Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ustek PRC Gedung Kedokteran Unila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

USULAN TEKNIS

Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium


Fakultas Kedokteran UNILA

BAB V
URAIAN PENDEKATAN, METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA

5.1. PENDEKATAN TEKNIS

5.1.1. Tujuan Kegiatan


Tujuan kegiatan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan
Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA yang Kampusnya berlokasi di No. 01, Jl.
Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Kp. Baru, Kec. Kedaton, Kota Bandar Lampung,
Lampung 35141 adalah untuk meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana
Ruang Perkuliahan yang digunakan sebagai panduan dalam pembangunan Gedung
Kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sehingga dapat membantu
Panitia Pengadaan dalam menyusun dokumen pelelangan sampai terlaksana
proses pengadaan dan pengendalian dalam masa pelaksanaan pembangunan
fisik.

5.1.2. LINGKUP JASA KONSULTANSI


Ruang lingkup jasa konsultansi pekerjaan Perencanaan Pembangunan
Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA meliputi pengendalian
terhadap mutu, waktu dan biaya dalam pencapaian sasaran fisik baik kualitas
dan kuantitas, sehingga dapat menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap
dalam semua aspek pekerjaan yang mencakup unsur Arsitektural, Struktur
bangunan, sistem Elektrikal dan dokumen lelang Pembangunan Fisik dengan
melakukan :
1. Survey lapangan dengan mengumpulkan data fisik meli
2. puti pengukuran topografi, tapak, elevasi dan letak bangunan, sistem
drainase lingkungan, sistem kelistrikan dan pencahayaan/ilumunisasi,
sistem air bersih dan sistem air kotor, serta bentuk / morfologi bangunan;
2. Tahap pemrograman fungsi bangunan meliputi program kegiatan, kebutuhan
fasilitas, sarana dan prasarana, serta program kebutuhan dan persyaratan
ruang;
Konsultan : Halaman | V-1
1
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

3. Tahap Analisis dan konsep rencana yakni dengan membuat Konsep Rencana
Teknis terlebih dahulu dan dilakukan analisis mendalam sesuai data hasil survey
dan pengukuran lapangan;
4. Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan pra
rancangan meliputi :
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan;
 Konsep bangunan;
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas;
 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan divisualisasikan
dalam desain.
5. Tahap Pra-Rancangan, penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak,
rencana bentuk, rencana struktur dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan
kondisi eksiting di lapangan.
6. Tahap Pengembangan Rancangan meliputi pembuatan Gambar Denah Gedung
Ruang Kuliah, Tampak, Potongan, Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun
prakiraan biaya yang di perlukan dalam pembangunan konstruksi gedung, yang
meliputi :
 Site Plan rencana dan Layout plan
 Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam skala
1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
 Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
 Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BQ), Rencana Anggaran Biaya
(RAB) sementara pekerjaan konstruksi.
7. Tahap pelelangan Konstruksi fisik, membantu panitia pada waktu acara
penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun berita acara penjelasan pekerjaan,
evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen pelelangan dan
melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi lelang ulang.

5.1.3. Gambaran Umum Lokasi Pekerjaan


Lokasi Perencanaan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran
UNILA berada di Komplek Kampus Universitas Lampung No. 01, Jl. Prof. Dr. Ir.
Sumantri Brojonegoro, Kp. Baru, Kec. Kedaton, Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung 35141. Kampus Fakultas Kedokteran UNILA memiliki lahan seluas 20. 000
Konsultan : Halaman | V-2
2
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

M2 dengan beberapa bangunan yang telah berdiri dengan berkonstruksi modern.


Dalam perkembangan Kampus Fakultas Kedokteran UNILA meningkatkan daya
tampung Mahasiswa untuk kegiatan Proses belajar Mengajar, praktikum,
pembenahan dan peningkatan penelitian dan pengabdian masyarakat,
pembangunan dan penambahan gedung dan buku buku perpustakaan, gedung
multimedia, gedung praktikum, sarana ibadah, tempat parkir, dan lapangan serta
multimedia olahraga, dan sebagainya. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
berdiri berdasarkan persetujuan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dalam surat nomer B/439/M.PAN-RB/02/2011 tentang
perubahan dari Persiapan Fakultas Kedokteran menjadi Fakultas Kedokteran.
Fakultas Kedokteran Unila memiliki Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Lampung terletak di Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung,
didirikan berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tanggal 28 Oktober
2002 no.3195/D/T/2002 , dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan Medis di dunia
Kedokteran, khususnya di propinsi Lampung. Dalam menyelenggarakan program
pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter berpedoman pada statuta Universitas
Lampung yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
0432/O/1992 tahun 1992.

Gambar Lokasi Area Kampus Fakultas Kedokteran UNILA

5.2. PENDEKATAN TEKNIS

Konsultan : Halaman | V-3


3
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

5.2.1. Pendekatan Perencanaan


Dalam melaksanakan kegiatan ini, terdapat 3 (tiga) aspek pendekatan
perencanaan yang dilakukan konsultan dalam Perencanaan Pembangunan Gedung
Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA, adapun ketiga pendekatan
tersebut adalah :

1. Pendekatan Dasar, sesuai dengan lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang


akan dilakukan, secara garis besar diperlukan adanya beberapa pendekatan-
pendekatan dasar dalam Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan
Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA, yaitu antara lain :
 Sustainable Development; yaitu perencanaan tapak yang berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan;
 Implementatif; yaitu menghasilkan rumusan pedoman teknis dalam
perencanaan yang dapat dilaksanakan pada saat pembangunan;
 Akomodatif; yaitu perencanaan yang dapat mengakomodasikan kebutuhan dan
kenyamanan calon pengguna sesuai fungsinya;
 Aspiratif; yaitu perencanaan yang dapat menyerap aspirasi pemilik dan
pemakai dalam proses dan produk desain;
 Terprogram; yaitu perencanaan dengan program yang jelas, dan sesuai dengan
kebutuhan desain maupun rencana pengembangannya.

2. Pendekatan Azas, ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam


Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran
UNILA yang bisa dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
► Azas Fungsi Utama, Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan
Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA Pemanfaatan ruang kuliah didasarkan
sebagai fungsi utama.
► Azas Fungsi dan Hiraki Kegiatan, Pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan
fungsi dan kegiatan yang bersifat hirakis untuk penciptaan keseimbangan sistem
sirkulasi;
► Azas Manfaat, pemanfaatan ruang harus bisa memberikan manfaat yang sebesar
-besarnya bagi pengguna;

Konsultan : Halaman | V-4


4
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

► Azas Keseimbangan dan Keserasian Fungsi Ruang, keseimbangan dan


keserasian struktur dan pola pemanfaatan ruang, keseimbangan dan Keserasian
Fungsi dan Intensitas pemanfaatan ruang;
► Azas Kelestarian, menciptakan hubungan yang serasi antara manusia dan
lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaaatan ruang;
► Azas Berkelanjutan, pemanfaatan ruang harus menjamin kenyamanan;
► Azas Keterbukaan, setiap pihak yang berkepentingan dapat memperoleh
keterangan mengenai produk perencanaan serta proses yang ditempuh dalam
kegiatan desain.

5.2.2. Pendekatan Teknis


Ada beberapa azas yang perlu dipertimbangkan dalam Perencanaan
Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA, yang
bisa dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, yaitu;
a. Pendekatan Teknis dengan melakukan kajian-kajian teknis terhadap lokasi serta
lingkungan sekitarnya. Ini penting untuk mendapatkan data eksisting sebagai bahan
masukan sebelum dilakukan rekayasa desain menyangkut bentuk desain ruang
kuliah, pola tata masa bangunan, orientasi/view, pola sirkulasi, melakukan kajian
terhadap karakter ruang kuliah, site/tapak lokasi baik terhadap aspek lingkungan,
aspek transportasi, sirkulasi, arah angin, matahari, struktur tanah dan lain
sebagainya. Selian iu, diperlukan pula kegiatan penggalian data dan informasi
sekunder yang dilakukan untuk mendapatkan data-data penunjang, khususnya yang
terkait non fisik seperti jumlah penduduk mahasiswa, tenaga pendidik dan
kependidikan, aktifitas, perilaku, dan lain sebagainya.Dalam pelaksanaan
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran
UNILA, Penyedia Jasa (Konsultan Perencana) akan menggunakan standard dan
peraturan yang berlaku di Indonesia yang berhubungan dengan kegiatan
perencanaan.
b. Pendekatan Normatif dilakukan untuk mendapatkan masukan dari berbagai
pihak mengenai konsep dan pola arsitektur yang akan diterapkan dalam
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran
UNILA.

Konsultan : Halaman | V-5


5
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

5.3. METODOLOGI
5.3.1. Konsep Perancangan
Konsep perancangan yang akan diusulkan sebagai gagasan baru adalah gedung
ruang kuliah berbasis konsep GREEN SITE & GREEN BUILDING sehingga menjadi
Low Energy Consumption Building serta berperan mengurangi dampak Global
Warming.
Green Site/ Garden City Concept:
• High Density Development
• More Greenery (RTH)
• Restrict Movement Of Motorized Vehicle
• Interconnected Walkways
• Zero Runoff
• Integrated Waste Management
• Integrated MEP System

DESIGN GUIDES mematuhi peraturan Bangunan Gedung (Negara) yang berlaku


Lokal maupun Nasional
Pra – Syarat (Eligibility):
 Persyaratan Pemanfaatan Lahan,
 Persyaratan Kehandalan ;
 Gempa
 Kebakaran
 dll
 Persyaratan Kenyamanan/ Kesehatan;
 Luasan ruang kerja
 Fasilitas Gender
 Kelola Sampah
 Persyaratan Keselamatan
 Persyaratan Kemudahan/ Acessibility
 Fasilitas Difable Person

Konsultan : Halaman | V-6


6
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Material
 Local products
 Sustainable
 Low energy
 Recyclable / eco friendly
 Non toxic

Contoh Material

Konsultan : Halaman | V-7


7
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

GREEN BUILDING CONCEPT

• Menahan lingkungan diluar pada lokasi gedung (Land, Water, and Energy)
• Meningkatkan lingkungan internal bagi penghuni (Pencahayaan dan Udara di dalam
gedung)
• Memelihara lingkungan pada tempat yang jauh dari gedung (penggunaan material
gedung yang ramah lingkungan)

Konsultan : Halaman | V-8


8
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

5.3.2. Kriteria Perancangan


A Kriteria Umum
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh konsultan perencana wajib memperhatikan
kriteria umum bangunan berdasarkan fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:
1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas:
a) Menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan
tata bangunan yang ditetapkan di daerah yang bersangkutan.
b) Menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
c) Menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungannya.
2. Persyaratan Arsitektur dan Lingkungan:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah,
sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya (fisik, sosial
dan budaya).
b) Menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan
keseimbangan daerah keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
c) Menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Persyaratan Struktur Bangunan
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban
yang timbul akibat mobilitas orang, barang dan perilaku alam seperti gempa
bumi atau angin.
b) Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka
yang disebabkan oleh kegagalan struktur gedung dengan melakukan
perencanaan struktur yang tahan terhadap gempa berdasarkan aturan
konstruksi terbaru di antaranya Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencaan Struktur Baja
untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002, Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI 30-1726-2002.
c) Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur.
d) Menjamin perlindungan property lainnya dan kerusakan fisik yang
disebabkan oleh kegagalan struktur.

Konsultan : Halaman | V-9


9
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

e) Menjamin keselamatan manusia dengan memberikan kesempatan kepada


penjual dan pembeli untuk menyelamatkan diri keluar dari gedung, jika
terjadi gempa bumi.
4. Persyaratan Ketahanan terhadap Proteksi/Bahaya Kebakaran:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang aman terhadap bahaya
kebakaran sesuai dengan Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkuangan No : 10/KPTS/2000
tangga 01 Maret 2000.
b) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehingga mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:
 cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman
 cukup waktu dan jalan keluar-masuk bagi pasukan pemadam kebakaran
memasuki lokasi untuk memadamkan api.
 dapat menghindani kerusakan pada property lainnya
c) Menjamin terwujudnya Sistem pengamanan kebakaran pada bangunan
gedung untuk :
 Memperingatkan orang terhadap keadaan darurat
 Penyediaan tempat penyelamatan
 Membatasi penyebaran kebakaran
 Pemadaman kebakaran, termasuk sistem proteksi aktif dan pasif
d) Menjamin tersedianya alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar
(nozzle) untuk mengalirkan air bertekanan (Hidran) dan reservoir air, yang
digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran.
5. Persyaratan sarana jalan masuk dan keluar:
a) Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang
layak, aman, dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan
didalamnya.
b) Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka
saat vakuasi pada saat darurat.
c) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.

Konsultan : Halaman | V-10


10
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

d) Menjamin terwujudnya pintu keluar tersendiri dari setiap lantai yang dapat
mencapai keluar secara langsung yang diisolasi terhadap kebakaran menuju
ke jalan atau ruang terbuka.
6. Persyaratan Transportasi dalam Gedung:
a) Menjamin tersedianya sarana transportasi horisontal dan vertikal yang layak,
aman dan nyaman di dalam bangunan gedung.
b) Menjamin tersedianya aksesbilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum, dan sosial.
7. Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan
bahaya:
a) Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat.
b) Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
8. Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
a) Menjamin terpasang dan tersambungnya instalasi listrik secara cukup dan
aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya dan
bahaya akibat petir.
c) Menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
9. Persyaratan Sanitasi dari bangunan:
a) Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan didalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya.
b) Menjamin kebersihan, kesehatan, dan memberikan pelayanan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan.
c) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara
baik.
d) menjamin tersedianya air bersih di dalam dan di Iingkungan bangunan
gedung.

