A Praktikum Kimdas
A Praktikum Kimdas
A Praktikum Kimdas
PERCOBAAN 1
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK DASAR LABORATORIUM
Laboratorium
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menyebutkan nama dan fungsi beberapa alat
yang digunakan di laboratorium.
2. Praktikan mampu menentukan membuat asam kuat dan garam.
II. Prinsip
2
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat menggambarkan
mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan prinsip kerja pada alat yang
bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-alat yang bersifat umum dan ada
pula yang khusus. Peralatan umum biasanya digunakan untuk suatu kegiatan
reparasi, sedangkan peralatan khusus lebih banyak digunakan untuk suatu
pengukuran atau penentuan (Moningka, 2008).
A. Alat
1. Gelas beaker : 1 buah
2. Corong kaca : 1 buah
3. Labu ukur : 1 buah
4. Pengaduk : 1 buah
5. Propipet : 1 buah
3
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
B. Bahan
1. HCl 2,5 mL
2. Aquades secukupnya
V. Prosedur Percobaan
4
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
1 Pipet ukur
Merupakan jenis pipet bersekala,dan
digunakan untuk mengukur sejumlah
volume tertentu suatu larutan.
2 Pipet Volume
Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu secara tepat.
3 Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur sejumlah
volume tertentu suatu larutan.
4 Labu takar
Digunakan untuk mengukur teliti suatu
larutan atau cairan dengan cara mengisi
labu takar dengan cairan sampai tepat
tanda batas.
5
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
5 Gelas beaker
Digunakan untuk tempat larutan ,dapat
digunakan untuk melarutkan reagen tapi
dengan hasil yang tidak teliti
6 Erlenmeyer
Digunakan untuk menempatkan larutan
saat titrasi. Alat ini bukan sebagai alat
pengukur.
7 Sendok sungu
Berfungsi untuk mengambil bahan kimia
padat.
6
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
10 Cawan petri
Berfungsi untuk mengembang biakan sel.
11 Tabung reaksi
Terbuat dari gelas,dapat dipanaskan dan
digunakan untuk mereaksikan zat kimia
dalam jumlah yang sedikit.
7
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
14 Cawan porselin
Digunakan sebagai wadah. Misalnya
penguapan larutan dari suatu bahan yang
tidak mudah menguap.
15 Corong kaca
Membantu memasukan semua cairan ke
dalam suatu tempat sempit.
16 Botol winkler
Digunakan untuk menyimpan atau menguji
sampel.
8
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
17 Krustang
Berfungsi untuk menjepit alat-alat yang
dipanaskan.
18 Pinset
Untuk menjepit bahan-bahan yang
diperlukan dalam praktikum.
9
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
21 Pipet tetes
Untuk menambahkan suatu larutan yang
diperlukan dalam jumlah kecil dengan
ketelitian rendah ke larutan lainnya.
22 Pengaduk kaca
Digunakan untuk mencampur bahan kimia
dan cairan untuk kebutuhan laboratorium.
10
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
VIII. Pembahasan
Dalam contoh ini, digunakan larutan HCl 0,1 M. Larutan HCl memiliki
karakteristik bening tidak berwarna, namun memiliki bau yang kuat dan
mengandung asam yang khas dari kebanyakan asam. Asam klorida mudah larut
dalam air, dan memiliki titik didih sekitar 110 derajat Celcius. Bedanya HCl 1M
dengan 0,1M dan 0,01M terletak pada konsentrasi kepekatannya. Konsentrasi ini
menunjukkan benyaknya mol atau pertikel zat dal setiap satuan volumenya.
Semakin besar angka molaritas atau kepkatannya semak banyak pula partikel yang
terkandung didalamnya.
