Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Modul 7

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Kegiatan Belajar 7 : Trematoda Usus

1. Fasciolopsis buski (giant intestinal fluke)


Fasciolopsis adalah penyakit usus manusia yang disebabkan oleh cacimg Fasciolopsis buski
(Trematoda usus), yang bersarang pada usus jejunum dan duedenum. Gejala penyakit timbul apabila
cacing dewasa yang melekat pada usus muda menyebabkan tukak serta serta menimbulkan gejala
dearhe dengan warna tinja hijau kuning dan berbau busuk. Infeksi disebabkan karena makan tumbuhan
air yang mengandung metaserkaria (larva infektif).

Hospes
Fasciolopsis buski dapat hidup dalam tubuh keong (Tuan Rumah Perantara I) dan tumbuhan air
(Tuan Rumah perantara II), sedangkan manusia merupakan definitif host.

Morfologi dan Siklus Hidup


Siklus penularan penyakit kecacingan ini memerlukan 2 (dua) tuan rumah perantara (intermediat
host) yaitu keong dan tumbuhan air. Proses siklus hidup dari cacing Fasciolopsis buski ini melalui air
yang terkontaminasi oleh tinja manusia yang mengandung telur cacing, kemudian telur tersebut berubah
menjadi mirasidium dan menginfeksi pada spesies keong yang hidup di air. Dalam tubuh keong (Tuan
Rumah Perantara I) mirasidium bermetamorfosis menjadi sporokista dan keluar dari tubuh keong
berupa bentuk serkaria. Selanjutnya serkaria ini hinggap di tumbuhan air (Tuan Rumah II) dan berubah
menjadi metaserkaria yang bersifat infektif terhadap manusia. Apabila metaserkaria dari Fasciolopsis
buski ini tertelan manusia maka akan menyebabkan terinfeksi cacing ini.
Fasciolopsis buski dewasa berukuran 2.0-.5x0.8-2.0 cm, berwarna sepert daging, tebal, bulat
panjang seperti daun, integumen berduri kecil, tidak mempunyai konis, batil isap kepala ¼ dari batil isap
perut. (lihat gambar cacing dewasa di bawah ini)

Cacing dewasa Bagian anterior

Cacing dewas F.buski


Telur berwarna kekuning-kuningan, ukuran 130-140x80-85 mikron, berbentu
elips, dinding tipis dan jernih, operkulum kecil berada di salah satu ujung, telur
Fasciolopsis buski sangat sulit dibedakan dengan telur Fasciola hepatica. Telur
berkembang setelah berada dalam air (suhu 27oC - 32oC) selama 3–7 minggu,
kemudian akan melepaskan mirasidium berselia, kemudian setelah 2 jam di air
mirasidium memasuki jaringan keong air tawar yang sesuai untuk menjadi
sporokista, kemudian sporokista matang akan menghasilkan redia 1, dan redia 2. Redia 2 akan keluar
dari keong setelah 4 – 7 minggu. Redia berkembang menjadi serkaria dengan ekor tak bercabang dalam
air, setelah melepaskan ekornya serkaria tersebut akan menjadi metaserkaria (bentuk kista).
Metaserkaria jika tertelan hospes definitif akan hancur kemudian berkembang menjadi cacing dewasa.

Gambar 19. Siklus Hidup Fasciolopsis buski

Keterangan: telur belum matang dalam usus dan tinja . Telur beremberio dalam air , telur
menghasilkan mirasidium , kemudian menginvasi keong hospes intermediat . Dalam keong parasit
berkembang berurutan dengan tahap (sporokista , redia , dan serkaria ). Serkaria keluar dari
keong dan membentuk kista (metaserkaria) pada tumbuhan air . Hospes mamalia akan terinfeksi
karena tertelan metaserkaria pada tumbuhan air. Sesudah tertelan, the metaserkaria eksis di duodenum
dan menyerang dinding usus.mereka berkembang menjadi cacing daun dewasa (20 - 75 mm x 8 - 20
mm) dalam waktu kira-kira 3 bulan, menyerang dinding usus dari hospes mammalia (manusia dan babi)
. Jangka waktu hidup kira-kira 1 tahun.

