Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

BAB II Pertimbangan Dan Pengambilan Keputusan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari
masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Jika
ditinjau dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan dari pihak
internal maupun pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah
yang datangnya dari pihak eksternal lebih berbahaya sehingga di prioritaskan untuk
segera diselesaikan, sedangkan masalah yang datangnya dari dalam (internal) tidak
terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan yang salah dan bisa menyebabkan
kehancuran dari sebuah perusahaan / instansi /organisasi. Karena masalah yang harus
kita waspadai dan harus segera kita selesaikan adalah masalah yang datangnya dari
internal. Kita lihat saja partai politik sekarang banyak yang pecah karena disebabkan
masalah di dalam internalnya, perusahaan banyak yang bangkrut karena masalah
yang datangnya dari dalam(internal).

Banyak yang mengatakan pemecahan masalah adalah aktivitas terpenting


yang dilakukan seorang manajer merupakan suatu gambaran yang terlalu
disederhanakan. Pekerjaan dalam menyelesaikan / memecahkan masalah jauh lebih
rumit daripada hanya sekedar pemecahan masalah saja. Aktivitas-aktivitas lain,
seperti komunikasi, juga sama pentingnya. Akan tetapi, aman jika dikatakan bahwa
pemecahan masalah merupakan salah satu aktivitas utama yang sering kali
menentukan berhasil atau tidaknya karier manajemen.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pertimbangan dan pengambilan keputusan ?

2. Apa yang dimaksud Anatomi suatu keputusan ?

1
3. Apa yang dimaksud Bounded Rationality ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pertimbangan dan pengambilan keputusan

2. Untuk mengetahui Anatomi suatu keputusan

3. Untuk mengetahui Bounded Rationality

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pertimbangan dan pengambilan Keputusan

Akuntansi sesungguhnya berbicara soal pertimbangan dan pengambilan


keputusan dari individu seperti investor, manajer, dan auditor (Bonner, 2008).
Sebagai contoh, investor mempertimbangkan untuk membeli saham, dan manajer
mempertimbangkan metode akuntansi untuk transaksi tertentu. Dengan kata lain,
pertimbangan dan pengambilan keputusan menjadi isu yang penting bagi praktisi dan
peneliti akuntansi. Setiap orang pasti membuat keputusan, baik itu keputusan bersifat
krusial atau tidak. Pengambilan keputusan tidak krusial adalah pengambilan
keputusan ringan yang tidak mempunyai kebermaknaan dan akibat besar. Misalnya
memakai sepatu apa untuk acara tertentu atau memutuskan berolahraga dengan lari
atau naik sepeda. Keputusan krusial adalah keputusan yang mempunyai implikasi
luas dan mempuunai spectrum dengan determinasi tinggi.

Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa keputusan


didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil keputusan
sebagai manusia rasional, dimana mereka selalu konsisten dalam membuat pilihan
pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan tertentu
(Dermawan,2003). Kedua pandangan tersebut sebetulnya tidak jauh berbeda, dan
hamper semua pendapat yang berkaitan dengan langkah-langkah pemecahan masalah
pasti dimulai dengan pengenalan dan identifikasi masalah, pencarian sejumlah
alternatif solusi, dan pemilihan solusi terbaik. Pengambilan keputusan berdasarkan
pandangan rasionalitas didasarkan atas asumsi-asumsi tertentu, dan masing-masing
ahli memaparkan asumsi-asumsi tersebut sedikit berbeda satu dengan lainnya.

Setiap hari dan setiap saat kita dihadapkan pada pengambilan keputusan.
Misalnya, cerita berikut yang diadaptasi dari Bazerman (1994). Si Badu seorang

3
konsultan hokum dari 500 perusahaan telah menunda mengambil suatu rekomendasi
penting dalam pengambilan keputusannya. Perusahaan dihadapkan dengan tuntutan
huku sejumlah kelompok konsumen. Ketika perusahaan yakin bahwa mereka tidak
bersalah, maka peradilan belum tentu berpendapat sama. Perusahaan diharapkan
kehilangan 500 juta rupiah jika pendapat perusahaan ternyata tidak benar di
pengadilan. Si Badu meniali 50 persen kesempatan akan kalah bila bersidang di
pengadilan. Perusahaan telah memiliki pilihan penyelesaian di luar pengadilan (Out
Of The Court) dengan membayar 25 miliar rupiah untuk para pihak yang bersengketa.

