Laporan PKL Erich Lengkap
Laporan PKL Erich Lengkap
Laporan PKL Erich Lengkap
OLEH :
ERICH FATMAWATI
NIM : 1855213015
i
HALAMAN PENGESAHAN
Erich Fatmawati
NIM : 1855213015
Pembimbing
Mengesahkan Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan Ketua Program Studi Agrobisnis Perikanan
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan tentang Teknik Pembekuan Ikan Layur
(Trichiurus lepturus) dengan Metode Air Blast Freezing ini dapat terselesaikan. Laporan ini
berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di PT. Mega Teknik
Pembangunan pada tanggal 1 Februari – 29 Februari 2020.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih belum sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
kesempurnan dimasa mendatang. Penulis berharap Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 7
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 8
1.3 Manfat ...................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Karakteristik Ikan Layur .......................................................................... 9
1.2 Tingkat Kesegaran Ikan ........................................................................... 11
1.3 Teknologi Pembekuan ............................................................................. 12
1.4 Proses Pembekuan ................................................................................... 13
1.5 Metode Pembekuan Air Blast Freezing ................................................... 15
1.6 Langkah-langkah Pembekuan Ikan .......................................................... 18
BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................... 20
3.2 Metode Kerja ............................................................................................ 20
3.3 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi ............................................................................. 22
4.2 Proses Produksi ......................................................................................... 23
4.3 Hambatan dan Upaya Penanggulangan .................................................... 31
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 32
5.2 Saran ......................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 34
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini masyarakat di negara maju maupun di negara berkembang telah memiliki
kesadaran untuk mengonsumsi ikan sebagai sumber untuk mendapatkan protein selain dari hasil
peternakan. Mengonsumsi ikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein namun sudah
menjadi bagia dari diet dan gaya hidup. Untuk mendapatkan manfaat dari ikan tersebut tentu
harus diimbangi dengan kualitas yang bagus sehingga gizi yang didapat tidak hilang ataupun
rusak. Sebagaimana diketahui bahwa hasil ikan merupakan sumber protein hewani yang
potensial tetapi ikan memiliki kelemahan. Sifat yang mudah mengalami kerusakan atau
kemunduran mutu sehingga dibutuhkan penanganan yang cermat, cepat, dan tepat untuk
menghindari terjadinya kemunduran mutu.
Penanganan ikan yang baik akan mempengaruhi proses tahapan mutu ikan yang akan
diterima oleh konsumen akhir, sedangkan penanganan ikan yang buruk menyebabkan penurunan
mutu produk yang akan mepengaruhi terjadinya pembusukan yang lebih cepat. Pada prinsipnya
pendinginan adalah penanganan ikan dengan cara mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu
serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan tidak dapat
mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, semakin besar penurunan
aktivitas bakteri dan enzim. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi,
es, slurry ice (es cair), dan air laut dingin. Penanganan ikan ini tidak hanya ditujukan untuk
mempertahankan kesegaran ikan, tetapi juga untuk menganekaragamankan bentuk penyajian,
dan meningkatkan daya simpan ikan.
Produk-produk beku dan fresh (cold product) merupakan salah satu diversifikasi produk
pengolahan berupa pembekuan. Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan
pangan yang lebih baik dari pada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu rendah
(pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba, mencegah terjadinya reaksi-reaksi kimia dan
aktivitas enzim yang merusaka kandungan gizi bahan pangan. (Frazier, 1977)
Ikan merupakan sumber protein yang sangat potensial dan sangat diperlukan oleh
manusia, selain itu protein adalah komponen terbesar setelah air yang terdapat pada daging ikan.
