Laporan Akhir Kelompok 2 (TGL 8) PDF
Laporan Akhir Kelompok 2 (TGL 8) PDF
Laporan Akhir Kelompok 2 (TGL 8) PDF
(FINAL REPORT)
OLEH :
(BY)
FAKULTAS TEKNIK
(ENGINEERING FACULTY)
LAPORAN AKHIR
(FINAL REPORT)
DISETUJUI UNTUK
(AGREED FOR)
FAKULTAS TEKNIK
(ENGINEERING FACULTY)
DISETUJUI OLEH
(APPROVED BY)
i
UCAPAN TERIMA KASIH
(GRATITUDE)
ii
f. Fadilul Fadly (163210308) : percobaan “Pengujian Compressive
Strength dan Shear Bond Strength Suspensi Semen (Examination of
Cements Suspension Compressive Strength and Shear Bond Strength)”.
5. Kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, terima kasih atas kasih sayang dan
segala dukungan berupa moril maupun materil, yang selalu memberi
motivasi kepada anakmu tersayang.
6. Dan untuk semua praktikan Analisa Semen Pemboran angkatan 2017,
tetap semangat untuk menyelesaikan kuliah, terus maju dan berjuang
untuk menjadi mahasiswa-mahasiswi terbaik di masa depan, amin.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
mungkin terlewatkan dan tidak dapat penulis tuliskan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelsaikan laporan akhir ini. Dukungan dan doa tetap
penulis butuhkan dan kesuksesan buat kita semua.
iii
KATA PENGANTAR
( PREFACE )
Penulis
iv
DAFTAR ISI
(CONTENTS)
v
DAFTAR GAMBAR
(LIST OF FIGURE)
vi
DAFTAR TABEL
(LIST OF TABLE)
vii
PENDAHULUAN
(INTRODUCTION)
PENDAHULUAN
(INTRODUCTION)
1
2
3
4
4. Weighting Agent
Yaitu additive yang dapat menambah densitas dari suspensi semen
5. Dispersant
Yaitu additive yang dapat mengurangi viscositas suspensi semen
6. Fluid Loss Control Agent
Yaitu digunakan untuk mencegah hilangnya fas liquid suspensi
semen kedalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan pada
suspensi semen.
7. Loss Circulation Control Agent
Yaitu additive yang mengontrol hilangnya suspensi semen
kedalam formasi yang lemah atau berguna.
8. Specially Additive
Yaitu additive khusus yang digunakan untuk suatu tujuan tertentu.
Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara
jumlah berat bubuk semen, air pencampur, dan additive terhadap volume
bubuk semen, air pencampur dan additif.
Dirumuskan sebagai berikut :
Ws+Wadd+Wair
SGS = Vs+Vadd+Vair
Dimana :
SGS = densitas suspensi semen
Ws = berat bubuk semen
Wadd = berat additive
Wair = berat air
Vs = volume bubuk semen
Vadd = volume additif
Vair = volume air
Densitas supensi semen sanagat berpengaruh terhadap tekanan
hidrostatik supensi semen didalm lubang sumur. Apabila formasi tidak
sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi
pecah sehingga akan terjadi loss cicculation.
7
Ada dua jenis additif yang berhubungan dengan control density, yaitu
Extender dan Weighting Agent. Extender adalah additif yang digunakan
dalam suspensi semen untuk mengurangi densitas susoensi semen dan juga
berfungsi untuk menambah yied slurry. Extender yang berupa clay juga dapat
berfungsi mengurangi air bebas (free water) dalam suspensi semen, selain itu
dapat juga berupa gas yang dilarutkan dalam suspensi semen seperti nitrogen/
udara yang hasilnya memberikan compressive strength yang cukup.
Weighting Agen adalah additif yang digunakan untuk menambah
densitas suspensi semen, berupa material dengan densitas lebih berat dari
densitas suspensi semen yang harus memenuhi persyartaan sebagai berikut :
• Disribusi ukuran partikel dari material additif harus cocok (compatible)
dengan ukuran partikel semen. Ukuran partikel additif yang lebih besar
dari partikel semen akan cenderung mengendap sedangkan partikel
berukuran lebih kecil memiliki kecenderungan menambah viscositas
suspensi semen
• Kadar air yang terkandung dalam material additif tidak banyak
(unhidrous)
• Material additif harus sukar bereaksi (inert) dengan semen, baik pada saat
pencampuran dalam suspensi semen maupun saat proses hidrasi semen
dan juga compatible dengan additif lain yang mengkin dicampurkan dalam
semen.
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi
primary cementing dan remedial cementing guna menghindari terjadinya
fracture pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat
dilakukan dengan menambahkan clay atau zat – zat kimia silikat jenis
extender atau menambahkan bahan – bahan yang dapat memperbesar volume
suspensi semen, seperti pozzolan.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila
tekanan formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat
ditambahkan pasir ataupun material – material pemberat kedalam suspensi
semen, seperti barite.
8
1.3.2. Bahan
1. Air
2. Semen portland
3. Bentonite
4. Grease
Gambar 1.1 Alat Percobaan Pembuatan Suspensi Semen, Cetakan Sampel dan
Pengujian Densitas Suspensi Semen.