Gejala Klinis
Aspek klinis lebih banyak disebabkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa melekat pada dinding
usus menimbulkan lesi iritasi, reaksi radang, intoksikasi umum, dan kolik intestinal. Pada infeksi ringan

75
Buku Ajar Helmintologi Medik
umumnya tanpa gejal. Pada infeksi berat dapat mengakibatkan peradangan kateral, ulserasi,
pembentukan ulkus, diare, nyeri perut, anemia dan edema. Pengobatan dapat diberikan tetrakhloretelin
atau prazikuantel.

Diagnosis
Diagnosa dilakukan dengan melihat gejala klinis yang terjadi pada penderita yang berada di
daerah endemis dan dipastikan dengan menemukan telur dalam tinja penderita dengan cara
pemeriksaan sederhana (pemeriksaan langsung).

Pengobatan
Obat efektif umumnya diberikan adalah; tetrakloretelin, heksil resorsinol, stilbazium iodida,
niklosamid, diklorfen dan prazikuantel.

Epidemiologi dan Pencegahan


Penyebaran penyakit kecacingan ini meliputi negara RRT, Taiwan, India, Vietnam, Muangthai dan
Indonesia. Kasus kecacingan Fasciolopsis buski di Indonesia sampai saat ini dilaporkan di kabupaten
Hulu Sungai Utara (HSU) provinsi Kalimantan Selatan dan tersebar di beberapa kecamatan. Jumlah
penduduk kabupaten HSU pada tahun 2000 ± 2.6 juta jiwa yang tersebar pada 13 (tiga) belas kecamatan
yaitu; 1) Lampihong, 2) Paringin, 3) Banjang, 4) Juai, 5) Halong, 6) Awayan, 7) Batu Mandi, 8) Amuntai
Tengah, 9) Amuntai Selatan, 10) Amuntai Utara, 11) Babirik, 12) Danau Panggang, dan 13) Sungai
Pandan.
Tahun 1982 kasus kecacingan Fasciolopsis buski di temukan di desa Sungai Papuyu kecamatan
Babirik kabupaten HSU Kalimantan Selatan yang diderita oleh anak laki-laki berumur 11 tahun.
Selanjutnya pada tahun 1983 Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes kab.) HSU melaporkan kembali 3
(tiga) penderita di daerah yang sama dan sudah diidentifikasi sebagai cacing F.Buski yang keluar
bersama bahan muntahan dan tinja. Pada bulan Oktober 1985 dirjen P2M dan PLP bekerjasama dengan
bagian parasitologi Universitas Indonesia (UI) mengadakan penelitian lapangan mengenai kasus yang
dianggap aneh pada mulanya oleh warga di daerah tersebut, setelah 5 (lima) kali penelitian di beritakan
bahwa Fasciolopsiasis di daerah ini sudah endemis dan paling sedikit sudah melanda daerah babirik dan
sekitarnya sebelum diadakan penyelidikan.
Prevalensi kecacingan buski di Sungai Papuyu sampai tahun 2002 mencapai 27%, dimana 79,1%
di antaranya penderitanya adalah anak berusia 5-14 tahun. Penderita pada umumnya mengalami diare
berkepanjangan kadang mengeluarkan cacing dewasa, badan kurus pucat (anemia), perut buncit,
bahkan karena infeksi yang berat berakibat fatal. Infeksi F.Buski di Thailand pada manusia sering terjadi
karena kebiasaan penduduk makan tumbuhan air yang berperan dalam penularan fasciolopsis. Tingginya
angka kesakitan penderita infeksi Fasciolopsis di babirik terjadi salah satunya diduga karena kebiasaan
penduduk (anak-anak) yang sering makan tumbuhan teratai (umbi) dalam keadaan mentah-mentah.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan cara memasak dan merebus tumbuhan air sebelum
dimakan, serta hindari defekasi di sungai.

