Perencanaan Dan Resiko Usahatani
Perencanaan Dan Resiko Usahatani
Perencanaan Dan Resiko Usahatani
USAHATANI
PERENCANAAN USAHATANI
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan
kembali sumberdaya usahatani, perencana tertarik untuk mengevaluasi
akibat yang disebabkan oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun
organisasinya,perencanaan dapat dilakukan pada usahatani sebagai satu
kesatuan (whole farm planning) atau sebagian saja (partial analysis).
Pembicaraan dalam bab ini masalah perencanaan usahatani sebagai
satu kesatuan, jadi anggaran disusun berdasarkan semua penerimaan
dan pengeluaran usahatani yaitu dengan data masa lalu yang mewakili
populasi usahatani dan dengan metode penyuluhan massal
A. Perencanaan meliputi 3 langkah pokok, yaitu:
1. Menyusun rencana terperinci mengenai cabang-cabang usaha
dan metode produksi yang akan digunakan
Contoh : - macam tanaman
- jumlah ternak yang akan diusahakan
- perincian varietas tanaman
- waktu penanaman
- macam pupuk dan obat-obatan yang dipakai
- intensitas penyiangan dll
2. Menguji rencana yang telah diperinci itu kaitannya dengan sumberdaya
yang diminta dan apakah konsisten dengan kendala-kendala
sumberdaya yang ada dan faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti
institusional, kelembagaan, sosial dan kebudayaan.
3. Mengevaluasi rencana dan menyusun urutan-urutan rencana
alternatif berdasarkan patokan yang sesuai, misalnya standart
yang digunakan adalah penghasilan bersih usahatani, maka alat
yang bisa digunakan adalah metode anggaran (budgeting method)
dan perencanaan linier (linier programming).
Dalam kegiatan usahatani diperlukan penyusunan anggaran
kegiatan (activity budget). Activity budget merupakan suatu daftar informasi
mengenai teknologi produksi tertentu. Informasi tersebut bisa dikumpulkan
dari : survey usahatani, catatan usahatani, penyuluh yang berpengalaman,
data experimen dll.
Terdapat 2 istilah dalam Activity budget, yaitu :
1. Cabang usahatani (enterprise): produksi komoditi tertentu untuk
keperluan dijual atau memenuhi konsumsi sendiri (misalnya padi
dan jerami).
2. Kegiatan (activity) : metode tertentu untuk memproduksi tanaman
atau mengusahakan ternak (misalnya padi sawah irigasi dan padi
lahan kering adalah kegiatan yang berbeda tetapi cabang
usahanya sama).
Pendapatan kotor
yang diharapkan (E)
(E,V) :
Efficient
set
Ragam
Pendapatan
Gambar 9. Risk Programming
4. Systems simulations: merupakan cara untuk menirukan kegiatan
usahatani melalui suatu model tertentu. Model yang digunakan mulai
dari model yang sederhana hingga model yang rumit dan menunjukkan
hubungan timbal balik antara proses biologi, ekonomi dan sosial yang
mempengaruhi kegiatan usahatani.
Ada yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kombinasi cabang
usaha dan faktor produksi, antara lain:
a. Kombinasi cabang usaha akan dapat menjadi kelestarian tanah
b. Kombinasi cabang usaha akan mengurangi resiko kegagalan panen
dan kerugian finansial
c. Kombinasi cabang usaha yang tepat akan merendahkan efisiensi dan
biaya yang cukup tinggi
d. Kombinasi cabang usaha harus menyadari hubungan antara kombinasi
tersebut yaitu hubngan yang bersaing suplementer dan komplementer
e. Perencanaan usahatani harus berorientasi ke depan.
Tata cara perencanaan usahatani:
1. Survei pendahuluan kondisi usahatani: Informasi dan data sekunder
dikumpulkan baik berasal dari lembaga, penelitian pertanian, peramalan
cuaca, sensus, statistika termasuk hasil-hasil penelitian usahatani dan
kegiatan pembukaan usahatani oleh petani setempat.