Ikan layur (Trichiurus lepturus) memiliki nilai ekonomis yang tinggi dikarenakan ikan ini
7
memiliki , kandungan gizi yang cukup tinggi. Menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan
(2012), kandungan gizi dan vitamin pada 100 gram ikan layur memiliki kandungan energi 82
kkl; protein 18 g; karbohidrat 0,4 g; lemak 1 g; kalsium 48 mg; fosfor 229 mg; zat besi 2,2 mg;
vitamin A 15 IU; vitamin B1 0,04 mg. Tingginya kandungan protein dan kadar air pada tubuh
ikan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, oleh karena itu ikan adalah
komoditi yang mudah rusak atau cepat mengalami kemunduran mutu (Hadiwiyoto, 1993). Untuk
mempertahankan gizi, kesegaran, rasa, dan memperpanjang daya simpan ikan banyak upaya
yang dapat dilakukan melalui pengawetan, salah satunya yaitu dengan cara pendinginan.
Metode Air Blast Freezing adalah tipe pembekuan yang umum, yaitu ruang pendingin
yang diisi denga udara yang didinginkan. Menurut Ilyas (1993), prinsip kerja air blast freezer
udara beku bersuhu sangat rendah ditiupkan melalui gulungan pipa evaporator ke permukaan
produk ikan oleh kipas yang mengedarkan ulang udara beku itu selama proses pembekuan. Jadi,
panas dari ikan dan ruang serta penghantaran panas ke gulungan evaporator (yang refrigeratnya
bersuhu beberapa derajat celcius lebih rendah daripada alat pembeku), dilakukan oleh edaran
ulang udara pembeku tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dilakukan Praktek Kerja Lapangan di sebuah
pabrik pengolahan ikan beku. Perusahaan yang dituju adalah PT. Mega Teknik Pembangunan
yang telah terjamin mutu dan kualitasnya serta telah memasarkan produknya sampai ke luar
negeri yakni Cina.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah mengtahui teknik
pembekuan dengan metode Air Blast Freezing (ABF) pada produk ikan layur (Trichiurus
lepturus) di PT. Mega Teknik Pembangunan, Kupang.
1.3 Manfaat
Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan mengenai teknik pembekuan Ikan Layur (Trichiurus lepturus).
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan layur (Trichiurus lepturus) mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut : badan
sangat panjang, pipih seperti pita terutama bagian ujung belakang ekor, dalam bahasa inggris
disebut hairtail. Ikan ini memiliki mulut lebar dilengkapi dengan gigi tangkap yang kuat dan
tajam. Rahang bawah lebih besar jika dibandingkan dengan rahang atas. Sirip punggung
9
memanjang mulai dari atas kepala sampai pangkal ekor. Memiliki jari-jari lemah berjumlah 105-
134. Sirip dubur tumbuh kurang sempurna dan berjari-jari lemah sejumlah 72-80 berupa deretan-
deretan duri kecil, tidak terdapat sirip perut dan garis rusuk terlihat jauh dibagian bawah badan.
Ikan layur dalam keadaan hidup berwarna biru kegelapan, sedangkan dalam keadaan mati ikan
ini berwarna perak keabuan atau sedikit keunguan. Bagian atas kepala berwarna ungu agak
gelap. Sirip-siripnya sedikit kekuningan atau kuning dengan pinggiran gelap (Direktorat Jenderal
Perikanan, 1998).
Penampakan Ikan cemerlang mengkilap sesuai jenisnya, badan ikan utuh, tidak
rusak fisik, bagian perut masih utuh dan lubang anus tertutup
Mata Cerah (terang), selaput mata jernih, pupil hitam dan menonjol
10
Insang Insang berwarna merah cemerlang atau sedikit kecoklatan, tidak
ada lendir atau sedikit
Bau Segar spesifik menurut jenisnya atau sedikit bau amis yang lembut
Tekstur dan Daging Ikan kaku atau masih lemas dengan daging kenyal, jika ditekan
dengan jari cepat pulih kembali, sisik tidak mudah lepas, jika
daging disayat tampak jaringan antar daging masih kuat dan
kompak, sayatan cemerlang dengan menampilkan warna daging
ikan asli
Sumber : Yunizal dan Wibowo (1998)
11
semua hal tersebut dapat dicapai dengan mempertahankan kualitas makanan seperti nilai nutrisi,
sifat organoleptik, dan sebagainya.