Ws+Wadd+Wair
SGS = Vs+Vadd+Vair
Dimana :
SGS = densitas suspensi semen
Ws = berat bubuk semen
Wadd = berat additive
Wair = berat air
Vs = volume bubuk semen
Vadd = volume additif
3. Memasukkan suspensi semen kedalam cup mud balance, kemudian
cup ditutup dan semen yang melekat pada dinding bagian luar
dibersihkan sampai bersih
4. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, kemudian atur
rider hingga seimbang
5. Membaca skala sebagai densitas suspensi semen pengukuran
+ bentonite
1.6 Perhitungan
Diketahui :
• W semen = 350 gr
• Wadd bentonite = 6 gr
• W air = 213 ml
• V air = 213 ml
• 𝜌 air = 1,0 gr / ml
• 𝜌 bentonite = 2,5 gr / ml
• 𝜌 semen = 3,15 gr / ml
Ditanya :
a) Massa air
b) Volume semen
c) Volume bentonite
d) ρ semen
e) ρ semen + bentonite
f) WCR semen
g) WCR semen + bentonite
Jawab :
a) Massa air =𝜌 ×𝑉
gr
= 1 ⁄ml × 213 ml
= 213 gr
𝑊 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
b) Volume semen = 𝜌 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
350 gr
= gr
3,15 ⁄ml
= 111,11 ml
12
𝑊 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
c) Volume bentonite = 𝜌 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒
6 𝑔𝑟
= 𝑔𝑟
2,5 ⁄𝑚𝑙
= 2,4 ml
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑊𝑎𝑖𝑟
d) ρ semen standar = × 8,33 𝑝𝑝𝑔
𝑉𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑉𝑎𝑖𝑟
350 𝑔𝑟+213 𝑔𝑟
= 111,111 𝑚𝐿+213 𝑚𝐿 × 8,33 𝑝𝑝𝑔
= 14,47 ppg
• jika menggunakan mud balance 11,87
ppg
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑊𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒+𝑊𝑎𝑖𝑟
e) ρ semen + bentonite = × 8,33 𝑝𝑝𝑔
𝑉𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑉 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒+𝑉𝑎𝑖𝑟
350 𝑔𝑟+6 𝑔𝑟+213 𝑔𝑟
= 111,111 𝑚𝐿+2,4 𝑚𝐿+213 𝑚𝐿 × 8,33 𝑝𝑝𝑔
= 14,517 ppg
• jika menggunakan mud balance 13,27
ppg
𝑀𝑎𝑖𝑟
f) WCR semen = 𝑀𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 × 100%
213 𝑔𝑟
= 350 𝑔𝑟 × 100%
= 60,857 %
𝑀𝑎𝑖𝑟
g) WCR semen + bentonite = 𝑀𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛+𝑀𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 × 100%
213 𝑔𝑟
= 350 𝑔𝑟+6 𝑔𝑟 × 100%
= 59,831 %
1.7 Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui cara pembuatan
suspense semen dan membuat cetakan sampel untuk digunakan dalam
pengujian compressive strength dan shear bond strength pada percobaan 6,
serta untuk pengujian densitas pada sampel. Sampel dibuat dengan cara
13
1.7 Discussion
This experiment was conducted to find out how to make cement
suspense and make sample molds for use in testing compressive strength and
shear bond strength in experiment 6, as well as for testing the density of the
sample. The sample is made by adding a composition of 350 grams of cement
+ 213 mL of water + 6 grams of bentonite, first mixing 350 grams of cement
+ 213 mL of water by stirring it with a mixer, after a while then adding
additives to it. After the cement suspense sample is made then use a partial
cement suspense sample to be inserted into the cubic and cylindrical molds,
after being poured into a tool wrap that is filled with cement samples with
aluminium foil and plastic and then put into the water bath. Then cover and
set a temperature of 60 ° C and use some samples for testing density by using
the mud balance tool by calibrating the tool first using water, after
calibrating then pour the cement sample into the mud balance cup and clean
it then make measurements from the measurement results of the density
suspense obtained density of 14.51 for water samples + cement + additives.
The density of cement suspense is defined as the ratio between the
amount of weight of cement powder, mixing water, and additive to the volume
volume of cement powder, mixing water, and additives. The additive used in
this experiment is bentonite. Bentonite is an additive that is included in the
type of additive extender, the extender is an additive to increase the volume of
cement powder (Papers as important, Oky Bhimasto, et al) or in other words
bentonite serves to reduce the density of cement suspense, but seeing the
results of experiments increase from 13.85 ppg for water + cement density, to
14.51 for water + cement + additive, in other words the experiment failed,
the possibility of failure caused by contamination when making cement
samples.
15
1.8 Kesimpulan
1. dari hasil pengujian densitas pada percobaan kali ini diperoleh densitas
dari air + semen + additif sebesar 14,517 ppg
2. additif yang digunakan pada percobaan kali ini adalah bentonite
3. bentonite termasuk golongan additif extender
4. additif extender merupakan additif yang berfungsi untuk menurunkan
densitas
PERCOBAAN II
(EXPERIMENT II)
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION RHEOLOGY)
PERCOBAAN II
(EXPERIMENT II)
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION RHEOLOGY)
16
17
dimana :
μp = plastic viscosity, cp
18
2.3.1 Alat
1. Timbangan
2. Mixer
3. Fann VG Meter
19
4. Gelas ukur
5. Stop watch
2.3.2 Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. Barite
4. Bentonite
Fann VG Meter
20
2.6 Perhitungan
Jawab :
a. μp = C600 – C300
= 42 – 30
= 12 cp
b. Yp = C300 – μp
= 30 – 12
= 18 lb/100 ft2
Jawab :
a. μp = C600 – C300
= 56 – 37
= 19 cp
b. Yp = C300 – μp
= 37 – 19
= 18 lb/100 ft2
22
2.7 Pembahasan
Percobaan Penentuaan Reologi suspense semen. Pada percobaan ini
bertujuan untuk menntukan nilai plastic viscosity dan yield point dari
suspense semen, menurut (Huda, Hamid, & Sulistyanto, 2018) Rheology
merupakan parameter aliran fluida (bubur semen) dalam proses sirkulasinya.
Dengan mengeahui Reologi nya, akan menunjukan hubungan antara laju
alirana rata rata (share rate) dengan tekanan aliran (share stress) yang
menyebabkan mengetahui reologi suspense semen tersebut kita dapat
mengetahui pengaplikasiaan dilapangan sebagai berikut:
a. Jika suspense pergerakan tersebut. Dan juga dengan sement dengan
volume berlebihan di cirkulasikan ke atas melalui annulus ,mungkin
akan di perlukan waktu tambahan dimana kemungkinan semen akan
mengeras.
b. sedangkan jika suspensi semen dengan volume berlebih tersebut
Circulasinya dikembalikan melalui pipa bor , tekanan hidrostatik dan
fraksi pada dudukan pipa selubung akan menyebapakan terjadinya lost
circulation.
