KORAN FTJ - Edisi IV
KORAN FTJ - Edisi IV
KORAN FTJ - Edisi IV
P
ertunjukan bergerak ke banyak situasi ; merembes menjadi dan yang lainnya, dimana tata adegan hadir sebagai latar konflik,
jejaring narasi, tentang bapa dan ibu yang saling untuk memperpanjang perspektif keseharian.
membeberkan dirinya sendiri, dan hadirnya televisi sebagai
saudara ganjil di dalam keluarga. Ada yang sedang berubah dalam rumah ; kosmopolitanisme
uang jajan, kekuasaan, ekonomi, dan politik ego ayah-ibu. Memaksa
Panggung memperlihatkan dwimatra keruangan ; ruang yang ada di dalamnya untuk ikut berubah.
tamu dan halaman rumah. Di dalam rumah ada ; televisi, dua kursi
meja makan yang sederhana, satu bale, dan ikan lele dalam Apa yang sebenarnya patut diamati dari rumah dengan
aquarium. Di halaman, hanya ada ruang kecil dengan satu bangku. manusia berada didalamnya, jika terlalu banyak persoalan yang
Konflik teks dijalin dari hal-hal yang umum ; tentang masalah ingin mengambil perhatian, maka ironi tidak lagi tragis, namun
kontrakan yang jatuh tempo, uang listrik dan uang makan sehari- menjadi rutin, “ cinta adalah kejujuran dan keindahan. Tetapi juga
hari. Semua keseharian tersebut selalu melahirkan pertanyaan bisa menyebabkan orang menjadi rapuh dan hilang pandangan.
berikutnya, nihil dari jawaban. Inilah kisah dari satu keluarga miskin yang sedang dalam serba
kekurangan, hingga akhirnya seperti biasa, kesulitan ekonomi
Pertunjukan ini dikemas oleh sutradara (Afri Rosyadi) membuat orang mencari jalan pintas”.
dengan mencampurkan dua teks, yaitu ; laku pemeranan realisme
dan teater tradisi betawi (lenong), hasilnya menjadi taktik Ganda Swarna
dramaturgi yang keluar-masuk dan bergerak di luar ikatan. Rumah
menjadi arena pertarungan berbagai masalah ekonomi, dengan
strategi visualitas yang baur, antara bahasa kini dengan modus
kelisanan pantun lenong, menjadi penopang plot-antar satu teks
arsip atas arsip
dari pembatalan makna
Teater Ghanta, 'Ruang Tunggu Dariurat' Karya Afrizal Malna. Sutradara Yustiansyah Lesmana
A
pa yang terjadi dengan penyutradaraan juga pendampingan teks tanpa maksud
atas teks yang membebaskan dirinya dari pemaknaan apapun.
arsip referensi teks. Seperti juga seorang
aktor yang berlari di atas mesin treadmill dengan Penyisipan atas foto-foto dan dentuman
perut terikat - keduanya meninggalkan gerak aktor, antara mesin lari dan sejarah yang
pertanyaan ; bisakah dirinya lari dari dirinya terus menarik tubuh-bertabrakan dengan garis
sendiri. multimedia dan sayatan-sayatan musik jazz, yang
menggaung di antaranya. Teknologi dan mesin
Pertunjukan dibuka dengan dua orang yang selalu juga menjadi penunda dan pembatal makna,
sedang jogging di atas mesin treadmill, dan satu dari manusia yang terhimpit oleh dekatnya lampu-
orang lagi yang berusaha berjalan-lepas dari lampu, dan dengan tubuh yang dikelilingi
lilitan tali. Peristiwa tersebut bergerak atas dua gigantisme ukuran lampu dari dekat. Apa yang
usaha bahasa, yaitu ; data arsip dan data biasanya dihindari justru ditampilkan dengan
performens. Puisi 'Paket Kiriman' yang melatari polos, begitu saja. Antara bawang merah dan besi-
penyutradaraan adegan awal, tumbuh dari motif besi, sayur kangkung dan gelontongan kabel listrik
pencarian struktur atas data dan performens. Teks besar, dan penajaman langsung aksi yang
puisi sendiri tersebut lahir dari kuriositas untuk dilakuan oleh tangan ke atas layar infocus.
