Modul 7
Modul 7
Modul 7
Hospes
Fasciolopsis buski dapat hidup dalam tubuh keong (Tuan Rumah Perantara I) dan tumbuhan air
(Tuan Rumah perantara II), sedangkan manusia merupakan definitif host.
Keterangan: telur belum matang dalam usus dan tinja . Telur beremberio dalam air , telur
menghasilkan mirasidium , kemudian menginvasi keong hospes intermediat . Dalam keong parasit
berkembang berurutan dengan tahap (sporokista , redia , dan serkaria ). Serkaria keluar dari
keong dan membentuk kista (metaserkaria) pada tumbuhan air . Hospes mamalia akan terinfeksi
karena tertelan metaserkaria pada tumbuhan air. Sesudah tertelan, the metaserkaria eksis di duodenum
dan menyerang dinding usus.mereka berkembang menjadi cacing daun dewasa (20 - 75 mm x 8 - 20
mm) dalam waktu kira-kira 3 bulan, menyerang dinding usus dari hospes mammalia (manusia dan babi)
. Jangka waktu hidup kira-kira 1 tahun.
Gejala Klinis
Aspek klinis lebih banyak disebabkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa melekat pada dinding
usus menimbulkan lesi iritasi, reaksi radang, intoksikasi umum, dan kolik intestinal. Pada infeksi ringan
75
Buku Ajar Helmintologi Medik
umumnya tanpa gejal. Pada infeksi berat dapat mengakibatkan peradangan kateral, ulserasi,
pembentukan ulkus, diare, nyeri perut, anemia dan edema. Pengobatan dapat diberikan tetrakhloretelin
atau prazikuantel.
Diagnosis
Diagnosa dilakukan dengan melihat gejala klinis yang terjadi pada penderita yang berada di
daerah endemis dan dipastikan dengan menemukan telur dalam tinja penderita dengan cara
pemeriksaan sederhana (pemeriksaan langsung).
Pengobatan
Obat efektif umumnya diberikan adalah; tetrakloretelin, heksil resorsinol, stilbazium iodida,
niklosamid, diklorfen dan prazikuantel.
76
Buku Ajar Helmintologi Medik
2. Echinostoma ilocanum
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira berjumlah 11 spesies atau
lebih. Garrison (1907) pertama kali menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidana pribumi di
Filipina. Tubangui (1931) menemukan bahwa rattus-rattus norvegicus, merupakan hospes reservoar
cacing tersebut. Chen (1934) melaporkan bahwa anjing-anjing setempat di Canton, RRC, di hinggapi
cacing tersebut. Brug dan Tesch (1937) melaporkan spesies Echinostoma lndoense pada manusia di
Palu, Sulawesi Tengah. Bone, Bras, dan Lie Kian Joe (1948) menemukan Echinostoma ilocanum pada
penderota sakit jiwa di Jawa.
Di Indonesia berdasarkan laporan penelitian ditemukan lima spesies cacing Echinostoma yaitu ;
Echinostima ilocanum, Echinostoma malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum, dan
Echinostoma revolutum.
Echinostoma ilocanum termasuk dalam golongan trematoda usus (intestinal flukes) yaitu cacing
yang termasuk kelas TREMATODA, filum PLATYHELMINTHES dan hidup sebagai parasit di dalam usus.
Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit. Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk
sub kelas DIGENEA, yang hidp sebagai endo parasit. Dari sebelas atau lebih jenis cacing Echinostoma
pernah dilaporkan pada manusia beberapa jenis di antaranya adalah parasit alami dan beberapa lagi
adalah parasit yang secara kebetulan pada manusia.
Hospes
Hospes cacing keluarga ECHINOSTOMATIDAE sangat beraneka ragam yaitu manusia, tikus,
anjing, burung, ikan, dan lain-lain (poliksen). Nama penyakitnya disebut Echinostomiasis. Kebanyakan
spesies ini ditemukan di negeri Timur. Cacing-cacing ini sering dibicarakan sebagai suatu golongan
karena merupakan cacing yang tidak penting di tempat yang tertentu sebagai penyebab penyakit pada
manusia.