Asam klorida termasuk larutan yang bersifat korosif, artinya larutan ini dapat
menyebabkan iritasi pada anggota tubuh dan apabila tidak segera ditangani bisa
berakibat fatal hingga timbulnya luka bakar. Penanganan yang tepat ketika terkena
kulit adalah membilasnya dengan air sekitar 15 menit, apabila terkena mata maka
jangan membiarkannya berkedip dan segera mencari pertolongan, begitu pula ketika
HCl ini tertelan maka harus segera dimuntahkan dan diberikan air 2-3 cangkir bila
mana kondisinya kritis, dan yang terakhir apabila terkena pada pernapasan kama
segera cari udara segar, jika tidak bernapas segera membuat pernapasan buatan
pada korban.
11
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
Pada hasil pengamatan pengenceran HCl 0,1 M 25mL kedalam larutan HCl
0,01 M didapatkan volume sebanyak 250 mL untuk melakukan pengenceran
tersebut. Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut
MxV=MxV
0.1M x 25 mL = 0,01 M x V
V = 0,1x25/0,01 = 250 mL
12
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
IX. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;
4. Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat
X. Daftar Pustaka
13
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
XI. Lampiran
A. MSDS HCl
14
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 2
IDENTIFIKASI KATION SECARA KUALITATIF
1
Topik Praktikum : Identifikasi Kation Secara Kualitatif
I. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu mengidentifikasi unsur Ag dan Pb
II. Prinsip
Prinsip percobaan pada percobaan identifikasi kation secara kualitatif
adalah dengan mengidentifikasi kation dan anion terhadap suatu sampel
dengan golongan yang mana direaksikan dengan beberapa pereaksi spesifik
lalu diamati perubahan fisik dan kimia yang terjadi
2
bidang yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisa membahas tentang identifikasi zat-zat kimia. Sedangkan Analisa kuantitatif
adalah analisis yang berkaitan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu
dalam suatu contoh(sampel) (Day, 1993).
Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia
melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa zat sangat
berguna untuk menentukan kearah mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks,
reaksi asam basa, reaksi kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan sifat
fisikanya dapat diamati diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna,
terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakan informasi awal
yang berguna untuk analisis selanjutnya (Syukri, 1999).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam
bentuk suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok.
Ion-ion logan pada golongan-golongan diendapakan satu persatu, endapan
dipisahkan dari larutannya dengan cara disaring atau diputar dengan sentrifuge,
endapan dicuci untuk membebaskan dari larutan pokok atau dari filtrat dan tiap-tiap
logam yang mungkin ada harus dipisahkan. Kation-kation diklasifikasikan dalam 5
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa regensianya
(Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu
diantaranya :
2. Golongan II (Golongan H2S) : garam sulfida Bi, Cu, Cd, As, Sb, Sn menghasilkan
endapan hitam
3. Golongan III (golongan (NH4)2S ; garam sulfida dari Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn.
3
IV. Alat dan Bahan
4.1. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet ukur 10 mL
3. Gelas ukur 50 mL
4. Pipet tetes
5. Kompor listrik
6. Tabung reaksi
4.2. Bahan
1. Analit (Sampel uji)
2. Asam klorida (HCl) 0,1 M
3. Asam oksalat (H2C2O4) 0,1 N
4. Asam sulfat (H2SO4) 0,1 N
5. Kalium hidroksida (KOH) 0,1 N
6. Mangan sulfat (MnSO4) 0,1 N
7. Kertas saring
4
V. Prosedur Percobaan
VI.
5
Analisa Data dan Pengamatan
6
VII. Pembahasan
7
Kendala yang terjadi saat praktikum antara lain minimnya
pengetahuan dasar dalam penggunaan alat serta bahan, sehingga
mengakibatkan kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan serta
beberapa faktor teknis seperti kerusakan indikator oleh alat yang belum
dibersihkan.
Potensi bahaya dalam praktikum ini lebih pada masalah alat yang
hampir semuanya terbuat dari kaca sehingga kita perlu berhati-hati dalam
memperlakukannya. Untuk potensi dari zat berbahaya adalah penggunaan
larutan yang mungkin dapat mengiritasi bagian tubuh yang terkena oleh
larutan tersebut, terutama penggunaan larutan asam yang dapat bersifat
korosif terhadap kontak langsung dengan organ tubuh sehingga kita perlu
berhati-hati dalam menggunakannya.