12
pendingin, ukuran ikan, suhu ikan dan angka (koefisien) hantaran panas. Suhu pembekuan
adalah suhu akhir pembekuan yang dikehendaki dan pada suhu pembekuan titik beku ikan sudah
melampaui sehingga menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri.
Proses pembekuan merupakan hal yang mempengaruhi penetrasi ice front ke dalam tubuh
ikan. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2000) adalah kcepatan pembekuan tersebut. Makin cepat
ice front melapisi seluruh bagian tubuh ikan, maka semakin besar kecepatan pembekuan.
Menurut kecepatannya, pembekuan ikan digolongkan menjadi dua, yaitu pembekuan cepat
(quick freezing) yang membutuhkan waktu kurang dari dua jam dan pembekuan lambat (slow
frozen) yang membutuhkan waktu lebih dari dua jam.
Perbedaan dari kedua pembekuan tersebut adalah ukuran kristal es yang terbentuk dan
kualitas produk akhirnya. Pembekuan cepat akan menghasilkan kristal es berukuran relatif kecil
dan seragam, sedangkan pembekuan secara lambat akan dihasilkan kristal es berukuran relatif
besar. Semakin besar ukuran kristal es, maka semakin besar kemungkinan terbentuknya rongga
didalam tubuh ikan sehingga merusak jaringan tubuh ikan. Hal ini akan berdampak menurunnya
mutu ikan saat proses thawing selesai (Afrianto dan Liviawaty, 2000).
Setelah diketahui faktor yang mempengaruhi, maka diciptakan alat pendingin yang
digunakan dalam proses pembekuan ikan yang disebut freezer. Pada prinsipnya, alat ini akan
menyerap panas dari dalam tubuh ikan dan memindakannya ke tempat lain dengan perantara
obat pendingin (refrigerant).
Afrianto dan Liviawaty (2000) menjelaskan bahwa slow freezing terdiri dari sharp
freezer dan multi-plate freezer karena waktu yang dibutuhkan untuk membekukan ikan adalah 3-
5 jam. Quick freezing terdiri dari air blast freezing, contact plate freezing, individual quick
freezing, dan brine freezing.
13
tertentu. Hilangkan berat dari produk juga dapat menjadi akibat kontak langsung antara kontak
langsung antara produk dan air yang mampu mengangkat kandungan air dalam produk makanan,
terutama jika temperatur dan kelembapan memungkinkan.
Sirkulasi udara dapat dilakukan secara alami maupun secara mekanis dengan
menngunakan kipas.
14
2.5.1 Bagian-bagian Air Blast Freezer
Mesin yang dapat menghasilkan suhu dingin terdiri atas berbagai alat yang satu sama lain
saling terkait. Menurut Irawan (1995), peralatan yang saling terkait tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Casis/body. Dinding kamar pendingin biasanya terdiri atas tiga lapis, yaitu bagian luar,
lapisan dalam, dan dinding bagian dalam. Dinding bagian luar terbuat dari logam tahan
karat, kemudian lapisan dalam terbuat dari bahan-bahan yang mampu mempertahankan
suhu dingin di dalam ruang mesin itu, sedangkan pada dinding bagian dalam terbuat dari
logam yang tahan karat pula.
2. Kompresor. Peralatan ini merupakan inti dan berfungsi untuk menghisap dan menekan
refrigant (bahan pendingin) sehingga beredar ke seluruh unit tersebut. Kompresor
bergerak atau berputar karena adanya motor penggerak.