Konsultan : Halaman | V-11


11
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

10. Persyaratan Ventilasi dan Pengkondisian Udara :


a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, balk alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara
secara baik.
11. Persyaratan Pencahayaan
a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan didalam
bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
b) Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan
secara baik.
12. Persyaratan Kebisingan dan Getaran
a) Menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dan gangguan suara dan
getaran yang tidak diinginkan.
b) Menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan.
13. Selain kriteria di atas berlaku pula ketentuan-ketentuan sebagai dasar
pelaksanaan pekerjaan seperti:
a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999, tanggal 7 Mei
1999, tentang Undang-Undang Jasa Konstruksi.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
c) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 80 tahun 2003, tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/ Jasa Pemerintah, beserta
perubahan-perubahannya.
d) Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung, SNI 03–1726, 2002.
e) Tata Cara Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung, SNI–03–
1727, 1989.
f) Tata Cara Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, SNI 02–1729, 2002.

Konsultan : Halaman | V-12


12
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

g) Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03–
2847, 2002.
h) Spesifikasi Bahan Bangunan Indonesia, SNI 03–6861, 2002.
i) Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982;
j) Standar Penerangan Buatan dalam Gedung Tahun 1978 Departemen
Pekerjaan Umum;
k) Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan rumah dan gedung tahun 1987;
l) Panduan Pemasangan Sistem Hidran untuk pencegahan bahaya kebakaran
pada rumah dan gedung tahun 1987;
m) Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1981;
n) Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor 10/KPTS/2000 tanggal 1 Maret
2000;
o) Panduan Pemasangan Sistem Instalasi Alarm Kebakaran untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung;
p) Peraturan, Pedoman, Standar atau Ketentuan – ketentuan teknis yang lain
yang berhubungan dengan pembangunan gedung.

B Kriteria Khusus
Kriteria khusus dimaksudkan untuk memberikan syarat-syarat yang khusus, spesifik
berkaitan dengan bangunan gedung yang akan direncanakan, baik dari segi khusus
bangunan, segi teknis lainnya, misalnya:
1. Kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar,
seperti dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan;
2. Solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial budaya setempat,
geografi, klimatologi, dan lain-lain;
3. Sejauh tidak bertentangan dengan persyaratan khusus bangunan yang akan
dibangun harus diusahakan penggunaan potensi alami (pencahayaan dan tata
udara) untuk daerah dingin dan panas;
4. Pengelompokan fungsi bangunan hendaknya dilakukan sesuai dengan sifat dan
hirarkhinya namun merupakan kesatuan yang utuh;

Konsultan : Halaman | V-13


13
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

5. Dalam merencanakan pembangunan tersebut agar menyesuaikan dengan


bangunan yang ada serta mampu menunjang kegiatan yang ada;
6. Jaringan sirkulasi kendaraan, manusia atau barang hendaknya disusun se
efisien mungkin sehingga terciptanya kelancaran dan mampu menunjang
kegiatan yang ada serta tidak mengganggu fungsi dalam bangunan.
7. Jaringan listrik hendaknya dibuat seefisien mungkin dengan tidak meninggalkan
fungsi ataupun kemampuan daya listrik, perlu diperhatikan pula faktor
keselamatan terhadap lingkungan baik manusia ataupun yang lainnya.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat RI No.


02/PRT/M/2015 Tentang Bangunan Gedung Hijau, menyatakan persyaratan
sebagai berikut:
Prinsip bangunan gedung hijau meliputi:
1. perumusan kesamaan tujuan, pemahaman serta rencana tindak;
2. pengurangan penggunaan sumber daya, baik berupa lahan, material, air, sumber
daya alam maupun sumber daya manusia (reduce);
3. pengurangan timbulan limbah, baik fisik maupun non-fisik;
4. penggunaan kembali sumber daya yang telah digunakan sebelumnya (reuse);
5. penggunaan sumber daya hasil siklus ulang (recycle);
6. perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup melalui upaya
pelestarian;
7. mitigasi risiko keselamatan, kesehatan, perubahan iklim, dan bencana;
8. orientasi kepada siklus hidup;
9. orientasi kepada pencapaian mutu yang diinginkan;
10. inovasi teknologi untuk perbaikan yang berlanjut; dan
11. peningkatan dukungan kelembagaan, kepemimpinan dan manajemen dalam
implementasi.

Pada Bagian Ketiga Pasal 8; Persyaratan Tahap Perencanaan Teknis,


1. Persyaratan tahap perencanaan teknis bangunan gedung hijau sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf b terdiri atas:
a. pengelolaan tapak;
b. efisiensi penggunaan energi;

Konsultan : Halaman | V-14


14
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

c. efisiensi penggunaan air;


d. kualitas udara dalam ruang;
e. penggunaan material ramah lingkungan;
f. pengelolaan sampah; dan
g. pengelolaan air limbah.
2. Pengelolaan tapak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas
persyaratan:
a. orientasi bangunan gedung;
b. pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi;
c. pengelolaan lahan terkontaminasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3);
d. ruang terbuka hijau (RTH) privat;
e. penyediaan jalur pedestrian;
f. pengelolaan tapak besmen;
g. penyediaan lahan parkir;
h. sistem pencahayaan ruang luar; dan
i. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air
dan/atau prasarana/sarana umum.
3. Efisiensi penggunaan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas persyaratan:
a. selubung bangunan;
b. sistem ventilasi;
c. sistem pengondisian udara;
d. sistem pencahayaan;
e. sistem transportasi dalam gedung; dan
f. sistem kelistrikan.
4. Efisiensi penggunaan air terdiri atas persyaratan:
a. sumber air;
b. pemakaian air; dan
c. penggunaan peralatan saniter hemat air (water fixtures).
5. Kualitas udara dalam ruang terdiri atas persyaratan:
a. pelarangan merokok;
b. pengendalian karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO); dan

Konsultan : Halaman | V-15


15
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

c. pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant).


6. Material ramah lingkungan terdiri atas persyaratan:
a. pengendalian penggunaan material berbahaya; dan
b. penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling).
7. Pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f terdiri atas
persyaratan:
a. penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle);
b. penerapan sistem penanganan sampah; dan
c. penerapan sistem pencatatan timbulan sampah.
8. Pengelolaan air limbah terdiri atas persyaratan:
a. penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum
dibuang ke saluran pembuangan kota; dan
b. daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water).

5.3.3. Prinsip Perancangan Bangunan


A Pemahaman Terhadap Fungsi Bangunan
Unsur dasar perencanaan bangunan dapat dipahami melalui beberapa
pengertian fungsi bangunan arsitektur, sebagai berikut:
o Behavior modifier; bahwa bangunan mampu mengarahkan perilaku
pemakainya.
o Building as container; bangunan berfungsi sebagai wadah kegiatan
pemakainya
o Environmental filter; bangunan mampu menjadi filter aspek lingkungan
disekitarnya, memanfaatkan unsur alam yang berguna bagi pemakai
o Capital investment; bahwa setiap bangunan memiliki nilai investasi
o Aesthetic form; bangunan wajib tampil dengan estetis, memiliki nilai
keindahan bagi pengamat

Konsultan : Halaman | V-16


16
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

B Prinsip-Prinsip Perancangan

1. Prinsip perancangan tapak


Mengenal dan mengamati tapak/ lingkungan untuk melihat potensi dan
hambatan yang berkaitan dengan obyek rancangan, sehingga dapat dilihat
dan diketahui:
-. Pola pencapaian tapak
-. Pendearahan dalam tapak dan pengelompokan peruntukannya.
-. Pola bentuk dan komposisi masa yang membentuk ruang-ruang luar
beserta suasananya, studi masa dan ruang (solid & space)
-. Aspek lingkungan yang kemungkinan akan berpengaruh terhadap
perancangan tapak dan bangunannya.

2. Prinsip perancangan bangunan.


Mengenal dan memahami obyek rancangan untuk menentukan bentuk dan
komposisi bangunan sehingga tercipta ruang dalam dan ruang luar dengan
kesan dan suasana yang mampu menunjang kegiatan kegiatannya.
-. Bentuk dan tampilan masing-masing masa bangunan.
-. Pola ruang, tata ruang dan kualitas ruang dalam bangunan
-. Sistem struktur dan konstruksi bangunan
-. Sistem utilitas bangunan

5.4. METODA ANALISIS


5.4.1. Analisis Fisik Dasar
A Topografi
Kawasan berkontur dalam pengembangannya menyangkut tentang lay out
massa bangunan. Pada dasarnya lay out massa bangunan pada topografi
lereng ada 3, yaitu :
1. Above-ground (bangunan diatas permukaan tanah)
2. Semi bellow-ground (bangunan sebagian di bawah permukaan tanah)
3. Bellow-ground (bangunan di bawah permukaan tanah)
Terdapat 4 pendekatan dalam pengolahan kawasan pada bentuk massa
bangunan yang dibangun pada kawasan berkontur, diantaranya adalah:

Konsultan : Halaman | V-17


17
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

a. Pengurugan ( Land Fill )


Pembentukan permukaan dibuat sedemikian rupa sehingga terbentuk
permukaan yang datar. Beberapa masalah yang ada, antara lain :
a) bahan untuk urugan biasanya mahal,
b) kemiringan permukaan yang di ubah menjadi datar menghabiskan
lahan,
c) kemungkinan erosi lebih besar,
d) pengurugan dapat menimbulkan masalah struktur seperti
penurunan bangunan.

b. Mengiris ( Cut )
Pengirisan merupakan kebalikan dari pengurugan, dibentuk oleh
penggalian daerah datar yang stabil, kemungkinan erosi dikurangi, dan
kemiringan dapat menjadi lebih miring lagi. Masalah yang ada hanya
bagaimana membuang tanah yang dipindahkan.

c. Mengiris dan mengurug ( Cut and Fill )


Mengiris dan mengurug ini merupakan pemecahan yang seimbang.
Jika struktur didirikan pada daerah yang diiris, dan parkir, jalan, atau
aktivitas lain dipindahkan pada daerah yang diurug, maka suatu
rencana penjenjangan ( grading ) yang seimbang dapat dibuat.

d. Pondasi bertahap-tahap ( Stepped )


Peletakan masa bangunan diatas sebuah kemiringan dengan pondasi
beton yang dibuat bertahap-tahap dapat dilakukan untuk menciptakan
kesan kemiringan mengikuti kondisi lahan.

B Iklim
Bangunan dan konstruksinya dibutuhkan manusia antara lain untuk
menghadapi pengaruh iklim. Faktor penting untuk membangun perlindungan
terhadap cuaca dan iklim tersebut ialah penyinaran, suhu, kelembaban udara,
ventilasi dan sebagainya. Rancangan untuk mengendalikan iklim dan
menghematkan energi secara serempak memberikan suatu lingkungan yang
menarik dan berbagai pengalaman bagi pemakai yang dapat diselesaikan jika
Konsultan : Halaman | V-18
18
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

perancang memahami elemen-elemen yang diperlukan dalam hal pengendalian


iklim.
Ke dua tingkatan utama dimana rancangan bagi iklim terjadi adalah iklim makro
(zona iklim wilayah yang luas) dan iklim mikro (variasi-variasi iklim spesifik
topografi berskala kecil pada zona-zona yang lebih luas tersebut). Suatu
tingkatan ketiga, iklim meso berlaku pada suatu daerah yang lebih kecil
daripada sebuah wilayah tetapi lebih luas daripada sebuah topografi tunggal.
Masing-masing oleh karena itu mempunyai iklim mesonya sendiri-sendiri dan
dalam masing-masing kota topografi-topografi spesifik mempunyai iklim mikro
yang berbeda-beda.
Pada skala besar, topografi, radiasi matahari, dan angin bergabung untuk
menghasilkan iklim mikro yang menekankan karakteristik-karakteristik tertentu
dari iklim makro daerah tersebut, iklim mikro ini membuat beberapa lokasi di
dalam topografi lebih dikehendaki daripada lainnya, tergantung kepada iklim
makro. Iklim mikro yang menyenangkan yang tercipta oleh topografi dapat
dipergunakan untuk menentukan letak grup bangunan.
Pertimbangan ini adalah jauh lebih penting untuk ruang-ruang eksterior atau
bangunan yang didominasi beban kulit, dimana beban pemanasan dan
penyejukan dipengaruhi terutama oleh iklim, daripada untuk bangunan yang
didominasi beban internal dimana kebutuhan-kebutuhan pemanasan dan
penyejukan dipengaruhi terutama oleh berapa banyak panas ditimbulkan pada
bangunan dan yang mempunyai suatu kebutuhan penyejukan di sebagian
besar waktu.

Tujuan perancangan umum untuk tiap wilayah iklim adalah :


 Dingin – Memaksimumkan efek-efek penghangatan dari radiasi
matahari dan mengurangi dampak angin musim dingin.
 Sedang – Memaksimumkan efek-efek penghangatan dari matahari di
musim dingin. Memaksimumkan keteduhan di musim panas. Mengurangi
dampak musim dingin tetapi memungkinkan sirkulasi udara di musim
panas.
 Panas kering – Memaksimumkan keteduhan dan meminimumkan
angin.

Konsultan : Halaman | V-19


19
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

 Panas lembab – Memaksimumkan keteduhan dan angin.

