Laporan Distribusi Solut Diantara Dua Pelarut Dan Identifikasi Lapisan Organik
Laporan Distribusi Solut Diantara Dua Pelarut Dan Identifikasi Lapisan Organik
Laporan Distribusi Solut Diantara Dua Pelarut Dan Identifikasi Lapisan Organik
No Kegiatan Waktu
b. Kafein + kloroform
m awal kafein = 0,125 gran
Ca = 0,068 gram
Cb = massa awal – massa endapan
= 0,125 gram – 0,068 gram
= 0,057 gram
Ca 0,068 gram
K = Cb = 0,057 gram = 1,19
Hasil
Massa
No. Perlakuan Bahan Massa Awal Gambar
Endapan
1. Asam Benzoat dalam 0,125 g 0,010 g
kloroform
Pembahasan
Percobaan ini membahas tentang distribusi solut diantara dua pelarut dan identifikasi
lapisan organik. Menurut Basset(1991), ekstraksi cair-cair merupakan suatu teknik di mana
suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik) yang pada hakekatya tidak tercampurkan. Percobaan pertama yaitu membandingkan
fase atas dan fase bawah pada campuran akuades dengan kloroform dan campuran akuades
dengan heksana. Fasa yang terbentuk pada campuran pertama yaitu fase atas adalah akuades
dan fase bawah kloroform dengan perbedaan batasan pada zat terlarut dan pelarut. Fungsi
dari batasan agar dapat mengetahui anatar zat terlarut yang berada pada fase bawah atau zat
pelarutnya. Fasa terbentuk jika dilihat berdasarkan polaritas. Akuades berada dalam fasa atas,
sedangkan kloroform adalah fasa bawah. Kloroform merupakan pelarut nonpolar, sedangkan
akuades adalah polar. Molekul polar memiliki titik didih lebih tinggi daripada molekul non
polar, jika dilihat dari segi titik dididihnya. Kloroform merupakan senyawa volatil yang
memiliki titik didih 61℃. Titik didih kloforom lebih rendah daripada akuades, maka
kloforom merupakan senyawa non polar, sedangkan akuades adalah polar. Fasa tersebut
terbentuk karena ada perbedaan kepolaran dan perbedaan massa jenis akuades dan massa
jenis. Gaya antar molekul pada akuades termasuk ikatan hidrogen sedangkan pada kloroform
adalah Gaya london. Gaya london memiliki ikatan paling lemah diantara ikatan hidrogen dan
gaya dipol-dipol. Fasa terbentuk jika dilihat dari kerapatan dua jenis pelarut ini yaitu. Massa
jenis kloroform lebih besar daripada massa jenis akuades. Massa jenis kloroform adalah 1,49
g/cm3 , sedangkan pada akuades 1 g/cm3. Fasa yang terbentuk di atas yaitu akuades, dan fasa
dibawah adalah kloroform.
Fasa yang terbentuk pada campuran kedua yaitu fase atas adalah heksana dan fase
bawah akuades dengan perbedaan batasan pada zat terlarut dan pelarut. Fungsi dari batasan
agar dapat mengetahui anatar zat terlarut yang berada pada fase bawah atau zat pelarutnya.
Fasa terbentuk jika dilihat dari kerapatan dua jenis pelarut ini yaitu. Massa jenis akuades
lebih besar daripada massa jenis heksana. Massa jenis heksana adalah 0,65 g/cm3 , sedangkan
pada akuades 1 g/cm3. Fasa yang terbentuk di atas yaitu heksana, dan fasa dibawah adalah
akuades.
Percobaan selanjutnya mengenai distribusi sudut diantara dua pelarut. Prinsip metode
ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur seperti benzena, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasan
dari zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut
(Khopkar,1998). Pelarut yang digunakan adalah asam benzoat dan kafein dalam kloroform.
Asam benzoat yang telah ditimbang sebanyak 0,125 g ditambahkan dalam pelarut kloroform
dan akuades. Fasa yang terbentuk yaitu fase atas adalah akuades dan fase bawah kloroform,
sedangkan asam benzoat larut dalam air dan kloroform. Pemberian pelarut kloroform dan
akuades diberi perbedaan batasan pada zat terlarut dan pelarut. Fungsi dari batasan agar dapat
mengetahui antara zat terlarut yang berada pada fase bawah atau zat pelarutnya.