77
Buku Ajar Helmintologi Medik
Siklus hidup Echinostoma ilocanum, dimulai jika telur setelah tiga minggu dalam air, berisi tempayak
yang berisi mirasidium menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada hospes
perantara I berupa keong seperti genus Anisus, Gyraulus, Lymnaea, dan sebagainya. Dalam hospes
perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokista kemudian menjadi redia induk, redia anak dan
kemudian secara parthenogenesis membentuk serkaria. Serkaria berkembang menjadi banyak,
dilepaskan ke dalam air oleh redia yang berada di dalam keong. Serkaria ini kemudian hinggap pada
hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang infektif. Hospes perantara II adalah jenis keong
yang besar, seperti genus Vivipar, Bellamya, Pila atau Corbicula. Ukuran besar cacing, jumlah duri-duri
sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur, dan jenis hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi
spesies cacing. Hospes definitive mendapat infeksi bila makan hospes perantara II yang mengandung
metaserkaria yang tidak di masak dengan baik.
Gejala Klinis
Gejala klinis umumnya disebabkan oleh cacing dewasa, seperti ; lesi iritasi, reaksi radang,
intoksikasi umum, pada kasus asimtomatik umumnya infeksi ringan. Jika terjadi infeksi berat dapat
menyebabkan ulserasi, pembentukan ulkus, diare, nyeri perut anemia, dan edema.
Diagnosis
Melihat gejala klinis pada daerah endemis dan dipastikan dengan menemukan telur dalam tinja
penderita dengan cara pemeriksaan sederhana (pemeriksaan langsung), walaupun demikian morfologi
telur sulit dibedakan antara Fasciola hepatica dan Fasioliasis buski.
Pengobatan
Obat pilihan yang efektif umumnya diberikan adalah; diklorfen dan prazikuantel.
78
Buku Ajar Helmintologi Medik
3. Heterophyes heterophyes (minute fish intestinalis fluke)
Hospes
Hospes definitifnya adalah manusia, mamalia pemakan ikan, anjng, kucing, burung dan lain-lain.
Hospes perantara I adalah keong air payau seperti ; Pironella conica dan Cerithidea cengulata. Hospes
perantara II adalah ikan Mugil cephalus, Mugil japonicus, Tilapia nilotica, Aphanium fasciatus dan genus
Acanthogobius sp. Cacing dewasa hidup dibagian tengah usus halus dan dibagian lumen atau melekat
pada mukosa usus di antara vili-vili. Penyakit yang disebabkannya adalah heterofiasis. Distribusi
geografik meliputi, mesir, Timur Tengah dan Timur Jauh.
79
Buku Ajar Helmintologi Medik
Keterangan: dewasa mengeluarkan telur beremberio yang berkembang menjadi mirasidium, dan telur
dikeluarkan dalam tinja hospes n. Sesudah itu masuk dalam keong (hospes intermediat I), telur
menetas dan mengeluarkan mirasidium yang akan mempenetrasi usus keong . Genus Cerithidia dan
Pironella merupakan keong yang penting sebagai IH I di Asia dan Timur Tengah. Mirasidium selanjutnya
berkembang secara bertahap dalam keong, menjadi sporokista , redia , and serkaria . Banyak
serkaria yang dihasilkan oleh tiap redia. Serkaria keluar dari keong dan mengkista menjadi
metaserkaria dalam jaringan ikan air tawar (hospes intermediat II) . Definitive host akan terinfeksi
karena makan ikan yang tidak dimasak dengan matang yang mengandung metaserkaria . Sesudah
tertelan, metaserkaria keluar dari kista (excyst), menyerang mucosa dari usus halus dan matang
sampai dewasa . Selain manusia ikan juga dapat dimakan oleh mamalia lain (misalnya; kucing dan
anjing) dan burung dapat terinfeksi oleh Heterophyes heterophyes .
Gejala Klinis
Gambaran klinik yang terjadi biasanya diarrhea dan colicky bagian abdominal. Telur dapat
bermigrasi dalam sirkulasi darah dan limfe. Telur-telur ini dapat merangsang terbentuknya lesi-lesi
patologis, terutama pada organ jantung dan otak. Terkadang telur cacing dapat masuk melalui luka.
