Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

(Prin) Kerangka Acuan Alat Pelindung Diri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

KERANGKA ACUAN

PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

Kewajiban memakai alat pelindung diri apabila memasuki wilayah


yang berbahaya berlaku kepada siapa saja yang memasuki tempat kerja
yang beresiko terjadi kecelakaan keja
Instruksi kepada semua pekerja tentang kapan dan dalam keadaan
kapan saja APD harus dipakai oleh pekerja RSUD Sungai Dareh
Macam-macam APD
1. Alat pelindung kepala( safety helmet). Tujuan dari pemakaian alat
pelindung kepala selain untuk ranbut pekerja terjerat oleh mesin
yang berputar juga melindungi kepala dari
 Bahaya benturan tajam yang dapat menyebabkan luka gores
potong, tusuk
 Bahaya kejatuhan benda yang meluncur
 Panas radiasi, api, dan percikan bahan kimia
2. Alat Pelindung mata , berfungsi untuk melindungi mata dari
percikan bahan –bahan korosif. Kemasukan debu / partikel kecil
yang melayang diudara , paparan gas, yang dapat menyebabkan
iritaasi mata , benturan atau pukulan benda keras alat pelindung
mata dibedakan menjadi :
a. Kacamata dengan pelindung/ tanpa pelindung samping
b. Goggles
c. Tameng muka
3. Alat pelidung telinga, untuk melindungi telinga dari suara keras /
uadara panas. Dibedakan menjadi :
a. Ear plug( sumbat telinga ukuran dan bentuk bermacam-
macam
b. Ear muff (tutup telinga) terdiri dari dua buah tutup telinga
cap dan sebuah head band
4. Alat pelindung Pernafasan
Ada dua macam
a. Masker , berfungsi melindungi pemekaiannya dari pemaparan
debu, gas, uap, asap
b. Air siplaying respirator, berfungsi untuk melindungi
pemakainy6a dari pemaparan zat-zat kimia yang sangat
toksik dari bahaya kekurangan oksigen
5. Alat pelindung kaki berupa sepatu keselamatan kerja yang
dibedakan menjadi
a. Sepatu pengaman yang digunakan pada pengecoran baja
b. Sepatu yang digunakan untuk ditempat kerja yang
mengandung bahaya peledakan tidak boleh memakai
pakupaku yang menimbulkan percikan api
c. Sepatu karet anti elektrostatik melindungi dari bahaya listrik
d. Sepatu pengaman untuk pekerja bangunan dibuat dari kulit
dengan baja pada ujung kaki
6. Alat pelindung tangan berupa sarung tangan macsam macam
sarung tangan :
a. sarungtangan karet : untuk bahaya listrik
b. sarung tang ankaret / kulit yang dilapisi timah hitam :untuk
perlindungan terhadap radiasi mengion
c. sarung tangan kulit untuk melindungi dari bendabenda tajam
bendabenda panas
d. sarung tangan karet natural rubber untuk melindungi dari
asam dan alkali
e. sarung tangan dari karet sintetik untuk melindungi dari
pelarut organic
7. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian
dari tubuh pemakainya digunakan untuk melindungi dari bahaya
kepercikan bahan bahan kimia dan cuaca kerja yang ekstrim radiasi
8. tali dan sabuk pengaman digunakan untuk menolong korban
kecelakaan
PEMERIKSAAN KESEHATAN AWAL DAN BERKALA KHUSUS UNTUK
KARYAWAN RUMAH SAKIT

Karyawan atau tenaga kerja yang bertugas di rumah sakit meliputi


pemimpinan dan tenaga fungsional dan non fungsional lainnya
sebelum melaksanakan tugas diwajibkan melakukan pemeriksaan
kesehatan awal penempatan karyawan kadang kadang membawa
aspek social dan psicologis khusus misalnya menempatkan karyawan
yang tidak sesuai dengan bidang tugasnya maka akan membawa
dampak ketidaknyamanan dan iklim pekerjaan yang pada akhirnya
mengakibatkan reaksi yang menimbulkan depresi pada dirri karyawan
tersebut selain itu seorang pegawai memiliki berbagai resiko menurut
jenis pekerjaanya seperti tenaga fungsional yang bekerja
dilaboratorium radiology laundry rawar inap dsb. Dengan demikian
semua karyawan untuk memili pengetahuan dan ketrampilan tentang
K3dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dismping
itu bagi karyawan baru dankaryawea lama perlu diberikan pelayanan
pemeriksaan kesehatan untuk mengantisipasi terjadinya penyakit
akibat kerja dan pendeteksi penyakit yang dibawa pada saat mulai
kerja di rumah sakit bagi karyawan baru.
Maksud dan tujuan pemeriksaan kesehatan bagi karyawan rumah
sakit adalah
1. memberikan jaminan kesehatan kepada karyawan selama bekerja
dirumah sakit
2. meningkan kinerja dan karyawan rumah sakit