Dalam pengujian rheologi suspensi semen pemboran, kita
menggunakan wadah semen yang akan diaduk atau diputar dan lens dial.
Pada lens dial terdapat alat Fann VG Meter. Fann VG Meter ini terdiri dari
speed control switch sebagai pengatur kecepatan pemutaran, motor slave
sebagai pengaduk suspensi semen, gelas ukur sebagai skala. Nilai
keseimbangan skala didapat dari memperhatikan lens dial tersebut.
Pada prosedur percobaan sampel suspense semen yang telah dibuat di
operasikan pada fann VG meter dengan kecepatan motor sebesar 600 rpm,
dikondisi ini posisi speed control adalah high. Ketika rotor berputar, yang
perlu diperhatikan adalah jarum pada lens dial. Apabila jarum/skala telah
seimbang maka catat nilai keseimbangannya. Nilai keseimbangan ini
disebut dengan dial reading. Nilai ini adalah salah satu parameter yang
diperlukan untuk mengetahui nilai plastic viscosity suspensi semen
pemboran kita. Setelah ini, kita menurunkan kecepatan putaran menjadi 300
23
rpm, dan seperti yang dilakukan tadi dial reading juga dicatat pada
kecepatan 300 rpm ini, setelah kedua parameter lengkap barulah nilai plastic
viscosity suspensi semen kita dapatkan, tentunya dengan menggunakan
rumus yang telah ditentukan. Setelah nilai plastic viscosity didapat maka
dengan persamaan selanjutnya akan kita dapat nilai yield point semen
tersebut.
Perhitungan dalam menentukan Viskositas plastik dan yield point
sangat penting dalam proses cementing yaitu dalam menghitung hidroulika
operasi penyemenan. Viskositas plastik merupakan bagian dari resistensi
untuk mengalir yang disebabkan oleh fraksi mekanik. Sedangkan Yield
Point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir yang dipengaruhi oleh
gaya tarik menarik antara partikel.
Pada hasil perhitungan, didapatkan nilai plastic viscosity dan yield
point (sampel standar) sebesar 12 cp dan 18 lb/100ft2, sedangkan hasil
perhitungan nilai plastic viscosity dan yield point (sampel standar+additive
barite) didapatkan sebesar 19 cp dan 18 lb/100ft2.
Untuk pengujian rheologi suspense semen, semakin besar densitas
semen maka plastic viscosity nya semakin besar sedangkan yield point nya
kecil (Herianto, 2013) Dapat dianalisa bahwa dari hasil perhitungan tersebut
untuk sampel standar nilai plastic viscosity nya kecil sedangkan yield point
nya besar maka densitas nya kecil, sedangkan untuk sampel standar +
additive barite nilai plastic viscosity nya besar sedangkan yield point nya
kecil maka densitas nya besar, hal ini dikarenakan addtif yang digunakan
berupa barite, yang mana barite tergolong sebagai weigting Agent yaitu h
additive yang berfungsi menaikkan densitas bubur semen. Umumnya
weighting agent digunakan pada sumur-sumur yang mempunyai tekana
formasi yang tinggi. Agar penggunaannya efektif, maka zat ini harus
mempunyai ukuran partikel yang sesuai dengan ukuran butiran semen dan
tidak banyak meresap air.
Dalam kasus ini, Suspensi semen dianggap sebagai fluida (non-
Newtonian), oleh karena ini fluida tersebut perlu diketahui tingkat
24
rotor rotates, what needs to be considered is the needle on the lens dial. If
the needle / scale is balanced then note the balance value. This balance
value is called dial reading. This value is one of the parameters needed to
determine the value of the plastic viscosity of our drilling cement
suspension. After this, we reduce the rotation speed to 300 rpm, and as was
done earlier dial reading is also recorded at this 300 rpm speed, after the
two parameters are complete then the value of the plastic viscosity of the
cement suspension we get, of course using the predetermined formula. After
the plastic viscosity value is obtained, then with the next equation we will
get the cement yield point value.
Calculations in determining the plastic viscosity and yield point are
very important in the most important process, namely in calculating
cementing hydraulic operations. Plastic viscosity is part of the resistance to
flow caused by mechanical fraction. Whereas the Yield Point is part of the
resistance to flow which is influenced by the attractive force between
particles.
In the calculation results, obtained the value of plastic viscosity and
yield point (standard sample) of 12 cp and 18 lb / 100ft2, while the results
of the calculation of the value of plastic viscosity and yield point (standard
sample + additive barite) were obtained at 19 cp and 18 lb / 100ft2
For cement suspense rheology testing, the greater the density of
cement, the greater the plastic viscosity while the yield point is small
(Herianto, 2013). It can be analyzed that from the calculation results for the
standard sample the value of plastic viscosity is small while the yield point
is large, the density is small Meanwhile, for the standard sample + additive
barite, the value of plastic viscosity is large while the yield point is small,
the density is large, this is because the additives used are barite, which is
classified as a weigting agent, namely h additive which has the function of
increasing the density of the cement slurry. Generally weighting agents are
used in wells which have high formation pressures. For its use to be
26
effective, this substance must have a particle size that matches the size of the
cement granules and does not absorb much water.
In this case, the suspension of cement is considered a fluid (non-
Newtonian), because of this the fluid needs to know the level of viscosity.
But keep in mind in the cementing operation, viscosity is more often called
consistency. Between viscosity and consistency in measurement there are
slight differences in principle. So that the cementing operation with viscosity
in the drilling operation (drilling mud). In this case it is very important to
know the condition of the flow and viscosity of the cement for the smooth
process of cementing.
2.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dari hasil perhitungan nilai plastic viscosity dan yield point untuk
sampel standar yaitu sebesar 12 cp dan 18 lb/100 ft2. Sedangkan untuk
sampell standar + additive barite nilai viscosity dan yieldpoint sebesar
19 cp dan 18 lb/100 ft2.
2. Pengujian rheology perlu diperhatikan agar kita mengetahui bagaimana
kondisi aliran dan tingkat viscosity dari semen yang akan disirkulasikan.
Adapun sifat rheology fluida pemboran seperti plastic viscosity, yield
point, viskositas.