76
Buku Ajar Helmintologi Medik
2. Echinostoma ilocanum
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira berjumlah 11 spesies atau
lebih. Garrison (1907) pertama kali menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidana pribumi di
Filipina. Tubangui (1931) menemukan bahwa rattus-rattus norvegicus, merupakan hospes reservoar
cacing tersebut. Chen (1934) melaporkan bahwa anjing-anjing setempat di Canton, RRC, di hinggapi
cacing tersebut. Brug dan Tesch (1937) melaporkan spesies Echinostoma lndoense pada manusia di
Palu, Sulawesi Tengah. Bone, Bras, dan Lie Kian Joe (1948) menemukan Echinostoma ilocanum pada
penderota sakit jiwa di Jawa.
Di Indonesia berdasarkan laporan penelitian ditemukan lima spesies cacing Echinostoma yaitu ;
Echinostima ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum, dan
Echinostoma revolutum.
Echinostoma ilocanum termasuk dalam golongan trematoda usus (intestinal flukes) yaitu cacing
yang termasuk kelas TREMATODA, filum PLATYHELMINTHES dan hidup sebagai parasit di dalam usus.
Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit. Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk
sub kelas DIGENEA, yang hidp sebagai endo parasit. Dari sebelas atau lebih jenis cacing Echinostoma
pernah dilaporkan pada manusia beberapa jenis di antaranya adalah parasit alami dan beberapa lagi
adalah parasit yang secara kebetulan pada manusia.

Hospes
Hospes cacing keluarga ECHINOSTOMATIDAE sangat beraneka ragam yaitu manusia, tikus,
anjing, burung, ikan, dan lain-lain (poliksen). Nama penyakitnya disebut Echinostomiasis. Kebanyakan
spesies ini ditemukan di negeri Timur. Cacing-cacing ini sering dibicarakan sebagai suatu golongan
karena merupakan cacing yang tidak penting di tempat yang tertentu sebagai penyebab penyakit pada
manusia.

Morfologi dan Siklus Hidup


Morfologi Cacing trematoda dari keluarga Echinostomatidae dapat dibedakan dari cacing
trematoda lain dengan adanya ciri-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai
kira-kira 51 buah, letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda,
melingkari bagian belakang serta samping batil isap kepala.
Cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran dari 2,5 mm
hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 - 0,7 mm hingga 2,5 – 3,5 mm.
Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya tersusun
tandem pada bagian posterior cacing. Vitellaria letaknya
sebelah lateral, meliputi 2/3 badan cacing dan melanjut hingga
bagian posterior. Cacing dewasa hidup di usus halus,
mempunyai warna agak merah keabu-abuan. Telur mempunyai
operculum , besarnya berkisar antara 103 – 137 X 59 – 75
mikron.

77
Buku Ajar Helmintologi Medik
Siklus hidup Echinostoma ilocanum, dimulai jika telur setelah tiga minggu dalam air, berisi tempayak
yang berisi mirasidium menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada hospes
perantara I berupa keong seperti genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya. Dalam hospes
perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokista kemudian menjadi redia induk, redia anak dan
kemudian secara parthenogenesis membentuk serkaria. Serkaria berkembang menjadi banyak,
dilepaskan ke dalam air oleh redia yang berada di dalam keong. Serkaria ini kemudian hinggap pada
hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang infektif. Hospes perantara II adalah jenis keong
yang besar, seperti genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula. Ukuran besar cacing, jumlah duri-duri
sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur, dan jenis hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi
spesies cacing. Hospes definitive mendapat infeksi bila makan hospes perantara II yang mengandung
metaserkaria yang tidak di masak dengan baik.

Gejala Klinis
Gejala klinis umumnya disebabkan oleh cacing dewasa, seperti ; lesi iritasi, reaksi radang,
intoksikasi umum, pada kasus asimtomatik umumnya infeksi ringan. Jika terjadi infeksi berat dapat
menyebabkan ulserasi, pembentukan ulkus, diare, nyeri perut anemia, dan edema.

Diagnosis
Melihat gejala klinis pada daerah endemis dan dipastikan dengan menemukan telur dalam tinja
penderita dengan cara pemeriksaan sederhana (pemeriksaan langsung), walaupun demikian morfologi
telur sulit dibedakan antara Fasciola hepatica dan Fasioliasis buski.

Pengobatan
Obat pilihan yang efektif umumnya diberikan adalah; diklorfen dan prazikuantel.

Epidemiologi dan Pencegahan


Chen (1934) melaporkan bahwa anjing-anjing setempat di Canton, RRC, di hinggapi cacing
tersebut. Brug dan Tesch (1937) melaporkan spesies Echinostoma lndoense pada manusia di Palu,
Sulawesi Tengah. Bone, Bras, dan Lie Kian Joe (1948) menemukan Echinostoma ilocanum pada
penderota sakit jiwa di Jawa.
Berdasarkan laporan penelitian di Indonesia ditemukan lima spesies cacing Echinostoma yaitu;
Echinostima ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum, dan
Echinostoma revolutum.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengendalikan penggunaan pupuk dari tinja manusia, jika
mengkonsumsi keong dan ikan masak dengan benar dan matang, hindari minum air mentah, dan
mengendalikan defekasi agar jangan dilakukan di sungai.

