Ustek PRC Gedung Kedokteran Unila
Ustek PRC Gedung Kedokteran Unila
Ustek PRC Gedung Kedokteran Unila
BAB V
URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
3. Tahap Analisis dan konsep rencana yakni dengan membuat Konsep Rencana
Teknis terlebih dahulu dan dilakukan analisis mendalam sesuai data hasil survey
dan pengukuran lapangan;
4. Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan pra
rancangan meliputi :
Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan;
Konsep bangunan;
Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas;
Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan divisualisasikan
dalam desain.
5. Tahap Pra-Rancangan, penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak,
rencana bentuk, rencana struktur dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan
kondisi eksiting di lapangan.
6. Tahap Pengembangan Rancangan meliputi pembuatan Gambar Denah Gedung
Ruang Kuliah, Tampak, Potongan, Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun
prakiraan biaya yang di perlukan dalam pembangunan konstruksi gedung, yang
meliputi :
Site Plan rencana dan Layout plan
Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam skala
1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BQ), Rencana Anggaran Biaya
(RAB) sementara pekerjaan konstruksi.
7. Tahap pelelangan Konstruksi fisik, membantu panitia pada waktu acara
penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun berita acara penjelasan pekerjaan,
evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.
5.3. METODOLOGI
5.3.1. Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan diusulkan sebagai gagasan baru adalah gedung
ruang kuliah berbasis konsep GREEN SITE & GREEN BUILDING sehingga menjadi
Low Energy Consumption Building serta berperan mengurangi dampak Global
Warming.
Green Site/ Garden City Concept:
• High Density Development
• More Greenery (RTH)
• Restrict Movement Of Motorized Vehicle
• Interconnected Walkways
• Zero Runoff
• Integrated Waste Management
• Integrated MEP System
Material
Local products
Sustainable
Low energy
Recyclable / eco friendly
Non toxic
Contoh Material
• Menahan lingkungan diluar pada lokasi gedung (Land, Water, and Energy)
• Meningkatkan lingkungan internal bagi penghuni (Pencahayaan dan Udara di dalam
gedung)
• Memelihara lingkungan pada tempat yang jauh dari gedung (penggunaan material
gedung yang ramah lingkungan)
d) Menjamin terwujudnya pintu keluar tersendiri dari setiap lantai yang dapat
mencapai keluar secara langsung yang diisolasi terhadap kebakaran menuju
ke jalan atau ruang terbuka.
6. Persyaratan Transportasi dalam Gedung:
a) Menjamin tersedianya sarana transportasi horisontal dan vertikal yang layak,
aman dan nyaman di dalam bangunan gedung.
b) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum, dan sosial.
7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan
bahaya:
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat.
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
a) Menjamin terpasang dan tersambungnya instalasi listrik secara cukup dan
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dan
bahaya akibat petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
9. Persyaratan Sanitasi dari bangunan:
a) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
b) Menjamin kebersihan, kesehatan, dan memberikan pelayanan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
c) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara
baik.
d) menjamin tersedianya air bersih di dalam dan di Iingkungan bangunan
gedung.
g) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03–
2847, 2002.
h) Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03–6861, 2002.
i) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
j) Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen
Pekerjaan Umum;
k) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung tahun 1987;
l) Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada rumah dan gedung tahun 1987;
m) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
n) Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret
2000;
o) Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;
p) Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan – ketentuan teknis yang lain
yang berhubungan dengan pembangunan gedung.
B Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik
berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari segi khusus
bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:
1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar,
seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografi, klimatologi, dan lain-lain;
3. Sejauh tidak bertentangan dengan persyaratan khusus bangunan yang akan
dibangun harus diusahakan penggunaan potensi alami (pencahayaan dan tata
udara) untuk daerah dingin dan panas;
4. Pengelompokan fungsi bangunan hendaknya dilakukan sesuai dengan sifat dan
hirarkhinya namun merupakan kesatuan yang utuh;
B Prinsip-Prinsip Perancangan
b. Mengiris ( Cut )
Pengirisan merupakan kebalikan dari pengurugan, dibentuk oleh
penggalian daerah datar yang stabil, kemungkinan erosi dikurangi, dan
kemiringan dapat menjadi lebih miring lagi. Masalah yang ada hanya
bagaimana membuang tanah yang dipindahkan.
B Iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghadapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun perlindungan
terhadap cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara,
ventilasi dan sebagainya. Rancangan untuk mengendalikan iklim dan
menghematkan energi secara serempak memberikan suatu lingkungan yang
menarik dan berbagai pengalaman bagi pemakai yang dapat diselesaikan jika
Konsultan : Halaman | V-18
18
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA
Iklim pada semua tingkatan zona adalah tercipta oleh interaksi dari empat faktor
utama. Ke empat faktor utama tersebut adalah pola-pola angin, radiasi
matahari, suhu, dan hujan. Perhubungan timbal balik dari topografi, adalah
sebuah faktor berpengaruh yang kelima. Memahami bagaimana iklim
mempengaruhi kondisi-kondisi topografi dan pada akhirnya rancangan
memerlukan diskusi pendahuluan dari masing-masing faktor-faktor iklim secara
sendiri-sendiri, diikuti oleh diskusi dari interaksi di antara mereka. Aspek
lingkungan yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan, antara
lain aspek penghawaan, aspek terang alami, aspek thermal (panas), gangguan
suara (noise) dan penggunaan material lokal.
Iklim Micro
ECO FRIENDLY:
Pemilihan material secara tepat, terutama dari
jenis yang memiliki poroeusitas tinggi
Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki & penyandang cacat
C Vegetasi
Pengertian, Fungsi, dan Manfaat umum Vegetasi Lansekap
Sebelum rencana pengembangan dilaksanakan, perlu diadakan pengamatan
serta pengenalan vegetasi terlebih dahulu pada kawasan. Pengenalan tersebut
dapat menggunakan pohon-pohon besar yang sudah ada daripada
menebangnya dan menyesal kemudian setelah menyadari bahwa untuk
menumbuhkan pohon sampai menjadi besar membutuhkan waktu bertahun-
tahun. Di dalam pengamatan perlu adanya pencatatan jenis, dimensi serta letak
dari vegetasi tersebut. Perlu diperhatikan juga struktur percabangannya, warna
daun, serta teksturnya. Penyelidikan ekologis pada kawasan untuk
mendapatkan data tentang jenis-jenis pohon atau semak-semak yang memang
berasal dari daerah tersebut, dan jenis vegetasi lain yang mungkin dapat
tumbuh di sana, untuk berbagai kepentingan seperti: penahan angin, pembatas
Dalam hal sirkulasi adalah penting utuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang mempengaruhi dalam pergerakan manusia. Meliputi faktor-faktor:
a. Faktor yang merancang manusia cenderung bergerak :
- Bila ada sesuatu yang menyenangkan
- Bila ada benda yang disukainya
- Adanya tanda dan petunjuk yang jelas dan mengarah
- Bila sesuatu mempunyai daya tarik
- Bila sesuatu yang berbeda
b. Faktor yang merangsang manusia menolak bergerak :
- Adanya rintangan
- Ada sesuatu yang tidak menyenangkan
- Ada sesuatu yang monoton (membosankan)
- Ada sesuatu yang tidak serasi
- Adanya bahaya
c. Faktor yang membimbing manusia melakukan gerakan :
- Adanya pembagi ruang
- Adanya tanda – tanda atau simbol
- Adanya dinding pengarah dan penahan
- Adanya pola sirkulasi
d. Faktor yang merangsang manusia beristirahat :
- Kondisi kenikmatan
- Adanya halangan
- Kesempatan untuk menangkap view atau detail yang jelas
B Kenyamanan Ruang
Aspek Angin dan Penghawaan
Kondisi aliran angin terbesar pada siang hari berasal dari arah Tenggara
kawasan, yang merupakan kawasan yang masih terbuka dan sangat kurang
tata hijau, memerlukan perhatian untuk mengolah tata hijau di Tenggara lokasi
dan mengarahkan aliran angin agar hawa yang cenderung panas dapat
dihindari dan bermanfaat bagi pernapasan bangunan yang akan direncanakan
C PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada umumnya menggunakan sumber cahaya alam (pencahayaan
alami) dan juga sumber energi listrik (pencahayaan buatan). Sistem pencahayaan
yang dipilih haruslah yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman untuk
penglihatan, tidak menghambat kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan
terutama dalam ruang-ruang tertentu dan menggunakan energi yang seminimal
mungkin (Akmal, 2006).
