasilkan dari ketidakstabilan tekuk selama pemrosesan.

16
17
Gambar 3 disajikan gambar FE-SEM dari electrospun serat PS dari 20% solusi%
dalam seri campuran pelarut yang sama. Semua serat PS lebih kecil dari pada
elektrospun dari konsentrasi 30% berat PS. Mengubah konsentrasi larutan PS dari
30% berat menjadi 20% berat menyebabkan penurunan viskositas bersama dengan
sedikit peningkatan konduktivitas, sehingga peregangan serat kontinu meningkat
ketika jet fluida dipercepat ke elektroda counter sehingga menimbulkan serat yang
lebih tipis. Selain itu, banyak manik-manik muncul di tikar berserat PS yang
terbentuk dari DMF seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2e. Kehadiran manik-
manik dianggap berasal dari ketidakstabilan jet cairan yang dibebankan dalam
electrospinning karena penurunan konsentrasi polimer dan konduktivitas pelarut
yang tinggi.

18
Temuan yang menarik adalah bahwa tikar serat mengubah morfologi
runtuh-manik-dominan menjadi serat tipis dengan elips. -morfologi dominan-bola
sebagai penurunan tekanan uap dari campuran pelarut. Sementara itu, ukuran
manik-manik berkurang. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan ketidakstabilan jet
cairan yang dihasilkan dari konsentrasi polimer yang lebih rendah, konstanta
dielektrik tinggi dan pelarut konduktivitas yang digunakan dalam electrospinning
[28, 29]. Dari hasil penelitian kami yang disebutkan di atas, telah dicatat bahwa
berbagai morfologi serat PS electrospun termasuk serat seragam dan serat manik-
manik dapat diperoleh dengan menyetel konsentrasi polimer untuk menginduksi
pembentukan jet fluida yang tidak stabil. Lebih jauh lagi, morfologi permukaan
serat PS dapat dikontrol melalui variasi komposisi pelarut.

19
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa superhydrophobicity dari tikar
dianggap berasal dari serat PS terstruktur hierarkis dan sifat mekanik yang
ditingkatkan dari tikar disebabkan oleh serat yang ditambahkan. Hidrofobik dan
sifat mekanik dari tikar berserat dapat diatur dengan menyetel jumlah rasio jarum
suntik dari PS dan serat tambahan. Kekuatan tarik tikar serat campuran meningkat
3 dan 2 kali dibandingkan dengan tikar PS murni yang menunjukkan WCA 150 °
dapat dicapai pada rasio jet kritis 2/2 (PS / PA6) dan 3/1 (PS / PAN), masing-
masing. Selain itu, dispersibilitas yang baik dari PS dan serat tambahan dalam
tikar campuran diamati dari hasil FE-SEM, FT-IR, dan sifat mekanik,
menunjukkan bahwa teknik electrospinning empat spinneret yang diadopsi
merupakan pendekatan yang efektif untuk membuat skala besar tikar serat
berserat yang tersebar dengan baik (Len, 2011).

2.10 Polimerisasai Polistirena


Sistesis polistirena dapat dilakukan dengan reaksi polimerisasi polistirena.
Polimerisasi polistiren termasuk ke dalam polimerisasi adisi melalui reaksi radikal
bebas, reaksi adisi anionic dan reaksi adisi kationk. Sintesis polistiren dilakukan
pada reaktor polimerisasi dalam kondisi vakum. Hal ini bertujuan agar tidak ada
kehadiran oksigen ataupun uap air yang dapat menggangu rekasi polimerisasi.
Kehadiran oksigen dapat menghambat aktivitas dari inisiator, yaitu benzoil
peroksida, dengan cara bereaksi dengannya. Kehadiran uap air akan menyebabkan
stiren kurang murni sehingga reaksi polimerisasi berjalan tidak sempurna. Reaksi
polimerisasinya secara umum adalah:

Mekanisme reaksi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

20
(Harsojuwono dan Arnata, 2015).