2. Diagnosa hambatan dan kekurangan petani:
a. Keadaan tanah usahatani serta kualitas untuk kesesuaian tanaman
dan ternak, keadaan penjagaan kelestarian tanah, bangunan, alat
dan modal, penggunaan input.
b. Pilihan alternatif kini dan optimasi yang memungkinkan untuk
meberikan pendapatan yang tinggi dan gejala adanya permintaan
yang tinggi yang lebih menguntungkan
c. Tingkat produksi tanaman dan ternak per satuan usaha prospektif
standart teknologi, tentang adanya varietas baru yang lebih
unggul.
d. Pengaruh dan efisiensi penggunaan tenaga kerja, perubahan
metode, tipe dan biaya, alat dan tenaga, letak dan pengaturan
letak berusaha.
e. Evaluasi skema pembagian usahatani dan perubahan yang
diterapkan, membuat rencana dan anggaran biaya usahatani.
RESIKO USAHATANI
Usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai
usahawan yang mengorganisisr lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal
yang ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan
pada pencarian pendapatan maupun tidak. Sebagai usahawan dimana
petani berhadapan dengan berbagai permasalahan yang perlu segera
diputuskan. Salah satu permasalahan tersebut adalah apa yang harus
ditanam petani agar nantinya usaha yang dilakukan tersebut dapat
memberikan hasil yang menguntungkan, dengan kata lain hasil tersebut
sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah
adanya fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, 1993).
Sebagai contoh, ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam
agribisnis kedelai disebabkan faktor alam seperti hama dan penyakit,
curah hujan yang deras pada saat panen. Sedangkan ketidakpastian
akibat fluktuasi harga disebabkan oeh ketergantungan harga kedelai lokal
terhadap kedelai impor yang terus mengalami perubahan.
Sikap petani terhadap resiko berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yaitu apabila petani
berani menanggung resiko maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan
faktor produksi sehingga efisiensi juga lebih tinggi.
Perilaku petani dalam menghadapi resiko terbagi dalam tiga macam
fungsi utilitas (Lyncolin,1995) yaitu :
a. Fungsi utilitas untuk risk averter atau orang yang enggan terhadap
resiko
b. Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang yang netralterhadap
resiko
c. Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang berani menanggung
resiko
Setiap pekerjaan yang telah direncanakan secara maksimal akan
meminta pertimbangan antara pengorbanan dan faedah. Begitu pula
pada sektor produksi, untuk setiap kebutuhan ekonomis perlu diadakan
perhitungan antara hasil yang diharapkan dengan biaya yang harus
dikeluarkan untuk mencapai tujuan/hasil tersebut. Demikian pula sektor
pertanian, khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus
dianggap suatu perusahaan, agar biaya dan hasil yang didapatkan harus
diadakan perhitungan untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi serta
tingkat resiko dari usahatani tersebut.
Untuk menganalisis resiko yang dialami dalam usahatani, dapat
dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
lebih berdasarkan pada penelitian subjektif dari pengambilan keputusan.
Sedangkan pendekatan kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan
nilai hasil yang diharapkan sebagai indikator probabilitas dari investasi dan
ukuran ragam (variance) dan simpangan baku (standart deiviation) sebagai
indikator resikonya. (Ichsa, 1998)
Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani. Hubungan
ini biasanya diukur dengan koefisien variasi atau tingkat resiko terendah
dan batas bawah pendapatan. Koefisien variasi atau tingkat resiko terendah
merupakan perbandingan antara resiko yang harus ditanggung oleh petani
dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah
modal yang ditanamkan dalam proses produksi, koefisien variasi dapat juga
digunakan untuk memilih alternatif yang memberikan resiko paling sedikit
dalam mengharapkan suatu hasil (Kadarsa, 1995). Sedangkan batas atas
pendapatan menurut Hernanto (1998), adalah menunjukkan nilai nominal
pendapatan terendah yang mungkin diterima oleh petani.
Menurut Lipsey (1995) menyatakan bahwa “kurva biaya rata-rata
jangka panjang berbentuk U atau membentuk cawan”. Biaya yang semakin
menurun dan kemudian naik. Perluasan output dimungkinkan penurunan
biaya per unit output. Hal ini disebut sebagai biaya per unit output atau
disebut keekonomian skala (economic scale). Gambar kurva U sebgai
berikut:
Biaya per unit
C2
Tingkat Biaya yang
C0 E0 dapat dicapai
C1 E1
LRAC
Tingkat Biaya yang tidak dapat dicapai
0 q0 q1 qm
Output per periode