3. Efek dari penambahan zat additive berupa barite,dapat menaikan
densitas, hal ini dikarenakan barite tergolong sebagai weighting agent.
PERCOBAAN III
(EXPERIMENT III)
27
28
3.3.2 Bahan
1. Semen portland
2. Air
3. CMC
4. Grease
Gambar 3.1 Alat Percobaan Pengujian Thickening Time, Initial & Final Setting
Time Suspensi Semen
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Pengujian Thickening Time
1. Membuat suspensi semen dengan komposisi yang telah ditentukan
yaitu 600 gram semen portland, 276 ml air dan 5 gram NaCl.
2. Menyiapkan peralatan dan stopwatch, sebelum dilakukan pengujian
mengkalibrasi terlebih dahulu peralatan yang akan digunakan.
3. Menghidupkan switch master dan set temperatur pada skala yang
diinginkan.
4. Menuangkan suspensi semen kedalam slurry container sampai
ketinggian yang ditunjukkan oleh garis batas.
5. Paddel yang telah dilapisi grease dipasang pada lid, kemudian
memasang lid yang telah terpasang paddel pada slurry container
dan dimasukkan kedalam atmospheric consistometer.
6. Menghidupkan motor dan stopwatch dan baca skala penunjuk
dalam 5 menit selama 50 menit, mencatat skala pada 50 menit.
8. Letakkan alat (Base dan ring mould) pada vicat apparatus. Jarak
antara jarum dengan dinding ring mould = 1cm.
9. Jika jarum sudah tertancap hingga 5 mm, berarti sudah diperoleh
initial setting time, catat waktu perolehan tersebut.
10. Balikkan posisi ring mould pada vicat apparatus.
11. Jatuhkan kembali jarum pada vicat apparatus, jika sudah tertancap
1 mm, final setting time telah berhasil.
b. Pengujian initial & final setting time selama 1 jam 0 menit didapat data
sebagai berikut:
initial setting time : 4 mm
final setting time : 4 mm
33
3.6 Perhitungan
a. Konversi suhu 84°C
Diketahui :
T = 84° C
Ditanya :
Konversi suhu ke : °R, °F , K, rankine ?
Jawab :
Konversi temperatue :
9
➢ °F = (5 × ° C ) + 32
9
= (5 × 84 ) + 32
= 183,2 °F
4
➢ °R = 5 ×°C
4
= 5 × 84
= 67,2 °R
➢ K = °C + 273
= 84 + 273
= 357 K
➢ Ra = °F + 460
= 183,2 + 460
= 643,2 Ra
b. Konversi suhu 44°C
Diketahui : T = 44° C
Ditanya : Konversi suhu ke : °R, °F , K, rankine ?
Jawab :
Konversi temperatue :
34
9
➢ °F = (5 × ° C ) + 32
9
= (5 × 44 ) + 32
= 111,2 °F
4
➢ °R = 5 ×°C
4
= 5 × 44
= 35,2 °R
➢ K = °C + 273
= 44 + 273
= 317 K
➢ Ra = °F + 460
= 111,2 + 460
= 571,2 Ra
3.7 Pembahasan
Pada percobaan ketiga ini memiliki 3 tujuan, yaitu: menentukan teckening
time dari suatu suspense semen dengan menggunakan alat atsmospheric
consistometer, mengetahui efek penambahan additive terhadap thickening time
suatu suspense semen dan menentukan initial dan final setting time dengan
menggunakan alat vicat apparatus. Pertama mencari nilai tickening time terlebih
dahulu, membuat suspense semen dengan menggunakan komposisi sebagai
berikut: 600 gram semen Portland, 276 ml air dan ditambah dengan 5 gram CMC.
Setelah suspense semen jadi, mengkalibrasi terlebih dahulu alat yang akan
digunakan, menghidupkan switch dan mengatur temperaturenya pada skala yang
telah ditenukan yaitu 140 C sama dengan 284 F. setelah mengatur semuanya
masukkan suspense semen kedalam slurry container sampai garis batas. Oleskan
grease pada paddle yang akan dipasangkan pada lid, setelah itu pasang lid pada
35
Tickening time itu sendiri adalah waktu yang dibutuhkan bubur semen
untuk mencapai konsistensi 100 Bc. Harga 100 Bc ini merupakan batas bubur
semen masih dapat dipompakan lagi sehingga thickening time sering juga disebut
dengan pumpability. Dalam hidrasinya semakin lama semen mengeras maka
viskositasnya semakin meningkat. Viskositas pada semen disebut konsistensi
karena semen merupakan fluida yang nonnewtonian. Besarnya thickening time
yang diperlukan adalah tergantung dari kedalaman penyemenan, volume bubur
semen yang akan dipompakan serta jenis penyemenan. Umumnya thickening time
adalah 3–3,5 jam untuk penyemenan dengan kedalaman 6.000 – 18.000 ft. Waktu
tersebut termasuk waktu pembuatan bubur semen sampai penempatan semen di
belakang casing, sedangkan pada penyemenan yang lebih dalam dimana tekanan
dan temperature tinggi sehingga diperlukan additive untuk memperlambat
pengerasan (thickening time) ( (Huda, Hamid, & Sulistyanto, 2018).
Nah dalam percobaan ini menggunakan zat additive yaitu CMC yang
dimana CMC ini adalah polimer anionik yang larut dalam air yang berasal dari
selulosa dan mempertahankan fungsi dan sifat berikut:
Dan juga CMC ini termasuk kategori retarder, yang dimana retarder ini
merupakan additive yang dapat memperlambat proses pengerasan bubur semen
sehingga bubur semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai kedalam an
target yang diinginkan atau dengan kata lain thickening timenya lebih panjang.
