Tugas Kimia Anorganik
Tugas Kimia Anorganik
Tugas Kimia Anorganik
PENDAHULUAN
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia anorganik biasanya disebut pelarut anorganik.
Sebagian besar reaksi kimia dan banyak pengukuran sifat zat dikerjakan
dalam suatu pelarut. Sifat pelarut sangat menentukan keberhasilan dan kegagalan
suatu studi. Bagi ahli kimia anorganik, air merupakan pelarut yang paling penting,
namun banyak pelarut lain yang telah dicoba dan ternyata berguna. Sebagian
pelarut tersebut dan konsep yang mempengaruhi dipilihnya suatu pelarut akan
dibahas. Sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat pelarut adalah perilaku asam-
basa.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan. Pelarut
adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain. Pelarut
paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Sebagai
contohnya adalah gula dan pelarut air. Konsentrasi gula di setiap titik (di mana
saja) di dalam gelas tersebut akan sama. Larutan adalah campuran homogen dari
dua atau lebih zat. Dalam larutan tersebut, air adalah zat yang bersifat melarutkan,
sehingga disebut sebagai zat pelarut. Sedangkan gula adalah zat yang dilarutkan,
sehingga disebut sebagai zat terlarut. Suatu larutan di mana air berperan sebagai
zat pelarutnya disebut larutan aqueous. Para ilmuwan sejak zaman dahulu
mencoba untuk mencari pelarut universal, yaitu pelarut yang dapat melarutkan
berbagai macam zat. Mereka tidak menemukan zat pelarut yang lebih baik dari
air. Akan tetapi air bukanlah pelarut universal, karena apabila benar air adalah
pelarut universal, maka air akan melarutkan semua zat dan tidak dapat disimpan di
manapun, termasuk disimpan di dalam sel-sel tubuh.
konstanta dielektrik
kemampuan terhadap autoionisasi (self ionization)
sifat keasaman dan kebasaan
kompleksasi
kemampuan oksidasi-reduksi
Pelarut dengan nilai permitivitas statis relatif (εr) lebih besar dari 15
(seperti kutub atau polarisasi) dapat dibagi menjadi protik dan aprotik. Pelarut
protik melarutkan anion dengan kuat (larutan bermuatan negatif) melalui ikatan
hidrogen. Air termasuk pelarut protik polar. Pelarut seperti aseton atau
diklorometana cenderung memiliki momen dipol yang besar (pemisahan muatan
parsial negatif dan muatan parsial positif dalam molekul yang sama) dan
melarutkan spesi bermuatan positif melalui dipol negatif. Dalam reaksi kimia
penggunaan pelarut polar protik mendukung mekanisme reaksi SN1, sementara
pelarut polar aprotik mendukung mekanisme reaksi SN2.
Pelarut Non-Polar
0.879
Benzena C6H6 80 °C 2.3
g/ml
0.867
Toluena C6H5-CH3 111 °C 2.4
g/ml
0.713
Dietil eter CH3CH2-O-CH2-CH3 35 °C 4.3
g/ml
1.498
Kloroform CHCl3 61 °C 4.8
g/ml
CH3-C(=O)-O-CH2- 0.894
Etil asetat 77 °C 6.0
CH3 g/ml
Pelarut Polar Aprotic
/-CH2-CH2-O-CH2- 1.033
1,4-Dioksana 101 °C 2.3
CH2-O-\ g/ml
/-CH2-CH2-O-CH2- 0.886
Tetrahidrofuran (THF) 66 °C 7.5
CH2-\ g/ml
1.326
Diklorometana (DCM) CH2Cl2 40 °C 9.1
g/ml
0.786
Asetona CH3-C(=O)-CH3 56 °C 21
g/ml
0.786
Asetonitril (MeCN) CH3-C≡N 82 °C 37
g/ml
0.944
Dimetilformamida (DMF) H-C(=O)N(CH3)2 153 °C 38
g/ml
Dimetil 1.092
CH3-S(=O)-CH3 189 °C 47
sulfoksida (DMSO) g/ml
Pelarut Polar Protic
1.049
Asam asetat CH3-C(=O)OH 118 °C 6.2
g/ml
CH3-CH2-CH2-CH2- 0.810
n-Butanol 118 °C 18
OH g/ml
0.785
Isopropanol (IPA) CH3-CH(-OH)-CH3 82 °C 18
g/ml
0.789
Etanol CH3-CH2-OH 79 °C 30
g/ml
0.791
Metanol CH3-OH 65 °C 33
g/ml
1.000
Air H-O-H 100 °C 80
g/ml
Urutan pelarut berdasarkan kepolarannya dari yang kurang polar ke yang paling
polar :n-heksana, sikloheksana, karbontetraklorida, benzena, toluena, dietil eter,
kloroform, etil asetat, asetat, etanol, dan metanol. (Karina, 2013)
Suatu zat dapat larut dalam pelarut tertentu, tetapi jumlahnya selalu
terbatas. Batas itu disebut kelarutan. Kelarutan adalah jumlah zat terlarut yang
dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu sampai membentuk larutan
jenuh. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi zat-zat lain,terutama
ion-ion dalam campuran itu (Hardjaji,1993). Kelarutan suatu bahan dalam suatu
pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat
dari bahan dan pelarut tersebut. bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan
semua zat terlarut sampai batas daya melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh.