membuat kesesuaian, kemiripan dan keberirisan
teks ; antara narasi sejarah perang dan tumbuh Pelipatan gambar juga adalah taktik
lahirnya faham kesenian. Dimana peperangan memperbaiki posisi pembacaan, dari mata yang
yang meninggalkan banyak korban jiwa dan memposisikan satu ruang menjadi mata yang
kerugian material-juga di saat yang sama atau menyebarkan titik duduk penglihatan. Bergerak
setelahnya diikutin juga oleh lahirnya mengikuti hasrat perubahan kedaruratan, dari ;
bentuk/bahasa baru kesenian. meja makan ke meja operasi dari bermain tablet ke
bermain catur dan dari tubuh yang rileks-rigging-
Antara perang dunia yang menghasilkan rigging lampu membekuk tubuh. Pembatalan
efek industri, juga melahirkan meyerhold, john sekaligis juga adalah usaha merawat, dan
cage, absurdisme, surealisme salvador dali, merawat juga sudah juga merupakan aksi
kelompok cabaret voltaire dan tarikan dua orang pemaknaan di bawah arus.
aktor yang bermain dengan narasi berjalan di
tempar dan bergerak tertarik. Skema tersebut lalu Riyadhus Shalihin
ditata oleh Yustiansyah Lesmana (Sutradara)
sekaligus-menghasilkan penubrukan makna, atau
FTJ - 43 ; ANTROPOLOGI PEN
Diskusi Pengamat FTJ Pembicara : S
K
eberadaan pertunjukan pada kenyataannya tak dapat dilepaskan dari situsi kota yang ada Pintu kereta-lewat teks-teks puisi 'dan siapa n
mengiringinya ; mulai dari kebijakan negara, pertumbuhan ekonomi, sampai pada kenyataan hidup berbagai percobaan panggung, melalui berbagai benda
sehari-hari. Kota dan teater yang beririsan hadir sebagai pengganjilan potensi bahasa, dan dari keluar masuk sehingga panggung menjadi lorong pene
pertemuan rembesan banyak peristiwa di sekitar kita. Ihwal kehadiran bahasa teater, secara spesifik dari ketimbang tubuh dan kehadiran berbagai benda. Teate
pertunjukan 17 grup peserta festival-dapat digolongkan menjadi dua bahasa ; yaitu 'tubuh' dan 'menubuh'. mega' lebih terasa sebagai dunia kisah yang muram ke
pada 'Penggali Intan' Lab studi Teater yang kewalahan
'Tubuh' hadir tidak sebagai jasad atau mayat yang menjadi ujung kematian narasi, namun tubuh ada
karena di dalamnya membawa narasi. Muara dari migrasi berbagi teks namun belum menjadi miliknya, Pada Sanggar Kummis, migrasi bahasa 'tengul'
sehingga panggung menjadi sebatas membawakan. Sedangkan 'menubuh' adalah pertemuan berbagai teks panggung menjadi melting plot kota sehingga berbagai p
yang meresap ke dalam tubuh sudah dengan sifat dan tindak lakunya ; menjadi miliknya, Dituliskan lewat musik, aktor, set dan lampu-yang sal
memainkankannya, bahkan hingga melampauinya. Sejak hari pertama usaha menghidupkan pertunjukan bahasanya secara fungsional. Ihwal percampuran yan
sudah terlihat dari bagaimana panggung diolah dan diasah lewat dramaturgi peristiwa maupun situasi Jerit, yang lebih banyak menghidupkan panggung
dalam menciptakan bahasa teater di atas pentas. bermigrasi ke dalam mistiknya nusantara. Nam
mengungkapkan makna-makna yang tersimpan di dala
Teater so'profesional hadir dengan membawa masuk bahasa teater-lewat kostum para pemainnya dari kostum inggris ke folkor betawi, tidak seluruhnya
yang banyak didistorsi oleh gestur, dimana orde baru meletakan sensornya pada media masa dan seni yang sehingga teks-teks menjadi ringan. Pada Samudra Te
berlangsung diwaktu itu, namun narasi pertunjukan tidak terbahasakan sehingga struktur dramatik 'ssst…' kegamangan jiwa penghuninya.