36
Kedua melakukan pengujian initial dan final setting time yang dimana
suspense semennya sama dengan pengujian tickening time sebelumnya. Disini
menggunakan alat Vicat Apparatus, pertama oleskan terlebih dahulu ring mould
nya dengan grease, setelah itu letakan kaca dibawah ring mould agar slurry tidak
tumpah. Masukan slurry kedalam rig mould dan letakan kedalam wate bath yang
sudah diatur dengan temperature dari lapangan. Pengujian initial dan final setting
time selama 1 jam 30 menit setelah itu ambil slurry dan dan letakan ring mould
pada vicat apparatus, jarak antara jarum dengan bibir ring mould nya itu 1 cm
sama denga 10 mm. bila jarum sudah tertancap berarti sudah mendapatkan nilai
untuk initial setting time nya yaitu 3 mm. Balik ring mould dan letakan kembalik
jarum bila sudah tertancap maka dapat lah nilai untuk final setting time nya yaitu
2 mm.
3.7 Discussion
In this third experiment, it has three objectives, namely: determining the
teckening time of a cement suspense by using an atsmospheric consistometer,
knowing the effect of adding additives to the thickening time of a cement suspense
and determining the initial and final setting time using the vicat apparatus. First
look for the value of the tickening time first, make a cement suspension using the
following composition: 600 grams of Portland cement, 276 ml of water and added
with 5 grams of CMC. After the cement suspension is finished, first calibrate the
37
tool to be used, turn on the switch and adjust the temperature on a predetermined
scale that is 140 C is equal to 284 F. After setting everything, put the cement
suspension into the slurry container to the boundary line. Apply grease to the
paddle that will be attached to the lid, after that put the lid on the slurry container
and put it into the atsmospheric consistometer turn on the motor and stopwatch at
the same time read and note the scale every 5 minutes for 50 minutes and get
values in succession, namely: 1; 2; 2.5; 3; 3; 4; 4,5; 4,5; 5; 5 in units of UC (Unit
of Consistency).
Tickening time itself is the time it takes for the cement slurry to reach 100
Bc consistency. The price of 100 BC is the limit of cement slurry which can still be
pumped again so thickening time is often also referred to as pumpability. In
hydration the longer the cement hardens the viscosity increases. Viscosity in
cement is called consistency because cement is a non-non -tonous fluid. The
amount of thickening time needed depends on the depth of cementing, the volume
of cement slurry to be pumped and the type of cementing. Generally thickening
time is 3 - 3.5 hours for cementing with a depth of 6,000 - 18,000 ft. This time
includes the time of making cement slurry to place cement behind the casing,
while in deeper cementing where the pressure and temperature are high so
additives are needed to slow the hardening (thickening time) ((Huda, Hamid, &
Sulistyanto, 2018).
Now in this experiment using additive substances namely CMC in which
CMC is a water-soluble anionic polymer derived from cellulose and maintains the
following functions and properties:
• Acts as a thickener, binder, stabilizer, protective colloid, suspending agent,
and flow control agent.
• Form a film that is resistant to oils, oils, and organic solvents.
• Easily soluble in cold or hot water.
• These are anionic polyelectrolytes (Roshan & Asef, 2019).
And also this CMC belongs to the category of retarder, which is an additive
which can slow the hardening process of cement slurry so that the cement slurry
has enough time to reach the desired target or in other words the thickening
38
timeline is longer. Retarders are often used in cementing casings in deep wells,
high temperature wells or for long cementing columns (Samura, Ainurridha, &
Zabidi, 2017).
Second, do initial testing and final setting time where the cement suspension
is the same as the previous tickening time test. Here, using the Vicat Apparatus,
first apply the mold ring with grease, then place the glass under the ring mold so
that the slurry does not spill. Insert the slurry into the mold rig and place it in the
wate bath which is set with the temperature from the field. Initial test and final
setting time for 1 hour 30 minutes after that take the slurry and put the ring mold
on the vicat apparatus, the distance between the needle and the lip of the mold
ring is 1 cm equal to 10 mm. if the needle is stuck, it means that the value for the
initial setting time is 3 mm. Turn over the mold ring and put the needle back when
it is embedded then the value for the final setting time is 2 mm.
Field application is that in drilling it has a variety of casings there are
conductors, surfaces, intermedian and production. Each casing definitely requires
a different set of cement, so it is necessary to do a teckening time test to find out
what additives should be used on the casing.
3.8 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat kita simpulkan bahwa :
1. Thickening time adalah waktu yang di butuhkan suspensi semen untuk
mengeras atau tidak dapat dialirkan melalui pompa. Penambahan additive
NaCl akan mempercepat proses pengerasan suspensi semen karena NaCl
termasuk kedalam Accelerator.
2. Pada pengujian initial dan final setting time ini hampir sama dengan
thickening time, yaitu : waktu yang diperlukan suspensi untuk mengeras,
hanya saja disini ada faktor temperatur yang menentukan.
PERCOBAAN IV
(EXPERIMENT IV)
39
40
4.6 Perhitungan
4.4.1 Menghitung free water % sampel (350 gr semen Portland + 250 ml
air + 6 gram CMC)
42
Diketahui :
Volume free water : 3,6 ml
Volume Suspensi semen : 250 ml
Penyelesaian :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟
% Free Water = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 × 100%
3,6 𝑚𝑙
= 250 𝑚𝑙 × 100%
= 1,44 %
4.4.2 Menghitung free Water (%) sampel (350 gr semen Portland + 250 ml
air + 6 gram Barite )
Diketahui :
Volume Free Water : 4 ml
Volume Suspensi Semen : 350 ml
Penyelesaian :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐹𝑟𝑒𝑒 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟
% Free Water = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑆𝑢𝑠𝑝𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑒𝑚𝑒𝑛 × 100 %
4 𝑚𝑙
= 250 𝑚𝑙 × 100%
= 1,6 %
4.7 Pembahasan
Semen Merupakan salah satu parameter penting dalam proses pemboran.
Parameter keberhasilan Penyemenan sumur migas salah satunya adalah Free
Water. Pada percobaan mengenai pengujian Free Water, kita diminta untuk
meperhatikan dan menghitung kandungan Free Water dari suspense semen
pemboran (sampel). Menurut Furqon Satria,dkk(1) pengujian Free Water
merupakan suatu pengujian tentang air bebas yang terpisah dari suspensi
semen,dimana bertujuan untuk mengetahui kandungan harga Free water dari
suspense semen dan untuk mengetahui fungsi dari additive dalam hubunganya
43
dengan Free Water pada suspensi semen. Dimana Free Water memiliki kadar air
minimum dan maksimum. Kadar air minimum adalah jumlah air yang
dicampurkan tanpa menyebabkan konsistensi semen lebih dari 30 uc.