2.11 Pembuatan Polistirena


Polistiren dibuat dari monomer stiren, sedangkan monomer stiren sendiri
dapat disintesis dari benzen dan etilen. Pada proses sintesis stiren, etilen dialirkan
ke benzen cair pada tekanan tinggi dengan katalis aluminium klorida. Etilbenzena
yang dihasilkan didehidrogenasi menjadi stirena dengan melewatkannya pada
katalis oksida besi atau magnesium oksida pada suhu sekitar 600 °. C Styrene
kemudian dimurnikan dengan distilasi. Pada saat reaksi polimerisasi, stiren yang

21
mempunyai ikatan rangkap C=C akan mengalami adisi menjadi ikatan tunggal C–
C (Wiley & Son, 1984)
Sebagian besar polistirena dibuat dengan polimerisasi suspensi atau
dengan polimerisasi dalam jumlah besar. Polimerisasi massal 'stirena dimulai
dalam "prapolimerisasi," bejana yang diaduk dimana styrene bebas-inhibitor
dipolimerisasi (biasanya dengan inisatorator peroksida) sampai campuran reaksi
terkonsentrasi dalam polimer sebagaimana konsisten dengan pencampuran yang
efisien dan perpindahan panas. Biasanya, larutan yang mengandung sekitar 30%
polimer sama kentalnya dengan yang dapat ditangani. Campuran sirup dari
prepolymerizer kemudian memasuki menara silinder (sekitar 40 kaki panjangnya
dengan diameter 15 f't) dipertahankan pada dasarnya penuh dengan cairan ..
Dengan mendinginkan bagian atas menara dan memanaskan bagian bawah,
polimerisasi dikontrol untuk mencegah pelarian tetapi untuk melanjutkan ke
dasarnya polimer cair murni di bagian bawah. Lelehan ini dibuang melalui
pemintal atau ke dalam ekstruder yang menghasilkan batang berdiameter kecil
yang dicincang, setelah didinginkan, dalam jarak pendek untuk menghasilkan
bubuk cetakan yang sudah jadi.

2.12 Kegunaan Polistirena


Sterofoam memiliki beberapa kelebihan yaitu awet, ringan, tahan air,
ekonomis. Hal ini menjadikan sterofoam adalah pilihan untuk mempermudah
pengemasan(Fitrianti, 2016). Polistirena (PS) adalah sebuah polimer
termoplastik yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai
aplikasi, diantaranya adalah untuk kantong plastic, tempat makanan, ban.
Polystyrene banyak digunakan untuk pembuatan isolator listrik, boneka, sol
sepatu serta piring dan cangkir(Rizka dan Juliastuti, 2013). Polistirena digunakan
dibanyak aplikasi industri . Faktanya, bahan polimer seperti PS adalah digunakan
dalam berbagai komponen mekanis, misalnya Cams, rem dan konveyor. Lebih
lanjut, polimer semacam itu banyak digunakan dalam bidang kimia aplikasi
rekayasa, misalnya proses dalam unggun terfluidisasi , bubuk teknologi ,
penanganan bahan dan pemrosesan transportasi, biopolymer dan pemrosesan

22
polimer dan seterusnya. Dalam banyak proses industri ini PS digunakan sebagai
butiran dan mengalami berbagai kondisi tekanan (Gray, 2011).

2.13 Dampak dan Cara penanggulangan Polistirena


2.13.1 Dampak dari Polistirena
Penggunaan sterofoam berdampak buruk bagi lingkungan karena
sterofoam sulit untuk didegradasi dan dapat bertahan di alam selama ribuan tahun.
Polistirena merupakan plastik yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi
kesehatan, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya migrasi dari
monomer stirena ke dalam pangan yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan.
Bahaya monomer stirena terhadap kesehatan setelah terpapar dalam jangka
panjang, antara lain menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat,
meningkatkan risiko leukemia dan limfoma, monomer stirena dapat masuk ke
dalam janin (Fitrianti, 2016).
Limbah sterofom dalam laut memberikan dampak yang buruk, Puing
Styrofoam sebagai Sumber Aditif Berbahaya untuk Organisme Laut . Ada dua
jenis bahan kimia: aditif dan bahan kimia yang diserap. Aditif adalah bahan kimia
yang ditambahkan selama proses manufaktur untuk meningkatkan kinerja plastik
dan termasuk antioksidan, plasticizer, dll. Beberapa dari mereka dikenal sebagai
bahan kimia yang mengganggu endokrin (misalnya, phthalate dan bisphenol A),
yang dapat mengganggu reproduksi dan pengembangan kelautan organisme.
Plastik mengandung sejumlah besar bahan kimia tambahan yang dapat larut ke
lingkungan sekitar.8,9 Misalnya, produk polivinil klorida mengandung hingga
50% ftalat dalam berat.10 Permukaan hidrofobik dari plastik cenderung
mengakumulasi polutan hidrofobik (misalnya , PCBs,PAH, dan juga aditif yang
larut dari plastik lain seperti PBDEs) di air laut (Jang dkk, 2016).

