Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Akuntansi Manajemen Kel.3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

PENGENDALIAN PELAPORAN SEGMEN DAN HARGA TRANFER

KELOMPOK 3:

Yohanes Isa Molan (1810321010)

Simon Tandiloang (1810321011)

Ega Tri Indah Sanda (1810321012)

AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU – ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS FAJAR MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ecara langsung
maupun tidak langsung telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini.Makalah yang berjudul “PENGENDALIAN PELAPORAN SEGMEN DAN
HARGA TRANSFER”ini kami susun selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen juga untuk menambah wawasan kami.Makalah ini
membahas tentang Hubungan laporan segmen dan variabel costing,laporan
laba rugi segmen,harga transfer dan penetapan harga transfer.Kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun menjadi sumber
inspirasi untuk pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna seperti
yang diharapkan semua pihak.oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Makassar,20 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................iv
PENDAHULUAN........................................................................................................iv
1.1 Latar belakang...........................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................iv
1.3 Tujuan........................................................................................................v
BAB II........................................................................................................................1
PEMBAHASAN...........................................................................................................1
1. Hubungan Laporan Segmen dan Variabel Costing..............................................1
2. Laporan Laba Rugi Segmen.............................................................................6
3. Harga Tranfer.................................................................................................6
4. Penentuan Harga Tranfer.................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR ISI.............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Laporan segmen adalah laporan yang menyajikan informasi tentang laba rugi untuk
setiap segmen.dengan adanya laporan segmen maka akan diketahui bagaimana kinerja dari
setiap segmen. Laporan Segmen Berdasarkan Perhitungan Full Costing.Full costing
merupakan metode perhitungan biaya yang membebanka seluruh biaya manufaktur ke
produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan overhead tetap
merupakan bagian yang

menentukan biaya produk. Menurut perhitungan full costing, overhead tetap


dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang ditetap diawal dan
tidak dibebankan sampai produk terjual. Variable Costing merupakan salah
satu metode perhitungan biaya yang hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke
produk. Biaya-biaya ini meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
variabel.Overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak termasuk dalam
penentuan biaya produk. Menurut perhitungan biaya variabel, overhead tetap dari suatu
periode akan habis pada akhir periode dan dibebankan secara total terhadap pendapatan
periode tersebut. Perhitungan biaya variabel berguna dalam menyiapkan laporan segmen
karena menyediakan informasi mengenai beban variabel dan tetap. Dalam laporan laba rugi
segmen yang menggunakan perhitungan biaya variabel,beban tetap dibagi menjadi dua yaitu
beban tetap langsung dan beban tetap umum.

Harga transfer merupakan harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggung jawaban dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawabannya.jika duapusat laba atau lebih bertanggung jawab bersama atas
pengembangan,pembuatan dan pemasaran suatu produk,maka masing-masing harus
berbagi pendapatan yang dihasilkan ketika produk tersebut dijual.harga transfer merupakan
mekanisme untuk mendistribusikan pendapatan ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan segmen dan variabel costing?


2. Laporan Laba Rugi segmen?
3. Harga transfer?
4. Bagaimana penetapan harga transfer?

iv
1.3 Tujuan

1. Mengetahui bagaimana hubungan segmen dan variabel costing


2. Mengetahui mengenai laporan laba rugi segmen
3. Mengetahui mengenai harga transfer
4. Mengetahui bagaimana penetapan harga transfer

v
BAB II

PEMBAHASAN

1. Hubungan Laporan Segmen dan Variabel Costing

Pengertian Laporan Segmen

Menurut Hansen dan Mowen (2007: 429), segmen adalah:

Untuk mengukur kinerja segmen, maka manajemen perusahaan memerlukan


informasi yang detail mengenai sebuah segmen. Informasi tersebut dapat diperoleh dari
laporan laba rugi setiap segmen. Laporan segmen adalah laporan yang menyajikan
infromasi tentang laba rugi untuk setiap segmen. Dengan adanya laporan segmen maka
akan diketahui bagaimana kinerja dari setiap segmen.