8
VIII. Kesimpulan
3. Reaksi spesifik ion Pb2+ dan Ag+ dengan ion Cl- akan menghasilkan endapan
putih.
9
X. Lampiran
10.1. Data Pengamatan
10
10.2. Dokumentasi Percobaan
11
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 3
STOIKIOMETRI REAKSI
1
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan koefisien berdasarkan pembentukan
endapan.
2. Praktikan mampu menentukan persamaan reaksi berdasarkan konsep mol.
II. Prinsip
Prinsip praktikum stokiometri reaksi ini adalah dengan melakukan reaksi
pencampuran antara dua zat hingga terjadi endapan yang kemudian
dikering-kan hingga menjadi padatan dan dihitung massanya.
2
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
3
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
hanya perubahan warna dan bahkan ada yang kelihatannya tidak terjadi
perubahan sama sekali. Hal ini karena semua reaktan dan hasil reaksi dalam
air tidak berwarna (Brady, 1994 : 118).
A. Alat
1. Gelas Beaker 250 mL
2. Gelas Arloji
3. Corong kaca
4. Gelas ukur 100 mL
5. Spatula
6. Pipet tetes
7. Kompor listrik
B. Bahan
1. Serbuk besi
2. CuSO4 1M
3. Aquades
4. Aseton
4
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
V. Prosedur Percobaan
5
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
Persamaan Reaksi:
Fe(s) + CuSO4(aq) -> FeSO4(aq) + Cu(s)
6
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
VII. Pembahasan
7
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang
tidak sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap
(volatil).
Hal yang penting juga adalah adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring seperti perak klorida,
sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring (berpori)
dapat juga terjadi kelebihan pemijaran sehingga terjadi dekomposisi sehingga
komposisi zat tidak tentu.
Kesalahan juga terjadi dari suatu endapan yang telah dipijarkan akan
mengalami penyerapan air atau gas karbondioksida selama pendinginan
sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang seharusnya, ini
dihindari dengan alat penggunaan penutup cawan yang rapat dan desikator
yang cukup baik selama pendinginan,
8
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;
2.Atom tidak dapat dimusnahkan dalam reaksi kimia, jumlah atom (atau mol
atom) dari setiap unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.
Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta :
Erlangga.
9
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
X. Lampiran
1
0
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
1
1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 4
REAKSI OKSIDASI REDUKSI
1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo
I. Tujuan Praktikum
Praktikan mampu menentukan kadar vitamin C dalam sampel
2
III. Dasar Teori
Bilangan oksidasi adalah jumlah muatan yang dimiliki suatu atom dalam
molekul (senyawa ionik) jika elektron-elektronnya berpindah seluruhnya
(Chang,2003:101). Selain itu bilangan oksidasi juga diartikan sebagai bilangan
positif atau negatif yang menunjuk pada muatan suatu spesi bila elektron-
elektron dianggap terdistribusi pada atom menurut aturan tertentu. Aturan
distribusi ini adalah secara ionik bagi spesi heteronuklir yang artinya terjadi
suatu perpindahan elektron kepada atom yang lebih bersifat elektronegatif, dan
secara kovalen murni bagi spesies homo nuklir (Sugiyarto,2002:111).
Titik ekuivalen dalam titrasi kali ini ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi ungu kehitaman, yang menandakan bahwa vitamin C telah
habis bereaksi dengan iodin, dan kemudian iodin bereaksi dengan larutan kanji
sehingga menghasilkan warna ungu kehitaman (Masitoh, 2014).