Iklim pada semua tingkatan zona adalah tercipta oleh interaksi dari empat faktor
utama. Ke empat faktor utama tersebut adalah pola-pola angin, radiasi
matahari, suhu, dan hujan. Perhubungan timbal balik dari topografi, adalah
sebuah faktor berpengaruh yang kelima. Memahami bagaimana iklim
mempengaruhi kondisi-kondisi topografi dan pada akhirnya rancangan
memerlukan diskusi pendahuluan dari masing-masing faktor-faktor iklim secara
sendiri-sendiri, diikuti oleh diskusi dari interaksi di antara mereka. Aspek
lingkungan yang dapat mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan, antara
lain aspek penghawaan, aspek terang alami, aspek thermal (panas), gangguan
suara (noise) dan penggunaan material lokal.

More trees, better microclimate

Iklim Micro

 100 Pohon menyerap CO2 8 ton / tahun (Simpson


and Mc Pherson)
 Perpohon dapat menyerap 75% Partikel debu
 ½ ha RTH, dapat menahan aliran permukaan
akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah
10,219 m3/tahun (Urban forest 2002)
 Menyerap 80 % dari radiasi matahari  evaporasi
dan transpirasi

Konsultan : Halaman | V-20


20
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

ECO FRIENDLY:
 Pemilihan material secara tepat, terutama dari
jenis yang memiliki poroeusitas tinggi
 Memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
pejalan kaki & penyandang cacat

C Vegetasi
Pengertian, Fungsi, dan Manfaat umum Vegetasi Lansekap
Sebelum rencana pengembangan dilaksanakan, perlu diadakan pengamatan
serta pengenalan vegetasi terlebih dahulu pada kawasan. Pengenalan tersebut
dapat menggunakan pohon-pohon besar yang sudah ada daripada
menebangnya dan menyesal kemudian setelah menyadari bahwa untuk
menumbuhkan pohon sampai menjadi besar membutuhkan waktu bertahun-
tahun. Di dalam pengamatan perlu adanya pencatatan jenis, dimensi serta letak
dari vegetasi tersebut. Perlu diperhatikan juga struktur percabangannya, warna
daun, serta teksturnya. Penyelidikan ekologis pada kawasan untuk
mendapatkan data tentang jenis-jenis pohon atau semak-semak yang memang
berasal dari daerah tersebut, dan jenis vegetasi lain yang mungkin dapat
tumbuh di sana, untuk berbagai kepentingan seperti: penahan angin, pembatas

Konsultan : Halaman | V-21


21
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

(buffer), peneduh, penyaring debu atau penghalang pandang (screen), dan


pembentuk latar belakang.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk
tanaman, tekstur dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian,
kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah
sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian tanaman sangat erat
hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman ditinjau
dari massa daunnya, yakni :
 Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
 Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah
jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk maupun warna daunnya sesuai
dengan musimnya. Setelah musim panas daun berguguran, sedangkan
menjelang musim hujan daun tumbuh dengan lebat, atau sebaliknya.
Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus
indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan
adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim,
tidak menggugurkan daun. Contohnya adalah jenis cemara.
Habitus tanaman terdiri dari :
 Pola pertumbuhannya
 Sistem perakarannya
 Tempat tumbuhnya
 Pola pemeliharaannya
Karakteristik tanaman terdiri dari :
 Bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, daun)
 Tekstur (batang dan daun)
 Warna (batang, daun, dan bunga)
 Fungsi tanaman
 Tinggi dan lebar tanaman

Konsultan : Halaman | V-22


22
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Fungsi tanaman secara ekologis adalah :


 Menyerap CO2 dan menghasilkan O2 (oksigen) bagi makhluk hidup
di siang hari.
 Memperbaiki iklim setempat
 Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah
 Menyerap air hujan
Fungsi tanaman dalam perancangan lansekap :
 Sebagai komponen pembentuk ruang
 Sebagai pembatas pandangan
 Sebagai pengontrol angin dan sinar matahari
 Sebagai penghasil bayang-bayang keteduhan
 Sebagai aksentuasi
 Sebagai keindahan lingkungan
Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu :
 Elemen keras (hard material); perkerasan, bahan statis.
 Elemen lembut (soft material); tanaman, air.
Elemen lembut (soft material) tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu
berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan
ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur,
warna, dan ukurannya. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah
mahkluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat
tumbuhnya.
Dalam kaitannya dengan perancangan, tata hijau atau planting design
merupakan satu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman, karakter
tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.

5.4.2. Elemen-Elemen Arsitektur


A Sirkulasi
Manusia dan Pergerakan

Konsultan : Halaman | V-23


23
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Dalam hal sirkulasi adalah penting utuk mengetahui faktor – faktor apa saja
yang mempengaruhi dalam pergerakan manusia. Meliputi faktor-faktor:
a. Faktor yang merancang manusia cenderung bergerak :
- Bila ada sesuatu yang menyenangkan
- Bila ada benda yang disukainya
- Adanya tanda dan petunjuk yang jelas dan mengarah
- Bila sesuatu mempunyai daya tarik
- Bila sesuatu yang berbeda
b. Faktor yang merangsang manusia menolak bergerak :
- Adanya rintangan
- Ada sesuatu yang tidak menyenangkan
- Ada sesuatu yang monoton (membosankan)
- Ada sesuatu yang tidak serasi
- Adanya bahaya
c. Faktor yang membimbing manusia melakukan gerakan :
- Adanya pembagi ruang
- Adanya tanda – tanda atau simbol
- Adanya dinding pengarah dan penahan
- Adanya pola sirkulasi
d. Faktor yang merangsang manusia beristirahat :
- Kondisi kenikmatan
- Adanya halangan
- Kesempatan untuk menangkap view atau detail yang jelas

Untuk penanganan permasalahan sirkulasi, diuraikan tiga azas perancangan


sirkulasi tersebut, diantaranya:
a. Ruang jalan perlu dijadikan sebagai unsur ruang terbuka visual positif
dengan cara :
- Menutupi dan mencari solusi lansekap terhadap
tampilan yang kurang sedap diapndang mata.
- Memberi persyaratan tinggi dan sempadan bagi
bangunan yang ada di pinggir jalan.
- Membangun median jalan bertaman.
Konsultan : Halaman | V-24
24
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

- Meningkatkan kualitas lingkungan alam yang terlihat


dari jalan.

b. Jalan dapat memberi orientasi kepada para pengemudi kendaraan dan


membuat lingkungan menjadi jelas, dengan cara :
- Memberikan batas yang jelas pada kawasan atau
lingkungan yang terlihat dari jalan.
- Membuat perlengkapan jalan dan pencahayaan
sehingga jalan terlihat jelas di siang maupun malam hari.
- Mangkaitkan unsur jalan dengan obyek pandang
penting (vistas) dan referensi visual (memudahkan untuk mengingat–
ingat suatu tempat atau jalan) ke lahan terdekat atau landmark.
- Membedakan tingkatan jalan dengan pembedaan
sempadan, tampilan ruang jalan dan sebagainya.
-
Pengaruh Jarak pada Sirkulasi
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembahasan tentang sirkulasi adalah
mengenahi jarak. Jarak ini dapat mengganggu pola sirkulasi yang diterapkan.
Dimana jarak yang terlalu jauh akan menyebabkan pola sirkulasi yang
direncanakan tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini menjadi penting jika
dihubungkan dengan faktor kecepatan dan ekonomi dan hanya bisa diatasi
dengan penerapan pola sirkulasi yang bersifat langsung dan praktis.

Gambar 4. Jalan Yang Melingkar Ini Memberikan Kesan Petualangan


Karena Tujuan Akhir Yang Tidak Terlihat.

Konsultan : Halaman | V-25


25
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

B Kenyamanan Ruang
Aspek Angin dan Penghawaan
Kondisi aliran angin terbesar pada siang hari berasal dari arah Tenggara
kawasan, yang merupakan kawasan yang masih terbuka dan sangat kurang
tata hijau, memerlukan perhatian untuk mengolah tata hijau di Tenggara lokasi
dan mengarahkan aliran angin agar hawa yang cenderung panas dapat
dihindari dan bermanfaat bagi pernapasan bangunan yang akan direncanakan

Gambar 5. Prinsip aliran angin pada penataan massa

Gambar 6. Fungsi aliran angin pada penataan & orientasi massa

Konsultan : Halaman | V-26


26
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gambar 7. Efek angin (stack effect) pada bentuk bangunan


Aspek Panas dan Terang Alami

Gambar 8. Terang Langit Pada Bentuk Bangunan

Pengolahan facade dan atap diperlukan untuk mendapatkan kondisi terang


yang maksimal dengan penghematan energi yang optimal. Sedangkan untuk
mengurangi dampak panas di dalam ruang, diperlukan pengolahan bukaan
untuk mendapatkan sistem penghawaan yang baik dan berdampak mengurangi
panas secara alami.
Dengan memperhatikan pola panas dan terang alami yang diinginkan,
perencanaan bentuk bangunan akan memperhatikan olah facade bangunan
melalu olah bukaan, bentuk atap, warna bangunan yang terang dan tidak silau,
serta tata hijau kawasan.

Konsultan : Halaman | V-27


27
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

C PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada umumnya menggunakan sumber cahaya alam (pencahayaan
alami) dan juga sumber energi listrik (pencahayaan buatan). Sistem pencahayaan
yang dipilih haruslah yang mudah penggunaannya, efektif, nyaman untuk
penglihatan, tidak menghambat kelancaran kegiatan, tidak mengganggu kesehatan
terutama dalam ruang-ruang tertentu dan menggunakan energi yang seminimal
mungkin (Akmal, 2006).

Untuk dapat merencanakan sistem pencahayaan yang baik dan tepat, harus
diperhatikan hal-hal berikut ini:
 Kebutuhan dan fungsi ruang, aktivitas dari pengguna (Practical Needs).
 Membantu penampilan (Easy of Performance).
 Kenyamanan (Comfort).
 Keamanan dan keselamatan (Safety).
 Ekonomis (Economy).
 Keperluan dekorasi (Decorative Needs).
 Persyaratan bangunan (Architectural Consideration).
 Kondisi dan udara dalam ruang.
 Letak penempatan lampu.
 Warna-warna dinding (gelap atau terang).

Pencahayaan mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu sebagai sumber cahaya untuk
kegiatan seharihari, untuk memberi keindahan dalam desain suatu ruang, untuk
menciptakan kondisi tertentu sesuai dengan karakter dan fungsi ruang. Selain
fungsi utamanya tersebut, pencahayaan juga dapat memberikan nilai lebih dalam
suatu ruang.
Pertama adalah pencahayaan dapat membangun suasana. Dalam sebuah desain,
efek fisik dan psikologis adalah satu kesatuan yang saling mempengaruhi, begitu
pula dalam pencahayaan. Pencahayaan yang terlalu terang akan membuat kita
merasa terbangun dan sangat aktif. Sedangkan pencahayaan yang temaram dan
redup menciptakan rasa rileks bahkan mungkin mengantuk. Hal tersebut merupakan
efek psikologis dalam bentuk fisik pencahayaan. Suasana ruang dapat diciptakan
dari warna dan intensitas cahayanya.
Konsultan : Halaman | V-28
28
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Kedua adalah pencahayaan dapat membentuk indeks efek warna. Pencahayaan


harus dapat memberi efek warna yang tetap pada benda dan sudut ruang yang ingin
ditonjolkan. Dalam perancangan suatu interior, hubungan antara unsur dinding,
lantai, langit-langit dan unsur lighting mempunyai peranan yang cukup dominan,
karena akan menimbulkan kesan-kesan gembira, ceria, seram, formil, dan
sebagainya. (Suptandar, 1999:217)

D Bentuk dan Tampilan Bangunan


Bentuk Bangunan Arsitektur
Bentuk dapat dikatakan suatu media atau alat komunikasi untuk menyampaikan arti
yang dikandung olah bentuk itu sendiri, atau media untuk menyampaikan pesan
tertentu dari Arsitek ke pengamat sebagai penerima.
Bentuk dalam Arsitektur itu sendiri, mengungkapkan maksud dan tujuan bangunan.
Sebagai contoh Bentuk bangunan hendaknya mencerminkan fungsi yang ada di
dalamnya, melalui bentuk suatu bangunan dapat mengutarakan identitas dari
bangunan tersebut, misalkan saja Sekolah bentuknya harus mampu menjadi jalan
untuk mengkomunikasikan pada pengamat bahwa bangunan ini adalah Sekolah
yang berfungsi sebagai tempat proses belajar mengajar. Bentuk-bentuk yang
dihadirkan hendaknnya mampu menyampaikan pesan-pesan tentunya dalam bahasa
bentuk yang dapat dimengerti oleh masyarakat sebagi pengamat dan pemakai.
Bentuk secara erat berhubungan dengan skala manusia, proporsi, skala dan irama,
serta bagaimana bentuk bangunan itu mampu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan di sekitarnya.
Bentuk dalam Arsitektur Tradisional Indonesia merupakan bentukan ragawi,
arsitektur itu sendiri harus mampu ditangkap oleh indra penglihatan, dimana bentuk
yang diterima oleh pengamat merupakan wujud bentuk yang mampu diterima oleh
mata pengamat.