Langkah-langkah pemeriksaan
1. peneriksaan awal. Sebelum menjasi karyawan rumah sakit calon
karyawan diwajibkan melengkapi syarat administrasi kepegawaian
berupa surat keterangan sehat dari doktrer. Khusus untuk
karyawan yang akan bekerja ditempat yang beresiko terhadap
pemaparan penyakit tertentu diprogramkan pemeriksaan
kesehatan secara berkala dan tindak lanjutnya apabila ditemukan
suatu masalah tentang kesehatanya
2. Pemeriksaan berkala pemeriksaan berkala dilakukan terhadap
semua karyawan rs pku kegiatannya derencanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan mendapat perstujuan
dari direktur
3. Secara administrative bagi karyawan petugas di lingkungan
rumahsakitdapat diberikan fasilitas kesehatan
4. pemeriksaan khusus dilakukan bagi karyawan yang menderita
penyalit akibat kerja atau karyawan yang mengalami kecelakaan
kerja.
5. fasilitas pemeriksaan kesehatan dilakukan di poliklinik sesuai
dengan prosedur

PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


Lingkungan rumah sakit yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi dan
tidak menjamin terjadinya paparan penyakit yang dibawa pasien atau
pengunjung serta tidak terlindungi dari agen penyakit.
Penyehatan rumah sakit yang dimaksud adalah segala upaya untuk
menyehatkan dan memelihara lingkungan rumahsakit dan pengaruhnya
dari manusia . upaya ini dilaksanakan dengan mewujudkan sanitasi
rumah sakit yang optimal melalui :
 Penyehatan bangunan dan ruangan , termasuk pencahayaan ,
penghawaan serta kebisingan
 Penyehatan makanan dan minuman
 Penyehatan air termasuk kualitasnya
 Penanganan limbah dan sampah
 Penyehatan tempat cucian
 Pengendalian serangga dan tikus
 Sterilisasi dan desinfeksi
 Perlindungan radiasi
 Penyuluhan kesehatan masyarakat
PENYULUHAN BANGUNAN DAN RUANGAN
Yang dimaksud ruangan bangunan adalah semua unit yang berada
di ruangan di dalam batas pagar rumah sakit yang diperlukan untuk
berbagai keperluan kegiatan rumah skit pemeliharaan ruang bangunan
yang baik dapat mencegah penularan penyakit yangditularkan melalui
udara ruang (influenza,TB,campak,dsb) dan melalui alat-alat non medis
(infeksipada luka bakar,luka operasi)
Pemeliharaan ruang bangunan meliputi lantai,dinding serta langit-
langit sertakualitas udara ruang. Lantai tidak retak,tidak licin,dan mudah
dibersihkan serta kedap air.
Permukaandinding halus,tidak retak,tidak bergelombang, bersih
dan berwarna terang,langit-langit bebas sarang laba-laba,bersih dan
berwarna terang.
Ruang bangunan yang perlu dilakukan sanitasi adalah
 Ruang operasi
 Ruang perawatan bayi
 Ruang operasi
Pemeliharaan dinding tidak seketat lantai bila ada percikan ludah,
darah dan eksudat luka dilakukan penyemprotan langsung ke permukaan
dinsing dengan germ sida untuk kemudian setelah pasien pulang
dilakukan disenfeksi.
Kegiatan kebersihan ruang minial dilakukan 2 kali sehari (pagi dan
sore), pembersihann lantai di ruangan perawatan dilakukan setelah
pembenahan / erapikan tempat tidur pasien,. Waktu pembersihhan
setelah jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu bila
diperlukan. Masing-masing ruang empunyai perlengkapan pembersih
tersendiri termasuk tempat sampai yang sesuai denganjenis sampahnya.
Apabila ruang menggunakan AC maka filter AC harus sering di control di
bersihkan dig anti sesuai kondisi. Jika menggunakan AC central makaair
pendingin system tersebut sering di ganti.
Pengukuran kulitas kebersihan dilakukan dengan melihat angka
kuman
a. Lantai:Angka kuman lantai ruang operasi 0-5 organisme per cm2
angka kuman lantai bangsal 5-10 organisme per cm2.
b. Ruang udara: Angka kuman ruang udara operasi <350 koloni per
m3 udara dan bebas kuman pantogen alpha streptokokus
hemolitikus dan spora gas ganggren, ruang perawatan, rawat jalan
dan isolasi angka uman <700 koloni kuman per m3 udara dan
bebas kuman panthogen alpha streptokokus hmolitikus.

Pengaturan ruang dan peralatan hendaknya diusahakan sedemikian


rupa sehingga tersedia ruang yang cukup dan peralatan yang tersimpan
rapid an tidak terkotori. Perlu disediakan cabinet yang diletakkan jauh
dari lalu lintas pejalan kaki dan tidak terkotori dari atas.

PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN


Pengolahan makanan dirumah sakit perlu mendapatkan perhatian
yang khusus karena konsumennya adalah mereka yang seang dala
kondisi lemah sehingga sangat rentan terhadap tertularnya berbagai
macam penyakit yang berasal dan makanan yang mereka konsumsi serta
terhindar dari resiko keracunan makanan.
Kegiatan penyehatan makanan di rumah sakit menekan adanya
kebersihan makanan dalamjalur perjalanan makanan.oleh karena itu
perlu dipahami tentang titik-titik rawan dalamjalur yang dapat
menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
Tujuan penyehatan makanan di rumah sakit adalah tersedianya
makanan yang berkualitas baik dan aman bagi pasien dan konsumen
serta terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan higienis dalam
pengolahan akanan. Dala proses pengolahan makanan di Rumah Sakit
proses sanitasi makanan meliputi banyak factor seperti asal / sumber
bahan makanan, proses terjadi makanan, penyajian pada konsumen dan
factor-faktor lingkungan yang terkait.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan
Sumber kontaminasi mikroorganisme pada makanan umumnya
berasal dari tanah, air, udara, hewan dan manusia. Kontaminasi dapat
terjadi pada berbagai tahap baik sebelum, selama dan setelah proses
pengolahan yang bersal dari perabotan air dan penjamah makanan.
Penyakit dapat ditularkan lewat makanan di bagi dua, yaitu :
a. Infeksi
Penyakit infeksi terjadi terjadi karena did ala makanan terdapat
mikroorganisme panthogen yang masuk kedalam tubuh manusia
melalui :
 Makanan yang diolah oleh petugas pengolah makanan yang
sebelumnya pernah terkena atau sedang menderita penyakit
tertentu (TBS, difteri, pertusis, influenza)
 Makanan yang kotor karena sudah terkontaminasi atau
terjamah oleh tikus atau serangga
 Cara memasak yang kurang baik atau kurang sempurna
b. Keracunan
 Keracunan dapat disebabkan oleh makanan ssebagai
pembawa agen berupa :
 Factor kimia : logam berat, pestisida
 Factor jenis makanan :jamur dan hasil-hasil laut
 Factor biologis:kuman, bakteri.

Sanitasi pengolahan makanan di rumah sakit


a. Lokasi bangunan dan fasilitas
Lokasi terhindar dari sumber terhindar pencemaran udara terutama
dari tempat sampah, wc dll. Halaman tidak banyak lalat, tersedia
tempat sampah yang memenuhi syarat tidak terdapat tumpukan
sampah, tidakada genagan air, kontruksi harus memenuhi persyaratan
kontruksi, lantai tidak licin, halus, kelancaran cukup. Dinding
permukaan kering mudah dinersihkan.tidak menahan debu, setinggi 2
m dan bewarna terang.langit-lanit sekurang-kurangnya 2,4 m diatas
lantai. Lantai pada jendela pada tempat memasak harus membuka ke
luar.semua pintu di buat menutup sendiridan anti lalat. Terdapat
intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja dan tidak
boleh menimbulakan silaudan bayangan.
Sedangakan untuk ruang pengolahan makanan harus luas 2 m2 / per
pekerja.ruang pengolahan tidak boleh berhubungan dengan WC,
peturasan dan kaar mandi. Pencucian peralatan harus menggunakan
detergen.pencucian bahan makanan menggunakan kalium
permanganate 0,02 %.
b. Penjamahan makanan
Semua penjamahan makanan harus berperilaku sehat selama bekerja,
seperti:
Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menangani
makanan, setelah dari WC dsb
Menggunakan peralatan khusus untuk bekerja
Memotong kuku dan tidak menggunakan perhiasan
Menggunakan topi sebagai penutup rambut
Tidak boleh merokok, batuk-batuk, menggaruk-garuk, memegang
jerawat dsb.
c. Peralatan pengolahan makanan
Bahan tidak boleh menggunakan bahan yang beracun, logam berat
seperti timah (Pb), arsen (As), tembaga (Cu), seng (Zn), cadmium (Cd),
antimony (An). Tidak kotor dan tidak bau amis tengik bau makanan
dan tersimpan dala kondisi bersih.rak-rak terbuat dari bahan yang
tidak nerkarat. Ruangan tidak lembab dan terlindung dari sumber
pencemar dan binatang perusak.
d. Pengolahan makanan
Pengadaan bahan makanan hendaknya harus pilih yang berkualitas
naik, bahan makanan yang akan di olah terutama daging, telur, ikan /
udang dan sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah
bentuk warna, rasa, dan diperoleh daritemp-at yang resmi dan diawasi
e. Pengangkutan dan penyjian makanan
 Makanan yang telah diolah dan akan disimpan perlu diperhatikan
cara pengangkutannya dengan tidak diangkut bersama dengan
bahan mentah, makanan diangkut dengan lkereta dorong tertutup
dan bersih sertapengisiannya tidak sampai penuhdan ada ruang
udara untuk gerak.
 Makanan jadi yang siap di sajikan harus diwadahi dan di jamah
dengan peralatan yang bersih dilakukan oleh penyaji
f. Pengawasan dan penilaian
Penilaian makanan dilakukan secara fisik maupun kualitas. Penilaian
fisik di realisasikan dala bentuk pemeriksaan menggunakan check list
yang dirancang sedemikian rupa yang menghasilkan bobot nilai
tertentu yang mengandung arti memenuhui persyaratan atau tidak.
g. Penilaian fisik meliputi
 Melihat kebersihan dan keraihan secara umum.
 Melihat kebersihan,kerapihan karyawan selama melakukan tugas
pengolahan makanan
 Melihat ada tidaknya seraangga atau tikus.
 Mengukur suhu penyimpanan dingin bahan makanan maupun
bahan jadi.
 Melakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan:PH dan Chlor
pada air minum dan air bersih, kadar CO, Amoniak atau H²S di
dapur, intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kadar suhu pada
makanan, dll.
h. Pada penilaian kualitas memerlukan bantuan laboratorium yang
dilakukan terhadap:
 Pemeriksaan pencemaran pada makanan dengan mengambil ssmpel
makanan dari jenis makanan yang beresiko tinggi penyebab
keracunan makanan (makanan yang mengandung protein dan
kadar air tingi) seperti daging unggas, ikan, susu, telur, dan
olahannya.Indikator terjadinya pencemaran digunakan angka
E.Coli.
 Pemeriksaan kebersihan peralatan masak dan makanan,dengan
cara mengambil usapan menggunakan kapas lidi steril.Indikator
terjadinya pencemaran adlah kuman E.Coli.
 Pemeriksaan carrier penjamah, dengan cara usap dubur
menggunakan kapas lidi steril.
 Pemeriksaan kualitas air bersih dengan pedoman dan syarat-ayarat
berdasarkan ketentuan yang berl