3
kadar asam askorbat, natrium tiosulfat, metampiron (antalgin), serta natrium
tiosulfat dan sediaan injeksi. (Ibnu Gholib, 2007)
4
IV. Alat dan Bahan
4.1. Alat
1. Labu takar 1 L
2. Spatula
3. Gelas beaker 250 mL
4. Gelas arloji
5. Pipet tetes
6. Kompor listrik
7. Erlenmeyer 250 mL
8. Pipet ukur
9. Ball pipet
10. Buret
11. Statif
4.2. Bahan
1. Sampel yang mengandung vitamin C
2. KI
3. I2
4. Indikator kanji
5. Aquades
5
V. Prosedur Percobaan
6
VI. Analisa Data dan Perhitungan
6.2. Perhitungan
Mencari m vitamin C
m vit C = mol x m r
m vit C = 0,021 x 176
m vit C = 3,696 g
2. Kadar Vitamin C
Kadar vitamin C (%) =
VI 2 × 0,88× 0,00726
100
1,01× × faktor pengenceran
gr sampel
21x0,88 x0,00726
100
1,01x x10
3,696
= 0 ,1341648/273,268
= 0,0004 %
7
VII. Pembahasan
Langkah kerja secara umum mirip dengan titrasi lain pada umumnya.
Suatu metode titrimetric untuk analisis didasarkan pada sutu reaksi kimia
seperti :
aA + tT → produk
dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T.
Reagensia T, yang disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit (secara
incremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang
konsentrasinya diketahui. Larutan kedua ini disebut larutan standard dan
konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses disebut standarisasi. Penambahan
titran diteruskan sampai telah dimasukkan sejumlah T yang secara kimia setara
dengan A. maka dikatakan telah tercapai titik ekivalensi dari titrasi itu. Untuk
mengetahui kapan penambahan titran itu, dapat menggunakan suatu zat, yang
disebut indicator, yang menanggapi munculnya kelebihan titran dengan
perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indicator berubah warna disebut
titik akhir
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Fungsi dari titrasi adalah untuk
menentukan kadar kelarutan dengan mudah. Alasan dipilihnya metode ini
karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya praktis dan
tidak benyak masalah dan mudah. Iodimetri adalah titrasi langsung dengan
menggunakan larutan standar I2. Adapun fungsi dari penambahan amylum yaitu
untuk mempermudah dan memperjelas melihat perubahan warna saat titik akhir
titrasi.
8
dengan mengambil 20mL sampel vitamin C kemudian campur dengan 150mL
aquades dan 1mL indikator kanji di dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian
titrasikan larutan tersebut dengan iodin hingga didapat hasilnya.
Fungsi penambahan amilum sebagai indikator untuk menentukan titik
akhir titrasi, karena metode yang menggunakan titrasi langsung yang
melibatkan larutan iodin sebagai pentiter maka indikator yang cocok untuk
menentukan titik akhir reaksi yaitu dengan menggunakan larutan amilum. Hal
ini dikarenakan amilum bereaksi dengan iod, akan membentuk suatu kompleks
iod yang berwarna biru yang akan terlihat pada konsentrasi iod yang sangat
rendah. kompleks ion amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga
penambahan amilum biasanya pada titik akhir reaksi (pada saat akan dititrasi).
Pada saat sampel vitamin C yang sudah dicampur aquades didalam
erlenmeyer kemudian akan ditetesi dengan larutan amilum (kanji), setelah
ditetesi amilum tidak akan terjadi perubahan yang signifikan karena memang
sedikitnya amilum yang diberikan. Didapatkan titik akhir titrasi 21 mL. Sehingga
didapatkan kadar dari vitamin C dalam sampel 0,0004 %.
Kendala yang terjadi saat praktikum antara lain minimnya pengetahuan
dasar dalam penggunaan alat serta bahan, sehingga mengakibatkan kurangnya
ketelitian dalam melakukan percobaan serta beberapa faktor teknis seperti
kerusakan indikator oleh alat yang belum dibersihkan.
Potensi bahaya dalam praktikum ini lebih pada masalah alat yang hampir
semuanya terbuat dari kaca sehingga kita perlu berhati-hati dalam
memperlakukannya. Untuk potensi dari zat berbahaya adalah penggunaan
larutan yang mungkin dapat mengiritasi bagian tubuh yang terkena oleh larutan
tersebut sehingga kita harus berhati-hati.
9
VIII. Kesimpulan
1
0
X. Lampiran
1
1
10.2. Dokumentasi Praktikum
1
2
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 5
DERAJAT KEASAMAN
1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan harga pH dari beberapa
konsentrasi asam.
