Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kel 5

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP IBD DALAM KARYA SASTRA DAN SENI SERTA


PROBLEMATIKANYA KAITANNYA DENGAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: IAD/IBD/ISD

Dosen Pengampu: Solehah Muchlas, M.Pd.

Oleh:

KELOMPOK 5

Muhammad Syawalman Anwar (2011101231)

Nur Izzatil Lahmi (2011101224)

Marjuan (2011101159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR
Tim penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep IBD dalam karya sastra dan seni serta problematikanya kaitannya dengan
Islam”.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Rasulullah


SAW yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dam membimbing umat ke
jalan yang lurus.

Tim penulis menyadari tentunya makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kami senantiasa mengharap adanya kritik dan saran guna perubahan yang
lebih baik kedepannya. Kendati demikian, kami berharap makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Akhir kata permohonan maaf kami haturkan atas segala
kekurangan dalam makalah ini.

Samarinda,15 oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan pembahasan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2

A. Makna seni dan keindahan ............................................................................................ 2

B. Perbedaan antara seni dan keindahan............................................................................ 7

C. Sifat-sifat keindahan dan problematikanya ................................................................... 8

1. Keindahan itu benar .................................................................................................. 8

2. Keindahan itu abadi .................................................................................................. 8

3. Keindahan itu mempunyai daya tarik ....................................................................... 8

4. Keindahan itu wajar .................................................................................................. 9

5. Keindahan itu Kenikmatan........................................................................................ 9

6. Keindahan itu Kebiasaan .......................................................................................... 9

7. Keindahan itu Universal.......................................................................................... 10

D. Keindahan dan senyawa dari sudut pandang islam ..................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12

B. Saran ........................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Keindahan menurut etimologi berasal dari kata latin bellum, akar dari
kata bonum yang berarti kebaikan. Menurut cakupannya dibedakan keindahan
sebagai suatu kualitas abstrak (beauty) dan sebagai sebuah benda tertentu
yang indah (the beautiful).

Keindahan tidak dapat dilepaskan dari setiap manusia, karena


sesungguhnya Allah swt menyukai keindahan. Sebagaimana Rasulullah Saw
bersabda: ‫“ إِ َّن هللاَ َج ِم ْي ٌل ي ُِحبُّ ْال َج َما َل‬Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai
keindahan.” (HR. Thabrani).
Mengapresiasi seni berarti menghargai terhadap karya seni itu sendiri.
Rasa dan sikap batin tersebut berangkat dari suatu kemampuan meresapi dan
menghayati keindahan serta memahami makna yang terkandung di dalamnya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana makna seni dan keindahan?
2. Bagaimana perbedaan antara seni dan keindahan?
3. Apa saja sifat-sifat seni dan problematikanya?
4. Bagaimana pandangan Islam terhadap seni dan keindahan?

C. Tujuan pembahasan
1. untuk mengetahui tentang makna seni dan kehidupan.
2. Untuk mengetahui perbedaan antar seni dan kehidupan.
3. Agar dapat mengetahui sifat-sifat seni dan keindahan.
4. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap seni dan keindahan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Makna seni dan keindahan

Secara umum banyak orang yang mengemukakan pengertian seni sebagai


Keindahan. Pengertian seni adalah produk manusia yang mengandung nilai
keindahan, bukan pengertian yang keliru, namun tidak sepenuhnya benar. Jika
menelusuri arti seni melalui sejarahnya, baik di Barat (sejak Yunani Purba)
maupun di Indonesia, nilai keindahan menjadi satu kriteria yang utama.
Sebelum memasuki tentang pengertian katanya, keindahan dalam perkataan
bahasa Inggris: Beautiful(dalam bahasa Perancis beau, sedang Italia dan
Spanyol bello yang berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalah
bonum yang berarti kebaikan, Kemudian mempunyai bentuk pengecilan
menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut
cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita
abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini
dalam Bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan) dan the
beautifull(benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua
pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja.1

Menurut Sumardjo (2000:24) menyatakan bahwa Istilah estetika sendiri


baru muncul tahun 1750 oleh filsuf minor bernama A.G. Baumgarten (1714-
1762). Istilah ini di ambil dari bahasa Yunani Kuno. Aistheton, yang berarti
“kemampuan melihat lewat pengindraan” Baumgarten menamakan seni
sebagai termasuk pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang

1
Tarjo Enday dan Gandaprawira Nanang, Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa
(Bandung: CV. Bintang WarliArtika, 2009), h.103

2
dinamakannya pengetahuan intelektual. Tujuan estetika adalah keindahan,
sedangkan tujuan logika adalah menemukan kebenaran.2