Diagnosis
Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan telur pada spesimen tinja secara
mikroskopis. Karena telur Heterophyes heterophyes ukuran dan bentuk sama dengan telur Metagonimus
yokogawai, Clonorchis dan Opisthorchis, maka riwayat dan gejala klinik penderita harus diketahui.
80
Buku Ajar Helmintologi Medik
Rangkuman
Trematoda intestinalis terdiri dari spesies Fasciolopsis buski, Echinostoma ilocanum. Fasciolopsis
buski dewasa berukuran 2.0-.5x0.8-2.0 cm, berwarna sepert daging, tebal, bulat panjang seperti daun,
integumen berduri kecil, tidak mempunyai konis, batil isap kepala ¼ dari batil isap perut.. Telur berwarna
kekuning-kuningan, ukuran 130-140x80-85 mikron, berbentu elips, dinding tipis dan jernih, operkulum
kecil berada di salah satu ujung, telur Fasciolopsis buski sangat sulit dibedakan dengan telur Fasciola
hepatica.
Aspek klinis lebih banyak disebabkan oleh cacing dewasa. Cacing dewasa melekat pada dinding
usus menimbulkan lesi iritasi, reaksi radang, intoksikasi umum, dan kolik intestinal. Pada infeksi ringan
umumnya tanpa gejal. Pada infeksi berat dapat mengakibatkan peradangan kateral, ulserasi,
pembentukan ulkus, diare, nyeri perut, anemia dan edema. Pengobatan dapat diberikan tetrakhloretelin
atau prazikuantel. Kebanyakan spesies Echinostoma ilocanum ditemukan di negeri Timur. Cacing-cacing
ini sering dibicarakan sebagai suatu golongan karena merupakan cacing yang tidak penting di tempat
yang tertentu sebagai penyebab penyakit pada manusia. Morfologi Echinostoma ilocanum memiliki ciri
khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai kira-kira 51 buah, letaknya dalam dua
baris berupa tapal kuda, melingkari bagian belakang serta samping batil isap kepala. Cacing tersebut
berbentuk lonjong, berukuran dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 - 0,7 mm hingga 2,5 – 3,5 mm.
Heteropyes heterophyes hospes definitifnya manusia, mamalia pemakan ikan, anjng, kucing,
burung dan lain-lain. Hospes perantara I adalah keong air payau seperti ; Pironella conica dan Cerithidea
cengulata. Hospes perantara II adalah ikan Mugil cephalus, Mugil japonicus, Tilapia nilotica, Aphanium
fasciatus dan genus Acanthogobius sp. Cacing dewasa hidup dibagian tengah usus halus dan dibagian
lumen atau melekat pada mukosa usus di antara vili-vili. Penyakit yang disebabkannya adalah
heterofiasis. Distribusi geografik meliputi, mesir, Timur Tengah dan Timur Jauh.
Cacing dewasa berukuran 1.0 -1.7 mm x 0.3-0.4 mm. selain manusia ikan juga dapat dimakan oleh
mamalia lain (seperti ; kucing dan anjng) dan burung akan terinfeksi oleh Heterophyes heterophyes
Diagnosis laboratorium dengan menemukan telur pada specimen tinja secara mikroskopis. Karena
telur Heterophyes heterophyes ukuran dan bentuk sama dengan telur Metagonimus yokogawai,
Clonorchis dan Opisthorchis, maka riwayat dan gejala klinik penderita harus diketahui. Pengobatan :
Praziquantel merupakan obat pilihan.
Latihan 7
1. Sebutkan morfologi utama tiap spesies trematoda usus.
2. Jelaskan sifat tiap spesies trematoda usus.
3. Jelaskan aspek klinis tiap spesies trematoda usus.
4. Jelaskan siklus hidup tiap spesies nematoda intetinalis.
5. Jelaskan penyebaran penyakit tiap spesies trematoda usus.
6. Jelaskan cara diagnosa laboratorium tiap spesies trematoda usus.
7. Jelaskan cara pengobatan dan pencegahan tiap spesies trematoda usus.
8. Identifikasi dan tunjukkan perbedaan tiap spesies trematoda usus.
81
Buku Ajar Helmintologi Medik