PENYEHATAN AIR BERSIH


Air bersih merupakan kebutuhan bagi rumah sakit sehingga perlu
dilakukan pengelolaan secara khusus agar tidak menimbulkan sumber
infeksi baru bagi penderita dengan cara memperhatikan kualitas dan
kauntitasnya.
Kebutuhan air bersih di rumah sakit adalah 500 liter per tempat
tidur per hari. Di RSUD Sungai Dareh sumber air bersih dari PDAM dan
Air Tanah.Khusus untuk air tanah perlu diupayakan pengelolaannya
secara professional sehingga memenuhi persyaratan baik darikonstruksi
sarana, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan kualitas dan
kuantitasnya.
Di RSUD Sungai Dareh mempunyai tendon air yang berfunggsi untuk
menampung dan mendistribusikan air ke semua instalasi maka perlu
diperhatikan teknik pengolahannya antara lain dengan :
 Pengolahan secara klorinasi dan kimiawi
 Penurunan kadar besi dan aerasi
 Pengendapan
Kualitas air bersih di RSUD Sungai Dareh perlu mendapat prioritas
utama untuk mengetahui keamanan air yang dikonsumsi oleh konsumen
terutama air yang berada di ruang rawat inap, kamar operasi, IGD, ICU
serta dapur.
Untuk pemeriksaan bakteriologi pemeriksaahn air di ruang perawatan
kamar operasi ICU IGD GIZI di lakukan 3 bulan sekali. Untuk
pemeriksaan kimiawi dilakukan tiap 3 bulan sekali.pemeriksaan dapat
dilakukan di BLK apabila rumah sakit belum mampu melakukan
pemeriksaan sendiri.
Pengawasan air bersih perlu dilakukan pengawasan secarateratur dan
terencanamelalui inspeksi rutin. Sasaran ditunjukan kepada jaringan
distribusi air di rumah sakit mulai dari tandon distribusi, tandon air
penumpang, sampai dari air yang keluar dari kran-kran bak mandi.
Adapun kegiatan pokok pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :
 Inspeksi sanitasi (IS) : mapping jaringan, distribusi air, enentukan
titik-titik rawan kontaminasi pada jaringan
distribusi dan melakukan pengamatan
menentukan frekwensi IS.
 Pengambilan sample
 Pemeliharaan jaringan pemipaan
 Perencanaan kebutuhan

PENANGANAN SAMPAH DAN LIMBAH


Limbah cair rumah sakit adalah limbah cair yang berasal dari rumah
sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan beracun,
radioaktif. Secara umum limbah cair buangan pasien, bahan otopsi
jaringan tubuh yang digunakan di laboraturium, sisa makanan dari
dapur. Limbah laboraturium dari berbagai bahan kimia baik yang toksik
maupun non toksik, dll.
Sampah rumah sakit dikelompokan dalam sampah medis dan non
medis. Factor pengolahan sampah adalah menentukan jumlah dan
volume sampah yang dihasilkan dari kepentingan penyiapan sarana
penampungan loka dan sarana pengangkutan serta pemilihan insenerator
dan kapasitasnya.
Di RSUD SUNGAI DAREH pemisahan sampah medis dan non media
dilakukan dengan menggunakan tempat sampah yang berbeda. Tempat
sampah merah untuk sampah medis, warna biru untuk sampah organic,
sedangkan abu-abu untuk an organic, masing-masing tempat dilapisi
plastic.
Penggunaan kantong plastic bermanfaat untuk mengurangi frekuensi
pencucian tempat penampungan sampah, setelah dicuci dilakukan
disinfeksi kemudian diperiksa bila terjadi kerusakan dan mungkin perlu
diganti.
Pengangkutan sampah dimulai dari pengosongan bak sampah di setiap
unit dan di angkut di incinerator. Setiap petugas pengangkutan sampah
dilengkapi alat proteksi dan pakaia kerja khusus (sepatu, sarung tangan,
masker dan sarung tangan khusus).