Bentuk yang Atap


Ragawi mampu ditangkap
oleh indra
Pondasi
Bentuk pada penglihatan
Arsitektur
tradisional Tata letak

Bentuk yang
Tanragawi Kaitanya dengan
simbolisme dan
Konsultan : Halaman | V-29
29
CV. VIANDRA WASTHU mitos
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Arsitektur Tradisional mengandung dua aspek yang diperkaitkan satu sama lain
yaitu:
1. Bentuk Ragawi pada Arsitektur Tradisional dapat dilihat dari:
a. Bentuk atap: Umumnya ada dua jenis atap yang dijumpai yaitu atap datar
dan miring (pelana dan limasan). Atap merupakan titik akhir dari suatu
bangunan yang menjadi sebuah mahkota bangunan, bukti dari fungsinya
sebagai perwujudan kebanggaan dan martabat dari bangunan itu sendiri.
Mahkota ini disandang oleh tubuh bangunan. Secara visual, mahkota
merupakan akhiran fasad.
Sedangkan pada Arsitektur Tradisional, bentuk atap memiliki peran
penting bukan, bukan hanya sebatas penutup baginan atas bangunan,
karena pada Arsitektur Tradisional, atap merupakan mahkota dari sebuah
bangunan, dalam pembuatanya mendapat perhatian lebih. Selain itu atap
pada Arsitektur Tradisional memiliki proporsi lebih besar daripada bagian
lain pada bangunan. Atap juga dapat membedakan Arsitektur di setiap
daerah.

Gbr. 9. Bentuk atap Gbr. 9. Bentuk atap Gbr. 9. Bentuk atap


Lumbung Bima Lumbung Lombok Lumbung Bali

b. Pondasi: pada arsitektur tradisional kecuali percandian, bangunan


bangunan didirikan diatas umpak dengan cara ditaruh belaka, penggunaan
pondasi umpak dikarenakan sebagian bangunan tradisional di Indonesia
dapat dibongkar pasang dan dipindahkan ke tempat lain.

Konsultan : Halaman | V-30


30
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

c. Tata letak: tata letak pada bangunan sangat mempengaruhi pandangan


pengamat ke arah bangunan. Sebagian besar bangunan tradisional
terletak pada lahan yang masih dipenuhi pepohonan,
 Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan wujud
ataupun aspek-aspek bentuk dalam pandang manusia.

 Jarak pengamat terhadap massa bangunan mempengaruhi ukuran


yang dihadirkan.

 Keadaan pencahayaan mempengaruhi kejelasan dari wujud dan


strukturnya.

2. Bentuk tanragawi pada arsitektur tradisional dihadirkan melalui aspek ragawi


sebuah bangunan. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan merupakan sebuah
kesatuan yang akhirnya menghadirkan bentukan yang arsitektural. Bentuk
yang lahir akibat aspek tanragawi dipengaruhi oleh mitos dan kepercayaan
masyarakat. Sebagai contoh bangunan meru pada arsitektur tradisional bali,
bentuk yang bertingkat-tingkat lahir akibat kepercayaan masyarakat bali yaitu
untuk mencapai kekekalan.

Konsultan : Halaman | V-31


31
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gbr. 10. Contoh Meru pada bangunan Pura di Bali

Wujud Dan Sosok Bangunan


Wujud sebuah bangunan sangat dipengaruhi oleh bentuk bangunan, Bentuk yang
ada menghadirkan wujud, kemudian wujud inilah yang merupakan pesan yang
disampaikan oleh bentuk bangunan kepada pengamat, wujud yang hadir akibat
bentuk bangunan dapat diterima berbeda-beda oleh pengamat tergantung
pemahamannya terhadap bentuk itu sendiri.
Wujud yang hadir dari bentuk dipengaruhi oleh posisi dari mana pengamat melihat
bentuk tersebut. Sedangkan sosok hadir dari pemahaman yang ada setelah
pengamat memahami wujud dari bentuk tersebut. Sosok juga mempengaruhi kesan
dan makna.

Bentuk airport Wujud yang Sosok yang


tampak adalah ditangkap
komposisi pengamat
bentuk lengkung

Kesan yang
Wujud yang langsung ditangkap ditampilkan
oleh mata pengamat menyerupai burung

Gbr. 11. Bagan hubungan antara wujud dan sosok bangunan

Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan sering disebut juga sebagai fasad (facade). Fasad (facade) itu
sendiri berasal dari kata latin facies yang merupakan sinonim dari kata face (wajah)
Konsultan : Halaman | V-32
32
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

dan appearance ( penampilan). Tampilan bangunan merupakan elemen penting


dalam arsitektur.
Sedangkan dalam arsitektur tradisional, tampilan sebuah bangunan merukan wujud-
runirupa, yang digunakan untuk lebih mengenali Arsitektur Tradisional, lebih kearah
rupa, dan rasa yang tertangkap oleh mata pengamat melalui wujud-wujud yang
hadir.

Tampilan sebuah bangunan tradisional lebih cenderung ke arah rupa, rasa, dan
suasana yang dihadirkan melalui:
1. Ornamentasi dan dekorasi
Ornamen merupakan penyempurna tampilan bagi Arsitektur Tradisional,
ornamen ditempatkan pada bagian yang ruang dimana konsentrasi kegiatan
lebih banyak dilakukan. Potensi-potensi yang hadir pada ornamen yang
ditempatkan pada bangunan dapat memperkuat kesan arsitektur tradisional
yang Indonesiawi.
Pengertian ornamen dapat mengandung arti segala bentuk keindahan manusia
dan alamnya yang diungkapkan dalam bentuk ragam-ragam hias. Benda-benda
alam yang diterjemahkan dalam bentuk ragam hias antara lain adalah, tumbuh-
tumbuhan, binatang, unsur alam serta nilai-nilai agama dan kepercayaan yang
diterapkan dalam perwujudan keindahan yang harmonis. Hal ini disebabkan
karena manusia tidak lepas dari alam dan lingkungan dimana tempatnya
tinggal, dan manusia cenderung menghias huniannya dengan sesuatu yang
dianggap indah.
Ornamen dan dekorasi selain sebagai penyempurna wajah bangunan juga
sebagai penanda, dan menyimbolkan sesuatu. Bentuk-bentuk ornament, tata
warna dan teknik penempatannya dan pembuatannya tampil dengan dasar atau
konsepsi filosofis dan simbolis tertentu seperti lambang-lambang yang sering
digunakan dalam masyarakat.
Ornament sangat berperan serta dalam bangunan untuk mewujudkan untuk
mewujudkan identitas pada bangunan itu sendiri, dan memberikan identitas
bagi daerahnya.

2. Warna

Konsultan : Halaman | V-33


33
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Warna dan tampilan bangunan tidak dapat dipisahkan, karena setiap benda
memiliki warna. Warna yang diakibatkan oleh bahanya akan lebih terasa
alamiah daripada warna-warna buatan.

Klasifikasi warna secara garis besar


o Warna primer : susunan warna-warna primer memiliki sifat lebih
kontras, kuat, tajam, brilian, akan tetapi warna-warna primer ini kurang
menyatu karena masing-masing warnanya saling tidak berhubungan
sehingga terasa kurang harmonis. Yang termasuk warna primer: merah, biru,
dan kuning.
o Warna sekunder: susunan warna ini sedikit kurang kontras dan tajam,
karena warna sekunder ini merupakan hasil percampuran dari dua warna
primer, hal itu yang menyebabkan ada sedikit harmoni dalam susunan
warnanya. Yang termasuk warna sekunder: jingga, hijau, dan ungu (violet).
o Warna tersier : warna ini terjadi akibat percampuran antara dua warna
sekunder, warna ini tidak kontras dan lebih harmonis. Yang termasuk warna
primer: kuning-hijau, biru-hijau, biru-ungu, merah-ungu, jingga merah dan
kuning-jingga.

Tekstur
Tekstur dapat mempertegas dan mengaburkan suatu kualitas dari bentuk,
selain itu sifat permukaan juga dapat mempertinggi dan menutupi kualitas yang
terdapat dalam bentuk itu sendiri.
Suatu tektur dari bentuk dapat mengurangi dan memperkuat kesan yang secara
dasar ditimbulkan oleh bentuk itu sendiri.

Gbr. 12. Tekstur pada bentuk

Konsultan : Halaman | V-34


34
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Tektur dalam hal ini lebik cenderung mengenai rasa dan kesan yang dirasakan
oleh pengamat.

Elemen elemen Dari masing-masing Dikarenakan oleh:


tampilan bangunan: elemen  masing masing
 Ornament menghadirkan kesan merupakan eleman
 Warna yang berbeda yang berbeda
 Tekstur  karena sifat alaminya
yang berbeda pula.
Kesatuan Dari elemen berbeda  Bentuk, warna, dan
menghadirkan menghadirkan bahannya berbeda
tampilan bangunan kesatuan.

E Kualitas Visual
Citra dan Kawasan
Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan antara Guna dan Citra yaitu
kombinasi antara manfaat dan gambaran kesan dari suatu bangunan, yang
diutamakan adalah suatu hasil seni indah bukan dari keberadaan bahan
materialnya. Secara harfiah, bangunan adalah benda mati. Namun dalam
konteks arsitektur, bangunan adalah memiliki jiwa dan arti, guna menunjukkan
jati diri. Citra adalah gambaran atau kesan yang ditangkap dari suatu
pengamatan. Untuk menilai sebuah citra bangunan terlebih dahulu harus
mengetahui unsur–unsur fisik yang ada di bangunan yang menjadi obyek
kajian. Dimana unsur–unsur ini merupakan unsur pembentuk bangunan,
adalah:
a. tampilan
b. sosok Bentuk dan massa bangunan
c. ornamentasi

Sequence & Serial Vision


1. Sequence
Dalam perencanaan suatu lingkungan hidup manusia pada hal ini adalah ruang,
harus mempertimbangkan hubungan antara obyek dengan manusianya dan
hubungan – hubungan itu harus tercermin dalam Sequence. Menurut Asihara “
Ruang terjadi oleh adanya hubungan antara sebuah obyek dan manusia yang

Konsultan : Halaman | V-35


35
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

melihatnya “. Cullen dalam bukunya Town Scape, menyatakan sequence


sebagai urutan pandangan yang berubah – ubah dan muncul dengan tiba - tiba
yang sengaja disajikan untuk dinikmati
Menurut Harvey ( 1989 ) pada bukunya yang berjudul Guide to Side and
Enviromental Planning menyebutkan sequence adalah sepenggal daerah
dengan bagian – bagian ruang atau tempat yang tersusun secara berurutan,
dapat menghasilkan persepsi ruang atau mempunyai susunan obyek – obyek
yang berkesinambungan sehingga dapat memberikan perubahan visual secara
silih berganti. Sequence dapat menciptakan gerakan, membuat orang tertarik
untuk bergerak, kesan – kesan khusus atau memberi arah tertentu. Setiap
obyek yang ada dalam suatu sequence harus bisa memberi petunjuk yang
dapat mengarahkan orang menuju obyek berikutnya tanpa ada keharusan
untuk memperlihatkannya terlebih dahulu.

Gambar 13. Jenis–Jenis Sekuen : Casual,


Asymmetrical dan Symmetrical

Untuk menyadari reaksi emosional dalam diri seseorang dari lingkungan yang
ia tinggali ada tiga hal yang harus dimengerti dan dilakukan:
1. Penglihatan atau pengamatan.
2. Tempat ( Place )
3. Isi ( Content )

 Penglihatan atau Pengamatan

Konsultan : Halaman | V-36


36
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Tujuan utama kajian tentang penglihatan atau pengamatan ini adalah untuk
memanipulasi elemen–elemen kota sedemikian rupa sehingga pengaruh–
pengaruh emosi dapat tercapai dalam arti yang positif. Hal ini bisa disimpulkan
sebagai suatu gerakan dalam melihat atau mengamati.
Aplikasi dilapangan ( dalam skala kota atau kawasan ) bisa berupa penempatan
dua obyek yang berbeda atau kontras secara berdampingan, dengan demikian
kota atau kawasan itu bisa dinikmati dengan perasaan yang lebih dalam. Jika
hal ini tidak ada maka kota atau kawasan akan menjadi tak terbentuk dan
membosankan.

 Tempat ( Place )
Pada sub bab ini yang dimaksud tempat adalah posisi pengamat dalam
mengamati lingkungan disekitarnya, dimana penekanannya adalah pada reaksi
yang akan muncul saat itu, berupa pengaruh yang kuat serta hubungan timbal
balik antara pengalaman dan keadaan obyek yang diamati.
Hal diatas menunjukkan adanya hubungan antara manusia dan lingkungannya
serta kesadaran akan posisinya didalam lingkungannya. Ini adalah hal yang
sangat penting dan harus dipelajari dan diketahui agar terjadi suatu reaksi yang
diharapkan.
Oleh sebab itu jika suatu kota atau kawasan direncanakan berdasarkan
gerakan manusia ( berupa pedestrian atau sirkulasi kendaraan yang dibuat
melambat ) maka seluruh kota akan dapat dilihat dan dipahami sebagai sesuatu
yang plastis, dimana akan terdapat tekanan–tekanan dan kekosongan–
kekosongan atau keterbukaan dan keterlindungan berturut–turut. Dengan
demikian jelaslah ada pembeda antara tempat yang satu dengan yang lain
sehingga dengan mudah manusia yang sedang menuju, melewati atau pun
meninggalkan suatu kawasan dapat menyatakan adanya disini (Here) dan
disana (There).
 Isi ( Content )
Isi disini berarti elemen-elemen yang ada di dalam suatu kawasan atau kota.
Dimana hal yang dilakukan adalah menelaah isi kawasan tersebut guna
membuat keseimbangan, kelengkapan serta keharmonisan atau penyeragaman

Konsultan : Halaman | V-37


37
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

atau pun penyesuaian pandangan. Dari hal inilah akan muncul INI dan ITU
yang membuat keseimbangan tadi.
Penyesuaian pada hakekatnya adalah suatu cara yang dihasilkan dari
persetujuan bersama yang didasarkan pada toleransi terhadap perbedaan–
perbedaan sifat dan perilaku.