Untuk dapat merencanakan sistem pencahayaan yang baik dan tepat, harus
diperhatikan hal-hal berikut ini:
Kebutuhan dan fungsi ruang, aktivitas dari pengguna (Practical Needs).
Membantu penampilan (Easy of Performance).
Kenyamanan (Comfort).
Keamanan dan keselamatan (Safety).
Ekonomis (Economy).
Keperluan dekorasi (Decorative Needs).
Persyaratan bangunan (Architectural Consideration).
Kondisi dan udara dalam ruang.
Letak penempatan lampu.
Warna-warna dinding (gelap atau terang).
Pencahayaan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu sebagai sumber cahaya untuk
kegiatan seharihari, untuk memberi keindahan dalam desain suatu ruang, untuk
menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan karakter dan fungsi ruang. Selain
fungsi utamanya tersebut, pencahayaan juga dapat memberikan nilai lebih dalam
suatu ruang.
Pertama adalah pencahayaan dapat membangun suasana. Dalam sebuah desain,
efek fisik dan psikologis adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi, begitu
pula dalam pencahayaan. Pencahayaan yang terlalu terang akan membuat kita
merasa terbangun dan sangat aktif. Sedangkan pencahayaan yang temaram dan
redup menciptakan rasa rileks bahkan mungkin mengantuk. Hal tersebut merupakan
efek psikologis dalam bentuk fisik pencahayaan. Suasana ruang dapat diciptakan
dari warna dan intensitas cahayanya.
Konsultan : Halaman | V-28
28
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA
Bentuk yang
Tanragawi Kaitanya dengan
simbolisme dan
Konsultan : Halaman | V-29
29
CV. VIANDRA WASTHU mitos
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA
Arsitektur Tradisional mengandung dua aspek yang diperkaitkan satu sama lain
yaitu:
1. Bentuk Ragawi pada Arsitektur Tradisional dapat dilihat dari:
a. Bentuk atap: Umumnya ada dua jenis atap yang dijumpai yaitu atap datar
dan miring (pelana dan limasan). Atap merupakan titik akhir dari suatu
bangunan yang menjadi sebuah mahkota bangunan, bukti dari fungsinya
sebagai perwujudan kebanggaan dan martabat dari bangunan itu sendiri.
Mahkota ini disandang oleh tubuh bangunan. Secara visual, mahkota
merupakan akhiran fasad.
Sedangkan pada Arsitektur Tradisional, bentuk atap memiliki peran
penting bukan, bukan hanya sebatas penutup baginan atas bangunan,
karena pada Arsitektur Tradisional, atap merupakan mahkota dari sebuah
bangunan, dalam pembuatanya mendapat perhatian lebih. Selain itu atap
pada Arsitektur Tradisional memiliki proporsi lebih besar daripada bagian
lain pada bangunan. Atap juga dapat membedakan Arsitektur di setiap
daerah.
Kesan yang
Wujud yang langsung ditangkap ditampilkan
oleh mata pengamat menyerupai burung
Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan sering disebut juga sebagai fasad (facade). Fasad (facade) itu
sendiri berasal dari kata latin facies yang merupakan sinonim dari kata face (wajah)
Konsultan : Halaman | V-32
32
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA
Tampilan sebuah bangunan tradisional lebih cenderung ke arah rupa, rasa, dan
suasana yang dihadirkan melalui:
1. Ornamentasi dan dekorasi
Ornamen merupakan penyempurna tampilan bagi Arsitektur Tradisional,
ornamen ditempatkan pada bagian yang ruang dimana konsentrasi kegiatan
lebih banyak dilakukan. Potensi-potensi yang hadir pada ornamen yang
ditempatkan pada bangunan dapat memperkuat kesan arsitektur tradisional
yang Indonesiawi.
