Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Sikap Matematika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Sikap Matematika (Mathematical attitudes)

Salah satu tujuan pendidikan matematika adalah pembentukan sikap siswa. Olehnya itu, sudah
sepatutnya dalam proses pembelajaran matematika perlu diperhatikan sikap siswa terhadap
matematika. Hal ini penting mengingat sikap positif terhadap matematika akan berkorelasi
positif dengan prestasi belajar matematika

Sikap adalah merupakan suatu komponen yang sangat mempengaruhi keberhasilan program
pembelajaran matematika. Seseorang yang memiliki sikap positif akan menunjukkan tindakan
yang selalu mengarah pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Salah satu hal
yang perlu diperhatikan seorang pengajar dalam mensukseskan pembelajarannya adalah
menciptakan suatu kondisi dan iklim pembelajaran yang bisa merangsang dan meningkatkan
sikap positif siswa dalam pembelajaran matematika.

Menurut Sax (1989: 493), “an attitude was defined as a preference along a dimension of
favorableness to unfavorableness to a particular group, institution, concept, or object”.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan pada sebuah
dimensi dari yang disukai sampai yang tidak disukai pada suatu kelompok, institusi, konsep,
dan objek tertentu.

Nitko (2007: 451), menegaskan konsep sikap bahwa “Attitudes are characteristics of persons
that describe yheir positive and negative feelings toward particular objects, situations,
institutions, persons, or ideas”. Sikap adalah karakteristik dari sesorang yang menggambarkan
perasaan positif dan negatif mereka terhadap objek, situasi, institusi, seseorang atau ide
tertentu.

White, et al. (2006: 2) menyatakan bahwa “attitudes indicate a person’s judgment of performing


the behavior as good or bad or that the person was in favour of or against performing the
behavior”. Sikap menunjukan keputusan seseorang yang ditunjukkan dalam hal baik atau buruk
terhadap sesuatu dalam bentuk perilaku menyokong atau menentang.

Zan & Martino (2007: 2) menyatakan, “attitude toward mathematics is therefore seen as the
pattern of beliefs and emotions associated with mathematics”. Sikap terhadap matematika
dilihat sebagai pola hubungan dari kepercayaan dan emosi dengan matematika.

Maaß & Schlöglmann. (2009: 22), menjelaskan bahwa “Attitudes may be considered either as
propensities toward certain patterns of behavior, or ropensities toward certain kinds emotional
feelings in particular domains, e.g. in relation to mathematics”. Dari pernyataan di atas dapat
kita pahami bahwa sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan terhadap pola tertentu dari
tingkah laku atau respon terhadap jenis rasa emosi tertentu dalam domain khusus misalnya
yang berhubungan dengan matematika.

Menurut Arcavi (2006: 2), “mathematical thinking related attitudes is intellectual predispositions
towards doing mathematics and solving problems including perspectives on what are
mathematics and mathematical activity”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa sikap
matematika adalah kecenderungan intelektual terhadap matematika dan pemecahan
masalah, termasuk perspektif tentang apa matematika dan aktivitas matematika.

Khalik (2006: 2), menjelaskan pentingnya sikap matematika dalam pembelajaran matematika,

Mathematical attitudes is a very important affective factor in determining students’ behavior in


mathematical thinking and problem solving because students’ attempts in mathematical thinking
depend on how interested they are in problem solving or the lesson.

Khalik menjelaskan bahwa sikap matematika adalah faktor afektif yang sangat penting dalam
menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah karena
upaya siswa dalam pemikiran matematis tergantung pada bagaimana mereka tertarik dalam
pemecahan masalah atau pelajaran.
Defenisi sikap matematika dipertegas oleh Katagiri (2006: 12) bahwa

Mathematical thinking is like an attitude, as in it can be expressed as a state of “attempting to


do” or “working to do” something. It is not limited to results represented by actions, as in“the
ability to do,” or “could do” or “couldn’t do” something.

Katagiri menegaskan bahwa mathematical thinking seperti sebuah sikap, di dalamnya dapat
dinyatakan sebagai keadaan "mencoba untuk melakukan" atau "bekerja untuk melakukan"
sesuatu. Hal ini tidak terbatas pada hasil yang diwakili oleh tindakan, seperti dalam
"kemampuan untuk melakukannya," atau "bisa melakukan" atau "tidak bisa melakukan"
sesuatu.

Lanjut menurut Katagiri (2006: 13), bahwa sikap matematika meliputi:

a. Attempting to grasp one’s own problems or objectives or substance clearly, by oneself


(1) Attempting to have questions
(2) Attempting to maintain a problem consciousness
(3) Attempting to discover mathematical problems in phenomena
b. Attempting to take logical actions
(1) Attempting to take actions that match the objectives
(2) Attempting to establish a perspective
(3) Attempting to think based on the data that can be used, previously learned items,
andassumptions
c. Attempting to express matters clearly and succinctly
(1) Attempting to record and communicate problems and results clearly and succinctly
(2) Attempting to sort and organize objects when expressing them
d. Attempting to seek better things
(1) Attempting to raise thinking from the concrete level to the abstract level
(2) Attempting to evaluate thinking both objectively and subjectively, and to refinethinking
(3) Attempting to economize thought and effort

Dari beberapa pendapat para ahli d atas, dapat kita pahami bahwa sikap matematika
merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
aktifitas pemecahan masalah matematika. Perubahan sikap seorang siswa dapat diamati dalam
proses pembelajaran.

Dalam konteks pemecahan matematika dan aktivitas matematika maka sikap matematika dapat
diukur pada empat dimensi pengukuran sikap yang disintesis berdasarkan definisi-definisi di
atas yaitu: (1) Memahami masalah dan tujuan serta substansi masalah dengan jelas secara
mandiri, (2) Mencoba mengambil tindakan logis, (3) Mencoba untuk mengekspresikan hal-hal
dengan jelas dan ringkas, (4) Mencoba mencari penyelesaian yang lebih baik.

Metode yang dianggap paling handal untuk mengungkap sikap seseorang adalah
menggunakan daftar pernyataan-pernyataan dari penjabaran tiap indicator sikap matematika
yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap.

Anda mungkin juga menyukai