Menurut Novrianti,dkk(39) dalam pengujian free Water diperlukanya
Water Cement Ratio(WCR) adalah perbandingan antara volume air dan semen
yang dicampurkan untuk mendapatkan sifat-sifat bubur semen yang diinginkan.
Dalam percobaan ini menggunakan 2 sampel yang berbeda yaitu dengan dua
sampel additive yang berbeda yaitu CMC dan Barite.
Dari hasil uji lab untuk kedua sampel didapatkan volume Free Water
yaitu untuk sampel 1 sebesar 3,6 ml sedangkan sampel 2 sebesar 4 ml. Jika dilihat
dari hasil volume free water yang didapatkan menunjukkan bahwasanya nilai free
water lebih dari 3,5 ml. Menurut Novrianti (21) nilai API free water maksimal 3,5
ml.Hal ini dikarenakan bila lebih akan terjadi pori-pori pada semen dan ini
mengakibatkan semen memiliki permeabilitas yang besar sehingga kontak antara
formasi dan fluida didalamnya dengan casing yang disemen dapat terjadi.
Dari hasil perhitungan yang didapatkan nilai (% Free Water) untuk sampel
1 yaitu 1,44% sedangkan untuk sampel 2 sebesar 1,6 %. Dan dari penggunaan
additive untuk kedua sampel tersebut menggunakan additive yang berbeda yaitu
CMC dan barite. Menurut ( Muhammad Reza M.Y. Agam (2015:312-313)
Additive CMC termasuk kedalam additive retarder, yaitu additive yang berfungsi
memperlambat densitas suspense semen. Sedangkan Barite termasuk additive
Weighting Agent berfungsi untuk menaikkann densitas suspense semen.
Aplikasi lapangan dari pengujian Free Water adalah kita dapat mengetahui
batas kadar air maksimum yang diizinkan dari suspense semen.
4.7 Discussion
Cement is one of the important parameters in the drilling process. One of the
parameters of success in cementing oil and gas wells is Free Water. In the
experiments regarding the Free Water test, we were asked to pay attention and
calculate the Free Water content of the drilling cement suspense (sample).
According to Furqon Satria, et al (1) the Free Water test is a test of free water
44
that is separate from the cement suspension, which aims to determine the price of
free water from cement suspense and to determine the function of additives in
their connections with Free Water on cement suspension. Where Free Water has a
minimum and maximum water content. The minimum water content is the amount
of water mixed without causing cement consistency of more than 30 uc.
According to Novrianti, et al (39) in the free water test required Water Cement
Ratio (WCR) is a comparison between the volume of water and cement mixed to
get the desired properties of the cement slurry. In this experiment using 2 different
samples, namely with two different additive samples, namely CMC and Barite.
From the lab test results for both samples, the volume of Free Water was
obtained, for sample 1 was 3.6 ml while sample 2 was 4 ml. When viewed from the
results of the volume of free water obtained shows that the value of free water is
more than 3.5 ml. According to Novrianti (21) the maximum free water API value
is 3.5 ml. This is because if more pores occur in the cement and this results in the
cement having a large permeability so that contact between the formation and the
fluid inside with the cemented casing can occur.
From the calculation results obtained value (% Free Water) for sample 1 is
1.44% while for sample 2 is 1.6%. And from the use of additives for the two
samples using different additives namely CMC and barite. According to
(Muhammad Reza M.Y. Agam (2015: 312-313) CMC additives are included in the
additive retarder, which is an additive that functions to slow the density of cement
suspension.
Field application of the Free Water test is that we can find out the maximum
permissible water content limit of cement suspense.
45
4.8 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan free water diatas dapat diambil kesimpulan :
1. Dari hasil perhitungan nilai free water CMC yaitu sebesar 1,44%
sesangkan untuk barite yaitu 1,6%. Tapi dari hasil lab volume free
water dari CMC yaitu 3,6 ml dan barite sebesar 4 ml.
2. Fungsi additive CMC dan Barite yaitu adalah untuk CMC dapat
memperlambar proses pengerasan semen,sedangkan barite dapat
menaikkan densitas suspense semen.
PERCOBAAN V
(EXPERIMENT V)
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
(EXAMINATION OF FILTRATION LOSS)
PERCOBAAN V
(EXPERIMENT V)
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
(EXAMINATION OF FILTRATION LOSS)
Peristiwa filtration loss selain kita temukan pada saat sirkulasi lumpur
pemboran, pada operasi penyemenan juga kita sering menemukan kejadian
ini. Hal ini mungkin saja terjadi karena misalnya tekanan hidrostatik dari
semen (Ph) lebih besar dari tekanan formasi (Pf). Filtration loss dalam hal ini
volume filtratnya harus dikontrol sedemikian rupa. Seperti halnya telah
disebutkan diatas bahwa tekanan hidrostatik yang lebih besar dari pada
tekanan formasi menyebabkan filtration yang besar. Untuk itu maka cara
yang dapat ditempuh untuk mengatasinya adalah mengontrol besarnya
densitas semen.
Pengontrolan densitas semen dapat dilakukan dengan menambahkan
additive seperti bentonite untuk mengurangi densitas atau menggunakan
barite untuk menaikkan densitas semen.
Volume filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak, karena apabila
volume filtrat yang hilang dalam peristiwa filtration loss ini terlalu besar
maka akan menyebabkan suspensi semen kekurangan air. Peristiwa dimana
suspensi semen kekurangan air akibat banyaknya volume filtrat yang hilang
disebut “flash set”.
46
47
5.3.1 Alat
1. Gelas Ukur
2. Timbangan Digital
3. Multi Mixer
4. Stopwatch
5. Filter Press Set
5.7.1.Bahan
1. Semen Portland
2. Additif CMC
3. Air
48
4. Solar
1. Membuat suspensi semen dari 600 gr semen portland, 276 ml air dan 4
gr CMC dengan menggunakan mixer.