2. Praktikan mampu menentukan sifat asam dan basa dari
beberapa bahan melalui pengukuran pH
II. Prinsip
2
III. Dasar Teori
= [H+] [OH-]. Pada suhu kamar (25oC) harga Kw adalah 1,0 x 10 -14, sehingga [H+]
= 1,0 x 10-7. Jika dalam air murni ditambahkan zat yang bersifat asam atau basa,
maka akan merubah kesetimbangan air. Artinya [H +] dan [OH-] akan berubah. Pada
Definisi yang pertama dan yang paling sederhana untuk asam dan
basa adalah definisi archenius. Ia mengatakan bahwa asam adalah suatu zat yang
terdisosiasi dalam air untuk menghasilkan H+, sedangkan basa adalah suatu
zat yang terdisosiasi dalam air untuk menghasilkan OH-. Menurut Bronsted
lowry, asam adalah zat yang dapat memberikan proton sedangkan basa adalah
zat yang dapat menerima proton. Menurut Lewis asam adalah zat yang dapat
menerima elektron sedangkan basa adalah zat yang dapat memberikan elektron
(Bresnick,2002:60)
Asam dan basa mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat mempermudah kita
untuk mengenalnya. Namun sifat-sifat lain dari asam dan basa adalah pengaruhnya
pada indikator, suatu zat kimia yang warnanya tergantung dari keasaman atau
kebasaan larutan. Contoh yang khas adalah lakmus. Bila lakmus merah dicelupkan
ke dalam larutan basa, warna kertas lakmus merah akan berubah menjadi biru.
Sedangkan jika lakmus biru dicelupkan dalam larutan asam, maka warna kertas
lakmus biru akan berubah menjadi pink.
Alat yang sering digunakan dalam laboratorium adalah kertas indikator
universal. Penggunaan kertas indikator universal dilakukan dengan meneteskan
larutan yang akan diukur pHnya. Kemudian warna yang timbul pada kertas indikator
dibandingkan dengan suatu kode warna untuk menentukan pH larutan tersebut.
(Rahayu, 2009)
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Indikator universal
4. Gelas beaker
B. Bahan
1. CH3COOH 0,01 M
2. KCl 0,1 M
3. NaOH 0,1 M
V. Prosedur Percobaan
1. Pengenceran Larutan Sampel
2. Penentuan Harga pH
VI. Analisis Data dan Perhitungan
No Larutan Harga pH
1 CH3COOH 0,01 M 10 mL 5
2 KCl 0,1 M 10 mL 6
3 NaOH 0,1 M 10 mL 11
6.2. Perhitungan
6.2.1. Pengenceran
NaOH 1 M menjadi NaOH 0,1 M
M1 x V1 = M2 x V2 1
x 10 = M2 x 100
M2 = 0,1 M
M1 x V1 = M2 x V2
0,1 x 10 = M2 x 100
M2 = 0,01 M
6.2.2. Perhitungan pH
NaOH 0,1 N (Basa Kuat)
[OH-] = 10-1 N
pH = 14 - 1 = 13
CH3COOH 0,01 N ( Asam Lemah ) M
= 10-2 N
[H+] = ka.Ma
[H+] =
(1,76.10^5)x(10^2)
[H+] = 4,195x10-4
pH = -log[H+]
pH = -log[4,195x10-4]
pH = 3,38
pH =7
VII. Pembahasan
Pada praktikum derajat keasaman ini memiliki tujuan untuk sifat asam dan
basa dari beberapa bahan melalui pengukuran pH dan menentukan harga pH dari
beberapa konsentrasi asam. Prinsip yang digunakan dalam praktikum ini
menggunakan prinsip pengukuran melalui perubahan yang terjadi pada indikator
yang digunakan. Dalam kasus ini digunakan kertas indikator universal.
Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+)
yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Defenisi yang formal tentang pH
adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power
of Hydrogen. pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal
memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat
basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat
keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi.
Cara kerja yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan menguji setiap
larutan sampel sebanyak 10 mL yang kemudian diletakan pada tabung reaksi.