Dari cerita tersebutm maka keputusan sangat penting dibuat setiap hari. Namun
pemahaman sangant terbatas dikuassai oleh para manajer maupun para professional.
Memang penggunaan computer dapat membantu dalam memasukkan data dan
membuat keputusan sehari-hari, namun demikian computer tidak dapat membuat
keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai dan preferensi terhadap risiko.
Komputer tidak mempunyai emosi atau kognisi seperti yang dipunyai oleh manusia.
Oleh karena itu, pertimbangan aspek-aspek kemanusian sangat dibutuhkan. Kita tidak
dapat memberitahukan tingkatan yang harus dilakukan terhadapa risiko yang diambil.
Ini merupakan ranah pertimbangan nilai yang hakiki yang ada pada setiap individu
manusia. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kita paling banyak hanya dapat
menunjukkan sejumlah bias kognitif yang dapat terjadi pada suatu keputusan.
Pengetahuan mengenai bias dalam pengeambilan keputusan ini digunakan untuk
membuat keputusan yang lebih objektif.

Dari cerita si Badu di atas, paling sedikit ada dua tipe bias yang mungkin
memengaruhi rekomendasi si Badu, yaitu :

1. Sangat mungkin bahwa staf senior si Badu salah memercayai kebenaran


perusahaannya. Mereka mungkin korban yang salah untuk kelompok pemikir,
memercayai posisi dan mereka kebal dari serangan pihak lawan. Fenomena ini
desebut dengan group think. Jika demikian, dalam kasusu ini si Badu dapat

4
itdak percaya sepenuhnya terhadap kemungkinan kekalahan secara nyata
kasusu tersebut di pengadilan
2. Berkaitan dengan penyimpangan memahami permasalahan atau kerangka
permasalahan yang oleh si Badu mungkin mengidentifikasi situasinya sebagai
berikut :
 Menyelesaikan diluar peradilan dan menerima kekalahan 25 milliar
rupiah
 Mengajukan gugatan ke pengadilan dengan harapan 50% peluang
kekalahan dari 50 milliar rupiah
 Menyelesaikan diluar peradilan dan menyimpan 25 milliar rupiah yang
dikalahkan dipengadilan
 Mengajukan gugatan ke pengadilan berharap 50% peluang atau
menyimpan 50 milliar rupiah

Pilihan A dan B dibingaki secara negative, dalam persepsi kemungkinan


dikalahkan. Pilihan C dan D dibingkai secara positif dalam persepsi kemungkinan
menang, Pilihan A hamper sama dengan pilihan C dan B ekuivalen D. Suatu
pengambilan pilihan A dan D atau B dan C adalah tidak konsisten; Anehnya banyak
orang (lebih dari 80%) memilih pilihan B untuk situasi pertama dan pilihan C pada
situasi kedua. Penelitian telah menunjukkan bahwa kecenderungan individu dalam
mengambil risiko berkaitan dengan yang berpeluang kalah dan kecenderungan untuk
menghidari risiko berkaitan dengan yang berpeluang menang, meskipun kedua
pilihan penyelesaian sama-sama objektif. Pengambilan keputusan secara sistematis
dipengaruhi oleh cara penyampaian informasi.

Permasalahan dari si Badu sangat kompleks, sehingga erbagai proses


keputusan dibutuhkan untuk membuatnya lebih sederhana. Jika ia memahami
penyimpangan pengentahuan memengaruhi keputusannya, ia akan dapat memulai
mengubah proses pengambilan keputusannya untuk mengurangi penyimpangan.