2. Mempersiapkan peralatan filter press dan segera memesang filter paper
secepat mungkin dan meletakkan gelas ukur dibawah silinder untuk
menampung fluida filtrat.
3. Menuangkan suspensi semen kedalam silinder dan segera menutup rapat.
Kemudian mengalirkan udara atau gas N2 dengan tekanan 1000 psi.
4. Mencatat volume filtrate sebagai fungsi waktu dengan stopwach, interval
pengamatan setiap 2 menit pada 10 menit pertama, kemudian setiap 5
menit untuk 20 menit selanjutnya. Mencatat volume pada menit ke-25.
5. Harga filtration loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung dalam
gelas ukur selama 30 menit masa pengujian. Bila waktu pengujian tadak
sampai 30 menit,maka besarnya filtration loss dapat diketahui dengan
rumus :
5.477
F30 = Ft ×
√𝑡
Dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit, ml
Ft = filtrat pada t menit, ml
t = waktu pengukuran
6. Menghentikan penekanan udara atau gas N2, membuang tekanan udara
dalam silinder dan menuangkan sisa suspensi semen yang di dalam
silinder kedalam breaker.
50
5.6 Perhitungan
Air = 213 ml
NaCl = 4 gr
Ditanya:
b. % kesalahan
Penyelesaian:
5.477
a. F30 NaCl = Ft ×
√𝑡
5.677
= 153 ml ×
√5,45
= 194,22 𝑚𝑙
194,22−153
= × 100%
194,22
= 21,22 %
Air = 213 ml
CMC = 4 gr
Ditanya:
b. % kesalahan
Penyelesaian:
5.477
a. F30 CMC = Ft ×
√𝑡
5.677
= 124 ml ×
√5,45
= 157,41 𝑚𝑙
157,41−124
= × 100%
157,41
= 21,22 %
52
5.7 Pembahasan
5.7 Discussion
2. Adding materials that can increase the volume of cement slurry, such as
pozzolan (Martha, Zabidi, & Satiawati, 2015).
Additives - additives that can affect the occurrence of Filtration Loss are
additives that include Extender are additives that function to increase the volume
of cement slurry, which is associated with reducing the density of the slurry. In
general, the addition of an extender to a cement slurry will be followed by the
addition of water. Decreasing density of cement slurry will reduce hydrostatic
pressure during cementing. Extenders include bentonite, sodium silicate, and
pozzolan.
In experiment ii used two kinds of samples, the first is cement suspense with
additive NaCl which obtained a volume value of 153 ml filtrate and for theoretical
filtrate volume in 20 minutes obtained a value of 194.22 ml after that it obtained
a% error of 21.22%. NaCl is an additive accelerator which can accelerate the
cement hardening process. This means that NaCl binds to the released water
molecules that have not been bound to cement so that the water left behind in the
56
cement content is reduced and therefore the cement hardening process is faster.
The second sample is standard cement with additive CMC to get 124 ml of filtrate
volume, for theoretical filtrate volume of 157.41 ml and for error% is the same as
before which is 21.22%. Well, this CMC is an anionic polymer that is soluble in
water derived from cellulose and maintains the following functions and
properties:
the things that affect the first filtration loss if the hydrostatic pressure is
greater than the formation pressure then it will cause a filtration loss, therefore
the hydrostatic pressure must be equal to the formation pressure. And secondly, if
there is a cavity in the formation, filtration loss will occur. The field application is
to find out the volume of filtration loss that occurs from the cement suspension
and the effect of adding additives to the cement suspension.
5.8 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. suspense semen dengan tambahan additive NaCl yang mendapatkan nilai
volume filtrat 153 ml dan untuk volume filtrat teoritis dalam 20 menit
mendapatkan nilai 194,22 ml setelah itu mendapatkan % kesalahan sebesar
21,22%. Sampel kedua yaitu semen standar dengan tambahan additive
CMC mendapatkan volume filtrat sebanyak 124 ml, untuk volume filtrat
teoritis sebesar 157,41 ml dan untuk % kesalahan sama dengan
sebelumnya yaitu 21,22%.
2. NaCl termasuk additive accelerator yang dimana additive ini dapat
mempercepat proses pengerasan semen. Nah CMC ini termasuk adalah
57
polimer anionik yang larut dalam air yang berasal dari selulosa dan
mempertahankan fungsi dan sifat berikut:
• Bertindak sebagai pengental, pengikat, penstabil, koloid pelindung, zat
pensuspensi, dan zat pengontrol aliran.
• Membentuk film yang tahan terhadap minyak, minyak, dan pelarut
organik.
• Mudah larut dalam air dingin atau panas.
• Ini adalah polielektrolit anionic. Dan juga CMC ini termasuk kategori
retarder.
PERCOBAAN VI
(EXPERIMENT VI)
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH DAN SHEAR BOND
STRENGTH SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION COMPRESSIVE
STRENGTH AND SHEAR BOND STRENGTH)
PERCOBAAN VI
(EXPERIMENT VI)
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH DAN SHEAR BOND
STRENGTH SUSPENSI SEMEN
(EXAMINATION OF CEMENTS SUSPENSION COMPRESSIVE
STRENGTH AND SHEAR BOND STRENGTH)
58
59
Gambar 6.1 Alat Percobaan Pengujian Compresive Strength dan Shear Bond
Strength Suspensi Semen
CS = K × P × 𝐴1⁄𝐴2
Dimana :
CS = Compressive stength semen, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (d)
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang blok bearing dari hydroulic mortar, inch2
A2 = Luas permukaan sampel semen, inch2
Tabel 6.1 Perbandingan ℎ⁄𝑑 terhadap koefisien faktor
𝒉⁄ Koefisien Faktor
𝒅
1,75 0,98
1,5 0,96
1,25 0,93
1 0,87
SBS = k × P × 𝐴1⁄𝜋 × 𝐷 × ℎ
Dimana :
SBS = Shear bond strength semen, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi (h)
terhadap diameter (d)
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing hydroulic mortar,
inch2
D = Diameter dalam casing sampel (semen), inch
h = Tinggi sampel semen, inch
Ukuran Nilai
No Jenis Sampel Pembebanan
Tinggi Diameter Panjang Lebar
64
CS SBS
No Jenis sampel
(psi) (psi)
1 Kubik 1 1166,45 -
2 Kubik 2 1107,70 -
3 Silinder - 16650,38
6.6. Perhitungan
a. Semen Kubik1
A1 = Block Bearing
A2 = Sampel Kubik = 11.36 inch
𝐴1 = 𝜋𝑟 2
= 3.14 1.872
= 10.98 inch
𝐴2 = 𝑃 𝑥 𝐿
= 2.09 x 1.98
= 4.14 inch
𝑡 1.62
𝐾 = 𝐿 = 1.98 = 0.81
65
H/D KF
1.75 0.98
1.5 0.96
1.29 0.93
0.81 ?