1. Laporan Segmen Berdasarkan Perhitungan Full Costing dan Variabl Costing

a) Laporan Segmen Berdasarkan Perhitungan Full Costing

Full costing merupakan metode perhitungan biaya yang membebankan


seluruh biaya manufaktur ke produk. Bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, overhead variabel dan overhead tetap merupakan bagian yang
menentukan biaya produk. Menurut perhitungan full costing, overhead tetap
dibebankan pada produk melalui penggunaan tarif overhead tetap yang
ditetapkan diawal dan tidak dibebankan sampai produk terjual. Berikut
merupakan contoh laporan segmen berdasarkan perhitungan full costin.

Tabel 2.1

Absorption Costing Income Statements (in thousands of dollars)

Segment A Segment B Segment C

Sales 1.500 1.000 2.500


Cost of goods sold (1.050) (700) (1.750)
Gross margin 450 300 750
Selling and administrative expenses (87,5) (75) (162,5)
Operating income 362,5 225 587,5

1
b) Laporan Segmen Berdasarkan Perhitungan Variable Costing
Variable Costing merupakan salah satu metode perhitungan biaya yang
hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk. Biaya-biaya ini
meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.
Overhead tetap diperlakukan sebagai beban periode dan tidak termasuk dalam
penentuan biaya produk. Menurut perhitungan biaya variabel, overhead tetap
dari suatu periode akan habis pada akhir periode dan dibebankan secara total
terhadap pendapatan periode tersebut. Perhitungan biaya variabel berguna
dalam menyiapkan laporan segmen karena menyediakan informasi mengenai
beban variabel dan tetap.

Menurut Hansen dan Mowen (2007: 429-430), laporan laba rugi segmen
dengan perhitungan biaya variabel membagi beban tetap dalam dua kategori,
yaitu:

1) Beban tetap langsung (direct fixed expenses)

Beban tetap langsung merupakan beban tetap yang secara langsung


dapat ditelusuri ke suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai
beban tetap yang dapat dihindari (avoidable fixed expenses) atau beban
tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed expenses) karena beban ini akan
hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Sebagai contoh, jika sebuah
segmen adalah wilayah penjualan, bebanetap langsung untuk setiap
wilayah penjualan adalah sewa kantor penjualan, gaji manajer penjualan di
setiap wilayah, dan seterusnya. Jika salah satu wilayah ditutup maka beban
tetap tersebut akan hilang.

2) Beban tetap umum (common fixed expenses)


Beban tetap umum merupakan beban yang disebabkan oleh dua atau
lebih segmen secara bersamaan. Beban ini tetap akan ada meskipun salah
satu segmen dihapus. Sebagai contoh, depresiasi gedung kantor pusat dan
gaji CEO.

2
2. Margin Kontribusi dan Margin Segmen

Margin kontribusi merupakan hasil dari pengurangan biaya variabel dari pendapatan
segmen yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi segmen. Margin kontribusi
bermanfaat untuk memahami pengaruh perubahan volume dalam jangka pendek terhadap
laba rugi. Namun di samping margin kontribusi, pelaporan kontribusi yang lebih baik untuk
mengevaluasi segmen adalah margin segmen.

Menurut Hansen dan Mowen (2007: 430), yang dimaksud margin segmen yaitu: “the
profit contribution each segment makes toward covering a firm’s common fixed costs.”
Margin segmen memperlihatkan jumlah yang masih tersisa setelah pendapatan segmen
dikurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap langsung. Suatu segmen setidaknya harus
mampu menutup biaya variabel dan biaya tetap langsungnya sendiri. Margin segmen yang
negatif akan mengurangi total laba perusahaan. Margin segmen bermanfaat dalam
mengambil keputusan mengenai kapasitas jangka panjang dan alokasi sumber daya ke
setiap segmen.

3. Pengertian Biaya

Biaya (cost) adalah kas atau kas ekuivalen yang dikorbankan untuk barang dan jasa
yang diharapkan dapat memberikan manfaat saat atau di masa yang akan datang bagi
organisasi (Hansen dan Mowen, 2007). Cost terjadi untuk mendatangkan manfaat di masa
yang akan datang, biasanya yang dimaksud dengan manfaat adalah pendapatan.
Meminimalkan biaya yang diperlukan untuk 20 mencapai kepentingan tertentu dapat
menjadikan perusahaan lebih efisien. Perusahaan dapat mencapai efisiensi jika dapat
mengelola biayanya secara strategis.