5
Meskipun banyak keputusan manajer tidak memasukkan sebesar 50 milliar
rupiah, kebutuhan adanya situasi kehati-hatian dalam pengambilan keputusan
meningkat jumlahnya dalam kehidupan sehari-hari. Pengambilan keputusan menjadi
komponen utama dalam kerja pimpinan pada semua tingkatan dunia perusahaan dan
menghasilkan sumber daya yang kritis dalam organisasi. Banyak pimpinan menerima
keputusan sebagai bawaan (talenta), “beberapa orang dapat melakukan dan belum
tentu lainnya juga bisa”. Perilaku ini tidak bermanfaat bagi sumber daya manusia
dalam organisasi. Pelatihan decision aids ( alat bantu keputusan) dapat memberikan
pengaruh baik untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pimpinan

2.2 Anatomi Suatu Keputusan

Pertimbangan berkaitan dengan aspek pengetahuan pada proses pengambilan


keputusan. Untuk memahami pertimbangan, pertama kita perlu mengidentifikasi
unsur-unsur dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan dalam
pertimbangan. Untuk memulainya, pertimbangankan situasi keputusan sebagai
berikut.

1. Seorang lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik, ketika mencari suatu
pekerjaan, memilih pekerjaan apa yang akan dilakukan
2. Seorang pemilik perusaahn modal ventura yang sedang menghadapai
pertimbangan sejumlah proposal dengan pembiayaan yang renda, memikirkan
proyek mana yang akan di biayai
3. Seorang wakil presiden dan organisasi pedagang eceran yang akan
menentukan lokasi baru untuk perusahaannya, menimbang-nimbang apa yang
dilakukan dalam memilih tempat yang memungkinkan berkembang.
4. Seorang staf perusahaan akusisi besar yang tertarik mengakuisisi perusahaan
kecil pada peursahaan minyak, menguji rekomendasi perusahaan mana yang
akan diakuisisi

6
Setiap situasi memiliki masalah. Masing-masing masalah mempunyai sejumlah
alternative peluang penyelsaiannya. Seperti yang dijelaskan di depan, dengan
memahami scenario ini, maka ada enam langkah yang secara implisit atau eksplisit
diterapkan ada proses pengambilan keputusan secara rasional untuk tiap-tiap situasi,
yakni sebagai berikut.

1. Menentukan permasalahan ( Define The Problem )


Manajer sering bertindak tanpa memhami permasalahan yang akan
diselesaikan. Bilamana hal ini terjadi, manajer akan berpotensi menyelesaikan
permasalahan yang salah. Dalam mendefinisikan masalah, maka langkah-
langkah yang harus dilakukan :
 Menentukan permasalahan dalam kaitan dengan tujuan penyelsaiannya
 Mendiagnosis permasalahan dalam kaitan memahami gejala-gejalanya
2. Mengidentifkasi kriteriannya ( Identify The Criteria )
Banyak keputusan membutuhkan adanya pembuatan keputusan untuk
memenuhi lebih dari satu permasalahan. Dalam membeli sebuah mobil,
tentunya berusaha semuarah mungkin dengan mobil yang bagus dan lengkap.
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu mengidentifikasi semua
kriteria yang berhubungan denan proses pengambilan keputusan.
3. Mengukur Kinerja ( Weight The Criteria )
Pembuatan keputusan yang rasional akan mengetahui nilai relative yang
diambil dari waktu setiap kriteria yang diidentifikasi (seperti ekonomisnya,
atauapun kenyamanannya)
4. Menciptakan alternative ( Generate Alternatif )
Kesalahan menghitung waktu penelitian sering menghasilkan alternative yang
tidak pasti. Suatu keberlanjutan penelitian yang optimal hanya sampai
mempertimbangkan nilai biaya penelitian dari tambahan informasi.
5. Mengukur nilai alternative dari setiap kriteria ( Rate Each Alternative On
Each Criterion )

7
Pembuatan keputusan yang rasional akan mampu menilai hati-hati akibat
potensial pemilihan terhadapa tiap-tiap solusi alternative pada masing-masing
kriteria diidentifikasi.
6. Menghitung keputusan yang terbaik atau optimal ( Compute The Optimal
Decision )
Idealnya setelah kelima langkah di atas dilakukan, proses pengambilan
keputusan terbaik terdiri dari berbagai harap yang efektif dari berabgai pilihan
waktu, kelebihan dan pertimbangan dari setiap kriteria, serta solusi
alternative. Solusi yang paling memberikan nilai harapan tertinggi yang
seharusnya dipilih.