2. Serial Vision
Kombinasi antara beberapa sequence ini disebut Serial Vision, dimana tujuan
yang diharapkan adalah sama. Serial vision yang digunakan adalah:
a. Kecocokkan tempat
( possesian )
penjabarkan obyek-obyek yang terdapat pada suatu lokasi dan digolongkan
menjadi
 Occupied Territory atau daerah yang disukai, penempatan suatu
tempat pada lokasi, digolongkan menjadi:
- Kerindangan adanya hutan kota atau pohon-pohon besar
- Keteduhan pohon Kota
- Kenikmatan suasana yang dihadirkan Kota
- Lantai, jalan, pedestrian, trotoar
- Enclove ruang kecil yang terbentuk.
 Possesian in movement, tempat untuk bergerak kendaraan bermotor
maupun pejalan kaki
- Pedestrian
- Trotoar jalan
 Enclave, ruang kecil yang terbentuk.
 Focal point, tujuan ruang, berguna memberikan informasi pencapaian
tujuan dan sebagai titik tangkap juga berfungsi mengatur sirkulasi.
b. Threness, pemandangan
yang terlihat jauh dapat terlihat karena adanya jalan.
c. Hand Some gasture,
pemberian tanda pada tikungan-tikungan jalan yang menyadarkan para
pengendara, berupa : bangunan pojok, taman.

Konsultan : Halaman | V-38


38
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

d. Incident, obyek yang dapat


memberikan adanya suatu kejadian dan menangkap pandangan mata orang.
e. Floor atau lantai,
pengelolaan permukaan tanah atau lantai.

5.4.3. Aspek Struktur Dan Konstruksi Bangunan


Yang dimaksudkan dengan struktur suatu bangunan adalah bentuk dasar bangunan
yang dipergunakan untuk menampilkan karakter bangunan secara keseluruhan. Kita
mengenal beberapa sistem struktur bangunan seperti grid yang dibentuk dari kolom-
kolom pendukung, shell yang dibentuk dari dinding selubung, tenda yang dibentuk
dari sistem kabel dan tenda penutup, dan lain-lain jenis struktur. Sistem struktur ini
dapat dipilih salah satu atau dikombinasikan untuk mendapatkan karakter tampilan
yang diinginkan sesuai konsep yang disepakati. Selain sistem struktur yang dipilih,
faktor konstruksi juga mempengaruhi penampilan bangunan.
Untuk karakter struktur dan konstruksi bangunan di Kota Pamekasan, yang berada di
Provinsi Jawa Timur memiliki kekhasan yang dapat dikembangkan dengan
mengkombinasikan konstruksi bangunan lokal dengan bangunan modern, atau
menerapkan konsep modern design dengan karakter lokal, sebagaimana ciri dan
karakter bangunan pendidikan pada umumnya,

A. PEMILIHAN SISTEM STRUKTUR

Gempa sebagai fenomena alam dapat menyebabkan bencana dan kerusakan.


Dengan demikian perilaku bangunan akibat gempa harus dapat diidentifikasi dan
dikuantifikasi secara teruktur. Identifikasi dan kuantifikasi hanya dapat dilakukan
dengan memahami prosedur desain bangunan tahan gempa. Perkembangan
teknologi desain bangunan gedung tahan gempa terus mengalami perkembangan,
terutama setelah pengalaman kegagalan struktur akibat beberapa gempa kuat di
Indonesia. Perkembangan ini akan mempunyai efek signifikan pada desain dan
detailing bangunan tahan gempa. Berada di daerah gempa beresiko tinggi, maka
semua bangunan di Indonesia idealnya mengikuti persyaratan gempa yang ketat dari
peraturan yang berlaku. Saat ini standard peraturan perencanaan tahan gempa
yang berlaku adalah SNI-03-1726-2002 dan SNI-03-2847-2002.

Konsultan : Halaman | V-39


39
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Menurut SNI 2847-2002, Pasal 23.2.1.3. untuk daerah-daerah dengan resiko gempa
biasa yaitu wilayah gempa 1 dan 2 (seperti Kabupaten Pamekasan), harus
digunakan sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB) dan atau sistem rangka
pemikul momen menengah (SRPMM).
Perencanaan Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kabupaten
Pamekasan ini menggunakan sistem rangka pemikul momen (SRPM). Sistem
Rangka Pemikul Momen (SRPM) adalah suatu sistem rangka ruang dengan elemen
struktur balok dan kolom beserta joint-jointnya mampu menahan beban mati, beban
hidup dan beban gempa yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial.

B. KRITERIA DESAIN
B.1. Upper Structure
 Perencanaan upper structure secara garis besar terdiri dari:
1. Perencanaan pelat lantai
2. Perencanaan balok Struktur
3. Perencanaan Balok Anak
4. Perencanaan kolom Struktur
5. Perencanaan Sloof Struktur
6. Perencanaan Ring Balk
7. Perencanaan Struktur Atap
 Perencanaan upper structure terdiri dari:
• Desain awal : estimasi dimensi awal pelat, balok dan kolom
• Beban struktur : perhitungan beban mati, hidup dan gempa
• Analisa struktur : menghitung gaya-gaya dalam, deformasi dan reaksi
• Desain skematik : penentuan dimensi akhir pelat, balok dan kolom
• Desain struktur : mencari jumlah tulangan dan pemeriksaan daktilitas

 Perencanaan harus memenuhi prinsip dasar desain, yaitu:


• Desain kapasitas : fRn > a1S1 + a2S2 + …
“ Gaya-gaya dalam nominal > gaya-gaya dalam ultimit atau Kekuatan >
Beban”. Berlaku untuk semua gaya dalam, yaitu momen lentur, gaya geser,
dan gaya aksial
f adalah faktor reduksi kekuatan, a i adalah faktor beban

Konsultan : Halaman | V-40


40
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

f bervariasi sesuai dengan sifat gaya: Lentur, f = 0.80, Geser dan torsi, f =
0.70, Aksial tarik f = 0.80, Aksial tekan- Lentur dengan spiral f = 0.75,
aksial tekan-Lentur dengan tulangan lain f = 0.70, a bervariasi sesuai
dengan sifat beban dan peraturan

 Beban-beban luar yang akan diperhitungkan adalah: beban mati atau berat
sendiri (D), Beban hidup (L) dan Beban gempa (E).
Beban mati dan beban hidup ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku
dan memperhatikan fungsi setiap lantai.
Beban gempa ditentukan dengan cara statik ekivalen atau cara dinamis (respon
spektrum) dengan memperhatikan jumlah lantai, DOF, periode getaran, rasio
redaman, mode getaran, drift ratio, sifat tanah dasar dan zone gempa.

 Kombinasi beban yang akan dipakai adalah:


• U = 1.4D
• U = 1.2D + 1.6 L
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 1.2D + 1.0 L + 1.0Ez + 0.3 Ex
• U = 0.9D + + 1.0Ex + 0.3 Ez
• U = 0.9D + + 1.0Ez + 0.3 Ex
 Dimensi Penampang
Pendimensian penampang pelat, balok dilakukan secara bertahap yaitu tahap
pertama dengan menentukan dimensi awal berdasarkan pendekatan (ACI 2002:
Concrete Detailing Guide) yaitu:
Balok : L/10 – l/12 (konvensional)
Kolom: Area kolom + P total (gravity load) / (0,33 f’c)
Pelat : L/33 (konvensional) dan L/30 (flat Slab)
Tahap kedua dimensi awal penampang akan dievaluasi lagi berdasarkan prosedur
minimal setelah analisa struktur yaitu dengan pemeriksaan:
 Kewajaran gaya-gaya dalam dan reaksi tumpuan
 Kewajaran ukuran pelat, balok dan kolom
 Defleksi balok dan kolom
 Keabsahan hasil analisa gempa
Konsultan : Halaman | V-41
41
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

 Metode Analisis dan Desain


Analisis struktur menggunakan STAADPRO/SAP2000 dengan analisa 3 dimensi
sedangkan untuk perencanan elemen struktur menggunakan peraturan SNI-03-
2847-2002, SNI 03-1729-2002 dan SNI-03-1726-2002.

 Alat Perencanaan
Pada perencanaan ini digunakan alat bantu komputer dengan beberapa paket
program untuk mempercepat proses hitungan. Paket program yang digunakan
meliputi hitungan untuk menganalisa gaya dalam yang dihasilkan dan
program penulangan balok dan kolom.
1). Program STAADPRO/SAP2000
Program ini dipakai pada analisa struktur untuk menghitung :
 Momen, gaya aksial dan gaya geser yang terjadi pada batang-batang
frame 3 dimensi
 besarnya deformasi horisontal dan vertikal batang/struktur
 penulangan balok dan kolom
 Struktur Atap

2). Desain Penampang Beton dikontrol secara manual :


Menggunakan program excel, yang terdiri dari :
a). Program “PELAT” digunakan untuk menghitung tulangan tarik dan
tulangan bagi pelat lantai dan pelat atap.
b). Program “BALOK” digunakan untuk menghitung tulangan memanjang
balok dan tulangan geser balok.
c). Program “KOLOM” digunakan untuk menghitung tulangan memanjang
kolom, tulangan pengekang dan tulangan geser kolom.
d). Program “PONDASI” digunakan untuk menghitung dimensi pondasi,
daya dukung dan penulangan pondasi.
3). Diagram interaksi M-N kolom
Diagram interaksi kolom digunakan untuk menentukan jumlah tulangan
longitudinal kolom yang harus dipasang pada kolom,

Konsultan : Halaman | V-42


42
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

B.2. Bottom Structure


 Penyelidikan Tanah (Soil Test)
Tujuan penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi kekuatan dan kondisi
lapisan-lapisan tanah bawah lokasi yang bersangkutan untuk menunjang perencanaan pondasi pada
pekerjaan Pembangunan Gedung Ruang Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Pamekasan

Gedung kuliah yang direncanakan, dengan ketentuan luas tapak ± 2400 M² dan luas bangunan ± 2850
M² membutuhkan 6 (enam) titik pengujian sondir dan 2 (dua) titik bor dangkal.
Pengujian di lapangan :

6 (enam) titik pengujian sondir (CPT) sampai kedalaman tanah keras.

2 (dua) titik bor dangkal sampai kedalaman 3,0 m, dan pengambilan Undisturbed
sampling (UDS) pada masing-masing titik boring.

Pengujian Sondir (Cone Penetration Test – CPT)


Pekerjaan sondir dilaksanakan untuk mendapatkan indikasi kekuatan tanah dengan menekan
konus berbentuk kerucut tanah yang akan diuji. Kerucut (konus) dengan luas penampang 10 cm 2 ini
dihubungkan dengan rangkaian stang dalam sondir ke manometer sehingga nilai konus atau
perlawanan konus dapat dibaca.
Pekerjaan sondir ini dilaksanan sesuai dengan Standart ASTM D-3341-86 dan SNI 03-2827-
1992, yang menggunakan bikonus tipe Begemann dengan kapasitas maksimum 250 kg/cm 2, yang
mempunyai diameter 3,60 cm, dengan kemiringan kerucut 60 o. Pada saat melakukan test,
penetrometer ditusukkan ke dalam tanah dengan kecepatan 2 cm per detik. Data penetrasi dan jumlah
penetrasi diperoleh dari pembacaan manometer dengan sistem hidrolik, dengan interval 20 cm.
Pada setiap kedalaman 20 cm, yang dapat dibaca pada manometer adalah penetrasi konus (PK) bacaan
yang pertama, sedangkan bacaan kedua adalah jumlah penetrasi (JP) yang merupakan penetrasi konus
(PK) + hambatan lekat (HL). Untuk kemudian dihitung hambatan lekatnya. (HL) tiap 20 cm. Besarnya
jumlah hambatan lekat (JHL) sama dengan jumlah komulatif dari hambatan lekat (HL).
Hasil pengujian sondir adalah sebagai berikut :

Konsultan : Halaman | V-43


43
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gambar Hasil Pengujian Sondir (CPT)

Hasil pengujian sondir untuk tujuan :


 Evaluasi kondisi tanah bawah permukaan di lapangan, stratigrafi (menduga struktur lapisan
tanah), klasifikasi lapisan tanah, kekuatan lapisan tanah dan kedalaman lapisan tanah keras.
 Perencanaan pondasi.
Klasifikasi tanah menggunakan hubungan penetrasi konus (qc) dan rasio friksi (fr) sebagai berikut.

Konsultan : Halaman | V-44


44
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gambar Klasifikasi Tanah Berdasarkan Data Sondir (CPT)

Pengujian pemboran tanah


Yang dimaksud dengan pemboran tanah adalah membuat lubang kedalam tanah dengan menggunakan
alat bor manual (hand bor) dengan tujuan :
 Mengindentifikasi jenis tanah sepanjang kedalaman lubang bor
 Untuk mengambil contoh tanah asli (Undisturbed Sample/UDS) maupun tidak asli (Disturbed
Sample/DS) pada kedalaman yang dikehendaki.