78
Buku Ajar Helmintologi Medik
3. Heterophyes heterophyes (minute fish intestinalis fluke)

Hospes
Hospes definitifnya adalah manusia, mamalia pemakan ikan, anjng, kucing, burung dan lain-lain.
Hospes perantara I adalah keong air payau seperti ; Pironella conica dan Cerithidea cengulata. Hospes
perantara II adalah ikan Mugil cephalus, Mugil japonicus, Tilapia nilotica, Aphanium fasciatus dan genus
Acanthogobius sp. Cacing dewasa hidup dibagian tengah usus halus dan dibagian lumen atau melekat
pada mukosa usus di antara vili-vili. Penyakit yang disebabkannya adalah heterofiasis. Distribusi
geografik meliputi, mesir, Timur Tengah dan Timur Jauh.

Morfologi dan Siklus Hidup


Cacing dewasa mengeluarkan telur berembrio dalam tinja, kemudian berubah menjadi mirasidium,
masuk dalam snail (intermediate host I), berubah menjadi Cerithidia selanjutnya berkembang menjadi
sporokista, redia dan menjadi serkaria. Serkaria keluar dari
snail membentuk metacercariae dalam jaringan ikan air tawar
(intermediate host II). Definitive host terinfeksi karena makan
ikan yang tidak dimasak dengan baik yang mengandung
metaserkaria. Sesudah tertelan metaserkaria menyerang
mokusa usus kecil dan menjadi dewasa (dengan ukuran 1.0 -
1.7 mm x 0.3-0.4 mm). selain manusia ikan juga dapat dimakan
oleh mamalia lain (seperti ; kucing dan anjng) dan burung akan terinfeksi oleh Heterophyes heterophyes

Gambar 20. Siklus Hidup Heterophyes heterophyes

79
Buku Ajar Helmintologi Medik
Keterangan: dewasa mengeluarkan telur beremberio yang berkembang menjadi mirasidium, dan telur
dikeluarkan dalam tinja hospes n. Sesudah itu masuk dalam keong (hospes intermediat I), telur
menetas dan mengeluarkan mirasidium yang akan mempenetrasi usus keong . Genus Cerithidia dan
Pironella merupakan keong yang penting sebagai IH I di Asia dan Timur Tengah. Mirasidium selanjutnya
berkembang secara bertahap dalam keong, menjadi sporokista , redia , and serkaria . Banyak
serkaria yang dihasilkan oleh tiap redia. Serkaria keluar dari keong dan mengkista menjadi
metaserkaria dalam jaringan ikan air tawar (hospes intermediat II) . Definitive host akan terinfeksi
karena makan ikan yang tidak dimasak dengan matang yang mengandung metaserkaria . Sesudah
tertelan, metaserkaria keluar dari kista (excyst), menyerang mucosa dari usus halus dan matang
sampai dewasa . Selain manusia ikan juga dapat dimakan oleh mamalia lain (misalnya; kucing dan
anjing) dan burung dapat terinfeksi oleh Heterophyes heterophyes .

Gejala Klinis
Gambaran klinik yang terjadi biasanya diarrhea dan colicky bagian abdominal. Telur dapat
bermigrasi dalam sirkulasi darah dan limfe. Telur-telur ini dapat merangsang terbentuknya lesi-lesi
patologis, terutama pada organ jantung dan otak. Terkadang telur cacing dapat masuk melalui luka.

Diagnosis
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan telur pada spesimen tinja secara
mikroskopis. Karena telur Heterophyes heterophyes ukuran dan bentuk sama dengan telur Metagonimus
yokogawai, Clonorchis dan Opisthorchis, maka riwayat dan gejala klinik penderita harus diketahui.

Pengobatan : Praziquantel merupakan obat pilihan.