Membicarakan keindahan dan seni, selalu mempersoalkan indah dan


kurang indah. Penulis dalam satu pameran lukisan, dalam kerumunan
pengunjung pameran, dalam berbagai strata, seseorang berkata kepada
rekannya, “apa maksud lukisan ini” rekan yang lainnya berujar, “saya juga
tidak mengerti dengan lukisan-lukisan ini” pada dialog kelompok ini jelas,
mereka mencari bentuk-bentuk keindahan yang ada di dalam lukisan tersebut,
dan mereka tidak menemukan keindahan yang dicarinya. Dialog pengunjung
pameran ini, di ilustrasikan oleh penulis ketika melihat pameran seni lukis,
dalam karya karya exspressionism dan surealism. Di Galeri Cipta II Taman
Ismail Marzuki.3

Keindahan (beauty) merupakan pengertian seni yang telah diwariskan


oleh bangsa Yunani dahulu. Plato misalnya, menyebut tentang watak yang
indah dan hukuman yang Indah. Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang baik dan menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang
indah dan kebajikan yang indah. Bangsa Yunani Mengenal kata keindahan
dalam arti estetis yang disebutnya symmetria‖ untuk Keindahan visual, dan
harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran (auditif).

Jadi pengertian keindahan secara luas meliputi keindahan seni, alam,


moral, dan Intelektual. Herbert Read dalam bukunya The Meaning of Art
merumuskan keindahan Sebagai suatu kesatuan arti hubungan-hubungan
bentuk yang terdapat di antara Pencerapanpencerapan inderawi kita. Thomas
Aquinas merumuskan keindahan sebagai Suatu yang menyenangkan bila
dilihat. Kant secara eksplisit menitik beratkan estetika kepada teori keindahan

2
Dermawan Budiman, Pendidikan Seni Rupa, (Bandung : Ganeca Exact, 1989), h. 96
3
Hadiyatno, Menyoal Kehadiran Keindahan dan Seni, (Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni.
Vol. 1 No. 2, ISSN 2503-4626, 2016), h. 97

3
dan seni. Teori keindahan adalah dua hal yang dapat dipelajari secara ilmiah
maupun filsafati. Di Samping estetika sebagai filsafat dari keindahan, ada
pendekatan ilmiah tentang Keindahan. Yang pertama menunjukkan identitas
obyek artistik, yang kedua obyek Keindahan.4

Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan
obyektif.Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang
memandang. Keindahan Obyektif menempatkan keindahan pada benda yang
dilihat.

Definisi-definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni, atau


berarti seni tidak selalu dibatasi oleh keindahan. Menurut kaum empiris dari
zaman Barok, permasalahan Seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap
karya seni. Perhatian terletak pada penganalisisan terhadap rasa seni, rasa
indah, dan rasa keluhuran (keagungan). Reaksi atas intelektualisme pada akhir
abad ke-19 yang dipelopori oleh John Ruskin dan William Moris adalah
mengembalikan peranan seni (ingat kelahiran gerakan Bauhaus yang terlibat
pada perkembangan seni dan industri di Eropa).

Dari pandangan tersebut jelas bahwa permasalahan seni dapat diselidiki


dari tiga Pendekatan yang berbeda tetapi yang saling mengisi. Di satu pihak
menekankan pada penganalisisan obyektif dari benda seni, di pihak lain pada
upaya subyektif pencipta dan upaya subyektif dari apresiator. Bila mengingat
kembali pandangan klasik (Yunani) tentang hubungan seni dan keindahan,
maka kedua pendapat ahli di bawah ini sangat mendukung hubungan tersebut:
Sortais menyatakan bahwa keindahan ditentukan oleh keadaan sebagai sifat
obyektif dari bentuk (l’esthetique est la science du beau). Lipps berpendapat
bahwa Keindahan ditentukan oleh keadaan perasaan subyektif atau

4
Tarjo Enday dan Gandaprawira Nanang, Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa
(Bandung: CV. Bintang WarliArtika, 2009), h.106

4
pertimbangan selera (die Kunst ist die geflissenliche hervorbringung des
schones).

Pembagian dan pembedaan terhadap keindahan tersebut di atas masih


belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu. Ini memang merupakan
suatu persoalan Fisafati yang jawabannya beranekaragam. Salah satu jawaban
mencari ciri-ciri umum yang pada semua benda yang dianggap indah dan
kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian
keindahan.