Gambar Peralatan Bor Dangkal

Penyelidikan di laboratorium meliputi:


1. Sifat-sifat pengenal (index properties), meliputi:

Pengujian berat volume tanah, ASTM D-2937
Untuk memperoleh berat volume tanah asli ().

Pengujian kadar air, ASTM D-2216
Untuk memperoleh kadar air tanah asli (w)

Pengujian berat jenis, ASTM D-854
Untuk memperoleh berat jenis tanah (Gs)

Uji batas-batas konsistensi Atterberg, ASTM D-4318
Untuk memperoleh batas-batas konsistensi (plastisitas) tanah yang meliputi: batas cair
(LL), batas plastis (PL), batas susut (SL)

Analisa butiran tanah (metode ayakan), ASTM D-421 dan D-422
Untuk memperoleh distribusi ukuran butiran tanah.

2. Sifat-sifat teknis (engineering properties), meliputi:



Uji Triaxial UU, ASTM D-4186
Untuk memperoleh kekuatan geser tanah, meliputi kohesi tanah (c) dan sudut geser antar
butiran tanah ().

Konsultan : Halaman | V-45


45
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA


Uji Unconfined Compression, ASTM D-2166
Untuk memperoleh kekuatan tanah tanpa kekangan (qu).

Dasar yang digunakan untuk mendiskripsikan sifat fisik dan teknis tanah mengacu pada
hubungan antar parameter-parameter tanah yang memberikan indikasi sifat stabilitas tanah
dikemukakan secara spesifik sebagai berikut.

Tabel Hubungan Antar Parameter-parameter Tanah Berbutir Kasar

Tingkat Kepadatan Sudut gesek Tekanan konus N-SPT

Kepadatan Relatif butiran tanah,


qc (blow/ft)

(Dr)  (o)
(kg/cm2)
Sangat lepas < 0,2 < 30 < 20,4 <9
Lepas 0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 9 – 10
Agak lepas 0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 10 – 30
Padat 0,6 – 0,8 40 – 45 132,6 – 224,4 30 – 50
Sangat padat > 0,8 > 45 > 224,4 > 50

Sumber : Hand Book of Soil Mechanics Soil Testing – Arped Kezdi, hal. 29.

Sedangkan korelasi parameter untuk tanah berbutir halus dikemukakan sebagai berikut :
Tabel Hubungan Antar Parameter-parameter Tanah Berbutir Halus

Konsultan : Halaman | V-46


46
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Sumber : The Penetrometer and Soil Exploratoin – Guy Sangrelat, hal. 250

Kriteria parameter sifat fisis dan teknis yang memberikan indikasi sifat tanah menurut Kezdi
dan Sangrelat sebagai berikut :

Tabel Kriteria Parameter Sifat Fisis dan Teknis


Parameter (kuantitatif) Sifat Tanah (kualitatif)
Butir halus Butir kasar
Kepadatan  Tekanan qc qu
> 50% lolos < 50% lolos
Relatif ( o) (kg/cm2) (kg/cm2)
#0,075 #0,075
< 0,2 < 30 < 20,4 Sangat lunak Sangat lepas
< 0,5
ke lunak
0,2 – 0,4 30 – 35 20,4 – 45,9 0,5 – 1,0 Agak lunak Lepas

0,4 – 0,6 35 – 40 45,9 – 132,6 Agak keras ke Agak lepas


1,0 – 4,0
keras
Padat ke
0,6 – 0,8 > 40 > 132,6 4,0 – 8,5 Sangat keras
sangat padat

Sumber : Kezdi - Sangrelat, 1972 dikorelasikan

Daya Dukung Pondasi


Untuk bangunan bertingkat, disarankan menggunakan pondasi dalam (tiang pancang injection)
sampai konsistensi tanah keras.

1.0 m

pondasi telapak

Konsultan : Halaman | V-47


47
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

pondasi tiang pancang


(injection pile)
Lf

Daya dukung ijin ( qall ) pondasi tiang sebagai berikut :


q p xA p q s xA s
Qall = +
3 5
 Perencanaan dan perhitungan pondasi yang terdiri dari:
1. Resume Gaya-gaya ekstrim pada pondasi dari 10 kombinasi beban
2. Daya dukung ijin 1 tiang tunggal (qa)
- Diambil dari hasil penyelidikan tanah SPT
- Daya dukung pondasi tiang dihitung dengan persamaan Meyerhoff:
qa = q end / SF1 + q friction/SF2
qa = (40 Nb*Ap) / SF1 + (0,1*N*As)/SF2
di mana:
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang (N<=40)
N1 = harga N-SPT pada 8D di atas ujung tiang
N2 = harga N-SPT pada 2,0D di bawah ujung tiang (0,7D-4D)
N = harga N-SPT rata-rata N1, Nb, N2
As = luas selimut tiang ; Ap = luas penampang tiang
SF = factor keamanan yang ditentukan berdasarkan jenis bangunan
dan pengendalian saat pelaksanaan (Tabel)

Tabel. Faktor Keamanan untuk Pondasi Tiang


(Sumber: Reese R O'Neill. 1989 & Pugsley 1966)
Bangunan
Bangunan Bangunan
Klasifikasi Struktur Permane
Monumental Sementara
n
Probabilitas
kegagalan dapat 10-5 10-4 10-3
diterima
FK (pengendalian baik) 2.3 2.0 1.4
FK (pengendalian
3.0 2.5 2.0
normal)
FK (pengendalian
3.5 2.8 2.3
kurang)
Konsultan : Halaman | V-48
48
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

FK (pengendalian
4.0 3.4 2.8
buruk)

3. Diameter dan Konfigurasi tiang


4. Daya dukung ijin 1 tiang dalam kelompok (qu), Ditentukan dengan
persamaan: qu = n x qa. (n adalah efisiensi tiang dalam kelompok tergantung
pada konfigurasi tiang)
5. Kapasitas maksimun 1 tiang dalam kelompok
6. Pile Displacement
7. Tebal pile cap (geser satu arah dan 2 arah)
8. Gaya-gaya dan momen pada pile cap serta pembesian pile cap
9. Pembesian tiang
C. SPESIFIKASI DESAIN
1. Beban Mati + Berat Sendiri (D)
 Beton bertulang : 2400 kg/m3
 Baja : 7850 kg/m3
 Leveling pasir (lantai) : 85 kg/m2
 Penutup lantai + spesi : 87 kg/m2
 Plumbing : 20 kg/m2
 Ducting AC : 30 kg/m2
 Plafon + hanger : 18 kg/m2
 Dinding bata Ringan : 120 kg/m2
 Dinding bata Merah : 250 kg/m2
 Dinding partisi : 25 kg/m2

2. Beban Hidup (L)


 Lantai kuliah : 250 kg/m2
 Pelat Atap : 150 kg/m2

3. Beban Gempa (E)


Perhitungan beban gempa dilakukan dengan ketentuan:

1) Zone gempa : zone 2 berdasarkan peta gempa SNI 03-1726-2002.

Konsultan : Halaman | V-49


49
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gambar wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar


dengan periode ulang 500 tahun

2) Analisis Beban Gempa menggunakan analisa dinamis Respon Spektrum


sesuai SNI 03-1726-2002.

Konsultan : Halaman | V-50


50
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Gambar Respons Spektrum Gempa Rencana

3) Model Beban Gempa Dinamis menggunakan Respons Spectrum sebagai


berikut antara lain :

Konsultan : Halaman | V-51


51
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

 Arah pembebanan Gempa Orthogonal (100% arah X dan 30% arah Z,


100% arah Z dan 30% arah X))
 Damping = 0,05 (SNI 03-1726-2002)
 Menurut SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 : nilai Ordinatnya harus dikalikan
dengan faktor I/R (I = 1,0 ; R = 5,5). Nilai C antara 0,38 – 0,50 (Wilayah
gempa 2). Percepatan puncak batuan dasar = 0,1 G

4. Metode Desain
Desain elemen struktur beton menggunakan Capacity Design berdasarkan SNI
03-2847-2002
5. Peraturan
 PPIUG 1987 : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987
 SNI 03-1726-2002: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung

Konsultan : Halaman | V-52


52
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

 SNI 03-2847-2002: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan


Gedung
 SNI 03–1729–2002 : Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung
 ACI Commite 318, 2005, Building Code Requirements for Structural Concrete
and Commentary (ACI 318-05), New York : American Concrete Institute

D. DIAGRAM ALIR PERENCANAAN


Diaragam Alir perencanaan lengkap diperlihatkan sebagai berikut :

Konsultan : Halaman | V-53


53
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

5.4.4. Aspek Sistem Utilitas


Kebutuhan terhadap fasilitas standar dan utilitas di lokasi ini berupa fasilitas standart
sudah tersedia namun perlu perencanaan ulang, seperti drainase, air bersih, listrik
dan telepon. Namun di kawasan sekitar lokasi telah ada beberapa fasilitas seperti
persampahan, air bersih dan listrik / telepon.

A Drainase
Sistem drainase di lokasi rencana dipersiapkan dan direncanakan dengan baik
untuk dapat dikembangkan dalam site development yang memungkinkan untuk
penataan kawasan yang mampu menangani permasalahan hujan dan saluran
air.

Clean water Grey water


tank Roof tank

sink shower toilet garden

wudhu Rain Makeup


cooling
tower

Grey water tank


Bio
tank
To the ground
Konsultan : Halaman | V-54
54
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

B Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih merupakan sistem plumbing yang dibutuhkan
dalam setiap kegiatan. Karena itu, untuk fasilitas di kawasan ini diperlukan
perencanaan yang tepat terhadap sistem plumbing air bersih pada
perencanaan dan pengembangan. Tujuan dari penataan sistem plumbing air
bersih ini adalah untuk memudahkan kebutuhan operasional kawasan yang
terdiri dari :
1. Air untuk kebutuhan penggguna gedung
2. Air untuk kebutuhan KM/ WC
3. Air untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran
4. Air untuk kebutuhan penghijauan
5. Air untuk kebutuhan fasum/ kafetaria/ service

Penghematan Pemanfaatan Air

 Pemakaian / Kebutuhan air bersih (A) :180 m3/hari


 Recycling air kotor dan buangan (B)
 dari STP (120 m3/hari) : 80 m3/hari
 Air condensate dari AC : 5 m3/hari
 Air hujan : 40 m3/hari
 Air wudhu : 25 m3/hari
Total : 150 m3/hari

 Penggunaan kembali air buangan


 Flushing WC, urinoir : 45 m3/hari
 Siram taman/landscape : 15 m3/hari
Total : 60 m3/hari
Sisa air buangan masuk ke resapan
Air Bersih yang dihemat B : A = 83% (termasuk air hujan).
Konsultan : Halaman | V-55
55
Air Bersih yang dihemat
CV. VIANDRA WASTHU
= 61% (tanpa air hujan)
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

C Listrik dan Telepon


Kebutuhan listrik dan telepon merupakan kebutuhan standart yang harus ada
dalam operasional kantor. Kondisi listrik di sekitar lokasi dan fasilitas telepon
telah tersedia hingga di batas tepi jalan Raya, atau kawasan kampus, sehingga
perencanaanya adalah dalam kaitan distribusi di dalam tapak bangunan.

D Instalasi Penangkal Petir


 Bangunan bertingkat  bahaya sambaran petir  maka memerlukan
Penangkal petir
 Penangkal petir : dipasang pada bangunan min. 2 lantai (paling tinggi
diantara sekitarnya, konstruksi bangunan yang menonjol : cerobong asap,
antena TV, tiang bendera)
 Instalasi terdiri dari :
 Alat penerima logam tembaga (logam bulat panjang yang runcing ) atau
penerima kawat mendatar.
 Kawat penyalur dari tembaga
 Pentanahan kawat penyalur sampai dengan pada bagian tanah yang
basah, ukuran dari instalasi ditentukan berdasarkan daerah/bangunan
yang dilindungi.

Strategi perlindungan bahaya petir


1. Franklin rod.
Terdiri dari komponen-komponen:
- Alat penerima logam tembaga ( logam bulat panjang runcing )
- Kawat penyalur dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah basah.
- Sistem perlindungan dengan bentuk sudut  45 O.

Konsultan : Halaman | V-56


56
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

- Batang yang runcing (bahan copper spit)  dipasang paling atas  batang
tembaga  elektroda yang ditanamkan.
- Batang elektroda pentanahan dibuat bak kontrol  memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan.
- Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah  jangkauannya terbatas.

2. Sangkar Farady
Terdiri dari komponen:
- Alat penerima kawat mendatar
- Kawat dari tembaga
- Pertanahan kawat penyalur sampai pada bagian tanah yang basah.
Perlindungan bangunan  jarak antar kawat mendatar tidak melebihi 20 m
pada titik-titik yang tertentu diberi ujung vertikal ½ M.

Sistem pemasangan dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas


dari sistem Franklin  Biaya sedikit mahal, dan menggangu keindahan.

3. Radio Aktif
Terdiri dari komponen:
a. Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel alpa
dari isotop (americum 241). Elektrode akan terus menerus menciptakan
arus ion (Min. 10 8 ion/det).
b. Coaxial cabel

Konsultan : Halaman | V-57


57
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan listrik petir


yang menuju tanah maka coaxial cabel dibungkus pipa isolasi.
Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah
menyebabkan seluruh unit mempunyai potensi yang sama dengan bumi.
Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman
c. Sistem rotekso Pentanahan (Petir)
Perlu test lokasi geografis dari pentanahan  5 ohm. Tahanan bumi max.
Yang terbaik untuk system ini = 5 ohm.

