BAB II Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan
BAB II Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan
BAB II Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari
masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Jika
ditinjau dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan dari pihak
internal maupun pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah
yang datangnya dari pihak eksternal lebih berbahaya sehingga di prioritaskan untuk
segera diselesaikan, sedangkan masalah yang datangnya dari dalam (internal) tidak
terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan yang salah dan bisa menyebabkan
kehancuran dari sebuah perusahaan / instansi /organisasi. Karena masalah yang harus
kita waspadai dan harus segera kita selesaikan adalah masalah yang datangnya dari
internal. Kita lihat saja partai politik sekarang banyak yang pecah karena disebabkan
masalah di dalam internalnya, perusahaan banyak yang bangkrut karena masalah
yang datangnya dari dalam(internal).
B. Rumusan Masalah
1
3. Apa yang dimaksud Bounded Rationality ?
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap hari dan setiap saat kita dihadapkan pada pengambilan keputusan.
Misalnya, cerita berikut yang diadaptasi dari Bazerman (1994). Si Badu seorang
3
konsultan hokum dari 500 perusahaan telah menunda mengambil suatu rekomendasi
penting dalam pengambilan keputusannya. Perusahaan dihadapkan dengan tuntutan
huku sejumlah kelompok konsumen. Ketika perusahaan yakin bahwa mereka tidak
bersalah, maka peradilan belum tentu berpendapat sama. Perusahaan diharapkan
kehilangan 500 juta rupiah jika pendapat perusahaan ternyata tidak benar di
pengadilan. Si Badu meniali 50 persen kesempatan akan kalah bila bersidang di
pengadilan. Perusahaan telah memiliki pilihan penyelesaian di luar pengadilan (Out
Of The Court) dengan membayar 25 miliar rupiah untuk para pihak yang bersengketa.
Dari cerita tersebutm maka keputusan sangat penting dibuat setiap hari. Namun
pemahaman sangant terbatas dikuassai oleh para manajer maupun para professional.
Memang penggunaan computer dapat membantu dalam memasukkan data dan
membuat keputusan sehari-hari, namun demikian computer tidak dapat membuat
keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai dan preferensi terhadap risiko.
Komputer tidak mempunyai emosi atau kognisi seperti yang dipunyai oleh manusia.
Oleh karena itu, pertimbangan aspek-aspek kemanusian sangat dibutuhkan. Kita tidak
dapat memberitahukan tingkatan yang harus dilakukan terhadapa risiko yang diambil.
Ini merupakan ranah pertimbangan nilai yang hakiki yang ada pada setiap individu
manusia. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kita paling banyak hanya dapat
menunjukkan sejumlah bias kognitif yang dapat terjadi pada suatu keputusan.
Pengetahuan mengenai bias dalam pengeambilan keputusan ini digunakan untuk
membuat keputusan yang lebih objektif.
Dari cerita si Badu di atas, paling sedikit ada dua tipe bias yang mungkin
memengaruhi rekomendasi si Badu, yaitu :
4
itdak percaya sepenuhnya terhadap kemungkinan kekalahan secara nyata
kasusu tersebut di pengadilan
2. Berkaitan dengan penyimpangan memahami permasalahan atau kerangka
permasalahan yang oleh si Badu mungkin mengidentifikasi situasinya sebagai
berikut :
Menyelesaikan diluar peradilan dan menerima kekalahan 25 milliar
rupiah
Mengajukan gugatan ke pengadilan dengan harapan 50% peluang
kekalahan dari 50 milliar rupiah
Menyelesaikan diluar peradilan dan menyimpan 25 milliar rupiah yang
dikalahkan dipengadilan
Mengajukan gugatan ke pengadilan berharap 50% peluang atau
menyimpan 50 milliar rupiah
5
Meskipun banyak keputusan manajer tidak memasukkan sebesar 50 milliar
rupiah, kebutuhan adanya situasi kehati-hatian dalam pengambilan keputusan
meningkat jumlahnya dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan keputusan menjadi
komponen utama dalam kerja pimpinan pada semua tingkatan dunia perusahaan dan
menghasilkan sumber daya yang kritis dalam organisasi. Banyak pimpinan menerima
keputusan sebagai bawaan (talenta), “beberapa orang dapat melakukan dan belum
tentu lainnya juga bisa”. Perilaku ini tidak bermanfaat bagi sumber daya manusia
dalam organisasi. Pelatihan decision aids ( alat bantu keputusan) dapat memberikan
pengaruh baik untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pimpinan
1. Seorang lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik, ketika mencari suatu
pekerjaan, memilih pekerjaan apa yang akan dilakukan
2. Seorang pemilik perusaahn modal ventura yang sedang menghadapai
pertimbangan sejumlah proposal dengan pembiayaan yang renda, memikirkan
proyek mana yang akan di biayai
3. Seorang wakil presiden dan organisasi pedagang eceran yang akan
menentukan lokasi baru untuk perusahaannya, menimbang-nimbang apa yang
dilakukan dalam memilih tempat yang memungkinkan berkembang.
4. Seorang staf perusahaan akusisi besar yang tertarik mengakuisisi perusahaan
kecil pada peursahaan minyak, menguji rekomendasi perusahaan mana yang
akan diakuisisi
6
Setiap situasi memiliki masalah. Masing-masing masalah mempunyai sejumlah
alternative peluang penyelsaiannya. Seperti yang dijelaskan di depan, dengan
memahami scenario ini, maka ada enam langkah yang secara implisit atau eksplisit
diterapkan ada proses pengambilan keputusan secara rasional untuk tiap-tiap situasi,
yakni sebagai berikut.
7
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu menilai hati-hati akibat
potensial pemilihan terhadapa tiap-tiap solusi alternative pada masing-masing
kriteria diidentifikasi.
6. Menghitung keputusan yang terbaik atau optimal ( Compute The Optimal
Decision )
Idealnya setelah kelima langkah di atas dilakukan, proses pengambilan
keputusan terbaik terdiri dari berbagai harap yang efektif dari berabgai pilihan
waktu, kelebihan dan pertimbangan dari setiap kriteria, serta solusi
alternative. Solusi yang paling memberikan nilai harapan tertinggi yang
seharusnya dipilih.
8
keputusan menyakini tidak menguji semua kemungkina alternative. Mereka secara
sederhana meneliti sampai mereka menemukan suatu solusi, yakni menemukan
jawaban pada tingkat kepastian yang dapat diterima.
Raang lingkup pembuatan keputusan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua
bagian, yakni kajian tentang model yang menentukan dan kajian tentang model-
model penjelasan. Kajian keputusan preskriptif berkaitan dengan penjelasan metode
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang optimal. Sebagai contoh, mereka
mungkin menyarankan model matematik diterapkan untuk membantu pembuat
keputusan bertindak lebih rasional. Peneliti keputusan deskriptif menekankan pada
batas-batas di mana keputusan secara nyata dibuat.
9
kadang-kadang memiliki kelemahan/keselahan. Identifikasi dan Ilustrasi dari
heuristic ini dan penyimpangannya menjadi salah satu tema sentral buku ini.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12