Jadi, keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu


yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah
kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry),
keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast). Ciri-ciri pokok tersebut
oleh ahli pikir yang menyatakan bahwa keindahan tersusun dari perbagai
keselarasan dan perlawanan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.
Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan
hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu
dengan si pengamat. Seorang filsuf seni dewasa ini dari Inggris bernama
Herbert Read dalam (The Meaning of Art) merumuskan definisi bahwa
keindahan adalah kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang terdapat
diantara pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal
relations among our sense perceptions).5

Sebagian filsuf lain menghubungkan pengertian keindahan dengan ide


kesenangan (pleasure). Misalnya kaum Sofis di Athena (abad 5 sebelum
Masehi) memberikan batasan keindahan sebgai sesuatu yang menyenangkan
terhadap penglihatan atau pendengaran (that which is pleasant to sight or
hearing). Sedang filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-

5
Dermawan Budiman, Pendidikan Seni Rupa, (Bandung : Ganeca Exact, 1989), h. 90

5
1274) merumuskan keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yang
menyenangkan bila dilihat).Masih banyak definisi-definisi lainnya yang dapt
dikemukakan, tapi tampaknya takkan memperdalam pemahaman orang
tentang keindahan, karena berlain-lainannya perumusan yang diberikan oleh
masing-masing filsuf. Kini para ahli estetik umumnya berpendapat bahwa
membuat batasan dari istilah seperti keindahan atau indah itu merupakan
problem semantik modern yang tiada satu jawaban yang benar. Dalam estetik
modern orang lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis,
karena ini bukan pengertian abstrak melainkan gejala sesuatu yang konkrit
yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang
sistematis.

Oleh karena itu mulai abad 18 pengertian keindahan kehilangan


kedudukannya. Bahkan menurut ahli estetik Polandia Wladyslaw
Tatarkiewicz, orang jarang menemukan konsepsi tentang keindahan dalam
tulisan- tulisan estetik dari abad 20 ini.6

Sekarang apakah seni itu? Pertannyaannya tetap sama, jawabannya dapat


berbeda-beda. & tampak saling bertentangan, apapun metodenya filsafat atau
ilmu seni, tujuan estetik tetap sama yaitu pengetahuan untuk seni &
pemahaman , tentang seni, untuk seniman, untuk apresiasi, untuk seniman
sebelum berkarya, calon seniman sebaiknya memahami terlebih dahulu,
pemahaman tentang seni, begitupun untuk apresiator, pemahaman seni
dilakukan untuk memahami seni yang dihadirkan. Seni, baik itu rupa, musik,
tari dan teater, apakah selalu memberikan perasaan senang dan gembira?
Jawabannya adalah kebenaran dalam kesepakatan kolektif “ya”, tentu saja.
Fakta ini dapat dibuktikan dalam argumen, mengapa orang menyenangi
lukisan, lalu ada kelompok kolektor lukisan. Di kelompok masyarakat lain,

6
Dermawan Budiman, Pendidikan Seni Rupa, (Bandung : Ganeca Exact, 1989), h. 92

6
orang menyukai pertunjukan teater, senang mendengarkan musik, dan selalu
hadir di setiap acara pagelaran seni tari. Tetapi kehadiran keindahan alam
yang ditawarkan dalam nilai estetika alam, tidak dalam kelompokkelompok
kecil jawabnya, tetapi merupakan jawaban atas universal tentang keindahan
itu.7

Seni rupa merupakan salah satu cabang dari kesenian. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991) menyatakan seni adalah: “Kesanggupan akal untuk
menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi, keahlian membuat karya yang
bermutu, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa.”

Pendapat Miharja (Dermawan, 1989) menjelasakan, bahwa: “seni sebagai


suatu kegiatan rohani yang merefleksikan realita dalam artian karya, yang
berkat bentuk dan isinya, maka mempunyai suatu daya untuk membangkitkan
pengalaman tertentu, dalam alam rohani si penerimanya.”8

B. Perbedaan antara seni dan keindahan

Seni adalah segala sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung


unsur keindahan dan mampu membangkitkan perasaan orang lain. Istilah seni
berasal dari kata sanskerta dari kata sani yang diartikan pemujaan,
persembahan dan pelayanan yang erat dengan upacara keagamaan yang
disebut kesenian.9

Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan,
tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi
kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik,

7
Dharmawan, Pegangan Pendidikan Seni Rupa, (Bandung : Armico, 1998), h.108
8
Sumardjo Jakob, Filsafat Sen,i (Bandung: ITB, 2000), h. 105, h.100
9
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.

7
bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika,
sosiologi, psikologi sosial, dan budaya.