3. Kondesor digunakan untuk menurunkan suhu refrigant yang mengalir di dalamnya.
Untuk memperlancar sistem pendingin dan sirkulasi udara pada kondesor, ada dua cara
yang biasa diterapkan, bisa menggunakan sistem pendingin dengan air dan bisa juga
dengan kipas. Jadi dapat dikatakan bahwa bagian kondesor ini digunakan untuk merubah
panas yang dibawa oleh bahan pendingin menjadi suhu dingin, sehingga refrigant akan
kehilangan panas dan berubah sifatnya dari gas ke cair lagi.
4. Evaporator. Bentuk bagian evaporator nyaris sama dengan kondesor. Perbedaannya
adalah pipa yang digunakan biasanya berdiameter lebih besar dibanding kondesor. Funsi
utamanya adalah menguapkan cairan yang berasal dari pipa kapiler. Cairan refrigant yang
masuk pada evaporator tekanannya akan rendah sekali, sehingga panasyang ada pada
cairan tadi akan menguapan menyerap panas yang berada di sekelilingnya sehingga
terjadi pendinginan/pembekuan.
15
pendingin tadi mulai menyerap. Penguapan refrigant bertekanan rendah menyebabkan
tertariknya sejumlah panas yang diperlukan untuk mengubah bentuk zat dari keadaan cair ke gas
dan diambil dari bahan makanan yang akan didinginkan. Karena pelepasan panas itu, suhu bahan
makanan yang didinginkan turun. Gas refrigant lalu dihisap oleh kompresor dan dimampatkan
sampai tekanan yang sebanding dengan suhu pada keadaan jenuh, yaitu beberapa derajat lebih
tinggi dari suhu air pendingin di dalam kondesor. Di kondesor panas dari gas refrigant berekanan
tinggi itu akan berpindah ke air, yang mengakibatkan gas itu mengembun jadi refrigant cair.
Kemudian refrigant cair bertekanan tinggi ini siap untuk mengulangi siklusnya, yaitu masuk dan
disemprotkanke dalam evaporator lewat klep ekspansi.
Cara kerja Air Blast Freezing secara keseluruhan menurut Purwaningsih (1994), di dalam
suatu blast freezer, udara dingin disirkulasikan sekitar produk yang dibekukan dengan
pertolongan panjang kuat. Agar pembekuan berlangsung cepat, udara dingin itu harus beredar
sekitar produk dengan kecepatan lebih dari 500 kaki/menit.
Cara kerja dari alat pembeku air blast freezer yang digunakan untuk membekukan ikan
sebagai berikut :
1. Produk yang akan dibekukan terlebih dahulu disemprot dengan air dingin (pre cooling)
yang bertujuan untuk menurunkan suhu sebelum pembekuan sehingga kerusakan pada
produk selama pembekuan dapat dihindari.
2. Produk tersebut (ikan) kemudian dimasukkan ke dalam kamar yang sisi-sisina di insulasi
agar tidak dapat ditembus oleh panas dari luar, selanjutnya dogantung di atas dua
penyangga dengan menggunakan tali.
3. Udara beku bersuhu sangat rendah (-60°C) ditiup melalui gulungan pipa evaporator ke
permukaan oleh kipas yang mengedarkan ulang udara beku selama proses pembekuan
tersebut.
4. Panas dari ikan dan ruangan pembeku serta penghantar panas ke gulungan evaporator
(yang refrigantnya besuhu beberapa derajat celcius lebih rendah dari ala pembeku),
dilakukan oleh edaran ulang udara pembeku tersebut.
5. Produk (ikan) kemudian dikeluarkan dari kamar bekuuntuk disimpan dalam cold storange
Menurut Ilyas (1993), prinsip kerja air blast freezer adalah udara beku bersuhu sangat
rendah ditiup melalui gulungan pipa evaporator ke permukaan produk ikan oleh kipas yang
16
mengedarkan ulang udara beku itu selam proses pembekuan. Jadi, panas dari ikan dan ruang
pembeku serta penghantar panas ke gulungan evaporator (yang refrigantnya bersuhu bberapa
derajat celcius lebih rendah daripada alat pembeku), dilakukan oleh edaran ulang udara pembeku
tersebut.