Pengertian ornamen dapat mengandung arti segala bentuk keindahan manusia
dan alamnya yang diungkapkan dalam bentuk ragam-ragam hias. Benda-benda
alam yang diterjemahkan dalam bentuk ragam hias antara lain adalah, tumbuh-
tumbuhan, binatang, unsur alam serta nilai-nilai agama dan kepercayaan yang
diterapkan dalam perwujudan keindahan yang harmonis. Hal ini disebabkan
karena manusia tidak lepas dari alam dan lingkungan dimana tempatnya
tinggal, dan manusia cenderung menghias huniannya dengan sesuatu yang
dianggap indah.
Ornamen dan dekorasi selain sebagai penyempurna wajah bangunan juga
sebagai penanda, dan menyimbolkan sesuatu. Bentuk-bentuk ornament, tata
warna dan teknik penempatannya dan pembuatannya tampil dengan dasar atau
konsepsi filosofis dan simbolis tertentu seperti lambang-lambang yang sering
digunakan dalam masyarakat.
Ornament sangat berperan serta dalam bangunan untuk mewujudkan untuk
mewujudkan identitas pada bangunan itu sendiri, dan memberikan identitas
bagi daerahnya.
2. Warna
Warna dan tampilan bangunan tidak dapat dipisahkan, karena setiap benda
memiliki warna. Warna yang diakibatkan oleh bahanya akan lebih terasa
alamiah daripada warna-warna buatan.
Tekstur
Tekstur dapat mempertegas dan mengaburkan suatu kualitas dari bentuk,
selain itu sifat permukaan juga dapat mempertinggi dan menutupi kualitas yang
terdapat dalam bentuk itu sendiri.
Suatu tektur dari bentuk dapat mengurangi dan memperkuat kesan yang secara
dasar ditimbulkan oleh bentuk itu sendiri.
Tektur dalam hal ini lebik cenderung mengenai rasa dan kesan yang dirasakan
oleh pengamat.
E Kualitas Visual
Citra dan Kawasan
Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan antara Guna dan Citra yaitu
kombinasi antara manfaat dan gambaran kesan dari suatu bangunan, yang
diutamakan adalah suatu hasil seni indah bukan dari keberadaan bahan
materialnya. Secara harfiah, bangunan adalah benda mati. Namun dalam
konteks arsitektur, bangunan adalah memiliki jiwa dan arti, guna menunjukkan
jati diri. Citra adalah gambaran atau kesan yang ditangkap dari suatu
pengamatan. Untuk menilai sebuah citra bangunan terlebih dahulu harus
mengetahui unsur–unsur fisik yang ada di bangunan yang menjadi obyek
kajian. Dimana unsur–unsur ini merupakan unsur pembentuk bangunan,
adalah:
a. tampilan
b. sosok Bentuk dan massa bangunan
c. ornamentasi
Untuk menyadari reaksi emosional dalam diri seseorang dari lingkungan yang
ia tinggali ada tiga hal yang harus dimengerti dan dilakukan:
1. Penglihatan atau pengamatan.
2. Tempat ( Place )
3. Isi ( Content )
Tujuan utama kajian tentang penglihatan atau pengamatan ini adalah untuk
memanipulasi elemen–elemen kota sedemikian rupa sehingga pengaruh–
pengaruh emosi dapat tercapai dalam arti yang positif. Hal ini bisa disimpulkan
sebagai suatu gerakan dalam melihat atau mengamati.
Aplikasi dilapangan ( dalam skala kota atau kawasan ) bisa berupa penempatan
dua obyek yang berbeda atau kontras secara berdampingan, dengan demikian
kota atau kawasan itu bisa dinikmati dengan perasaan yang lebih dalam. Jika
hal ini tidak ada maka kota atau kawasan akan menjadi tak terbentuk dan
membosankan.
Tempat ( Place )
Pada sub bab ini yang dimaksud tempat adalah posisi pengamat dalam
mengamati lingkungan disekitarnya, dimana penekanannya adalah pada reaksi
yang akan muncul saat itu, berupa pengaruh yang kuat serta hubungan timbal
balik antara pengalaman dan keadaan obyek yang diamati.
Hal diatas menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya
serta kesadaran akan posisinya didalam lingkungannya. Ini adalah hal yang
sangat penting dan harus dipelajari dan diketahui agar terjadi suatu reaksi yang
diharapkan.