Contoh seni: Seni tari, seni rupa, seni teater, seni musik, dan seni sastra

Contoh keindahan: Keindahan alam, keindahan buatan misalnya pantai, laut,


gunung, dan sawah

C. Sifat-sifat keindahan dan problematikanya

Untuk mengatakan sesuatu itu indah atau tidak,berikut ini akan di


jelasakan tentang sifat- sifat keindahan sebagai berikut:

1. Keindahan itu benar

Kebenaran artinya bukan tiruan.sesuatu dikatakan indah jika sesuatu itu


benar bukan tiruan, contohnya: ada seorang gadis cantik yang dilukis.
Manakah yang lebih indah antara gadis cantik atau lukisan gadis cantik. Tentu
saja gadis cantik itu sendiri karena gadis cantik itu benar bukan tiruan
sedangkan lukisan gadis cantik itu tiruan.

2. Keindahan itu abadi

Abadi artinya tidak pernah dilupakan, tidak pernah hilang. Sesuatu


dikatakan indah jika benda tersebut abadi, selalu diingat oleh orang dan tidak
akan pernah hilang. John keats menyatakan bahwa sesuatu yang indah adalah
abadi sedangkan yang tidak abadi adalah tidak indah.

3. Keindahan itu mempunyai daya tarik

Daya tarik artinya memikat perhatian orang, menyenangkan, dan tidak


membosankan. Sesuatu dikatakan indah jika dapat memikat orang, dapat
membuat orang menjadi senang dan orang tidak akan menjadi bosan.
Contohnya: pulau Lombok itu indah karena dapat menarik perhatian

8
turis,menyenangkan bagi turis yang berkunjung ke sana, dan turis tidak akan
merasa bosa berada di pulau Lombok. John Keats juga menyatakan bahwa
sesuatu yang indah itu mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.

4. Keindahan itu wajar

Wajar artinya tidak berlebihan dan tidak pula kurang,dan menurut apa adanya.
Sesuatu dikatakan indah jika tidak berlebihan, tidak pula ada yang kurang. Jika
sesuatu itu berlebihan atau Sesutu itu kurang maka, tidak indah jadinya. Misalnya,
sebuah foto yang dicetak dengan warna yang berlebihan dari aslinya maka akan
terlihat tidak indah karena warnanya berlebihan.

5. Keindahan itu Kenikmatan

Kenikmatan artinya kesenangan yang memberikan kepuasan. Sesuatu


dikatakan indah jika sesuatu itu memperoleh kesenangan yang menimbulkan rasa
kepuasan. Misalnya,banyak orang yang senang melihat film laskar pelangi yang
diangkat dari sebuah novel karangan Andrea Hirata yang menyebabkan
pengarangnya merasa puas karena keindahan karyanya.

6. Keindahan itu Kebiasaan

Kebiasaan artinya dilakukan berulang-ulang,yang tidak biasa menjadi biasa


karena dilakukan berulang-ulang. Sesuatu yang tidak biasa tidak indah jiak
dilakukan berulang- ulang maka akan menjadi sesuatu yang biasa dan
indah.menurut Coleridge seorang penyair romantik (1772-1834),keindahan itu
dapat dipengaruhi oleh kebiasaan.sesuatu yang tidak indah dapat berubah menjadi
indah karena kebiasaan. Akan tetapi,menurut Coleridge, kebiasaan jangan pula
sampai mengubah konsep keindahan.

9
7. Keindahan itu Universal

Universal artinya tidak terikat dengan selera perseorangan,waktu dan


tempat.misalnya mode /gaya berpakaian si A tidak sama dengan mode pakaian si
B sehingga mode itu disebut universal karena tidak terikat dengan selera
perseorangan.

Masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang


Penting adalah masalah manakah yang termasuk estetika, dan Berdasarkan
masalah apa dan ciri yang bagaimana. Hal ini dikemukakan oleh George T.
Dickie dalam bukunya “Aesthetica”. Dia mengemukakan tiga derajat masalah
(pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika. Yaitu pertama,
pernyataan kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya
seni yang khas. Kedua, pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra,
musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya:
tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak). Ketiga, ada pertanyaan tentang
keindahan, seni imitasi,, dan lain- lain.

D. Keindahan dan senyawa dari sudut pandang islam

Al – Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu


benda terletak pada kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan
sifat benda itu. Contohnya adalah karangan yang indah adalah karangan yang
susunannya harmonis, hubungan kalimatnya teratur, dan dapat membawa
pembacanya meresapi makna dari karangan tersebut.-Seperti yang kita ketahui
bahwa seni merupakan salah satu media penyebaran ajaran Islam. Seni dalam
Islam lebih menonjolkan nilai suci atau sakral yang dapat dinikmati
estetikanya.