2.13.2 Cara Mengatasi Polistirena Ketika Menjadi Limbah.


Dibalik segala kelebihan itu, limbah plastic menimbulkan masalah bagi
lingkungan. Penyebabnya tak lain sifat plastic yang tidak dapat diuraikan dalam
tanah. Perlu waktu berpuluh-puluh tahun untuk tanah menguraikan limbah-
limbah dari bahan plastic. Untuk mengatasinya, para pakar lingkungan dan

23
ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu telah melakukan berbagai penelitian dan
tindakan. Salah satu caranya dengan mendaur ulang limbah plastic. Salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah Polistirena adalah
dengan mendaur ulang menjadi stirena.

1. persiapan
Limbah plastik (PS) diperoleh dari pemulung - pemulung yang ada di
kawasan Keputih Tegal, Sukolilo, Surabaya. Limbah plastik yang diperoleh
kemudian dicuci dengan air, untuk menghilangkan kotoran-kotoran. Kemudian,
bahan tersebut dikeringkan. Terakhir, bahan plastik tersebut dipotong-potong
dengan ukuran 3-5 mm. Analisa bahan dilakukan dengan FTIR dan TGA.
2. Pembuatan
a. Pirolisis
Proses pirolisis dilakukan menggunakan Reaktor stainless steel unstirred
3,5 dm3 reaktor semi batch operasi pada tekanan 1 atmosfer. 50 g sampel

24
ditempatkan ke dalam reaktor dan nitrogen dialirkan selama 15 menit, untuk
mengkondisikan udara dalam reaktor bebas oksigen. Kemudian, sampel
dipanaskan sampai 400, 450, 500 dan 550 ◦C dan dipertahankan dalam setiap vari
abel pada suhu tersebut sampai tidak ada tetesan liquid stirena dari kondensor.
Tidak ada pengambilan sampel selama percobaan berlangsung. Pengambilan
sampel dilakukan setelah percobaan selesai dilakukan, untuk kemudian dianalisis
pengaruh suhu terhadap yield dan kualitas stirena yang dihasilkan GC- MS.
b. Kondensasi
Dalam tiap run setiap uap meninggalkan reaktor dialirkan ke rangkaian
air pendingin gas-cair separator, dimana liquid terkondensasi dikumpulkan.
Liquid terkondensasi kemudian dianalisa dengan GC-MS. Produk tak
terkondensasi dilewatkan dan dikumpulkan secara keseluruhan dalam drum
penampung, untuk kemudian dianalisa dengan GC-TCD/FID. Dibawah adalah
alat – alat yang digunakan

Keterangan gambar :
1) Tabung nitrogen
2) Regulator tabung nitrogen
3) Reaktor pirolisis
4) Elektrik furnace
5) Reaktor thermocouple
6) Kondensor
7) Plastik penampung gas

25
8) Alat pembacaan suhu thermocontroller (Rizka dan Juliastuti, 2013).

2.14 Kopolimerisasi Polistirena


2.14.1 Kopolimer dari Styrene
1. Kopolimer Butadiena.
Yang paling penting dari semua kopolimer stirena dalam hal volume
adalah karet sintetis stirena-butadiena yang dibahas dalam Bab 13E. Kelompok
lain kopolimer stirena-butadiena banyak digunakan dalam cat lateks; ini jatuh
dalam kisaran komposisi 60 styrene: 40 butadiene berat. Kopolimer blok stirena-
butadiena juga merupakan unsur utama elastomer termoplastik . Kopolimer Tahan
Panas dan Tahan Dampak. Sejumlah 'kopolimer' stirena dengan sejumlah kecil
komonomer telah meningkatkan panas dan ketahanan terhadap benturan tanpa
kehilangan 'sifat-sifat lain yang diinginkan' dari polystyrene. Komonomer tipikal
adalah mereka yang meningkatkan gaya tarik-menarik antar molekul dengan
memperkenalkan kelompok-kelompok kutub, atau mereka yang menguatkan
rantai dan mengurangi kebebasan rotasi melalui rintangan sterik 'kelompok-
kelompok sisi besar'. Di kelas pertama adalah akrilonitril (CH, = CHCN),
fumaronitril (trans-NCCH = CHCN), dan Komonomer 2,5-diklorostirena dengan
kelompok samping besar termasuk N-vinylcarbazole dan N, N-
diphenylacrylamide. dalam kelompok ini mengandung, biasanya, 76% stirena dan
24% akrilonitril. Kopolimer semacam itu memiliki suhu lendutan panas dari 90-
92 ° C dan lebih banyak ketahanan dan ketahanan benturan daripada polystyrene ..
Namun warnanya agak kuning(Billmeyer, 1976).
2. Resin Penukar Ion.
Resin penukar ion tipe kationik diproduksi dengan membuat polimerisasi
suspensi 'stirena dengan beberapa persen divinilbenzena. Produk, dalam bentuk
bola unifbrm, disulfonasi sampai batas 'sekitar satu-jadi, cincin H grup per
benzena. Resin penukar ion anionik dibuat oleh kopolimerisasi stirena dengan
divinylbenzene dan vinylethylbenzene. Polimer diperlakukan dengan klorometil
eter untuk menempatkan gugus klorometil pada cincin benzena. dari 'stirena
dengan metil metakrilat dibahas dalam Bagian B (Billmeyer, 1976).