Menurut Rayburn dalam Abdullah (2014) untuk sebuah produk, biaya menunjukkan
ukuran moneter dari sumber daya yang digunakan, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead sedangkan untuk sebuah jasa, biaya merupakan pengorbanan moneter yang
dilakukan untuk menyediakan jasa. Biaya mengukur pengorbanan ekonomi yang dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa biaya
merupakan nilai moneter dari sumber daya yang dikorbankan perusahaan untuk
mewujudkan tujuan tertentu. Tujuan utama dari pengorbanan sumber daya adalah untuk
menyediakan produk atau jasa guna memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk mewujudkan
tujuan penyediaan produk atau jasa tersebut diperlukan aktivitasaktivitas yang akan
mengkonsumsi sumber daya.

4. Klasifikasi Biaya

Informasi biaya disajikan untuk memenuhi kebutuhan pemakainya. Penggunaan


informasi biaya harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan informasi biaya oleh
pemakainya. Teknik penyajian informasi biaya berpedoman pada konsep “different

3
classification of costs for different purposes” yang berarti bahwa untuk tujuan penggunaan
informasi biaya yang berbeda diperlukan klasifikasi biaya yang berbeda pula.

Sesuai dengan kebutuhan pemakai informasi, menurut Carter (2012: 40-47) biaya
dapat diklasifikasikan berdasarkan produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi
atau jasa), volume produksi/kegiatan, departemen, periode akuntansi, dan pengambilan
keputusan, tindakan dan evaluasi.

 Biaya dalam Hubungannya dengan Produk


1. Biaya Produksi/Manufaktur

Biaya produksi/manufaktur merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan


proses pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi/manufaktur
merupakan penjumlahan dari tiga elemen biaya yaitu bahan baku langsung, tenaga
kerja langsung dan overhead pabrik. Bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung disebut sebagai biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan
overhead pabrik disebut sebagai biaya konversi.

2. Biaya Komersial

Biaya komersial terdiri atas biaya pemasaran dan biaya umum dan administrasi.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi ketika proses produksi selesai dan
produk berada dalam kondisi siap dijual, seperti biaya promosi, penjualan, dan
pengiriman. Biaya umum dan administrasi adalah biaya yang terjadi untuk
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, seperti gaji
personalia, gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, dan biaya listrik.

 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi/Kegiatan


1. Biaya Variabel

Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara proporsional
terhadap perubahan volume kegiatan/aktivitas. Pengertian biaya variabel tersebut
ditinjau dari segi total biaya. Jika ditinjau dari segi biaya per unit maka jumlahnya akan
konstan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan beberapa biaya overhead seperti bahan bakar, perlengkapan, tenaga
kerja tidak langsung, dan lain sebagainya.

2. Biaya Tetap

Biaya tetap yaitu biaya yang jumlah totalnya akan konstan dalam interval yang
relevan. Apabila perubahan volume melampaui atau diluar jangkauan kapasitas
(interval) yang relevan, maka biaya tetap akan berubah. Biaya tetap memiliki
karakteristik sebagai berikut:

 Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu (relevance range).

4
 Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan
perubahan volume aktivitas. Semakin tinggi volume kegiatan maka semakin rendah
biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan maka semakin tinggi biaya satuan.
Contoh biaya tetap adalah gaji supervisor, depresiasi aktiva tetap, sewa,
asuransi properti, pajak bumi dan bangunan, dan pajak properti.
3. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel merupakan biaya yang mempunyai elemen tetap dan
variabel. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk
menyediakan jasa sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi
variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Jumlah input akan
berubah apabila output aktivitas berubah, tetapi perubahannya tidak secara
proporsional. Biaya semi variabel memiliki karakteristik sebagai berikut :

 Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume aktivitas,
akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume aktivitas
maka semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah volume aktivitas maka
semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding.
 Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan
perubahan volume aktivitas tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan
kegiatan tertentu, semakin tinggi volume aktivitas maka semakin rendah biaya
satuan, semakin rendah volume aktivitas maka akan semakin tinggi biaya satuan.

 Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen


1. Biaya Langsung (direct cost)

Biaya langsung yaitu biaya yang dapat dibebankan secara langsung pada suatu
departemen karena manfaat biaya dapat diidentifikasi secara langsung pada
departemen tertentu. Contoh biaya langsung seperti biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung

2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung yaitu biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada
suatu departemen karena manfaat biaya tersebut dinikmati oleh lebih dari satu
departemen atau digunakan bersamasama.

 Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

1. Pengeluaran Modal (capital expenditure) yaitu pengeluaran yang ibebankan pada


lebih dari satu periode akuntansi yang akan menikmati manfaat dari adanya
pengeluaran tersebut.

2. Pengeluaran Penghasilan (revenue expenditure) yaitu pengeluaran yang hanya


akan dibebankan pada satu periode akuntansi ketika pengeluaran terjadi.

5
 Biaya dalam Hubungannya dengan Pengambilan Keputusan,Tindakan, dan Evaluasi
1. Biaya Relevan (relevant cost)

Biaya relevan yaitu biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh pemilihan alternatif
tindakan. Biaya relevan merupakan biaya masa yang akan datang yang totalnya
berbeda di antara alternatif tindakan yang satu dengan alternatif tindakan yang lain.
Oleh karena itu, biaya relevan sering disebut sebagai biaya diferensial.

2. Biaya Tidak Relevan (irrelevant cost)

Biaya tidak relevan yaitu biaya yang tidak terpengaruh oleh pemilihan alternatif
tindakan. Semua biaya masa lalu merupakan biaya tidak relevan. Biaya masa akan
datang yang tidak berbeda diantara berbagai alternatif juga merupakan biaya tidak
relevan. Apabila perusahaan akan mengevaluasi kinerja manajer, maka klasifikasi
biaya dapat diperluas menjadi:

1. Biaya terkendali (controllable cost), yaitu biaya yang dapat dikendalikan atau
dipengaruhi oleh keputusan manajer tertentu, seperti biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung pada departemen produksi.

2. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost), yaitu biaya yang tidak dapat
dipengaruhi oleh keputusan manajer tertentu. Sebagai contoh, alokasi biaya suatu
departemen merupakan biaya tidak terkendali bagi manajer departemen yang
menerima alokasi tersebut.

2. Laporan Laba Rugi Segmen


Dalam laporan laba rugi segmen yang menggunakan perhitungan biaya variabel,beban
tetap dibagi menjadi dua yaitu:

 Beban tetap langsung (direct fixed expenses)

Beban tetap langsung merupakan beban tetap yang secara langsung dapat ditelusuri ke
suatu segmen. Beban ini terkadang disebut sebagai beban tetap yang dapat dihindari
(avoidable fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed
expenses) karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. Sebagai contoh,
jika sebuah segmen adalah wilayah penjualan, beban tetap langsung untuk setiap wilayah
penjualan adalah sewa kantor penjualan, gaji manajer penjualan di setiap wilayah, dan
seterusnya. Jika salah satu wilayah ditutup maka beban tetap tersebut akan hilang.

 Beban tetap umum (common fixed expenses)

Beban tetap umum merupakan beban yang disebabkan oleh dua atau lebih segmen secara
bersamaan. Beban ini tetap akan ada meskipun salah satu segmen dihapus. Sebagai
contoh, depresiasi gedung kantor pusat dan gaji CEO.

6
3. Harga Tranfer
Harga transfer (transfer pricing) adalah harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran
antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division) dan unit divisi
pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai
yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya
salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.

Harga transfer yang terjadi antar unit harus mencapai tujuan, antara lain:

 Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk


menentukan imbal balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
 Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita perusahaan yaitu
meningkatkan laba unit usaha namun juga dapat meningkatkan laba perusahaan.
 Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha secara individual.
 Mudah dimengerti dan dikelola sebagai suatu sistem penentuan harga.

Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya,
karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga
mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit
pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka
penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.

4. Penentuan Harga Tranfer


Tentunya dalam penentuan harga transfer manajemen tidak dapat sembarangan
menentukan harga, secara garis besar harga tersebut sebisa mungkin tidak merugikan
salah satu pihak yang terlibat, selain itu harga transfer dalam praktiknya harus terus
diperhatikan agar tujuan manajemen sesuai dengan tujuan perusahaan. Prinsip dasarnya
adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang akan dikenakan
seandainya produk tersebut diual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Namun
hal tersebut dalam dunia nyata sangat sulit diterapkan, hanya sedikit perusahaan yang
menetapkan prinsip ini.

Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode


berikut:

1) Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)

Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga


transfer yang paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama
dengan harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk

7
memperoleh profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang
sewajarnya. Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu
produk ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan
antar divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan
terintegrasi seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah
jadi ke divisi lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.

Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan
harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya
(cost-based transfer price).

2) Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)

Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga
transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan.
Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang
buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga
menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi
kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga
transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal.
Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi
orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.

Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya


variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah
mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost
plus fixed fee).

3) Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)

Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam


perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga
transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba
potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan.

8
Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren
dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut
pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan.
Namun transfer pricing ini tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada
situasi sulit yang bisa menimbulkan conflict of interest diantara kedua belah pihak yang
terlibat, yaitu divisi penjual dan divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer
price yang terbaik, yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.

Harga Transfer pada Perusahaan Multinasional

Transfer pricing sering juga disebut dengan intracompany pricing, intercorporate


pricing, interdivisional atau internal pricing yang merupakan harga yang diperhitungkan
untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer barang dan jasa antar anggota
(grup perusahaan). Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer pricing dapat menyimpang
secara signifikan dari harga yang disepakati (harga pasar).

Tujuan harga transfer berubah apabila melibatkan multinational corporation (MNC)


serta barang yang ditransfer melalui batas-batas negara. Tujuan penentuan harga transfer
internasional terfokus pada meminimalkan pajak, bea, dan risiko pertukaran asing, bersama
dengan meningkatkan suatu kompetitif perusahaan dan memperbaiki hubungannya dengan
pemerintah asing. Walaupun tujuan domestik seperti motivasi manajerial dan otonomi divisi
selalu penting, namun seringkali menjadi sekunder ketika transfer internasional terlibat.
Perusahaan akan lebih fokus pada pengurangan pajak total atau memperkuat anak
perusahaan asing. Oleh karena itu transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu
rekayasa harga secara sistematis yang ditujukan untuk mengurangi laba yang nantinya
akan mengurangi jumlah pajak atau bea dari suatu negara.

Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan
asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas
internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar asing
dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain, mebebankan
suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi laba pada negeri
yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin memberikan
kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang memiliki tingkat
pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak rendah (tax haven
country).

Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaan-
perusahaan multinsional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak
internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu ini
adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian

9
modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang menyatakan
bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan standar arm’s-
length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang independen.
Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat perbedaan-perbedaan
dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian, terdapat dukungan yang
kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk membatasi usaha-usaha oleh MNC
untuk mengurangi kewajiban pajak dengan menetapkan harga-harga transfer yang berbeda
dengan arm’s-length standard tersebut

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam sebuah perusahaan sangatlah penting kita mengenal apa yang disebut dengan
harga transfer, langkah ini adalah merupakan langkah transaksi transfer barang atau jasa
antar laba cukup signifikan biaya barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen
penting produk akhir, portabilitas merupakan pertimabngan penting di dalam penilaian
prestasi divisi. Yang bertujuan untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba
dalam menentukan harga transfer, memotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba
penerima, dan kantor pusat dalam membuat keputusan yang tepat,  menyajikan laporan
laba setiap divisi yang secara layak mengukur prestasi divisi.

11
DAFTAR ISI

https://www.academia.edu/36294435/pelaporan_segmen.docx

https://www.academia.edu/9988873/HARGA_TRANSFER

12

Anda mungkin juga menyukai