Elektrode

Saat petir mengenai electroda maka muatan negatif akan menetralkan


muatan.Sistem ini  cocok untuk bangunan tinggi dan besar
Pemasangan tidak perlu dibuat karena sistem payung yang digunakan dapat
melindunginya. Bentangan cukup besar  satu bangunan cukup satu tempat
penangkal petir
Cara pemasangan ketiga sistem adalah titik puncak/ kepala dari alat
penangkal petir dihubungkan dengan pipa tembaga menuju ke dasar tempat
sebagai pentanahan yaitu pipa tembaga tersebut harus mencapai tanah
berair. Oleh karena itu, tempat-tempat tesebut harus dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak menggangu keindahan bangunan dan tetap berfungsi baik
terhadap penanggulangan bahaya petir.

E Elevator
Keberadaan dari elevator ini merupakan sebagai pengganti fungsi dari pada
tangga dalam mencapai tiap-tiap lantai berikutnya pada suatu gedung
bertingkat, dengan demikian keberadaan elevator tidak dikesampingkan ini

Konsultan : Halaman | V-58


58
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

dikarenakan dapat mengefisienkan energi dan waktu sipengguna elevator


tersebut. Sistem keberadaan elevator dan segala kemajuan dan kehandalannya
tidak serta merta mengalami perkembangan-perkembangan secara bertahap,
sejak keberadaannya pertama kali dibangun. Sejak pertama kali dibangun,
sistem penggerak elevator pada awal perkembangannya dimulai dengan cara
yang sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan tenaga non mekanik.
Perkembangan elevator sangat lambat pada awal tahun 1970-an, namun sejak
diperkenalkannya transistor dan alat pendukung elektronik lainnya pada sistem
kontrol elevator pada saat itulah perkembangan kontroller elevator begitu pesat.
Elevator dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Elevator penumpang
2. Elevator barang atau dumb waiter
3. Elevator service
4. Elevator hidraulik

1. Elevator Penumpang
Elevator penumpang ini merupakan elevator yang sifatnya berfungsi dan sangat
khusus untuk manusia saja, elevator ini sangat dijaga kehandalannya dan juga
sangat dijaga keamanan dan keselamatan manusianya.
2. Elevator Barang atau Dumb Waiter
Elevator ini sangat khusus fungsinya untuk barang saja, elevator ini juga tak
kalah handalnya dengan elevator penumpang namun ada sedikit perbedaan
dalam system keamanannya.
3. Elevator Service
Elevator servise ini biasanya dipasang diperhotelan, yaitu fungsinya untuk
pelayan-pelayan hotel untuk mengantarkan barang ke kamar-kamar penghuni
hotel. Namun disini pula elevator ini tak kalah handalnya dengan elevator
penumpang, perbedaan dari elevator service dengan elevator penumpang ini
sangat jelas dari sistrem pengangkutannya, yaitu elevator penumpang hanya
khusus untuk manusia saja tapi elevator service ini juga berfungsi sebagai
pengangkutan manusia dan barang.
4. Elevator Hidraulik

Konsultan : Halaman | V-59


59
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Elevator hidrolik ini sangat lain darpada yang lain, ini dilihat dari cara kerjanya
dan juga fisiknya. Elevator ini biasanya digunakan oleh pasukan pemadam
kebakaran dan kapasitas daya angkutnya pun sangat terbatas, elevator hidrolik
ini sekarang tidak hanya dipakai oleh pemadam kebakaran saja. Sekarang
elevator hidrolik sering dipakai oleh perusahaan telekomunikasi, bengkel
kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Komponen Utama Elevator


Apabila kita ingin mengetahui sistem kerja elevator, maka kita harus
mengetahui komnponen utama dalam elevator tersebut. Untuk mempermudah
kita mengetahui cara kerja elevator secara keseluruhan, disini penulis akan
menggolongkan tata letak komponen-komponen elevator dalam dua bagian
ruangan, yaitu ruang mesin (Machine Room ) dan ruang luncur (Hoistway ).

5.5. TAHAPAN PROSES PERANCANGAN


5.5.1. Tahapan Perancangan

TAHAP PERSIAPAN
Meputi koordinasi tenaga ahli, penyusunan desain survey, metode perancangan,
serta penyusunan jadwal pelaksanaan secara rinci.

TAHAP PEMROGRAMAN FUNGSI BANGUNAN


Meliputi program kegiatan, kebutuhan fasilitas, sarana dan prasarana, serta
program kebutuhan dan persyaratan ruang.

TAHAP ANALISIS DAN KONSEP RENCANA


Sebelum membuat Konsep Rencana Teknis, terlebih dahulu dilakukan analisis
mendalam sesuai data hasil survey dan pengukuran lapangan.
Menyusun konsep-konsep rencana yang menjadi dasar dalam penyusunan pra
rancangan yaitu:
 Konsep tapak, memuat orientasi dan gubahan masa bangunan
 Konsep bangunan
 Konsep struktur konstruksi dan sistem utilitas
Konsultan : Halaman | V-60
60
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

 Konsep-konsep termuat dalam desain skematik yang akan divisualisasikan


dalam desain

TAHAP PRA RANCANGAN


Penyusunan sketsa rancangan meliputi rencana tapak, rencana bentuk, rencana
struktur dan konstruksi, rencana utilitas berdasarkan kondisi eksiting di lapangan.

TAHAP PENGEMBANGAN RANCANGAN


Meliputi pembuatan Gambar Denah Gedung Ruang Kuliah, Tampak, Potongan,
Detail arsitektur dan struktur, serta Menyusun prakiraan biaya yang di perlukan
dalam pembangunan konstruksi gedung, yang meliputi :
1. Site Plan rencana dan Layout plan
2. Gambar Denah, Tampak, Potongan, Gambar-gambar Rencana dalam skala
1:100 dan Gambar-gambar Detail dengan skala 1:20, 1:10, 1:5
3. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
4. Rincian Volume Pelaksanaan Pekerjaan (BOQ), Rencana Anggaran Biaya
(RAB)/ EE pekerjaan konstruksi.

TAHAP PELELANGAN KONSTRUKSI FISIK


Membantu panitia pada waktu acara penjelasan pekerjaan, termasuk menyusun
berita acara penjelasan pekerjaan, evaluasi penawaran, menyusun kembali
dokumen pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama apabila terjadi
lelang ulang.

Bagan Alir Proses Perancangan


Pekerjaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas
Kedokteran UNILA dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

Konsultan : Halaman | V-61


61
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

PEMAHAMAN KAK

MASTERPLAN
TUJUAN DAN SASARAN
DAN
DESAIN KRITERIA
POTENSI; MASALAH;
STRATEGI DESAIN

PENGUKURAN Analisa TAPAK dan


TAPAK LINGKUNGAN
KONDISI FISIK
PENYELIDIKAN Analisa RUANG,
DASAR LOKASI
PERENCANAAN TANAH Bang Dan Tampilan
PENGUMPULAN Analisa STRUKTUR
DATA SEKUNDER DAN UTILITAS

KONSEP DESAIN

PRA- DESAIN

PERHITUNGAN
STRUKTUR BQ/RAB/ RKS

PENGEMBANGAN/
DETAIL DESAIN
DOKUMEN
LELANG

5.6. PROGRAM KERJA


Konsultan perencana dalam melaksanakan program kerja akan
mengalokasikan tenaga ahli profesional dan sub-profesional dengan tenaga
pendukung sesuai dengan disiplin keilmuan serta keahliannya dalam penyelesaian

Konsultan : Halaman | V-62


62
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

tahapan proses pekerjaaan yang pelaksanaan pekerjaan disusun setidaknya


berdasarkan:
1. Jangka waktu pelaksanaan
2. Volume kegiatan
3. Jenis dan kompleksitas kegiatan
4. Kesiapan semua unsur-unsur terkait

Pemanfaatan waktu secara efisien sangat dibutuhkan oleh konsultan dalam


pelaksanaan pekerjaan ini, terutama pada saat awal pekerjaan dimana diperlukan
waktu yang tidak sedikit untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan pihak
Pengguna Jasa/Pengguna Anggran (PA) bersama dengan PPK. Pihak konsultan
sangat mengharapkan adanya kerja sama untuk kepentingan bersama antara
pelaksana pekerjaan dengan pihak Pengguna Anggaran. Namun demikian Konsultan
berupaya untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya tugas yang telah diberikan
oleh Pengguna Anggaran dengan cara melakukan pengelolaan kerja yang baik
dengan pemanfaatan waktu dan potensi pendukung yang ada, baik personil maupun
peralatan pendukung kerja.

5.6.1. Lingkup Pekerjaan


Lingkup pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Konsultan Perencana
berpedoman pada ketentuan yang berlaku, khususnya mengacu kepada Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Permukiman dan Prasana Wilayah Nomor 45/PRT/M/2007 tanggal
27 Desember 2007, meliputi tugas-tugas perencanaan fisik bangunan yang terdiri
dari:
a. Persiapan atau konsepsi perencanaan, seperti: mengumpulkan data dan
informasi lapangan (termasuk penyelidikan tanah), membuat interpretasi secara
garis besar terhadap KAK, program kerja perencanaan, konsep perencanaan,
sketsa gagasan, konsultasi dengan Pemerintah Daerah setempat mengenai
peraturan daerah/ perijinan bangunan.
b. Penyusunan pra – rencana seperti membuat rencana tapak, pra – rencana
bangunan dan keterangan persyaratan bangunan dari Pemerintah daerah
setempat.

Konsultan : Halaman | V-63


63
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

c. Penyusunan pengembangan rencana, antara lain membuat:


 Rencana arsitektur, beserta uraian konsep dan visualisasi dwi dan trimatra
bila diperlukan
 Rencana struktur, beserta uraian konsep dan perhitungannya
 Rencana Mekanikal dan elektrikal, beserta uraian konsep dan
perhitungannya.
 Rencana utilitas, beserta uraian konsep dan perhitungannya
 Garis besar spesifikasi teknis (Outline Technical Specifications)
 Perkiraan biaya (Engineering Estimate)
d. Penyusunan rencana detail, seperti membuat gambar-gambar perencanaan,
gambar- gambar detail, Rencana Kerja dan Syarat- syarat (RKS), rincian
volume pelaksanaan pekerjaan (Bill of Quantity), rencana anggaran biaya
pekerjaan konstruksi dan menyusun laporan akhir perencanaan
e. Persiapan pelelangan, seperti membantu Panitia Pelelangan di dalam
menyusun dokumen pelelangan dan membantu Panitia dalam menyusun
program dan pelaksanaan pelelangan.
f. Pelelangan, seperti membantu Panitia pada waktu pelaksanaan pekerjaan,
termasuk menyusun Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, membantu Panitia
dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali dokumen
pelelangan, dan melaksanakan tugas- tugas yang sama apabila terjadi lelang
ulang.
g. Pengawasan Berkala, seperti memeriksa pelaksanaan pekerjaan
kesesuaiannya dengan rencana secara berkala, melakukan penyesuaian
gambar dan perubahan, memberikan penjelasan terhadap persoalan yang
timbul selama masa konstruksi, dan membuat laporan akhir pengawasan
berkala.
h. Bersama-sama dengan Kontraktor menyusun petunjuk penggunaan,
pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk yang
menyangkut peralatan dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan

5.6.2. Keluaran
Keluaran yang dihasilkan oleh Konsultan Perencana berdasarkan Kerangka Acuan
Kerja ini minimal meliputi:
Konsultan : Halaman | V-64
64
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

1. Tahap Konsep Rencana Teknis


a. Konsep penyiapan rencana teknis dan uraian rencana kerja konsultan
perencana.
b. Konsep skematik rencana teknis.
c. Laporan data dan informasi lapangan.
2. Tahap Pra-rencana Teknis
a. Gambar-gambar Pra-rencana.
b. Perkiraan biaya pembangunan.
c. Garis besar rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
3. Tahap Pengembangan Rencana
a. Gambar pengembangan rencana tapak, arsitektur, struktur, ME dan utilitas.
b. Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan yang diperlukan.
c. Draft rencana anggaran biaya.
d. Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
4. Tahap Rencana Detail
a. Gambar rencana teknis tapak dan bangunan lengkap.
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
c. Bill Of Quantity (BQ).
d. Rencana Anggaran Biaya (RAB).
5. Tahap Pelelangan.

5.6.3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


A. TAHAP PERSIAPAN
Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,
1. Pemahaman KAK
2. Penyusunan Metode Pelaksanaan Pekerjaan
3. Survey Pendahuluan (fisik – visual lingkungan tapak)
4. Pengumpulan data sekunder
5. Koordinasi Tenaga Ahli

B. TAHAP PELAKSANAAN SURVEY DAN KOMPILASI DATA


Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan,
1. Survey harga bahan – upah di lokasi pekerjaan
2. Survey pengukuran tapak
3. Survey penyelidikan tanah

Konsultan : Halaman | V-65


65
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

4. Tabulasi data
5. Pengolahan Data

C. TAHAP ANALISIS DAN KONSEP DESAIN


Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
1. KAJIAN dan Analisis bangunan
2. program dan konsep disain bangunan sesuai kebutuhan kegiatan
dan potensi tapak,
3. Pembuatan pra - disain
4. Perhitungan struktur dan utilitas

D. TAHAP PENGEMBANGAN DISAIN


Yang terdiri atas beberapa sub-kegiatan:
1. pembuatan gambar rencana
2. pembuatan gambar detail
3. penyusunan RAB dan RKS
4. pembuatan gambar 3D.