26
2.14.2 Polimer dari Derivatif Styrene
Poli (atau-metil styrene), dengan ketahanan panas yang lebih baik daripada
polystyrene, telah gagal untuk bertahan karena 'kerapuhan dan kesulitan dalam
pembuatan karena suhu langit-langit rendah' 61°C. Poli (p-tert-butilstirena)
digunakan sebagai perbaiki viskositas dalam oli motor, poliklorostirena berharga
karena karakteristik pemadamannya sendiri, dan poli (natrium styrenesulfbnate)
digunakan sebagai zat flokulan yang larut dalam air. Diperkirakan bahwa poli (p, -
methyl styrene) dapat menjadi kepentingan komersial karena 'sintesis monomer
baru dari toluena dan etilena yang dapat menghasilkan harga yang lebih rendah;
beberapa sifat utama dari 'polimer ditingkatkan dari pada sifat' polystyrene
(Billmeyer, 1976).

2.14.3 Karet-Modifikasi Polystyrene


Karet dimasukkan ke dalam polystyrene terutama untuk memberikan
ketangguhan. Bahan yang dihasilkan terdiri dari 'matriks polystyrene dengan
inklusi kecil dari karet (biasanya 5-10% polibutadiena atau karet kopolimer).
Mereka disebut polistiren tumbukan, dan merupakan lebih dari setengah 'dari'
homopolimer polistiren yang dihasilkan. Pencangkokan 'karet ke polistirena dapat
terjadi jika' karet ada selama polimerisasi stirena; bahan-bahan ini adalah yang
paling efektif dalam meningkatkan kekuatan tumbukan, terutama jika karet sedikit
bertaut; tetapi campuran mekanis juga digunakan (Billmeyer, 1976).

2.14.4 Resin ABS


Seperti karet, polystyrenes yang dimodifikasi, resin ABS adalah sistem
dua fase yang terdiri dari 'inklusi' karet dalam matriks kaca kontinu. Dalam hal ini
matriksnya adalah kopolimer stirena-akrilonitril, dan karetnya kopolimer stirena-
butadiena, nama ABS berasal dari inisial 'tiga monomer. Sekali lagi,
pengembangan 'sifat-sifat terbaik membutuhkan okulasi antara fase kaca dan
karet. Resin ABS memiliki ketahanan suhu yang lebih tinggi dan ketahanan
pelarut yang lebih baik daripada polystyren berdampak tinggi dan merupakan
plastik rekayasa sejati, khususnya cocok untuk aplikasi pelecehan tinggi. Mereka
dapat dengan mudah didekorasi dengan pengecatan, metalizing vakum, dan

27
elektroplating. Selain fabrikasi dengan semua teknik plastik yang biasa (Bab 17),
resin ABS dapat dibuat dingin, suatu teknik khas 'fabrikasi logam'. Sekitar 700
juta Ib dari resin ABS dijual pada tahun 1982 (Billmeyer, 1976).

2.14.5 Busa Polystyrene


Sekitar 760 juta Ib homopolimer stirena digunakan pada tahun 1982 untuk
membuat berbagai produk busa. Sebagian besar 'ini didasarkan pada manik-manik
berbusa di tempat, dibuat oleh polimerisasi suspensi di hadapan agen berbusa
seperti pentana atau heksana, cairan pada suhu dan tekanan polimerisasi.
Pemanasan selanjutnya melembutkan resin dan menguap agen fbaming
(Billmeyer, 1976).

