Properti Tari
Properti Tari
Properti Tari
Properti Tari
Pengertian Properti Tari Bentuk, ragam dan jenis properti tari ada sangat banyak sekali.
Masing-masing tari tradisional di Indonesia memiliki propertinya sendiri-sendiri. Namun,
yang perlu diketahui adalah penggunaan properti tari haruslah mempertimbangkan fungsi,
jenis, dan asas pakainya secara baik dan benar. Alasannya adalah karena proporsi
penggunaan properti umumnya secara mendasar akan menentukan tingkat penguasaan
keterampilan penari terhadap suatu jenis tarian tersebut. Penguasaan properti tari yang
digunakan merupakan faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan format garapan dan
pementasan tari yang berkualitas.
b. Ragam Properti Tari
Tradisional Indonesia Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan ragam
budaya, termasuk budaya dan kesenian tari. Berbagai etnis dan daerah di nusantara pasti
memiliki tarian adatnya masing-masing. Nah, masing-masing tarian adat tersebut tentu
kebanyakan pastilah menggunakan media atau properti sebagai pelengkap keindahan dan
penyampai makna. Ada tarian yang menggunakan selendang, kipas, payung, topeng, lilin,
piring, tombak, mandau, atau senjata tradisional lainnya, dan masih banyak lagi.
Berikut ini adalah tabel yang berisi daftar tarian tradisional indonesia beserta asal daerah
dan properti yang digunakannya.
2. LIGHTHING
a. Pengertian
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting
adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi
panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka
pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater,
lighting terbagi menjadi dua yaitu:
1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi
panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan.
Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan
tuntutan naskah.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan
beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang
pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah
yang akan dipentaskan.
2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus
adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan
adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah
panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah
450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah.
Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis
pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah
depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu
dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses
produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi
bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur
lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua
pendukung pementasan.
Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur
pendukung lainnya.
1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow
light, focus light, dll.
2. holder: dudukan lampu.
3. kabel: penghantar listrik.
4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di
panggung bagian belakang.
10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat
di atas panggung.
12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting,
isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada
umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung
pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi
‘lightingman sejati’, Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).
Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan.
Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya
terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari.
Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan, pentas merupakan bagian dari panggung
yaitu suatu tempat yang ditinggikan yang berisi dekorasi dan penonton dapat jelas melihat.
Dalam istilah sehari-hari sering disebut dengan panggung pementasan, dan apabila suatu seni
pertunjukan dipergelarkan tanpa menggunakan panggung maka disebut arena pementasan.
Sehingga pementasan dapat diadakan diarena atau lapangan.
Kini yang dianggap pentas bagi seni pertunjukan kontemporer tidak saja berupa
panggung yang biasa terdapat pada sebuah gedung akan tetapi keseluruhan dari pada gedung
itulah pentas, yakni panggung dan tempat orang menonton. Sebab pada penampilan seni
pertunjukan tokoh dapat saja turun berkomunikasi dengan penontonnya atau ia dapat muncul
dari arah penonton. Seperti istilah Shakespeare bahwa seluruh dunia ini adalah pentas ( all
the word’s stage). Dengan begitu bisa saja setiap lingkungan masyarakat memiliki sebuah
pentas yang memadai dan sesuai untuk mementaskan sebuah seni pertunjukan.
2. Macam-Macam Panggung
Secara fisik bentuk panggung dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu panggung
tertutup, panggung terbuka dan panggung kereta. panggung tertutup terdiri dari panggung
prosenium, panggung portable dan juga dapat berupa arena. Sedangkan panggung terbuka
atau lebih dikenal dengan sebutan open air stage dan bentuknya juga bermacam-macam.
Dengan kesadaran bahwa penonton yang datang hanya bermaksud untuk menonton
pertunjukan, oleh karena itu harus dihindarikan sejauh mungkin apa yang nampak dalam
pentas prosenium yang sifatnya bukan pertunjukan. Maka dipasanglah layar-layar (curtain)
dan sebeng-sebeng (Side wing). Maksudnya agar segala persiapan pertunjukan dibelakang
pentas yang sifatnya bukan pertunjukan tidak dilihat oleh penonton. Pentas prosenium tidak
seakrab pentas arena, karena memang ada kesengajaan atau kesadaran membuat pertunjukan
dengan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran-ukuran atau nilai-nilai tertentu dari pertunjukan itu
kemudian menjadi konvensi. Maka dari itu pertunjukan yang melakukan konvensi demikian
disebut dengan pertunjukan konvensional.