2.3 Bounded Rationality

Model rasional didasarkan pada sekumpulan asumsi yang mnguraikan bagaimana


keputusan seharusnya diambil dibandingkan dengan menguraikan bagaimana
keputusan dibuat. Simon (1957) maupun Marc dan Simon (1958) dalam Bazerman
(1994) menyarankan bahwa keputusan individu dibatasi pada rasionalitasnya dan kita
dapat memahami lebih baik suatu pembuatan keputusan melalui penjelasan nyata dari
proses keputusan secara normative (bagaimana seharusnya dibuat)

Pengentahuan pembuat keputusan sering kurang informasi penting terkait dengan


definisi dari permasalahan, kriteria yang relevan, dan lain sebagainya. Lebih lanjut
pembuat keputusan bertahan hanya pada infromasi yang terbatas. Akhirnya,
keterbatasan kemampuan berpikir dan persepsi akan menghambat kemampuan
pengambil keputusan untuk seara tepat (akurat) memilih pilihan terbaik atas
informasi yang tersedia. Pembatasan-pembatasan ini membantu pembuat keputusan
yang memenuhi model rasional. March dan Simon (1958) dalam Bazerman (1994)
lebih lanjut menyarankan bahwa pembuat keputusan akan membatalkan solusi
terbaik, yakni yang dapat diterima atau yang masuk akal. Dengan demikian, pembuat

8
keputusan menyakini tidak menguji semua kemungkina alternative. Mereka secara
sederhana meneliti sampai mereka menemukan suatu solusi, yakni menemukan
jawaban pada tingkat kepastian yang dapat diterima.

Raang lingkup pembuatan keputusan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua
bagian, yakni kajian tentang model yang menentukan dan kajian tentang model-
model penjelasan. Kajian keputusan preskriptif berkaitan dengan penjelasan metode
yang dipergunakan untuk membuat keputusan yang optimal. Sebagai contoh, mereka
mungkin menyarankan model matematik diterapkan untuk membantu pembuat
keputusan bertindak lebih rasional. Peneliti keputusan deskriptif menekankan pada
batas-batas di mana keputusan secara nyata dibuat.

Pendekatan deskriptif digunakan ketika pendekatan preskriptif berkaitan dengan


penjelasan metode yang digunakan untuk pembuatan keputusan optimal. Semenjak
pemimpin membuat ribuan keputusan tiap hari, sistematika kebutuhan akan
keputusan yang rasional belum tersedia. Banyak keputusan penting dibuat melalui
pertimbangan dibandingkan dengan melalui model preskriptif tertentu. Hal ini
menjadi bukti atas perilaku pemimpin

Konsep-konsep batas rasional dan keyakinan punya andil dalam mengidentifikasi


penyimpangan penilaian dari rasionalitas. Namun, mereka tidak dapat menunjukkan
pembuat keputusan mengidentifikasi hal yang dapat dilakukan dalam situasi
informasi terbatas, teteapi tidak dapat membantu mendiagnosis sistematika yang
khusus, penyimpangan langsung yang memengaruhi pertimbangan bersangkutan.
Dalam kaitan ini, Kahneman dan Tversky (1974) menyarankan bahwa orang-orang
membutuhkan sejumlah strategi yang dikenal dengan konsep heuristic. Hal itu
merpukan ketentuan standard yang implisit ada pada pertimbangan. Konsep itu
memberikan mekanisme untuk memperbanyak dengan memperhatikan keputusan
sekitarnya. Pada umumnya heuristic dapat membantu, tetapi penggunanannya

9
kadang-kadang memiliki kelemahan/keselahan. Identifikasi dan Ilustrasi dari
heuristic ini dan penyimpangannya menjadi salah satu tema sentral buku ini.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pengambilan keputusan dikembangkan atas dasar asumsi bahwa


keputusan didasarkan atas rasionalitas. Model rasionalitas memandang pengambil
keputusan sebagai manusia rasional, dimana mereka selalu konsisten dalam
membuat pilihan pemaksimuman nilai di dalam lingkup keterbatasan-keterbatasan
tertentu (Dermawan,2003)

11
DAFTAR PUSTAKA

I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si. Akutansi Keperilakuan. Yogyakarta :


Penerbit Andi, hal 9-16

12

Anda mungkin juga menyukai