Salah satu contoh proses persiapan kopolimer stirena dengan N-Benzil-


4Vinilpiridinium klorida
Proses persiapan kopolimerisasi styrene dengan 4-vinylpyridine dilakukan
dalam toluena pada suhu 800C selama 24 jam menggunakan 2,2‘-
azobisisobutyronitrile sebagai inisiator.Setelah polimerisasi, dilakukan
penghilangan bahan volatil dengan penguapan menggunakan rotary evaporator,
dan melarutkan residu yang mengandung kopolimer styrene dengan 4-
vinylpyridine, PSt-co-VP, ke pelarut campuran tetrahydrofuran dan etanol dalam
perbandingan berat 1:1. Selanjutnya dilakukan penambahan benzyl chloride ke
dalam campuran. Jumlah benzil klorida setara dengan 4-vinilpiridin yang
terkandung dalam PSt-co-VP. Kemudian dibiarkan campuran bereaksi pada 700C
selama 24 jam. Setelah reaksi, dilakukan penghilangan bahan volatil dengan
penguapan menggunakan rotary evaporator, dan menambahkan heksana ke residu
dan mengisolasi PSt-co-BVP (Cl). Selanjutnya, mengeringkan PSt-co-BVP (Cl)
hingga berat konstan di bawah tekanan rendah pada suhu kamar. Lalu memastikan
struktur kimia PSt-co-BVP (Cl) dengan analisis unsur yang dilakukan di Pusat
Analisis Elemen Universitas Kyoto. Viskositas intrinsik ditentukan pada 25 C
dalam dimethylformamide, DMF, atau etanol yang mengandung 10 g/L
MgCl2.6H2O. Selanjutnya dilakukan kromatografi permeasi gel, GPC,
menggunakan sistem kromatografi cair kinerja tinggi Shimadzu LC-10AD dengan

28
detektor UV-VIS SPD-10A, oven kolom CTO-10A, dan pengolah data
chromatopac C-R7A-plus. Shodex GF310HQ dan GF510HQ digunakan sebagai
kolom. Kami menggunakan DMF yang mengandung 10 g/L MgCl2.6H2O
sebagai eluat (Kawabata, 2011).

2.15 Kode atau Simbol Polistirena

PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum


sekali pakai, dan lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang
dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut
bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap
rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini HARUS
DIHINDARI, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu
hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan

29
pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Jika
harus didaur ulang, PS memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.
Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode
angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara
dibakar (cara ini sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan
mengeluarkan api berwarna kuning jingga.

2.16 Degradasi Polistirena


Polistirena dapat mengalami degradasi rantai saat terkena radiasi ultraungu
dari sinar matahari. Pirolisis yaitu pemanasan pada kondisi bebas oksigen.
Menurut jurnal Rizka dan Juliastuti (2013) bahwa hasil pirolisis dari plastik
polistirena dapat mengalami degradasi. Karakterisasi sifat thermal polimer PS
dilakukan dengan TGA dengan kecepatan pemanasan konstan 10oC per menit.
Temperatur degradasi polimer ditentukan dengan termperatur saat terjadinya
peluruhan massa sampel dalam proses pemanasan. Dari termogram diatas, PS
yang digunakan dalam penelitian ini mulai terdegradasi pada suhu 380oC.
Degradasi yang terjadi pada PS hanya terjadi melalui satu tahap atau degradasi
tersebut langsung terjadi melalui pemutusan rantai utama polimer menghasilkan