Epidemiologi dan Pencegahan


Distribusi secara geografik meliputi, mesir, Timur Tengah dan Timur Jauh, seperti Mesir, Yunani,
Israel, Cina, Jepang, Taiwan, Filiphina, beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Timur. Sebaran
kasus umumnya pada orang yang gemar makan ikan mentah atau diasinkan kurang dari 2 minggu dari
golongan Mugil cephalus atau Mugil japonicus.
Pencegahan pada daerah endemis dengan melarang penduduk makan ikan mentah atau
diasinkan, kecuali dimasak dengan matang.

80
Buku Ajar Helmintologi Medik
Rangkuman
Trematoda intestinalis terdiri dari spesies Fasciolopsis buski, Echinostoma ilocanum. Fasciolopsis
buski dewasa berukuran 2.0-.5x0.8-2.0 cm, berwarna sepert daging, tebal, bulat panjang seperti daun,
integumen berduri kecil, tidak mempunyai konis, batil isap kepala ¼ dari batil isap perut.. Telur berwarna
kekuning-kuningan, ukuran 130-140x80-85 mikron, berbentu elips, dinding tipis dan jernih, operkulum
kecil berada di salah satu ujung, telur Fasciolopsis buski sangat sulit dibedakan dengan telur Fasciola
hepatica.
Aspek klinis lebih banyak disebabkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa melekat pada dinding
usus menimbulkan lesi iritasi, reaksi radang, intoksikasi umum, dan kolik intestinal. Pada infeksi ringan
umumnya tanpa gejal. Pada infeksi berat dapat mengakibatkan peradangan kateral, ulserasi,
pembentukan ulkus, diare, nyeri perut, anemia dan edema. Pengobatan dapat diberikan tetrakhloretelin
atau prazikuantel. Kebanyakan spesies Echinostoma ilocanum ditemukan di negeri Timur. Cacing-cacing
ini sering dibicarakan sebagai suatu golongan karena merupakan cacing yang tidak penting di tempat
yang tertentu sebagai penyebab penyakit pada manusia. Morfologi Echinostoma ilocanum memiliki ciri
khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai kira-kira 51 buah, letaknya dalam dua
baris berupa tapal kuda, melingkari bagian belakang serta samping batil isap kepala. Cacing tersebut
berbentuk lonjong, berukuran dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 - 0,7 mm hingga 2,5 – 3,5 mm.
Heteropyes heterophyes hospes definitifnya manusia, mamalia pemakan ikan, anjng, kucing,
burung dan lain-lain. Hospes perantara I adalah keong air payau seperti ; Pironella conica dan Cerithidea
cengulata. Hospes perantara II adalah ikan Mugil cephalus, Mugil japonicus, Tilapia nilotica, Aphanium
fasciatus dan genus Acanthogobius sp. Cacing dewasa hidup dibagian tengah usus halus dan dibagian
lumen atau melekat pada mukosa usus di antara vili-vili. Penyakit yang disebabkannya adalah
heterofiasis. Distribusi geografik meliputi, mesir, Timur Tengah dan Timur Jauh.
Cacing dewasa berukuran 1.0 -1.7 mm x 0.3-0.4 mm. selain manusia ikan juga dapat dimakan oleh
mamalia lain (seperti ; kucing dan anjng) dan burung akan terinfeksi oleh Heterophyes heterophyes
Diagnosis laboratorium dengan menemukan telur pada specimen tinja secara mikroskopis. Karena
telur Heterophyes heterophyes ukuran dan bentuk sama dengan telur Metagonimus yokogawai,
Clonorchis dan Opisthorchis, maka riwayat dan gejala klinik penderita harus diketahui. Pengobatan :
Praziquantel merupakan obat pilihan.

Latihan 7
1. Sebutkan morfologi utama tiap spesies trematoda usus.
2. Jelaskan sifat tiap spesies trematoda usus.
3. Jelaskan aspek klinis tiap spesies trematoda usus.
4. Jelaskan siklus hidup tiap spesies nematoda intetinalis.
5. Jelaskan penyebaran penyakit tiap spesies trematoda usus.
6. Jelaskan cara diagnosa laboratorium tiap spesies trematoda usus.
7. Jelaskan cara pengobatan dan pencegahan tiap spesies trematoda usus.
8. Identifikasi dan tunjukkan perbedaan tiap spesies trematoda usus.

81
Buku Ajar Helmintologi Medik

Anda mungkin juga menyukai