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. bila suatu
pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutnya, larutan ini disebut larutan jenuh. Agar supaya diperhatikan berbagai
kemungkinan kelarutan diantara dua macam bahan kimia yang menentukan
jumlah masing – masing.
Proses pencampuran zat terlarut dan pelarut berbentuk larutan disebut
pelarut. Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah
dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dan zat terlarut. Bila komponen zat
terlarut di tambahkan terus menerus kedalam pelarut, pada suatu titik komponen
yang di tambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya
berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut
tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan
tersebut adalah maksimal dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Menurut
daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan
larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik, sedangkan larutan non elektolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Berdasarkan uraian di atas, ini penting dan perlu
untuk dilakukan untuk mengetahui prinsip larutan dan kelarutan serta pengaruh
kelarutan dan kelarutan terhadap perbedaan larutan elektrolit dan non elekterolit,
serta jenis-jenis larutan. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap
kelarutan serta mengetahui pengaruh sifat zat terlarut dan pelarut terhadap
kelarutan. Dengan mengetahui suatu kelarutan suatu zat, maka kita dapat
menentukan kadar kelarutan obat dalam tubuh dan memperkirakan banyaknya zat
pelarut secara sempurna. (Chang, 2003 )
Pelarut yang digunakan disesuaikan dengan zat yang akan dilarutkan. Ada
beberapa kriteria pelarut yang baik diantaranya:
1. Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan
sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti: lilin, pigmen,
serta pelarut harus bersifat selektif.
2. Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.Pelarut tidak boleh larut dalam
air.Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak atsiri dari tanaman.
3. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam, dan jika diuapkan tidak
akan tertinggal dalam minyak.Harga pelarut harus serendah mungkin dan
tidak mudah terbakar
4. Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi
5. Pelarut harus dapat melarutkan reagen dan reaktan
6. Pelarut harus mudah dihilangkan saat diakhir reaksi.
a. momen dipol
b. konstanta dielektrik
c. kelarutannya dengan air
Molekul dari pelarut dengan momen dipol yang besar dan konsanta dielektrik
yang tinggi termasuk polar. Sedangkan molekul dari pelarut yang memilki momen
dipol yang kecil dan konstanta dielektrik rendah diklasifikasikan sebagai
nonpolar. Sedangkan secara operasional, pelarut yang larut dengan air termasuk
polar, sedangkan pelarut yang tidak larut dalam air termasuk nonpolar.
1. Amonia (NH3)
Selain air, amonia juga sebagai pelarut yang digunakan untuk reaksi kimia,
dipastikan bahwa pengklasifikasi pada reaksi yang menggunakan pelarut
amonia memiliki kemiripan dengan air. Ada beberapa reaksi yang dapat
dilakukan dengan menggunakan amonia, yaitu dengan cara Reaksi asam dan
basa, Reaksi Pembentukan/mempercepat reaksi, dan Reaksi Penguraian.
BrF3 hanya terdapat pada pelarut aprotik untuk dipostulasikan secara ionisasi
pada BrF3 yang didukung oleh isolasi dan karakterisasi dengan difraksi sinar-
X asam dan basa, dan menggunakan titrasi konduktimetrik pada BrF 3.
Konduktifitas tertentu dari BrF3 adalah 8 x 10-3 ohm-1 cm-1 pada 25 ℃.
Permitivitas relatif sekitar 107. Proses ionisasi terjadi sesuai dengan
persamaan sebagai berikut :
2 BrF3 BrF2+ + BrF4ˉ
Pelarut N2O4 adalah pelarut aprotik non-air yang memiliki titik lebur -120C-
210C dan permitivitas relatif hanya 2,4 (sehingga merupakan pelarut yang
buruk untuk sebagian besar senyawa anorganik). Reaksi persamaan asam-
basa dari pelarut N2O4 adalah :
(asam) (basa)
Hidrogen fluorida, HF, adalah gas tak bewarna, berasap, bertitik didih
rendah (mp -83℃ dan bp 19.5℃), dengan bau yang mengiritasi. Gas ini
biasa digunakan untuk mempreparasi senyawa anorganik dan organik yang
mengandung fluor. Karena permitivitasnya yang tinggi, senyawa ini
dapat digunakan sebagai pelarut non-air yang khusus. Larutan dalam air gas
ini disebut asam fluorat dan disimpan dalam wadah polietilen karena asam
ini menyerang gelas.
5. Asam sulfat
Lebih tingginya konstanta dielektrik asam sulfat (€r = 100 ± 10) seharusnya
menyebabkan asam sulfat lebih baik dari pada air untuk melarutkan solute
ionic, tetapi tingginya visikositas (245,4 milipoise, kira-kira 25 x dibanding
air) menyebabkan kelarutan dan kristalisasi solute merupakan proses yang
lambat. Demikian juga adanya kesulitan untuk memindahkan solven yang
menempel pada kristal
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah pelarut merupakan zat yang
digunakan untuk melarutkan zat lain. Untuk melarutkan zat lain, p
DAFTAR PUSTAKA