𝑋 − 𝑋1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑋2 − 𝑋1 𝑦2 − 𝑦1
0.81−1.75 𝑦− 0.98
= =0.842 (K)
1−1.75 0.87−0.98
= 520.46 lb/inch
Maka Cs = k x p x A1/A2
= 0.843 x 520.46 x 10.98 inch/4.13 lb
= 1166.45 psi
b. Sampel Kubik II
A1 = Bearing Block
𝐴 = 𝜋𝑟 2
= 3.14 x 1.822
= 10.98 inch
A2 = PxL
4.223
K = t/L = 1.62/2.09 = 0.72
Perbandingan t/L terhadap Koefisien Factor
H/D KF
1.75 0.98
1 0.87
0.77 ?
𝑋 − 𝑋1 𝑦 − 𝑦1
=
𝑋2 − 𝑋1 𝑦2 − 𝑦1
0.77−1.75 𝑦− 0.98
= =0.837 (K)
1−1.75 0.87−0.98
= 509.0007 lb/inch
Maka Cs = k x p x A1/A2
= 0.837 x 509.0007 x 10.98 inch/4.223 lb
= 1107.70 psi
H/D KF
1.75 0.98
1.63 x
1.5 0.96
1.63−1.75 𝑦− 0.98
= =0.9704 (k)
1.5−1.75 0.96−0.98
8775 𝑙𝑏 𝑙𝑏
P = Pm/A2 = 3.14𝑥0.4952 = 11410.92 𝑖𝑛𝑐ℎ
6.7. Pembahasan
Pada pratikum kali ini melakukan percobaan sesupensi semen
untuk mendapatkan nilai Compresive Strength dan Shear Bond Strength
dimana kami menggunakan dua sampel kubik dan sebuah selinder.
“Compresive Strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing,
67
6.7. Discussion
In this practice, a cement cement experiment is conducted to get
the Compressive Strength and Shear Bond Strength values where we use
two cubic samples and a cylinder. "Compressive Strength is defined as the
strength of cement in resisting pressures originating from the formation or
from the casing, while Shear bond Strength is defined as the strength of
cement in holding the weight of the casing" (Afdhal, 2018). The minimum
Compressive Strength recommended by the API to be able to continue
drilling operations is 1000 psi. This value is influenced by the
temperature, pressure, and moisture content of the cement, as well as the
fineness of the cement granules and the length of the conditioning time.
In this practice, testing Compresive Strength in the lab using a
Hydraulic Press where the cement that has been made is tested for
maximum loading in the casing chamber. For a good Shear bond value of
not less than 100 psi so that the casing can be bonded firmly so that
drilling can continue. To add strength to a cement suspension can use
various additives, one of which is Bentonite which functions to reduce the
strength of the suspension of cement, where the function is the extender
used to suck water. When added to the suspension, it will form a Filter
cake which acts as a film to cover the surface of the formation that is
porous and permeable. API recommends that each addition of 1%
bentonite 5.3% water (BWOC) be added for each class of cement. For
temperatures above 110 ℃, adding bentonite will reduce Compressive
Strength and increase the permeability of cement. While aluminum and
silica materials react with calcium hydroxide in pozzolan, where the
pozzolan has two types, diatomaceous oearth and flyashers, which are
artificial poisons capable of reducing Compressive Strength.
In this practice, the CS values in cubic I and II are 1166.45psi and
1167.70 psi where the value is above the API standard which is 1000 psi,
while the Shear Bond value of 16650.38 psi cylindrical molds where the
69
value above API is 100 psi. So that it can do the drilling process.nt it to
parrist drensure on casing.
6.8. Kesimpulan
1. Semen akan hancur atau retak bila mendapatkan tekanan yang lebih
dari kemampuanya.
2. Zat additive extender dapat mengurangi permeabilitas semen sehingga
nilai CS menjadi lebih besar. Sedangkan pozzolan yang termasuk
dalam extender addtivite dapat menaikan Compresive Strength.
3. Agar dapat melanjutkan proses pemboaran, nilai CS dan SBS harus
diatas nilai API yang telah ditentukan yiatu 1000 psi dan 100 psi.
4. Nilai CS dan SBS pada percobaan kali ini diatas nilai API standar
sehingga pemboran dapat dilanjutkan.
KESIMPULAN
(CONCLUSION)
DAFTAR PUSTAKA
(REFERENCES)
Santoso, A., Setiati, R., & Hamid, A. (2019). STUDI LABORATORIUM UJI
POROSITAS DAN COMPRESSIVE STRENGTHCORE SAMPLE FOAM
CEMENT. 1–5.
Liu, X., Nair, S. D., Cowan, M., & Van Oort, E. (2015). A novel method to
evaluate cement-shale bond strength. Proceedings - SPE International
Symposium on Oilfield Chemistry, 2(April), 1282–1301.
https://doi.org/10.2118/173802-ms
Jadhav, R., Rao Palla, V. G., Datta, A., & Dumbre, M. (2017). Effect of casing
coating materials on shear-bond strength. Society of Petroleum Engineers -
SPE/IATMI Asia Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition 2017, 2017-
Janua(October), 17–19. https://doi.org/10.2118/186441-ms
70
71
Diperiksa oleh