tak terbangun. Narasi kekuasaan juga hadir dalam pertunjukan 'Teater Galaxy' yang melakukan migrasi
bahasa dari 'mengapa kau culik anak kami' menjadi rumah dan segala perabotan yang berwarna abu. Dengan interior dari banyak eksterior
usaha pengabadian tekstur melalui keroncong dan laku aktor yang mengendap. Akan tetapi sebagian bahasa
pertunjukan yang hadir dipanggung memperlihatkan kegamangan tafsir- sehingga panggung nampak Selain keberangkatan naskah-naskah orang
dingin. naskahnya sendiri dari apa yang ada dihadapnya seh
dekat dalam tubunya. apakah bahasa yang dekat deng
Selain narasi kekuasaan, dalam naskah-naskah penulis Indonesia juga muncul masalah identitas dan genap menjadi ruang menubuh?
ekonomi. Namun permasalahannya, bukan pada narasi yang diusung namun pada bagaimana teks-teks
sebuah naskah dapat bermigrasi kedalam panggung sehingga teater diatas pentas mampu menubuh dengan Teater Nonton meletakan bahasa pertunjukan
bahasanya sendiri. 'Istahar' seutuhnya sehingga pangung menjadi med
terterapkan dalam pertunjukan.
NGLIHATAN KAMPUNG-KOTA
Semi Ikra Anggara dan Azuzan JG
nya ekplorasi teater, sejalan dengan lajunya sains, tekhnologi dan kembang-
melalui ; laku aktor, musik dan artistik, sebagai ruang migrasi teks, dari yang
enjadi yang ditonton.
nama aslimu' mencoba menelurkan metafor atas Dalam 'uhibuka'-nya Teater Baru siasat konflik batin disampaikan lewat teks-teks yang dinyanyikan
a yang hadir dan laku tubuh yang berpindah-pindah- dengan iringan piano, meski tekanan batin memiliki takaran, namun nyatanya irama lagu, tidak sepenuhnya
elusuran. Akan tetapi , teks di mulut lebih berbahasa mengutaran bahasa yang lahir dari berkecamuknya perasaan yang terpendam bertahun-tahun. Begitupun
er Tema yang mengolah bahasa pangung dari 'mega- pada pertunjukan Teater Fatima yang menghidangkan 'golok merah jambu' melalui bahasa yang tumbuh di
etimbang dunia bahasa yang gelap.Hai ini juga terjadi sekitar kehidupan kota.
n dalam menelusuri motif bahasa dalam tubuhnya.
Teater Indonesia membahasakan 'barang antik' melalui situasi batin yang tersembunyi di balik
' dari naskah ke pangung tidak mengalami kendala, arsitektur rumah. Sejalan juga dengan kematian stu-satu para pembeli. Pada Teater Manekin migrasi
pertemuan dapat secara langsung hadir didalam teks. bahasa berlangung antara benda-benda yang hadir dan laku aktor dari autobiografi waria, sebuah upaya
ling meng-alienasi, sehingga tubuh-pun menemukan menghidupkan panggung melalui keterlibatan pelakunya dengan kenyataan yang berlangsung dalam
ng datang dari luar-hadir dalam pertunjukan Teater kehidupan terdekat, tentang relasi produksi dalam tubuh sendiri. Meski seluruhnya tidak terbahasakan
melalui penampakan gelapnya kebudayaan eropa- dengan jelas di panggung namun upaya menghidupkan teater lewat hal terdekat dapat membawa pada
mun sayang atmosfir pertunjukan tidak mampu berbagai kemungkinan.
amnya. Pada Teater El'nama ; terjadi fashion migrasi
pindah terutama kedalaman puitiknya Shakespeare- Sedangkan Unlogic teater, menghadirkan pertunjukan dari migrasi bahasa yang lahir melalui
eater, migrasi bahasa ; set lebih gamblang dari pada penelusuran hidup sandiwara mis tjitjih, semacam presentasi atas tumbuh kembangnya sandiwara di kota.