30
molekul yang lebih kecil (monomer stirena). Pada suhu sekitar 100oC juga tidak
terjadi degradasi, menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak mengandung air.
Polimer Polistirena mengalami inisiasi digradasi pada suhu 380oC dengan
kecepatan peluruhan rendah. Dengan meningkatnya suhu, kecepatan peluruhan
makin tinggi sampai pada suhu tertentu (430, 83oC) dan mengalami penurunan
kembali. Kecepatan degradasi mendekati nol menunjukkan bahwa molekul
polimer tersebut pada kondisi yang stabil terhadap temperatur uji atau sampel
dalam cawan krus sudah habis. Pada penelitian ini, pengujian sampai pada suhu
600oC didapati bahwa sampel polimer terdegradasi secara sempurna (kecepatan
degradasi = 0 mg/oC), dimana tidak diperoleh zat sisa pada cawan krus pada akhir
pengujian.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Polistirena adalah polimer yang terbantuk dari monomer stirena, yang
memiliki struktur kimia homopolimer yang terbentuk dari monomer monomer
yang sama serta memiliki struktur polimer yang berbentuk linear. Monomer
stirena ditemukan oleh Newman pada tahun 1786. Pada mulanya formasi atau
bentuk awal Polistirena ditemukan oleh Simon pada tahun 1839. Polistiren relatif
inert secara kimiawi dan membiliki bau yang khas. Penataan ulang polistirena
dapat dilakukan memalui block dan graft. sifat termal dari polistirena adalah
termoplastik., Karena polistirena akan mencair pada suhu tinggi dan mengeras
bila didinginkan.taktisitas polistirena bisa isotaktik, sindiotaktik maupun ataktis.
Tergantung pada letak gugus fenil nya. Gaya molekul polistrena dapat berupa
filber maupun elastomer tergantung pada jenis senyawa yang direaksikan.
Polistirena dapat dibuat melalui reaksi polimerisasi adisi radikal bebas,
polimerisasi adisi ionic dan polimerisasi adisi kationik.
Polistirena digunakan dibanyak aplikasi industri . Faktanya, bahan polimer
seperti PS adalah digunakan dalam berbagai komponen mekanis, misalnya Cams,
rem dan konveyor. Lebih lanjut, polimer semacam itu banyak digunakan dalam
bidang kimia aplikasi rekayasa, misalnya proses dalam unggun terfluidisasi ,
bubuk teknologi , penanganan bahan dan pemrosesan transportasi, biopolymer dan
pemrosesan polimer dan seterusnya. Sayangnya dari banyak pemanfaat polistirena
dapat berdampak buruk bagi lingkungan karena sterofoam sulit untuk didegradasi
dan dapat bertahan di alam selama ribuan tahun. Polistirena merupakan plastik
yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi kesehatan, yang perlu diwaspadai
adalah kemungkinan terjadinya migrasi dari monomer stirena ke dalam pangan
yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan. Bahaya monomer stirena terhadap
kesehatan setelah terpapar dalam jangka panjang, antara lain menyebabkan
gangguan pada sistem syaraf pusat, meningkatkan risiko leukemia dan limfoma,
monomer stirena dapat masuk ke dalam janin. Untuk mengatasi permasalah yang
timbul maka dapat dilakukan daur ulang terhadap polistirena.

32
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
serta wawasan pembaca. Selanjutnya pembuat makalah mengharapkan kritik dan
saran pembaca demi kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya

33
DAFTAR PUSTAKA

Billmeyer, F. W. 1976. Textbook of Polimer Sciense. Second Edition. New York:


Jhon Willey and Sons Inc.

Carraher, Charles E. 2011. Carraher’s Polymer Chemistry Eighth Edition.


Francis: Crc Press.

Firtianti, dkk. 2014. Penentuan Kadar Minyak Atsiri Kulit Jeruk Sunkist (Cirus
Sinensis L. Osbeck) Sebagai Alternatif Peluruh Sterofoam Alami.
Vol 3. No 2.

Gray, James E. 2011. Polystyrene: Properties, Performance And Applications.


New York : Nova Science Publishers, Inc.

Jang, Mi dkk. 2016. Styrofoam Debris as a Source of Hazardous Additives for


Marine Organism. South Korea: Korea University of Science and
Technology.

Harsojuwono, Bambang Ahmadi dan I Wayan Arnnata. 2015. Teknologi Polimer


Industri Pertanian. Denpasar

Kawabata, Nariyoshi. 2011. Biodegradability Of Polystyrene That Contains N-


Benzyl-4vinylpyridinium Chloride In The Main Chain. Japan ,
Kyoto : Kyoto Institute of Technology,

Kekez, Branka dkk. 2016. Synthesis and Characterization of a New Type of


Levan-Graft-Polydtirene Copolymer. Belgrade : University of
Belgrade.

34
Len, Jinyou dkk. 2011. Electrospun Polystyrene Fibers And Superhydrophobic
Surfaces. California: University of California. ISBN: 978-1-61209-
117-4

Raffa, Patrizio. 2014. Polystyrene-Based Amphiphilic Block Copolymers:


Synthesis, Properties And Applications. Groningen: University of
Groningen. ISBN: 978-1-63321-356-2.

Rizka, Anggita dan Sri Rachmania Juliastuti. 2013. Pembuatan Stirena dari
Limbah Plastik Dengan Metode Pirolisis. Surabaya : Institut
Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal Teknik Pomits Vol. 2,
No.1. ISSN: 2337-3539.

Siburian, Rikson A.F. dkk. 2017. Polimer : Ilmu Material. Medan : Usu Press.

35

Anda mungkin juga menyukai