Oleh sebab itu jika suatu kota atau kawasan direncanakan berdasarkan
gerakan manusia ( berupa pedestrian atau sirkulasi kendaraan yang dibuat
melambat ) maka seluruh kota akan dapat dilihat dan dipahami sebagai sesuatu
yang plastis, dimana akan terdapat tekanan–tekanan dan kekosongan–
kekosongan atau keterbukaan dan keterlindungan berturut–turut. Dengan
demikian jelaslah ada pembeda antara tempat yang satu dengan yang lain
sehingga dengan mudah manusia yang sedang menuju, melewati atau pun
meninggalkan suatu kawasan dapat menyatakan adanya disini (Here) dan
disana (There).
Isi ( Content )
Isi disini berarti elemen-elemen yang ada di dalam suatu kawasan atau kota.
Dimana hal yang dilakukan adalah menelaah isi kawasan tersebut guna
membuat keseimbangan, kelengkapan serta keharmonisan atau penyeragaman
atau pun penyesuaian pandangan. Dari hal inilah akan muncul INI dan ITU
yang membuat keseimbangan tadi.
Penyesuaian pada hakekatnya adalah suatu cara yang dihasilkan dari
persetujuan bersama yang didasarkan pada toleransi terhadap perbedaan–
perbedaan sifat dan perilaku.
2. Serial Vision
Kombinasi antara beberapa sequence ini disebut Serial Vision, dimana tujuan
yang diharapkan adalah sama. Serial vision yang digunakan adalah:
a. Kecocokkan tempat
( possesian )
penjabarkan obyek-obyek yang terdapat pada suatu lokasi dan digolongkan
menjadi
Occupied Territory atau daerah yang disukai, penempatan suatu
tempat pada lokasi, digolongkan menjadi:
- Kerindangan adanya hutan kota atau pohon-pohon besar
- Keteduhan pohon Kota
- Kenikmatan suasana yang dihadirkan Kota
- Lantai, jalan, pedestrian, trotoar
- Enclove ruang kecil yang terbentuk.
Possesian in movement, tempat untuk bergerak kendaraan bermotor
maupun pejalan kaki
- Pedestrian
- Trotoar jalan
Enclave, ruang kecil yang terbentuk.
Focal point, tujuan ruang, berguna memberikan informasi pencapaian
tujuan dan sebagai titik tangkap juga berfungsi mengatur sirkulasi.
b. Threness, pemandangan
yang terlihat jauh dapat terlihat karena adanya jalan.
c. Hand Some gasture,
pemberian tanda pada tikungan-tikungan jalan yang menyadarkan para
pengendara, berupa : bangunan pojok, taman.
Menurut SNI 2847-2002, Pasal 23.2.1.3. untuk daerah-daerah dengan resiko gempa
biasa yaitu wilayah gempa 1 dan 2 (seperti Kabupaten Pamekasan), harus
digunakan sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB) dan atau sistem rangka
pemikul momen menengah (SRPMM).
Perencanaan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kabupaten
Pamekasan ini menggunakan sistem rangka pemikul momen (SRPM). Sistem
Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem rangka ruang dengan elemen
struktur balok dan kolom beserta joint-jointnya mampu menahan beban mati, beban
hidup dan beban gempa yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial.
B. KRITERIA DESAIN
B.1. Upper Structure
Perencanaan upper structure secara garis besar terdiri dari:
1. Perencanaan pelat lantai
2. Perencanaan balok Struktur
3. Perencanaan Balok Anak
4. Perencanaan kolom Struktur
5. Perencanaan Sloof Struktur
6. Perencanaan Ring Balk
7. Perencanaan Struktur Atap
Perencanaan upper structure terdiri dari:
• Desain awal : estimasi dimensi awal pelat, balok dan kolom
• Beban struktur : perhitungan beban mati, hidup dan gempa
• Analisa struktur : menghitung gaya-gaya dalam, deformasi dan reaksi
• Desain skematik : penentuan dimensi akhir pelat, balok dan kolom
• Desain struktur : mencari jumlah tulangan dan pemeriksaan daktilitas
f bervariasi sesuai dengan sifat gaya: Lentur, f = 0.80, Geser dan torsi, f =
0.70, Aksial tarik f = 0.80, Aksial tekan- Lentur dengan spiral f = 0.75,
aksial tekan-Lentur dengan tulangan lain f = 0.70, a bervariasi sesuai
dengan sifat beban dan peraturan
Beban-beban luar yang akan diperhitungkan adalah: beban mati atau berat
sendiri (D), Beban hidup (L) dan Beban gempa (E).
Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku
dan memperhatikan fungsi setiap lantai.
Beban gempa ditentukan dengan cara statik ekivalen atau cara dinamis (respon
spektrum) dengan memperhatikan jumlah lantai, DOF, periode getaran, rasio
redaman, mode getaran, drift ratio, sifat tanah dasar dan zone gempa.
Alat Perencanaan
Pada perencanaan ini digunakan alat bantu komputer dengan beberapa paket
program untuk mempercepat proses hitungan. Paket program yang digunakan
meliputi hitungan untuk menganalisa gaya dalam yang dihasilkan dan
program penulangan balok dan kolom.
1). Program STAADPRO/SAP2000
Program ini dipakai pada analisa struktur untuk menghitung :
Momen, gaya aksial dan gaya geser yang terjadi pada batang-batang
frame 3 dimensi
besarnya deformasi horisontal dan vertikal batang/struktur
penulangan balok dan kolom
Struktur Atap
Gedung kuliah yang direncanakan, dengan ketentuan luas tapak ± 2400 M² dan luas bangunan ± 2850
M² membutuhkan 6 (enam) titik pengujian sondir dan 2 (dua) titik bor dangkal.
Pengujian di lapangan :
6 (enam) titik pengujian sondir (CPT) sampai kedalaman tanah keras.
2 (dua) titik bor dangkal sampai kedalaman 3,0 m, dan pengambilan Undisturbed
sampling (UDS) pada masing-masing titik boring.
Uji Unconfined Compression, ASTM D-2166
Untuk memperoleh kekuatan tanah tanpa kekangan (qu).
Dasar yang digunakan untuk mendiskripsikan sifat fisik dan teknis tanah mengacu pada
hubungan antar parameter-parameter tanah yang memberikan indikasi sifat stabilitas tanah
dikemukakan secara spesifik sebagai berikut.
(Dr) (o)
(kg/cm2)
Sangat lepas < 0,2 < 30 < 20,4 <9
Lepas 0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 9 – 10
Agak lepas 0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 10 – 30
Padat 0,6 – 0,8 40 – 45 132,6 – 224,4 30 – 50
Sangat padat > 0,8 > 45 > 224,4 > 50
Sumber : Hand Book of Soil Mechanics Soil Testing – Arped Kezdi, hal. 29.
Sedangkan korelasi parameter untuk tanah berbutir halus dikemukakan sebagai berikut :
Tabel Hubungan Antar Parameter-parameter Tanah Berbutir Halus
Sumber : The Penetrometer and Soil Exploratoin – Guy Sangrelat, hal. 250
Kriteria parameter sifat fisis dan teknis yang memberikan indikasi sifat tanah menurut Kezdi
dan Sangrelat sebagai berikut :
1.0 m
pondasi telapak
FK (pengendalian
4.0 3.4 2.8
buruk)
4. Metode Desain
Desain elemen struktur beton menggunakan Capacity Design berdasarkan SNI
03-2847-2002
5. Peraturan
PPIUG 1987 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
SNI 03-1726-2002: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung
A Drainase
Sistem drainase di lokasi rencana dipersiapkan dan direncanakan dengan baik
untuk dapat dikembangkan dalam site development yang memungkinkan untuk
penataan kawasan yang mampu menangani permasalahan hujan dan saluran
air.
- Batang yang runcing (bahan copper spit) dipasang paling atas batang
tembaga elektroda yang ditanamkan.
- Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
- Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah jangkauannya terbatas.
2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:
- Alat penerima kawat mendatar
- Kawat dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20 m
pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.