lewat cara itu pula panggung menjadi inisiasi teater yang menemukan ungkapnya terutama pada penataan
lampu panggung. Teater Gumelar yang melakukan migrasi bahasa dari ingatan melihat ibu sakit-ke atas
panggung, meski pada akhirnya bahasa dipanggung belum runcing. Akan tetapi usaha menghidupkan
panggung sudah terlihat melalui strategi defamiliarisasi yang dipilihnya dalam membangun ruang distorsi
lain, beberapa kelompok lebih memilih membuat atas kesakitan ibu. Melalui 'kadung kait' migrasi bahasa dari kenyataan hidup di pinggiran kota Jakarta,
hingga migrasi teks dari naskah dapat berjalan lebih seutuhnya beralih ke panggung lewat persona-nya sehingga panggung hidup dengan bahasa keseharian yang
gan tubuh, ketika dibahasakan di panggung mampu menubuh, menjadi bahasa teater yang menubuh.
John Heryanto
lebih menitik beratkan pada teks-teks yang dibawa
dan ucap dari retaknya psikologi tokoh yang tidak
PERTUNJUKAN KETIGA
DARI SUTRADARA KEDUA
Evaluasi Juri Festival Teater Jakarta Ke-43, Lobi Teater Kecil-TIM
Pertunjukan teater ditatap melalui nyanyian nada-nada minor, Setelah pertemuan itu, bara tidak
lagi muncul di hadapan ning. Ning menunggu, dewi dan siti pun menunggu.
N
ing terduduk menatap jauh kedepan, sedangkan bara berada di Handprop menjadi penanda dari aktifitas dan ruang yang dibangun.
belakang ning. Mata mereka membuat ruangnya masing-masing, Seperti pada adegan bara dan reza, diantara mereka asbak dan gelas kopi
meskipun tubuh mereka berjarak dekat. Disana jawaban dari menjadi penanda ruang yang mereka tempati. Penanda waktu yang hadir
penantian dan kekecewaan terjawab. Bara tidak bunuh diri. Ada sesuatu dari handuk dan rambut basah dewi dan siti, keadaan setelah keramas.
peristiwa yang membuatnya terpaksa pergi dari dunia ning. “Karena kita Pertunjukan dikemas dalam bentuk teater pop, tidak lagi menggambarkan
tidak bisa menolaknya” dunia yang absurd, melainkan dunia ringan yang penuh melankolis dan
klise-klise dari kisah percintaan yang wajar. Musik yang tidak hanya
Adegan diatas adalah adegan terakhir dari pertunjukan teater baru menjadi latar, melainkan bagian dari dialog dan seperti kultur paradoks
dengan naskah uhibbuka karya dan sutradara R. Tono. pertunjukan pada masyarakat saat ini, musik dan menyanyi menjadi gejala sosial yang
uhibbuka dihadirkan dalam bentuk melodrama yang khas dengan musik tidak lagi dapat dilihat sebagai bahasa seni yang berjarak. Musik melebur
dan nyanyian. tokoh utama ning (nika nop), hadir sebagai sosok pengundang menjadi bahasa masyarakat sebagai pelepasan, pengungkapan, pelarian
simpati, dalam banyak waktu terutama pada bagian-bagian awal yang dari perasaan dan realitas mereka saat ini.
cenderung bersifat santun.
Ganda Swarna
Kelompok Teater baru melakukan minimalisasi pertunjukan sejak
awal, menciptakan suasana melankolis dari musik dan cahaya. Dengan
menggunakan kain putih, dikanan dan kiri panggung, menghilangkan
benda objek yang signifikan. Level hadir sebagai batas atau ruang yang Redaksi
membelah panggung menjadi dua ruang. Pertunjukan ini hadir menjadi teks Riyadhus Shalihin-redaktur
yang sederhana, tanpa beban kultur penandaan dan dari benda yang Ganda Swarna-penulis
mengidentifikasikan tempat. Semua hadir dari tubuh dan teks-teks yang John Heryanto-penulis
Fidelis Krus Yosua-desain & layouter
membuat ruang imaji, seperti ketika berada di kamar, semua hadir dari Shabrina Salsabila-Editor
bagaimana aktor dan teks membahasakan ruang. Dyan Sinta Indriyani-Fotografer
fontwork of koran ftj by Ugeng T Moetidjo