2.6.2 Pencucian
Pencucian ikan dilakukan untuk memebersihkan ikan dari sisa-sisa proses sebelumnya
sehingga ikan benar-benar bersih. Hadiwiyoto (1993) mengemukakan, pencucian ini dilakukan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada ikan, oleh karena itu diperlukan
pencucian. Apabila ikan tersebut tidak dicuci, selain kenampakan yang tidak bagus juga dapat
menyebabkan ikan dapat cepat busuk karena banyak mengandung mikroba yang terdapat pada
kotoran tersebut. Pencucian sebaiknya dilakukan menggunakan air dingin yang bersuhu sekitar ±
4°C.
2.6.3 Penyortiran
Penyortiran merupakan pemisahan produk menurut jenis, ukuran dan tingkat kesegaran
serta bagian-bagian yang tidak diinginkan (Hadiwiyoto, 1993). Penyortiran dilakukan terhadap
kesegaran ikan meliputi warna, bau, dan tekstur lalu dipisahkan berdasarkan ukuran yang telah
ditetapkan.
17
2.6.4 Penyusunan
Penyusunan ikan dilakukan dengan cara menata ikan ke dalam wadah/pan blok (untuk
produk blok) dan pan panjang/talam dengan dilapisi plastik. Penyusunan ini bertujuan agar ikan
yang hendak dibekukan baik dan teratur.
2.6.5 Pembekuan
Pembekuan dapat memperpanjang daya simpan produk ikan sekaligus berperan dalam
menurunkan jumlah bakteri didalamnya. Pembekuan dengan Air Blast Freezer cukup fleksibel
karena dapat membekukan lebih dari satu macam produk dan dalam jumlah banyak.
2.6.6 Pengemasan
Produk ikan layur beku dikemas dengan plastik LLDPE atau sesuai dengan permintan
pelanggan. Kemasan direkatkan dan diberi label. Plastik LLDPE (Linier Low Density
Polyethylene), salah satu jenis plastik bersifat lembut dan fleksibel yang biasa digunakan sebagai
plastik jernih pembungkus minuman/makanan, kemasan barang, dan sebagainya.
18
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
19
penimbangan II, pencucian II, penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan,
penyimpanan beku, penimbangan III, dan pemuatan.
B. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada responden atau informan. Wawancara pada Praktek Kerja Lapangan ini
dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai teknik pembekuan ikan, struktur organisasi,
produksi, pemasaran, dan hambatan yang dihadapi dalam proses kegiatan pembekuan ikan layur
di PT. Mega Teknik Pembangunan.
C. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan, seperti
majalah, jurnal, buku, dan lain sebagainya.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Direktur
Law Agwan
22
dalam terlaksananya proses produksi. Bangunan kantor terletak diatas ruang produksi sehingga
dapat mengawasi kinerja karyawan. Alat-alat penunjang proses produksi terdiri dari meja
stainless steel, timbangan, bak fiberglass, keranjang plastik, pan pembeku, sepatu boots, boks
ikan, selang.
Penimbangan I
Pencucian I
Sortir
Penimbangan II
Pencucian II
Penyusunan
23
Pembekuan
Ruangan penyimpanan
Pada tahap pertama penerimaan bahan baku, ikan layur diturunkan dari mobil atau truk.
pembekuan
Seluruh bahan baku yang diterima dikemas di dalam boks fiber berinsulasi dalam keadaan
bersih. Bahan baku diterima di area penerimaan yang bersih, dengan peralatan yang bersih dan
ditangani secara tepat dan benar. Bahan baku dibongkar dengan hati-hati dan cepat. Bahan baku
diberi perlakuan pengujian untuk mengamati kondisi visual ikan yang meliputi bau, warna,
kekenyalan daging, insang mata. Jika bahan baku tidak memenuhi kriteria, antara lain kualitas
kesegarannya maupun ukurannya, maka bahan baku tersebut ditolak atau dikembalikan kepada
pemasok.