Kemudian dimasukan kertas indikator universal ke setiap tabung reaksi dan dilihat
perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi pada kertas indikator
ini kemudian dibandingkan dengan standar perubahan warna sesuai besar pH-nya
pada kemasan kertas indikator sehingga harga pH dari setiap sampel larutan dapat
diketahui.
Karena memiliki ion yang tidak larut secara sempurna didalam pelarut,
maka perhitungan ion sedikit berbeda karena ada faktor konstanta asam
maupun basa, sehingga konstanta tersebut dikalikan dengan konsentrasi
larutan yang kemudian diakar, sehingga diperoleh:
[OH-] = 10-1 N
pH = 14 - 1 = 13
CH3COOH 0,01 N ( Asam Lemah )
M= 10-2 N
[H+] = ka.Ma
[H+] =
(1,7
6
5) .10^
x
2) (10^
[H+] = 4,195x10-4
pH = -log[H+]
pH = -log[4,195x10-4]
pH = 3,38
KCl 0,1 M (Garam Netral)
pH = 7
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa larutan NaOH 0,1M bernilai pH 11, larutan
CH3COOH 0.01 N bernilai pH 5, dan larutan KCl 0.1 N bernilai pH
7. Sedangkan nilai pH dengan cara teoritis menunjukkan bahwa larutan
NaOH 0.1 N bernilai pH 13, larutan CH3COOH 0.01 N bernilai pH 3,38, larutan KCl
memiliki pH 7.
Faktor kesalahan dari percobaan ini adalah kurang teliti saat membandingkan
warna pada kertas indikator dengan warna yang tertera pada kemasan kertas
indikator. Faktor kesalahan ini dapat menyebabkan perbedaan harga pH yang
dihasilkan dari praktikum dengan harga pH hasil dari perhitungan. Untuk
menghindari kesalahan ini, maka percobaan harus dilakukan dengan cermat dan teliti
untuk memperoleh hasil yang akurat.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Sifat larutan yang diuji dapat memiliki sifat yang berbeda-beda, yaitu
bersifat asam, basa dan netral, dalam hal ini CH3COOh bersifat asam,
NaOH bersifat basa, sedangkan KCl bersifat netral.
2. Sifat larutan dapat ditentukan melalui pengukuran pH Larutan asam pH <
7 ; larutan pH > 7 ; larutan netral pH = 7.
3. Perbedaan yang terjadi antara hasil perhitungan dan hasil percobaan dapat
terjadi karena faktor kesalahan pengamatan ataupun faktor pengenceran
larutan.
4. Terdapat beberapa larutan yang memiliki sifat asam lemah maupun basa
lemah dikarenakan ion dari larutan tersebut tidak terlarut sempurna
dalam pelarut (air).
5. Pengenceran memengaruhi nilai pH dan kuatnya asam atau basa suatu
larutan.
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara
13
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
2. Pretest
1
4
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 6
REAKSI ASAM BASA
YOGYAKARTA
2019
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo
1
NIM Praktikan 19513045
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu menentukan molaritas larutan NaOH
dengan larutan standar asam oksalat
2. Praktikan mampu menetapkan kadar asam cuka perdagangan
2
III. Dasar Teori
ekuivalen, dua larutan akan bereaksi dengan tepat satu sama lain bila keduanya
mengandung gram ekuivalen yang sama. Dalam hubungan ini, kedua normalitas
harus dinyatakan dengan satuan yang sama, demikian juga kedua volume (Brady,
1990).