PENGOLAHAN SAMPAH RUMAH SAKIT


a. Sampah medis di ruang perawatan langsung dilakukan pemisahan
oleh perawat dengan di buang ke tempat sampah
khusus.pengumpulan sampah dilakukan petugas cleaning service
pada jam 06.00 – 08.00 ke alat incinerator. Sedangkan untuk sampah
non medis diangkut ke penampungan sampah oleh dinas Kabupaten
Surakarta.
b. Proses pengangkutan sapah dari masing-masing bangsal oleh
cleaning service.
c. Pengawasan pengolahan sampah dilakukan oleh petugas sanitasi

EVALUASI PENGELOLAAAN SAMPAH


Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan sampah perlu
dilakukan evaluasisecaraberkala dengan indicator sebagai berikut :
Adanya akumulasi sampah yang tidak terangkut / terolah
Pengukuran tingkat kepadatan lalat
Adanya keluhan di sekitar rumah sakit pengunjung pasien dan
petugas rumah sakit
Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari medis perawatan, farmasi
laboraturium, radiology serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada
pelayanan medis / perawatan langsung :
Perawatan memisahkan jenis sampah (medis/ non medis) kemudian
dikemas dalam kantong plastic, di beri label, disimpan sementara di
tempat khusus sebelum dilakukan pengangkutan.
Limbah tajam, limbah sitotoksik, limbah farmasi dan limbah
jaringan tubuh. Demikian limbah sitotoksik diangkut di tempat
pengolahan limbah(incinerator, suhu incinerator 1100 °C )
Limbah radio aktif harus diamankan dan di buang sesuai peraturan
yang berlaku oleh instansi yang berwenang
Mutu emisi udara incinerator dipantau dalam rangka menghindari
pencemaran udara

PENYEHATAN TEMPAT PENCUCIAN UMUM TERMASUK TEMPAT


PENCUCIAN LINEN

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi di rumah sakit oleh


sebab itu pengelolaanya p[erlu mendapatkan perhatian yang lebih pada
saat membersihkan tempat tidur pengangkutan sepanjang koridor .
dengan menggunakan kantong plastic dapat menurunkan kontaminasi
dan mengurangi penyebarab kuman keseluruh bagian rumah sakit .
Di rumah sakit yang telah maju menggunakan bahan tenun sudah
ditinggalkan menggantinya dengan linen bahkan rumah sakit tertentu
menggunakan disposable sehingga diharapkan menurunkan angka infeksi
nasokomial.
Alat pengangkutan linen hendaknya menggunakan kereta dorong
khusus dan dipisahkan untuk kereta linen kotor dan kereta linen bersih .
Agar tidak tertukar antara kereta linen kotor dengan kereta linen bersih
dibuat desain yang berbeda.
Pencucian linen kotor umumnya disortir terlebih dahulu sebelum
dicuci agar linen yang sejenis dapat dicuci bersama.langkah pencucian
adalah :
 Tahap pembilasan pertama: Guyuran air dingin untuk
menghilangkan noda-noda
 Tahap penyabunan , menggunakan air panas antara 65 sampai 77
0C selama 30 menit, menggunakan bleaching pada akhir
penyabunan untuk menghancurkan bakteri vegetatif
 Tahap pembilasan akhir menggunakan air panas dengan suhu
antara 74 -77 °C ditambahkan kaporit untuk menurunkan
kontaminasi selain dapat memutihkan linen dan menghilangkan
deterjen yang menempel pada linen.

Penanganan linen bersih


Walau proses pencucian dapat dikatakan memberikan perlindungan
terhadap ;linen, tetapi proses tersebut bukan sterilisasi perlu di ingat
bahwa setelah linen dicuci kemudian linen dipindahkan kemesin pemeras
pengering penyetrika, atau proses lainnya sehingga masih memungkinkan
terjadinya kontaminasi. Oleh sebab itu upayakan menguranigi jarak
transportasi antara satu proses dengan proses berikutnya.Para pekerja
yang menangani linen bersih hendaknya mengenakan seragam yang
bersih dan menggunakan topi bagi yang berambut panjang. Linen bersih
selekasnya ditutup untuk menghindari kontaminasi. Pembungkus linen
sebaiknya mengguakan plastic transparan.
Prosedur pengelolaan linen
a. Linen kotor masing-masing rangan dikumpulkan oleh perawat
kemudian dimasukkan kedalam kantong yang sudah dipersiapkan
b. Proses pengumpulan pengangkutan, pencucian, penyimpanan dan
pendistribusian dilakukan olh tenaga linen kamar atau petugas
pencucian
c. Proses pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada pengelolaan linen diperlukan
 Laporan rutin yang berisi output dan input.
 Hasil pemerisaan kuman linen
 Hasil kuesioner tentang kualitas cucian dari masing-masing
ruangan
PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS
Serangga dan tikus dapat memindahkan kuman secara
mekanisabaik secara langsung (kedalam makanan / bahan makanan ,
menggigit 0) maupun tidak langsung n( dengan mengkontaminasi
peralatan pengelolaan makan menjadi vector penyakit tertentu ) .
Disamping itu intervenes serangga dan tikus dapat mersak bahan
makanan alat-alat rumah sakit, peralatan kantor, linen dll.Pengendalian
vector merupakan kegiatan yang bertujua untuk menekan kepadatan
serangga dan tikus dan pengganggu lainnya.Jenis serangga dan binatang
pengganggu yang ada dirumah sakit adalah : nyamuk, kecoa, lalat, semit,
tinggi, rayap,tikus, kucing .
Tempat yang menjadi perindukan serangga dan binatang pengganggu
yang ada dirumah sakit adalah :
a. Tempat penampungan sampah
b. Saluran air limbah
c. Tempat penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan.
d. Penampungan air bersih
e. Gudang, farmasi, peralatan, dll.