Hal tersebut menjelaskan bahwa seni dan estetika Islam sangat


menghargai dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan

10
moralitas untuk menghaailkan karya yang indah, suci, dan dapat dihargai
sebagai karya seni yang sebenarnya. Seni dalam islam merupakan sebuah
upaya untuk menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek kehidupan.
Contohnya puji-pujian. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda yang
artinya”Allah itu indah dan menyukai keindahan” dari sini dapat disimpulkan
bahwa dalam ajaran islam juga terdapat kaitan dengan keindahan atau seni.
Sebagai wujud keindahan tidak hanya dalam karya seni, namun juga dapat
ditemukan dalam keindahan akhlak.10

10
Sumardjo Jakob, Filsafat Sen,i (Bandung: ITB, 2000), h. 105

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Keindahan pada dasarnya merupakan kualitas pokok tertentu yang


terdapat pada sesuatu kualitas yang paling sering disebut yaitu kesatuan,
keselarasan, kesetangkupan, keseimbangan, dan pertentangan. Rumusan
keindahan yang paling sederhana adalah kesatuan hubungan bentuk-bentuk
yang ada diantara kesadaran persepsi yang memberikan kesenangan.

Kesalahan mengenai konsep seni dan keindahan seringkali ditimbulkan


oleh kurang tepatnya penggunaan kata seni dan keindahan. Anggapan yang
berkembang yaitu bahwa seni itu indah dan yang indah adalah seni, padahal
seni tidak selalu harus identik dengan keindahan. Karena penilaian keindahan
yang terdapat pada suatu karya seni sifatnya berubah bisa menurut zaman
maupun lingkungan.

Karya seni yang baik tentu saja mengandung nilai keindahan, yang
artinya berguna dan menyenangkan. Dengan kata lain sebuah karya seni yang
baik haruslah berguna bagi yang menikmatinya dan mampu menghibur atau
menyenangkan. Aspek kegunaan inilah yang kemudian diidentikkan dengan
kebenaran, karena mampu menggugah perasaan dan pikiran manusia tentang
hal kebaikan.

Sifat-sifat keindahan yaitu: Keindahan itu kebenaran, abadi, mempunyai


daya tarik, universal, wajar, kenikmatan, dan keindahan itu kebiasaan.

Al – Ghazali, seorang filsuf islam berpendapat bahwa keindahan suatu


benda terletak pada kesempurnaannya, yang dapat dikenali dan sesuai dengan
sifat benda itu. Seni dalam Islam lebih menonjolkan nilai suci atau sakral

12
yang dapat dinikmati estetikanya. Seni dan estetika Islam sangat menghargai
dan memikirkan tentang hubungan kreatifitas otak dengan moralitas untuk
menghaailkan karya yang indah, suci, dan dapat dihargai sebagai karya seni
yang sebenarnya. Seni dalam islam merupakan sebuah upaya untuk
menuturkan kebesaran Illahi dalam berbagai aspek kehidupan.

Seiring berjalannya waktu, tingkat keindahan dapat berubah yang


biasanya berbanding lurus dengan perubahan kemakmuran. Dapat dikatakan
jika terjadi peningkatan keindahan akan menjadikan perubahan pula pada
kemakmuran, namun dalam suatu perubahan kemskmuran tidak selalu
berdampak baik bagi keindahan.

B. Saran

Manusia tidak pernah lepas dari keinginan untuk memberikan


keindahan dalam berbagai aspek kehidupannya. Oleh karena itu pemanfaatan
sumber daya yang mendukung terciptanya keindahan harus dapat dikelola
secara efektif. Agar keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan
keindahan intelektual terwujud secara seimbang dan berjalan beriringan.-
Seluruh komponen masyarakat dapat turut serta dalam proses peningkatan
kemakmuran dan keindahan. Perubahan lingkungan dan zaman hendaknya
tidak merubah total budaya sebagai perwujudan seni itu sendiri sehingga
bangsa ini tetap memiliki kekhasan dan tidak akan kehilangan jati dirinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan Budiman. (1989). Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Ganeca Exact.

Dharmawan. (1998). Pegangan Pendidikan Seni Rupa. Bandung : Armico.

Enday Tarjo, Nanang GandaPrawira. (2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni
Rupa. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Hadiyatno. 2016. Menyoal Kehadiran Keindahan dan Seni. Jurnal Pendidikan dan
Kajian Seni Vol.1, No.2

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 1991. Kamus Besar Bahasa


Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB.

14

Anda mungkin juga menyukai