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Labu ukur 100 mL
2. Timbangan analitik
3. Buret 50 mL
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Pipet ukur 10 mL
6. Kaca arloji
7. Pipet tetes
8. Karet hisap
9. Sendok sungu
B. Bahan
1. Asam oksalat kristal
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Asam cuka perdagangan
4. Indikator Pp
V. Prosedur Percobaan
V NaOH 10 10 10
6.2. Perhitungan
6.2.1. Penetapan Molaritas NaOH
Diket :
Mr H2C2O4.H2O = 126 g/mol m Vol. H2C2O4 = 100 mL
H2C2O4.H2O = 1,26 g V NaOH = 10 mL
= 0,1 M x 6,25 mL
= 0,625 mmol
Cara kerja pada percobaan ini dibagi menjadi dua, yaitu dalam
penentuan molaritas NaOH dan penentuan kadar asam cuka
perdagangan. Adapun penentuan molaritas NaOH dimulai dari
menimbang 1,26 gram asam oksalat yang kemudian dilarutkan terlebih
dahulu dalam labu ukur dan kemudian diencerkan dengan aquades
hingga 100 mL yang kemudian dimasukan ke buret 50 mL untuk
dititrasi. Sedangkan untuk larutan NaOH, dimasukan ke erlenmeyer
250 mL sebanyak 10 mL dan ditambahi 10 mL aquades dan ditetesi 1-
2 tetes indikator Pp. Larutan NaOH ini kemudian dititrasi dengan
larutan asam oksalat yang telah disiapkan sebelumnya hingga warna
NaOH berubah menjadi bening dan titrasi ini dilakukan tiga kali.
+ H2O
Reaksi yang terjadi pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi. Yaitu
antara asam oksalat, yang merupakan asam kuat dan NaOH(basa kuat).
Titrasi dilakukan dua kali agar diperoleh data yang mendekati
kebenaran atau data yang akurat. Data yang diperoleh adalah sebagai
berikut : pada titrasi pertama, untuk mendapatkan titik ekivalen
diperlukan asam oksalat sebanyak 11,9 mL. Titrasi kedua, diperlukan
asam oksalat sebanyak 15 mL. Sehingga dapat diperoleh volume rata-
ratanya 13,45 mL dan dari perhitungan diperoleh hasil bahwa
kosentrasi NaOH yang sesungguhnya adalah 0,125 N.
14
VIII. Kesimpulan
1. Reaksi asam dan basa merupakan reaksi yang melibatkan reagen asam dan
basa yang dapat menghasilkan garam dan air
2. Titrasi volumetri adalah metode analisis kimia yang dilakukan untuk
menentukan banyaknya volume larutan yang konsentrasinya sudah
diketahui dengan tepat yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan
yang dianalisis.
3. Titrasi dapat digunakan untuk menentukan kemolaran dan kadar dari suatu
larutan.
4. Kadar asam cuka perdagangan dalam sampel tersebut sebesar kurang lebih
16,8 %
6,25 mL
Praktikum Kimia Dasar 2019/2020
Laporan Semester Ganjil
2. Pretest
17
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
PERCOBAAN 7
REAKSI DALAM LARUTAN
1
Nama Praktikan : Ibnu Subagiyo
I. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu mempelajari reaksi yang berlangsung dalam larutan..
2. Praktikan mampu menghitung konsentrasi larutan dan menentukan
persamaan reaksi yang terjadi.
2
III. Dasar Teori
Pereaksi dan hasil reaksi yang berada dalam bentuk larutan (solurion)
sebenarnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut (solvent)
yang merupakan substansi pelarut zat. Komponen ini menentukan wujud
larutan sebagai gas, padatan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute):
merupakan substansi yang terlarut dalam solvent. Misalnya bila tertulis: NaCl
(aqueous) maka artinya NaCl sebagai solute dan aqua atau H 2O sebagai
solvent (Barsasella, 2013: 55).
Untuk mengukur konsentrasi zat pada reaksi dilakukan titrasi—suatu
teknik penambahan sejumlah volume yang terukur secara akurat pada
konsentrasi yang tepat suatu larutan ke dalam larutan lain yang akan diukur
konsentrasinya. Ketika kedua zat telah mencapai konsentrasi yang sama,
pada titik ekivalen, maka ditandai oleh perubahan fisik, seperti warna dari
larutan. Biasanya perubahan warna tersebut akibat penambahan beberapa
tetes zat indicator asam-basa—yakni senyawa yang menunjukkan warna
dalam bentuk molekul netral yang berbeda dari bentuk ionnya (Purwoko,
2008: 55).