3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen:
a. Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel alpa
dari isotop (americum 241). Elektrode akan terus menerus menciptakan
arus ion (Min. 10 8 ion/det).
b. Coaxial cabel
Elektrode
E Elevator
Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari pada
tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung
bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak dikesampingkan ini
1. Elevator Penumpang
Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya berfungsi dan sangat
khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalannya dan juga
sangat dijaga keamanan dan keselamatan manusianya.
2. Elevator Barang atau Dumb Waiter
Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja, elevator ini juga tak
kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit perbedaan
dalam system keamanannya.
3. Elevator Service
Elevator servise ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu fungsinya untuk
pelayan-pelayan hotel untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar penghuni
hotel. Namun disini pula elevator ini tak kalah handalnya dengan elevator
penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator penumpang ini
sangat jelas dari sistrem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya
khusus untuk manusia saja tapi elevator service ini juga berfungsi sebagai
pengangkutan manusia dan barang.
4. Elevator Hidraulik
Elevator hidrolik ini sangat lain darpada yang lain, ini dilihat dari cara kerjanya
dan juga fisiknya. Elevator ini biasanya digunakan oleh pasukan pemadam
kebakaran dan kapasitas daya angkutnya pun sangat terbatas, elevator hidrolik
ini sekarang tidak hanya dipakai oleh pemadam kebakaran saja. Sekarang
elevator hidrolik sering dipakai oleh perusahaan telekomunikasi, bengkel
kendaraan bermotor, dan lain-lain.
TAHAP PERSIAPAN
Meputi koordinasi tenaga ahli, penyusunan desain survey, metode perancangan,
serta penyusunan jadwal pelaksanaan secara rinci.
PEMAHAMAN KAK
MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN
DAN
DESAIN KRITERIA
POTENSI; MASALAH;
STRATEGI DESAIN
KONSEP DESAIN
PRA- DESAIN
PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS
PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG
5.6.2. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan
Kerja ini minimal meliputi:
Konsultan : Halaman | V-64
64
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA
4. Tabulasi data
5. Pengolahan Data
BULAN/ MINGGU
KETERANGAN
NO KEGIATAN 1 2
I II III IV I II III IV
A PERSIAPAN
1 Koordinasi dan Mobilisasi
3 Inventarisasi Data dan Informasi terkait
4 Survey Pemetaan Lokasi/ Topografi
5 Survey Penyelidikan Tanah (Sondir, Boring)
B ANALISIS DAN KONSEP DESAIN
2 Analisis Aktifitas dan Fasilitas
3 Analisis Tapak, Ruang dan Bangunan
5 Analisis Mekanikan Elektrikal
6 Penyusunan Konsep Desain
7 Gambar Pra Rancangan Bangunan
C PENGEMBANGAN DAN DETAIL DESAIN
1 Pengembangan Desain
2 Detail desain bangunan
4 Penyusunan RAB/ BQ/ RKS
5 Penyusunan Dokumen lelang
D PELAPORAN
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Analisa dan Konsep Drsain
6 Laporan Akhir Desain dan Executive Summary
TEAM LEADER
..
Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Geodesi
Bangunan Gedung Arsitektur Elektronika Lingkungan
c. Program kerja tersebut harus didapat dari kesepakatan bersama untuk dapat
digunakan sebagai Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan serta untuk pedoman
pengawasan dari pekerjaan perencanaan yang dimaksud dalam pengarahan
penugasan ini.
BULAN JUMLAH
NO KEGIATAN Ke - 1 Ke - 2 (ORANG)
1 2 3 4 1 2 3 4
TENAGA AHLI
1 Team Leader 1
2 Ahli Teknik Bangunan Gedung 2
3 Ahli Teknik Arsitek 2
4 Ahli Teknik Elektronika 1
5 Ahli Teknik Lingkungan 1
6 Ahli Geodesi 1
ASSISTEN TENAGA AHLI
1 Asisten Tenaga Ahli Teknik Bangunan Gedung 2
2 Asisten Tenaga Ahli Arsitektur 2
3 Asisten Tenaga Ahli Teknik Elektronika 1
4 Asisten Tenaga Ahli Teknik Lingkungan 1
TENAGA PENDUKUNG
1 Surveyor 2
2 Lab./ Mat. Technician 1