Setelah mendapat bahan baku yang sesuai maka ikan akan diturunkan ke keranjang
plastik. Keranjang yang berisi ikan kemudian disiram dengan air dingin ≤ 5°C yang telah
disediakan untuk memisahkan dari sisa es dan benda asing. Bahan baku kemudian diperiksa
kembali untuk menghindari kemungkinan adanya benda asing dan pembususkan.
4.2.2 Penimbangan I
24
Penimbangan I dilakukan setelah tahapan penerimaan bahan baku. Penimbangan ini
dilakukan untuk mengetahui berat ikan utuh secara keseluruhan. Penimbangan dilakukan dengan
cepat dan hati-hati. Alat timbangan yang digunakan dipastikan telah bersih sebelum digunakan
dan dijaga kebersihannya. Alat timbang yang digunakan adalah alat yang telah di kalibrasi.
Wadah/keranjang kosong diletakkan pada timbangan untuk menentukan defiasi. Hasil
penimbangan dicatat oleh bagian tally produksi.
4.2.3 Pencucian I
Pencucian I bertujuan untuk menghilangkan kotoran fisik pada tubuh ikan. Pencucian ini
dilakukan selama serangkaian proses produksi. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air
bersih. Bahan baku dimasukkan ke dalam keranjang berlubang, kemudian bahan baku dibilas.
Pencucian dilakukan secara hati-hati dan cepat. Suhu dijaga selama penanganan pada ≤ 5°C.
25
Gambar 4.5 Pencucian I
4.2.4 Penyortiran
Penyortiran dilakukan setelah tahap pencucian I. sortasi dilakukan dengan menggunakan
meja sortir. Pross ini dilakukan dengan menggunakan meja sortir. Proses ini bertujuan agar hasil
produk memiliki kualitas yang seragam.
26
4.2.5 Penimbangan II
Penimbangan II dilakukan setelah tahap penyortiran. Penimbangan ini dilakukan untuk
mengetahui produk akhir sebelum pembekuan telah sesuai dengan permintaan atau standar yang
ditetapkan. Penimbangan dilakukan dengan cepat dan hati-hati. Alat timbangan yang digunakan
dipastikan telah bersih sebelum digunakan dan dijaga kebersihannya. Alat timbang yang
digunakan adalah alat yang telah di kalibrasi. Wadah/keranjang kosong diletakkan pada
timbangan untuk menentukan defiasi. Hasil penimbangan dicatat oleh bagian tally produksi.
4.2.6 Pencucian II
Pencucian II dilakukan setelah tahapan penimbangan II. Pencucian ini bertujuan
menghilangkan kotoran yang masih menempel setelah ikan melewati beberapa proses
sebelumnya seperti penyortiran dan penimbangan. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air
bersih. Bahan baku dimasukkan ke dalam keranjang berlubang, kemudian bahan baku dibilas.
Pencucian dilakukan secara hati-hati dan cepat. Suhu dijaga selama penanganan pada ≤ 5°C.
4.2.7 Penyusunan
Penyusunan dilakukan setelah tahapan pencucian II. Penyusunan ini bertujuan agar ikan
yang hendak dibekukan baik dan teratur. Penyusuna dilakukan secara cepat danhati-hati. Alat
penyusunan yang digunakan dipastikan telah dibersihkan sebelum digunakan dan dijaga
kebersihannya. Bahan secara langsung disusun oleh karyawan ke dalam wadah/pan blok (untuk
produk blok) dan pan panjang atau talam dengan dilapisi plastik. Suhu ikan harus dijaga pada ≤
5°C.