Pengendalian serangga
Dua spesies yang sering menimbulkan gangguan dirumah sakit
adalah lalat dan kecoa. Untuk mengendalikan spesies tersebut harus
mengetahui daur hidup kedua serangga tersebut.untuk mencegah
perkembangbiakan lalat perlu dilakukan pengangkutan sampah dari
rumah sakit ketempat pembuangan sampah akhir diluar rumah sakit
namun apabila tempat perindukan lalat pada sampah di luar gedung
rumah sakit akan menjadi sulit. Sehingga untuk mencegah agar lalat
tidak masuk bangsal /ruang adalah dengan memasang kasa pada semua
jendela dan pintu serta pintu pintu harus keadaan tertutup.
Kecoa banyak ditemukan ditempat tempat pengolahan makanan
mereka menyukai tempat yang gelap lembab dan adanya sisa makanan
Pengendalian kecoa dengan menjaga kebersihan dan menghindari
terjadinya ceceran makanan.

Pengendalian tikus
Prinsip pengendalian tikus
 Penghalang fisik. Desain rumah sakit dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak memungkinkan tikus bersembunyi atau menjadi
sarang tikus. Alat pengusir tikus (penimbul frekfensi tinggi ) dapat
bermanfaat untuk ruang-ruang khusus walaupun tidak membunuh
 Pemeliharaan kebersihan
Oleh karena kompleknya bangunan rumah sakit maka sangat sulit
untuk menghilangkan sama seekali tempat tempat yang menjadi
sarang tikus dengan demikian kebersihan merupakan tindakan
yang diutamakan untuk pencegahan. Hindari penumpukan sisasisa
makanan , sampah didalam gedung rumah sakit. Upayakan agar
pengankutan sampah sesering mungkin agar sekitar rumah sakit
terlihat bersih dan sehat

Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan melihat
 Indek larva (DHF )
 Kepadatan lalat
 Jumlah kecoa mati pada kegiatan foging
 Frekuensi tindakan dan cakupan
 Jumlah sarana pengendali seranga dan tikus per jumlah area

STERILISASI /DESINFEKSI
Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses menurunkan jumlah mikro organisme
penyebab penyakit atau yang berpotensi patogin dengan cara fisika atau
kimia namun termasuk menghancurkan spora
Setiap proses desinfeksi selalu didahuluui dengan proses dekontaminasi
( pencucian )dengan maksud mengurangi jumlah kuman yang ada dan
sisa kuman yang tertinggal akan dihilangkan oleh zat bahan desinfektan.
Pada proses desinfeksi dikenal 3 tingkat aktifitas
1. desinfeksi tingkat tinggi
merupan proses desinfeksi yang mampu membunuh spora kuman
micobacteryum tuberculosis , varian bovis, bakteri,jamur, firus non
lipit virus lipid, dan virus ukuran sedang .
2. desinfeksi tingkat menengah
merupakan proses desinfeksi yang tdak perlu membunuh scara
spora tetapi mampu membunuh bacterium, varian bovis yang lebih
resistan terhadap desinfektan disbanding kumankuman yang lain.
Mampu juga membunuh virus hepatitis A,B,C dan virus aids(HIV).
3. desinfeksi tingkat rendah
merupakan proses desinfeksi yang hanya mampu membunuh
bakteri tetapi tidak mampu membunuh spora dsan sejenisnya
Pemilihan tingkat disinfektan umumnya ditentuka oleh fungsi alat
kedokteran dan permukaan benda yang akan didesinfeksi. Alat-alat
kedokteran yang dibutuhka oleh pasien di bagi atas :
1. Alat-alat yang sifatnya kritis
Adalah alat kedokteran yang dimasukkan ke tubuh manusia yang
sifatnya steril, alat ini memerlukan proses diseinfeksi tinggi
2. Alat-alat yang sifatnya semi kritis
Adalah alat-alat kedokteran yang dalam penggunaannya akan
menenpmpel pada membrane mukosa tubuh manusia tetapi tidak
sampai menembus pembuluh darah atau masuk pada daerah yang
sifatnya steril. Alat ini memerlukan tingkat disinfektan tingkat
menengah
3. Alat-alat yang sifatnya tidak kritis
Adalah alat-alat kedokteran yang hanya berhubungan dengan kulit
manusia, alat ini hanya membutuhkan tingkat disinfektan tingkat
rendah.
Tingkat permukaan benda yang disinfektan terdiri dari :
1. Permukaan alat-alat kesehatan
Contoh : tombol-tombol alat kesehatan, alat-alat radiologi yang
digunakan untuk arteriografi, alat-alat laboraturium yang digunaka
untuk punksi vena.
2. Permukaan alat-alat rumah tangga
Contoh : dinding, lantai, tempa cuci tangan, permukaan meja.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada aktifitas bahan disinfektan :
1. Sifat-sifat bahan yang akan didesinfektan
Permukaan benda yang paling mudah didesinfektan adalah benda
yang licin dan tidak berpori-pori dan mudah dibersihkan
2. Jumlah microorganisme yang terdaoat pada benda yang akan
didesinfektasi
Semakin banyak jumlahnya, makin banyak pemaparan dengan
desinfeksi yang dibutuhkan
3. Sifat microorganisme
Sifat mikroorganisme mepengaruhi tingkat tahanannya terhadap
desinfeksi, dan yang paling tahan adalah spora bakteri
4. Jumlah bahan organic yang mencemari alat yang akan didesinfeksi
Contoh : darah, lender, feses tindakan pencucian sangat penting
sebelum tindakan desinfeksi diberlakukan
5. Jenis konsentrasi desinfeksi yang digunakan
Umumnya bila konsentrasi disinfektan dinaikkan watu pemaparan
makin pendek
6. Lamanya suhu pemaparan
Secara umum makin lama waktu pemaparan