Penyusunan program kerja secara sistimatis dilakukan secara simultan dan


berkesinambungan, sehingga setiap tahap pekerjaan dapat dilakukan tanpa harus
menunggu selesainya tahap sebelumnya. Program kerja untuk penyelesaian
pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas
Kedokteran UNILA ini selama 2 (dua) Bulan atau 60 (enam puluh) hari kalender,
secara detail dan sistimatis disajikan dalam tabel dibawah ini

Konsultan : Halaman | V-66


66
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

Tabel Program Kerja


PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNILA

BULAN/ MINGGU
KETERANGAN
NO KEGIATAN 1 2
I II III IV I II III IV
A PERSIAPAN                
1 Koordinasi dan Mobilisasi                
3 Inventarisasi Data dan Informasi terkait                
4 Survey Pemetaan Lokasi/ Topografi                
5 Survey Penyelidikan Tanah (Sondir, Boring)
B ANALISIS DAN KONSEP DESAIN                
2 Analisis Aktifitas dan Fasilitas                
3 Analisis Tapak, Ruang dan Bangunan
5 Analisis Mekanikan Elektrikal
6 Penyusunan Konsep Desain                
7 Gambar Pra Rancangan Bangunan                
C PENGEMBANGAN DAN DETAIL DESAIN                
1 Pengembangan Desain                
2 Detail desain bangunan                
4 Penyusunan RAB/ BQ/ RKS                
5 Penyusunan Dokumen lelang                
D PELAPORAN                
1 Laporan Pendahuluan                
2 Laporan Analisa dan Konsep Drsain                
6 Laporan Akhir Desain dan Executive Summary                

5.7. ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN


Dalam rangka menunjang pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Pembangunan
Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UNILA, maka :

a. Untuk melaksanakan tugas, Tim Penyedia Jasa Konsultansi mendapatkan


informasi yang dibutuhkan selain dari informasi yang diberikan oleh Pemberi
Tugas dalam pengarahan penugasan ini.
b. Tim Penyedia Jasa Konsultansi memeriksa kebenaran informasi dalam
pelaksanaan tugasnya, baik yang berasal dari pemberi tugas maupun
masukan lain dari luar. Kesalahan perencanaan akibat dari kesalahan
informasi menjadi tanggung jawab Tim Konsultan.
Konsultan : Halaman | V-67
67
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

c. Untuk melaksanakan tugas ini Tim Penyedia Jasa Konsultansi menyediakan


Tenaga Ahli yang memenuhi kebutuhan pekerjaan, dengan struktur sebagai
berikut;

TEAM LEADER
..

Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Teknik Ahli Geodesi
Bangunan Gedung Arsitektur Elektronika Lingkungan

Asisten Tenaga Ahli

Surveyor; Lab./Mat. Technician; Drafter; Operator


Komputer; Administrasi; Driver; Office Boy

TENAGA AHLI YANG TERLIBAT


Konsultan akan menyusun program kerja/ jadwal yang menyangkut:
a. Jadwal kegiatan secara terperinci
b. Alokasi tenaga yang dibutuhkan, antara lain terdiri dari :
1) Tenaga Ahli

NO KLASIFIKASI KUALIFIKASI / PENGALAMAN PROFESIONAL


1. Team Leader Minimal S2 Teknik Sipil, diutamakan berpengalaman
minimal 4 tahun, dibuktikan dengan ijazah, referensi, dan
sertifikat keahlian Teknik Bangunan Gedung Madya.
Team leader adalah sebagai penanggungjawab pekerjaan
secara keseluruhan, menyusun program dan rencana
kerja serta jadwal penugasan tenaga ahli, memberi arahan
kepada anggota tim, memantau, mengevaluasi dan
menyelesaikan seluruh kegiatan.
2 Ahli Teknik Bangunan Minimal S1 Teknik Sipil, Diutamakan berpengalaman
Gedung minimal 4 tahun dibuktikan dengan ijazah , referensi, dan
sertifikat keahlian Teknik Bangunan Gedung Muda
3 Ahli Teknik Arsitektur Minimal S1 Arsitek, Diutamakan pengalaman dala
membuat konsep struktur dan utilitas bangunan minimal 4
tahun sebagai ahli Teknik Arsitektur, dibuktikan dengan
ijazah, referensi, dan sertifikat keahlian Ahli Arsitek Muda
4 Ahli Teknik Elektronika Minimal S1 Teknik Elektro, Diutamakan berpengalaman
Konsultan : Halaman | V-68
68
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

minimal 4 tahun, dibuktikan dengan ijazah , referensi, dan


sertifikat keahlian Teknik Tenaga Listrik.
5. Ahli Teknik Lingkungan Minimal S1 Teknik Lingkungan, Diutamakan
berpengalaman minimal 4 tahun, dibuktikan dengan
ijazah , referensi, dan sertifikat keahlian Teknik
Lingkungan Muda
6. Ahli Geodesi Minimal S1 Teknik Geodesi, Diutamakan berpengalaman
minimal 10 tahun, dibuktikan dengan ijazah dan referensi
keahlian Ahli Geodesi Muda
2) Tenaga Pendukung
Tim Tenaga Ahli tersebut didukung oleh;

NO KLASIFIKASI KUALIFIKASI / PENGALAMAN PROFESIONAL


1. Assisten Ahli Teknik Minimal S1 Teknik Sipil, Diutamakan berpengalaman
Bangunan Gedung minimal 1 (satu) tahun dalam perencanaan
Bangunan/Gedung dibuktikan dengan ijazah.
2. Assisten Ahli Arsitektur Minimal S1 Teknik Arsitektur, Diutamakan berpengalaman
minimal 3 (tiga) tahun dalam perencanaan
Bangunan/Gedung dibuktikan dengan ijazah.
3. Assisten Ahli Elektronika Minimal S1 Teknik Elektro, Diutamakan berpengalaman
minimal 3 (tiga) tahun dalam perencanaan
Bangunan/Gedung dibuktikan dengan ijazah.
4. Assisten Ahli Teknik Minimal S1 Teknik Lingkungan, Diutamakan
Lingkungan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam perencanaan
Bangunan/Gedung dibuktikan dengan ijazah.
5. Surveyor Berpendidikan Akademi Diploma (D3)/ Sarjana Muda
Teknik Sipil/Geodesi/Survey Pemetaaan dengan
pengalaman dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
6. Lab. / Mat. Technician Berpendidikan Akademi Diploma (D3)/ Sarjana Muda
Teknik Sipil/Geologi dengan pengalaman dibidangnya
minimal 3 (tiga) tahun
7. Drafter / CAD Operator Berpendidikan Akademi Diploma (D3)/ Sarjana Muda
Teknik Sipil / Komputer dengan pengalaman mendesain
gambar proyek profesional dibidangnya minimal 3 (tiga)
tahun
8. Operator Komputer Berpendidikan SMA / Sederajat dengan pengalaman 3
(tiga) tahun dalam pengoperasian computer.
9. Administrasi Proyek Minimal SMA / sederajat, Pengalaman 3 (tiga) tahun.
Bertugas untuk melaksanakan fungsi pengarsipan semua
dokumentasi dan administrasi, dan pengoperasian
Komputer selama pelaksanaan pekerjaan.
10. Driver / Sopir Berpendidikan SMA / Sederajat dengan pengalaman 3
(tiga) tahun dalam bidangnya.
11. Office Boy Berpendidikan SMA / Sederajat

c. Program kerja tersebut harus didapat dari kesepakatan bersama untuk dapat
digunakan sebagai Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan serta untuk pedoman
pengawasan dari pekerjaan perencanaan yang dimaksud dalam pengarahan

Konsultan : Halaman | V-69


69
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

penugasan ini.

Pengaturan jadwal penugasan masing-masing personil ditetapkan sesuai


dengan keahliannya, agar didapatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan waktu
yang singkatdan personil yang terbatas. Penjadwalan penugasan personil ini
merupakan pendistribusian keterlibatan tenaga ahli yang disajikan dalam skala
jumlah orang bulan (Man Month). Besarnya jumlah man/month akan didistribusikan
pada alokasi waktu yang ada dengan memperhatikan kegiatan pekerjaan dan
keterkaitan tenaga ahli dengan bagian pekerjaan yang akan ditangani.

Selain Pengaturan jadwal penugasan personil, pihak Konsultan juga


menyusun Rencana Pendayagunaan Personil untuk memperjelas keterkaitan item
pekerjaan yang akan ditangani oleh masing-masing personil tenaga ahli yang sesuai
dengan bidangnya. Tujuan disusunnya Rencana Pendayagunaan Personil ini, agar
dapat diketahui dengan jelas oleh semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ini
tentang penanggung jawab masing-masing item pekerjaan sekaligus waktu
pelaksanaan dan penyelesaiannya. Artinya akan jelas bagi tenaga ahli kapan dia
akan terlibat dan dalam pekerjaan apa dia akan terlibat;

Tabel 6.1. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


Pekerjaan Detail Design Engineering (DED) Pembangunan
Gedung Kuliah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Pamekasan

BULAN JUMLAH
NO KEGIATAN Ke - 1 Ke - 2 (ORANG)
1 2 3 4 1 2 3 4
TENAGA AHLI
1 Team Leader 1
2 Ahli Teknik Bangunan Gedung         2
3 Ahli Teknik Arsitek         2
4 Ahli Teknik Elektronika         1
5 Ahli Teknik Lingkungan         1
6 Ahli Geodesi 1
ASSISTEN TENAGA AHLI
1 Asisten Tenaga Ahli Teknik Bangunan Gedung 2
2 Asisten Tenaga Ahli Arsitektur 2
3 Asisten Tenaga Ahli Teknik Elektronika 1
4 Asisten Tenaga Ahli Teknik Lingkungan 1
TENAGA PENDUKUNG
1 Surveyor         2
2 Lab./ Mat. Technician 1

Konsultan : Halaman | V-70


70
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

3 Drafter / CAD Operator         4


4 Operator Komputer 2
5 Administrasi         2
6 Driver 2
7 Office Boy 1

5.8. SISTEM PELAPORAN


Sebagai bentuk hasil melakukan kegiatan, pelaksana pekerjaan
menyampaikan pelaporan atas pekerjaannya. Beberapa pelaporan yang harus
disampaikan adalah sebagai beriku:
5.8.1. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Pada tahapan konsepsi design awal dimulainya pekerjaan, Konsultan harus
menyusun suatu konsep awal yang berisikan:
a. Survey Data
1) Data Primer
 Topografi
 Soil Test untuk mengetahui komposisi tanah
2) Data Sekunder
 Master Plan Kampus Fakultas Kedokteran UNILA
 Peta-peta dan data lainnya
b. Interpretasi KAK sehingga dapat diperoleh informasi antara lain:
1) Lokasi lahan dan bangunan sekitarnya
 Ukuran dan bentuk lahan yang jelas batas batasnya
 Kondisi air tanah dan curah hujan
 Jaringan kota yang ada disekitar lokasi meliputi saluran air bersih,
saluran air kotor, listrik, gas dan telepon.
 Kondisi lahan berkaitan dengan usulan type pondasi yang akan dipakai.
2) Informasi dari Pemerintah daerah setempat, meliputi data peraturan daerah
terkait bangunan
3) Data-data penunjang dan penerapannya terhadap rancangan
4) Rencana kerja
5) Metode pelaksanaan pekerjaan
6) Jadwal pelaksanaan pekerjaan
Konsultan : Halaman | V-71
71
CV. VIANDRA WASTHU
USULAN TEKNIS
Perencanaan Pembangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium
Fakultas Kedokteran UNILA

7) Pengenalan site pekerjaan yang dilengkapi dengan dokumentasi dan data


lainnya

5.8.2. Laporan Analisa dan Konsep (Interim Report)


Laporan ini berisi antara lain:
a. Hasil pembahasan dan perbaikan dari Laporan Pendahuluan (Inception
Report) dengan memperhatikan masukan dari Tim Counterpart;
b. Hasil pengumpulan dan pengolahan data/ informasi dari hasil survai langsung
di lapangan maupun data/ informasi lainnya;
c. Hasil pemrograman ruang dan fasilitas;
d. Hasil analisa dan konsep ruang dan bangunan;
e. Hasil analisa dan konsep struktur dan sistem utilitas;

5.8.3. Laporan Akhir (Final Report)


Merupakan laporan perencanaan yang telah memuat antara lain:
a. Hasil pengembangan desain;
b. Master Desain dan 3D bangunan Gedung Kuliah dan Laboratorium Fakultas
Kedokteran UNILA;
c. Detail desain;
d. Penyusunan RAB dan RKS
e. Dokumen Lelang Konstruksi;
Hasil dari Konsep Laporan Akhir ini selain dikomunikasikan dengan tim teknis,
sebelum diserahkan sebagai hasil akhir perencanaan.

5.8.4. Ringkasan Laporan Akhir (Executive Summary)


Laporan ini merupakan ringkasan dari materi-materi yang ada dalam Laporan
Akhir (Final Report). Disamping menyerahkan ringkasan laporan akhir, pelaksana
pekerjaan menyerahkan pula softcopy seluruh laporan yang akan disampaikan.

Konsultan : Halaman | V-72


72
CV. VIANDRA WASTHU

Anda mungkin juga menyukai