Perubahan warna pada titrasi menandakan telah tercapainya titik
akhir titrasi, diberi nama demikian karena pada titik ini penetesan larutan
penitrasi dihentikan dan volumenya dicatat. Salah satu reaksi yang sering
digunakan dalam titrasi adalah netralisasi asam-basa. Biasanya, sebagai
larutan asam diletakan pada Erlenmeyer atau gelas kimia. Indicator adalah
suatu zat yang mempunyai warna dalam keadaan asam dan basa berlainan.
Misalnya lakmus dalam suasana asam akan berwarna merah sedangkan
dalam keadaan basa warnanya biru. Indikator lain yang biasa digunakan
dilaboratorium adalah fenolftalen. Fenolftalen dalam suasana asam tak
berwarna sedangkan dalam suasana basa berwarna mera muda/pink
(Brady,1999:218)
3
IV. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Erlenmeyer 250 mL
2. Pipet ukur 5 mL
3. Pipet tetes
4. Buret
5. Gelas beaker 100 mL
6. Gelas ukur 100 mL
7. Karet hisap/propipet
8. Sendok sungu
9. Corong kaca
10. Gelas arloji
B. Bahan
1. NaCl 0,1 N
2. HCl 0,1 N
3. KCl 0,1
4. AgNO3 0,01N
5. K2CrO4 5 %
4
V. Prosedur Percobaan
1. NaCl
2. KCl
5
3. HCl
6
VI. Analisa Data dan Pengamatan
V AgNO3 0,01N
V rata-rata
Titrasi I Titrasi II Titrasi III
6.2. Perhitungan
1. N NaCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V NaCl x N NaCl
1,7 mL x 0,01 N = 10 mL x N NaCl
N NaCl = 1,7x10-3 N
2. N HCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V HCl x N HCl
6,7 mL x 0,01 N = 10 mL x N HCl
N HCl = 6,7x10-3 N
3. N KCl
V AgNO3 x N AgNO3 = V KCl x N KCl
7,3 mL x 0,01 N = 10 mL x N KCl
N KCl = 7,3x10-3 N
7
VII. Pembahasan
Reaksi dalam larutan adalah reaksi yang terjadi pada molekul dalam
larutan. Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik. Banyak reaksi, baik di dalam laboratorium maupun di alam
lingkungan kita, satu atau lebih pereaksi berada di dalam larutan. Zat yang
bereaksi larut dalam larutan dicampur dengan zat lain dan akan terjadi kontak
antar partikel-partikel dalam larutan sehingga reaksi akan berlangsung lebih
cepat.
Salah satu metode umum yang digunakan pada reaksi dalam larutan
adalah titrasi. Titrasi adalah salah satu metode kimia untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku.
Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan beberapa tetes
indikator, kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan
warna indikator. Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi
asam-basa. Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu asidimetri (penetuan
konsentrasi larutan basa dengan menggunakan larutan baku asam) dan
alkalimetri (penentuan konsentrasi larutan asam dengan menggunakan
larutan baku basa).
8
Selanjutnya, ke dalam larutan yang akan dititrasi diteteskan indikator asam-
basa. Penempatan larutan dalam buret dan labu titrasi boleh ditukar. Larutan
baku boleh dijadikan larutan penitrasi dan boleh juga dijadikan larutan yang
akan dititrasi.
9
Kesalahan mengamati perubahan warna
Kurang teliti dan terlalu tergesa –gesa dalam pengamatan
Dalam bidang teknik lingkungan, reaksi dalam larutan ini akan sangat
berguna ketika kita ingin mencocokan dengan standar baku lingkungan
melalui berbagai reaksi, seperti analisis asam-basa, kesadahan, zat organik,
dan sebagainya yang semuanya membutuhkan faktor larutan sebagai
pereaksinya.
10
VIII. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan;
4.Suatu reaksi dalam larutan tidak selalu dilihat dengan terbentuk endapan.
Purwoko, Agus Abhi. 2010. Kimia Dasar II. Mataram: Arga Puji Press.
11
X. Lampiran
12