PELINDUNG RADIASI
Pelayanan pemantauan
a. Pelayanan pemantauan menjadi tanggung jawab dan wewenang
BATAN.beberapa pemeriksaan telah didelegasikan di DEPKES melalui
SKB no. 525 / Menkes / SKB / VIII / 89 dan nomor PN 01 / 01 / 94 /
DJ 89 tanggal 1 agustus 1989
b. Kegiatan pemantauan (engatur pengiriman, penerimaan, penyiapan,
distribusi, pencatatan dll) dilaksanakan oleh petugas proteksi radiasi di
rumah sakit yang bersangkutan
c. Pengirian dosimeter dari rumah sakit ke BATAN harus dikirim
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kesinambungan
pemantauan
d. Catatan hasil pemantauan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan dan harus disimpan selama pekerja bertugas di rumah sakit
dan harus engikuti dimana petugas itu bekerja. Catatan harus
tersimpan minimal 30 tahun
e. Film yang belum digunakan harus disimpan pada suhu 6 -11 ºC dan
kelembaban 40 – 60 %, karena suhunya dan kelembaban dapat
mereduksi perak bromide dan pada film akan dapat terganggu dalam
pembacaan.

Evaluasi Dosis Radiasi

a. Pengawasan atau pemeriksaan mendala terutama bila dosis pemaparan


ebih dari 1 mjkg (100 rem) permingguatau 4 mj/kg (400 rem) perbulan
b. Studi tersebut dilakuka untuk mengetahui kondisi pesawat radiasi,
pelindungan radiasi yang dilakukan, kelalaian petugas atau gabungan
dari ketiganya
c. Petugas proteksi harus melakukan pengawasan terutama dalam hal
kedisiplinan petugas radiasi
d. Hasil studi tersebut harus harus dicantumkan pada kartu catatan
petugas yang disimpan selama 30 tahun
PENYULUHAN KESEHATAN LINGKUNGAN

a. Penyuluhan dilakukan dibawah koordinasi PKMRS


b. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan system informasi central,
audio visual leavlet

PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN KECELAKAAN KERJA


DILINGKUNGAN RSUD SUNGAI DAREH

1. KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


Lingkungan kerja rumah sakit merupakan factor yang sangat
penting dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan,
pengunjung maupun pasien.
Penilaian terhadap lingkungan sangat penting untuk mengtahui secara
kuantitatif tingkat bahaya dan factor lingkungan yang timbul dengan cara
melakuka inspeksi, memeriksa, pengecekan efektifitas alat-alat / mesin
dalam mengurangi factor bahaya lingkungan.
Petugas Pemeliharaan dan sanitasi yang perlu melakukan engineering
surveillance system yang ada di lingkungan rumah sakit, yaitu :
1) System kelistrikan
Suppaly energi PLN penel teganagan menengah, trafo, panel
distribusi, instalasi stop kontak lampu generatorste, UPS dan
grounding.
2) System AC
Chiller, air handling fancoil ducting, diffuser / grille, filter,
sistemsirkulasi udara
3) System distribusi air bersih
Supplay dari PAM / sumur reservoir, treatment, pompa, pressure
tank, distribusi, outlet dan sanitair.
4) System pebuangan air kotor
Salura pipa pembuangan, bak control, trap, ipal
5) System deteksi kebakaran
Alarm
6) Sistem penanggulangan kebakaran
Hydran, peralatan evakuasi
7) System medical gas
O2, N2O, oksigen konsentrato
8) System telekomunikasi
PABX dan telephon, nurse call
9) System audio video
Tv, sound system
10) System proteksi radiasi
11) System security
12) System sterilisasi ruangan
13) System bahan bakar
Solar, lpg, oil
14) System pembuangan limbah
Bak sampah, jalur transportasi dan incinerator
Sistem engineering tersebut mempunyai kemungkinan berakibat
langsung maupun tak langsung bagi kegagalan dan kecelakaan kerja.
Oleh sebab itu system enginering tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Kapasitas harus cukup efisien
b. Kualitas kemampuan harus baik
c. Keandalan optimal
d. Kesinambungan fungsi terjamin
e. Keamanan dan keselamatan pengguna harus terjamin
Bahaya yang timbul adalah kebakaran, konsleting kontak dengan
cairan atau bahan panas, kebocoran radiasi, pengaruh medan
magnet, ledakan, gangguan mekanik, pencemaran udara dan air,
infeksi nosokomial luka bakar dsb.
Semua karyawan perlu mengenal dan mengetahui tempat-tempat
resiko terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja antara
lain :
a. Resiko infeksi
 Bangsal perawatan
 Ruang isolasi
 Ruang loundry
 Pemulasan jenasah
 IGD
 Laboratorium
 Bak penampungan limbah
 Bak penampungan sampah
b. Resiko Kecelakaan
 Radiology
 Farmasi
 Laboratorium
 Jalan menanjak
 IBS
 IGD
 Lantai door loop
c. Resiko kebakaran
 Radiology
 IGD
 ICU
 IBS
 Dapur / gisi
 Panel distribusi listrik
 Instalasi stop kontak
 Ruang yang ada koputer
 Tempat penyimpanan gas LPG, Gas O2, N2O
d. Resiko radiasi
 Radiology ( sinar X dan gamma )
 Instalasi rehabilitasi medik (IR dan UV)
e. Adanya curahan kaustik atau bahan kimia dalam jumlah banyak
 Apotik
 Gudang farmasi
 Laboraturium

2. PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit yang timbul akibat kerja dan kecelakaan kerja adalah :
1) Factor fisik
 Lingkungan genset : suara yang memekakan telinga
menyebabkan ketulian
 Instalasi radiology : radiasi sinar roentgen (sinar X dan
Gamma) menyebabkan susunan darah, kelainan kulit,
sterilitas.dosis tidak boleh melebihi 100 rem (millirongent
equivalent man) setiap tahun. Apabila hamil tidak boleh
melebihi 0,5 rem.
 Instalasi rehabilitasi medik : sinar infrared enyebabkan
katarak lensa mata.
 Ruang isolasi : penerangan lampu yang kurang baik
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
 Lantai yang licin : menyebabkan tergelincir bila dalam
kecepatan tinggi
 Beban kerja fisik : kelelahan dan keluhan penyakit punggung
bawah (low back pain)
 Bagian perawatan, IBS, IGD : terjadi trauma benda tajam
(jarum suntik, infuse, pisau bedah dll)
2) Factor kimia
 IBS paparan gas-gas anastesi (N2O) yang lama
mengakibatkan kanker, somatic complain, gangguan
reproduksi, dll.
 Klinik gigi : merkuri dapat menimbulkan intoksikasi susunan
syaraf, kerusakan ginjal, hematura tremor dan cromium
cobalt molybdenum menimbulkan pneumoconiosis
 Bangsal : pemaparan obat anti neoplasma menyebabkan
eningkatnya resiko melahirkan bayi dengan kelainan organ
tubuh
 ISS : pemaparan ethylene oxide menyebabkan carcinogen,
mutagenic, leukemia, lymphoma
 Pemulasan jenasah / otopsi, IBS : pemaparan formaldehida
menyebabkan kanker dan salurannya napas dan paru-paru
 Farasi : terkena paparan obat sehingga terjadi alergi,
keracunan.
3) Faktori biologi
 Penularan melalui kontak langsung dan tak langsung pekerja
di laboraturium, bangsal, ISS, IGD ruang isolasi dll
 Contohnya : conjungtiva, dipthteria, herpes simplek, TB,
rubella, mumps, HIV, hepatitis
4) Factor mekanis
 IBS, IGD, bangsal : sering terjadi luka tusuk jarum suntik,
jarum infuse (abocath) jarum hetting terluka karena pisau
bedah
 Dibagian Gizi / Dapur : pengolahan makanan yang kurang
hati-hati dapat tertumpah air panas sehingga terjadi luka
bakar, juga karena luka iriskarena terkena pisau
 Di tangga / lantai : terpeleset, terjatuh, tersandung
 ISS : pesawat sterilisasi uap meledak
 Farasi : kebakaran, bahan mudah meledak
 IPSRS : luka bakar karena karena memperbaiki listrik,
penangkal petir.
5) Factor ergonomic
Sikap dan cara kerja yang salah akibat ketidaktahuan, kurang
hati-hati, sembrono, dan factor kelelahan.
Factor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja adalah :
1. Aspek kondisi lingkungan
a. Peralatan yang tidak memenuhi standart kualitas
b. Alat medis dan non medis yang digunakan sesuai prosedur
c. Ruang kerja terlalu sempit, panas dingin dan ventilasi udara kurang
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bencana
(kebakaran, banjir dan gempa)
2. Aspek SDM
a. Kualitas dan ketrampilan kerja yang kurang
b. Kesadaran akan resiko kerja kurang
c. Tidak menggunakan alat pengaman dengan teratur
d. Tidak mengikuti prosedur kerja yang benar
e. Tidak tahu tentang K3
f. Keletihan, kelesuan, cacat tidak ketara
3. Aspek manajeman
a. Belum menyadaripentingnya K3
b. Menganggap K3 perlu biaya besar dan hambatan produksi
c. Hasil k3 belum dapat dirasakan dalam waktu pendek

Anda mungkin juga menyukai