27
Gambar 4.8 Penyusunan
4.2.8 Pembekuan
Pembekuan dilakukan setelah tahapan penyusuna. Pembekuan dilakukan dengan cepat
dan hati-hati. Alat/mesin pembekuan yang digunakan dipastikan telah dibersihkan sebelum
digunakan dan dijaga kebersihannya. Alat/mesin pembekuan dipastikan berfungsi dengan baik.
Pan talam disusun ke dalam semi contact palte freezer oleh pekerja yang terlatih. Dibutuhkan 3-4
jam agar suhu pusat produk mencapai suhu -40°C.
28
dan diberi label sesuai dengan permintaan pelanggan. Kemasan plastik dikemas ke dalam master
karton, master karton ditandai dengan size, kode produksi, berat jenis produk. Master karton
kemudian di lakban dan di kat menggunakan tali strapping band.
29
Gambar 4.11 Penyimpanan Beku
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Teknik Pembekuan Ikan Layur (Trichiurus lepturus) dengan metode Air Blast Freezer
pada PT. Mega Teknik Pembangunan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses produksi pembekuan ikan layur menggunakan metode Air Blast Freezer antara
lain penerimaan bahan baku, penimbangan I, pencucian I, penyortiran, penimbangan II,
pencucian II, penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan, dan ruangan
penyimpanan beku.
2. Penggunaan Air Blast Freezer sebagai salah satu alat pembeku ikan layur memiliki
kelebihan dapat digunakan untuk membekukan ikan dengan bentuk dan ukuran yang
berlainan, sedangkan kelemahannya kurang meratanya aliran udara melalui semua ikan
yang akan dibekukan.
3. Hambatan yang terjadi saat proses produksi pembekuan ikan layur adalah tidak
menentunya jumlah bahan baku.
5.2 Saran
31
Saran yang bisa diberikan dalam proses produksi pembekuan ikan layur di PT. Mega
Teknik Pembangunan adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya seluruh karyawan diharuskan menggunakan seragam khusus dalam bekerja.
2. Peningkatan kesadaran dan kedisiplinan karyawan mengenai personal hygiene, sehingga
dapat meminimalkan kontaminasi pada produk.
3. Kebersihan dalam ruangan cold storage harus ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara Jakarta. Hal. 1-19.
Afrianto, E., dan Liviawaty, E. 2000. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.
hal. 40-46.
Anjarasi, B. 2010. Pangan Hewani. Graha Ilmu Yogyakarta. Yogyakarta. Hal.120-123.
Badan Riset Kelautan dan Perikanan, 2012. Kandungan Gizi Ikan Layur. Dinas Perikanan dan
Kelautan, Jakarta. Diambil dari: media.unpad.ac.id. Diakses pada 13 Maret 2020 pukul
09.12.
Direktorat Jendral Perikanan, 1998. Deskripsi Ikan Layur. Bogor Agricultural University. Bogor.
Diambil dari : repository.ipb.ac.id. Diakses pada 13 Maret 2020 pukul 09.30.
Estasih T. dan Ahmadi. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta. Bumi Aksara.
Hal. 130-140.
Frazier WC. 1977. Food Microbiology. Tata McGraw-Hill. Publ.Co.Ltd, New Delhi. 125-200
hlm.
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Hasil Perikanan. Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.
Ilyas S. 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Perikanan Jilid I Teknik Pendinginan Ikan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
32
Irawan, A. 1995. Pengawetan Ikan dan Ikan Hasil Perikanan. Cara Mengolah dan
Mengawetkan Secara Tradisional dan Modern. Solo: CV Aneka.
Kolbe, E. and Kramer. 2007. Planning for Seefood Freezing. Alaska. Alaska Sea Grant College
Program University of Alaska Fairbanks. Page 50-90.
Masyamsir, 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nazir, 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan volume I dan II. Bina Rupa Aksara.
Jakarta.
Wibobo, S. 2000. Industri Pemindangan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo, S. dan Yunizal, 1998. Penanganan Ikan Segar. Instalasi Perikanan Laut Sipil. Jakarta.
33