Fasa pada lapisan bawah adalah kloroform dipindahkan untuk memisahkan antara air
dan senyawa organiknya. Proses pemisahan ini menggunakan metode dekantasi. Fase lapisan
bawah yang telah terpisah dari fasa lapisan atas ditambahkan MgSO4. Fungsi penambahan
bertujuan untuk mengikat air yang masih tersisa kemudian didekantasi sehingga diperoleh
senyawa organik, kloroform yang bebas dari pelarutnya. Pelarut air yang ditambahkan
MgSO4 akan membentuk endapan putih. Senyawa organik yang telah terpisah dengan pelarut
air, selanjutnya dipanaskan. Fungsi pemanasan untuk menguapkan kloroform sampai habis ,
dan bersisa asam benzoat. Asam benzoat selanjutnya ditimbang massa dan dibandingkan
dengan massa awal. Tabel hasil menunjukkan nilai koefisien distribusi asam benzoat dalam
kloform 0,086. Menurut Basset (1994), jika koefisien distribusi <1, berarti Asam Benzoat dan
Kafein lebih banyak terdistribusi dalam akuades. Nilai koefisien distribusi =1, berarti jumlah
Asam Benzoat dan Kafein yang terdistribusi dalam akuades setara dengan jumlah Asam
Benzoat dan Kafein yang terdistribusi dalam kloroform. Nilai koefisien distribusi >1, berarti
Asam Benzoat dan Kafein lebih banyak terdistribusi dalam kloroform. Berdasarkan tabel
hasil percobaan ini Asam Benzoat lebih banyak terdistribusi dalam akuades dibandingkan
dalam kloroform. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien distribusi yang nilainya kurang
dari 1.
Kafein yang telah ditimbang sebanyak 0,125 g ditambahkan dalam pelarut kloroform
dan akuades. Fasa yang terbentuk yaitu fase atas adalah akuades dan fase bawah kloroform.
Pemberian pelarut kloroform dan akuades diberi perbedaan batasan pada zat terlarut dan
pelarut. Fungsi dari batasan agar dapat mengetahui antara zat terlarut yang berada pada fase
bawah atau zat pelarutnya. Fasa pada lapisan bawah adalah kloroform dipindahkan untuk
memisahkan antara air dan senyawa organiknya. Proses pemisahan ini menggunakan metode
dekantasi. Fase lapisan bawah yang telah terpisah dari fasa lapisan atas ditambahkan MgSO4.
Fungsi penambahan bertujuan untuk mengikat air yang masih tersisa kemudian didekantasi
sehingga diperoleh senyawa organik, kloroform yang bebas dari pelarutnya. Pelarut air yang
ditambahkan MgSO4 akan membentuk endapan putih. Senyawa organik yang telah terpisah
dengan pelarut air, selanjutnya dipanaskan. Fungsi pemanasan untuk menguapkan kloroform
sampai habis , dan bersisa kafein. Kafein selanjutnya ditimbang massa dan dibandingkan
dengan massa awal. Tabel hasil menunjukkan nilai koefisien distribusi kafein dalam kloform
1,19. Menurut Basset (1991), jika koefisien distribusi <1, berarti Asam Benzoat dan Kafein
lebih banyak terdistribusi dalam akuades. Nilai koefisien distribusi =1, berarti jumlah Asam
Benzoat dan Kafein yang terdistribusi dalam akuades setara dengan jumlah Asam Benzoat
dan Kafein yang terdistribusi dalam kloroform. Nilai koefisien distribusi >1, berarti Asam
Benzoat dan Kafein lebih banyak terdistribusi dalam kloroform. Berdasarkan tabel hasil
percobaan ini Kafein lebih banyak terdistribusi dalam kloroform dibandingkan dalam
akuades. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien distribusi yang nilainya lebih dari 1.
Kesimpulan
Kesipulan dari percobaan ini adalah distribusi senyawa organik diantara dua pelarut
dilihat dari harga koefisien distribusi. Asam Benzoat lebih banyak terdistribusi dalam
akuades dibandingkan dalam kloroform, karena nilai koefisien distribusi Asam Benzoat
dalam kloroform adalah kurang dari 1. Kafein lebih banyak terdistribusi dalam kloroform
dibandingkan dalam akuades, karena nilai koefisien distribusi kafein dalam kloroform adalah
lebih dari 1.
Lapisan organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur dapat diidentifikasi dengan
cara membandingkan massa jenis kedua pelarut tersebut. Kloroform memiliki massa jenis
lebih besar dari pada akuades, sehingga fase atas adalah akuades dan fase bawah adalah
kloroforn. Heksana memiliki massa jenis lebih kecil dari pada akuades, sehingga fase atas
adalah heksana dan fase bawah adalah akuades.
Referensi
Basset, J., Denny. R. C., Jeffrey. G. H., Mendham, J. (Terjemahan: Pudjaatmaka, A.H). 1991.
Buku ajar Vogel: Kimia analisis kuantitatif anorganik, Edisi keempat. Jakrta: Buku
Kedokteran EGC Jakarta.
Khopkar, S.M. 1998. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Rydberg JC, Musikas,. Choppin GR. 1992. Principles and Practices of Solvent Extraction .
New York : Marcel Dekker Inc.
Science Lab. 2018. Material Safety Data Sheet [serial online]. https://www.msdsonline.com/
(diakses pada tanggal 19 Oktober 2018).
Saran
Praktikan diharapkan datang tepat waktu, agar praktikum dapat berlangsung secara
efisien. Praktikan diharapkan memahami materi praktikum. Praktikan diharapkan lebih teliti
dalam menjalani praktikum.
Nama Praktikan
Nurul A’eni (171810301029)