Panggung portable yaitu panggung tanpa layar muka dan dapat dibuat di dalam
maupun di luar gedung dengan mempergunakan panggung (podium, platform) yang dipasang
dengan kokoh di atas kuda-kuda. Sebagai tempat penonton biasanya mempergunakan kursi
lipat. Adegan-adegan dapat diakhiri dengan mematikan lampu (black out) sebagai pengganti
layar depan. Dengan kata lain bahwa panggung portable yaitu panggung yang dibuat secara
tidak permanen.
c. Panggung Arena
c.1. Panggung arena tapal kuda adalah panggung dimana separuh bagian pentas atau
panggung masuk kebagian penonton sehingga membentuk lingkaran tapal kuda.
Gambar 3. Denah panggung arena tapal kuda
c.2. Panggung arena ¾, berarti ¾ dari panggung masuk kearah penonton atau dengan kata
lain penonton dapat menyaksikan pementasan dari tiga sisi atau arah penjuru panggung.
Panggung arena ¾ biasanya berupa pentas arena bentuk U.
c.3. Panggung arena penuh yaitu dimana penonton dapat menyaksikan pertunjukan dari
segala sudut atau arah dan arena permainan berada di tengah-tengah penonton. Panggung
arena penuh biasanya panggung arena bujur sangkar atau panggung arena bentuk lingkaran.
d. Panggung Terbuka
Panggung terbuka sebetulnya lahir dan dibuat di daerah atau tempat terbuka. Berbagai
variasi dapat digunakan untuk memproduksi pertunjukan di tempat terbuka. Pentas dapat
dibuat di beranda rumah, teras sebuah gedung dengan penonton berada di halaman, atau
dapat diadakan disebuah tempat yang landai dimana penonton berada di bagian bawah tempat
tersebut. Panggung terbuka permanen (open air stage) yang cukup popular di Indonesia
antara lain adalah panggung terbuka di Candi Prambanan.
e. Panggung Kereta
Panggung kereta disebut juga dengan panggung keliling dan digunakan untuk
mempertunjukkan karya-karya teater dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
panggung yang dibuat di atas kereta. Perkembangan sekarang panggung tidak dibuat di atas
kereta tetapi dibuat diatas mobil trailer yang diperlengkapi menurut kebutuhan dan
perlengkapan tata cahaya yang sesuai dengan kebutuhan pentas. Jadi kelompok kesenian
dapat mementaskan karyanya dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus memikirkan gedung
pertunjukan tetapi hanya mencari tanah yang agak lapang untuk memarkir kereta dan
penonton bebas untuk menonton.
Set panggung atau pentas (scenery) yaitu penampilan visual lingkungan sekitar gerak laku
pemeran dalam sebuah lakon. Untuk itu dalam merancang pentas harus memperhatikan
aspek-aspek tempat gerak-laku, memperkuat gerak-laku dan mendandani atau memperindah
gerak-laku. Oleh sebab itu, tugas seorang perancang pentas hendaklah merencanakan set-nya
sedemikian rupa sehingga :
Oleh karena itu, secara singkat seorang perancang pentas yang membuat set harus memiliki
tujuan yaitu: lokatif, ekspresif, atraktif, jelas, sederhana, bermanfaat, praktis dan organis.
Lokatif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi tempat kepada gerak laku
pemeran atau pelaku pertunjukan.
Ekspresif yaitu penataan pentas harus dapat memperkuat gerak-laku dengan memberi
penjelasan, menggambarkan keadaan sekitar dan menciptakan suasana bagi gerak-
laku tersebut.
Atraktif yaitu penataan pentas itu harus dapat memberi pandangan yang menarik bagi
penonton.
Jelas yaitu penataan pentas itu harus merupakan rancangan yang dapat dilihat dan
dimengerti oleh penonton dari suatu jarak tertentu.
Sederhana yaitu penataan pentas itu harus sederhana. Sederhana tidak berarti bahwa
pentas hanya terdiri dari satu meja dan dua kursi, tetapi penataannya tidak ruwet dan
penonton dapat melihat dan menarik maknanya tanpa memeras pikiran dan perasaan.
Bermanfaat yaitu penataan pentas harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
bermanfaat bagi para pemeran dengan efektif dan seefisien mungkin.
Praktis yaitu penataan pentas itu harus dapat secara efisien dibuat, disusun dan dibawa
serta dapat memenuhi kebutuhan teknis pembuatan tata pentas atau scenery.
Organis yaitu penataan pentas itu harus dapat menunjukkan setiap elemen yang
terdapat didalam penampilan visual penataannya dan memiliki hubungan satu sama
lainnya.
MAKALAH
SENI BUDAYA
Kelas : VIII - F
ANGGOTA :
1. RIZKI GUMILAR
2. SANTI PURNAMASARI
3. UKAESIH
4. NOVITA SARI