Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Fix Makalah Edm Pada Neonatus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,BAYI,DAN BALITA

EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN NEONATUS, BAYI DAN BALITA

Delia Galih Pratiwi 180410035


Fitria Oktavia 180410033
Raffaza Sashina 180410032

Dosen Pembimbing :
Reni Nofita, SST., M.Keb

D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
Jl. Raya Rawabuntu No.10 BSD City Serpong
2018/2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah SWT,
karena  berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah
“Evidence Based Dalam Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita ” ini. Penulisan makalah
ini dilakukan dalam rangka salah satu tugas dan persyaratan penilaian pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Banten. Kami menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan makalah ini, sangatlah sulit bagi kami
untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada Reni Nofita, SST., M.Keb selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus,Bayi,dan Balita. Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan
membalas segala kebaikan setiap pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi pengembangan Ilmu Kebidanan dan Kandungan di Indonesia.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir dan kala nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal.

Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala

nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan kerusakan akibat persalinan

sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan

pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya

angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka

kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan

pelayanan kesehatan.

Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian

ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan

kesehatan segara untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan

perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan

di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:

1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-

27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis

17′,5 %, dan anestesia 2,0 %.

2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20

menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi

24-34 %, prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-

3 %.

Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:

1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama
sangat dibutuhkan.

2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil

dengan risiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.

3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu

muda, dan terlalu tua untuk hamil.

4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber

daya manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).

5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi.

6. Pendidikan masyarakat yang rendah cendrung memilih pemeliharaan kesehatan

secara tradisional, dan belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.

Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami

sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang

sangat penting untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang

menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence

based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai

dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan

kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan

menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian

perinatal.

B. TUJUAN
1. Umum
Mengetahui Evidence Based Pada Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita.

2. Khusus
a. Mengetahui cara memulai pemberian ASI dini dan Ekslusif.
b. Mengetahui apa yang dimaksud dengan baby friendly.
c. Untuk mengetahui sistem regulasi suhu bayi sejak lahir dengan kontak kulit ke
kulit.
d. Mengetahui cara pemotongan tali pusat.
e. Mengetahui cara perawatan tali pusat.
f. Mengetahui tentang stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.

BAB II
PEMBAHASAN
A. EVIDENCE BASED MIDWIFERY (PRACTICE)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan

kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi

akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887

(Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan

pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat

dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru

kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui

untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada

juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan

sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan

di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang

'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan

dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada

praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai

penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur,

tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan

benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih

lanjut.

B. CONTOH EBM PADA ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS


1. Memulai Pemberian Asi Dini dan Ekslusif

Berdasarkan evidence based yang up to date, upaya untuk peningkatan

sumber daya manusia antara lain dengan jalan memberikan ASI sedini mungkin

(IMD) yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi bayi baru lahir

yang akhirnya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah

dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak

disodorkan ke puting susu).

Pada prinsipnya IMD merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit

bayi, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu selekas mungkin setelah

seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan), kecuali pada telapak tangannya.

Kedua telapak tangan bayi dibiarkan tetap terkena air ketuban karena bau dan

rasa cairan ketuban ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu, dengan

demikian ini menuntun bayi untuk menemukan puting. Lemak (verniks) yang

menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan tetap menempel. Kontak antar kulit

ini bisa dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu. Selain

mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi pada jam-jam

pertama kehidupannya, IMD juga berfungsi menstimulasi hormon oksitosin yang

dapat membuat rahim ibu berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke

ukuran semula. Proses ini juga membantu pengeluaran plasenta, mengurangi

perdarahan, merangsang hormon lain yang dapat meningkatkan ambang nyeri,

membuat perasaan lebih rileks, bahagia, serta lebih mencintai bayi.

Tatalaksana inisiasi menyusu dini:


a. Inisiasi dini sangat membutuhkan kesabaran dari sang ibu, dan rasa percaya diri

yang tinggi dan membutuhkan dukungan yang kuat dari sang suami dan keluarga, jadi

akan membantu ibu apabila saat inisiasi menyusu dini suami atau keluarga

mendampinginya.

b. Obat-obatan kimiawi, seperti pijat, aroma therapi, bergerak, hypnobirthing dan lain

sebagainya coba untuk dihindari.

c. Ibulah yang menentukan posisi melahirkan, karena dia yang akan menjalaninya.

d. Setelah bayi dilahirkan, secepat mungkin keringkan bayi tanpa menghilangkan

vernix yang menyamankan kulit bayi.

e. Tengkurapkan bayi di dada ibu atau perut ibu dengan skin to skin contact, selimuti

keduanya dan andai memungkinkan dan dianggap perlu beri si bayi topi.

f. Biarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Ibu dapat merangsang bayi dengan

sentuhan lembut dengan tidak memaksakan bayi ke puting ibunya.

g. Dukung dan bantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum

menyusu (pre-feeding) yang dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam bahkan

lebih, diantaranya:

• Istirahat sebentar dalam keadaan siaga, menyesuaikan dengan lingkungan.

• Memasukan tangan ke mulut, gerakan mengisap, atau mengelurkan suara.

• Bergerak ke arah payudara.

• Daerah areola biasanya yang menjadi sasaran.

• Menyentuh puting susu dengan tangannya.

• Menemukan puting susu, reflek mencari puting (rooting) melekat dengan mulut

terbuka lebar.

• Biarkan bayi dalam posisi skin to skin contact sampai proses menyusu pertama

selesai.
h. Bagi ibu-ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti oprasi, berikan kesempatan

skin to skin contact.

i. Bayi baru dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah menyusu awal.

Tunda prosedur yang invasif seperti suntikan vit K dan menetes mata bayi.

j. Dengan rawat gabung, ibu akan mudah merespon bayi. Andaikan bayi dipisahkan

dari ibunya, yang terjadi kemudian ibu tidak bisa merespon bayinya dengan cepat

sehingga mempunyai potensi untuk diberikan susu formula, jadi akan lebih membantu

apabila bayi tetapi bersama ibunya selama 24 jam dan selalu hindari makanan atau

minuman pre-laktal.

Setelah pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD), selanjutnya bayi diberikan ASI

secara eksklusif. Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif di sini

adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur

0 - 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, baru ia mulai diperkenalkan dengan

makanan padat, sedangkan ASI dapat terus diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau

lebih. ASI eksklusif sangat penting untuk peningkatan SDM di masa yang akan

datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini. Memberikan ASI secara

eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan

potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena ASI merupakan nutrien yang

ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. 

2. Baby Friendly

Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi)

adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun

1991 untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan

menyusui.

Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin yang menawarkan
tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly

Hospital/ Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk

memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah

sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus

menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena telah

melakukannya. Sejak awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia

telah menerapkan program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia,

Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss,

Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit

sayang bayi.

Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative, semua provider rumah

sakit dan fasilitas bersalin akan:

a. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan

kepada semua staf tenaga kesehatan.

b. Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk

melaksanakan kebijakan ini.

c. Member tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui

d. Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.

e. Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan menyusui

jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.

f. Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis.

g. Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama

h. Mendorong menyusui on demand

i. Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui


j. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu

menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.

3. Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir dengan Kontak Kulit ke Kulit

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami

stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar

yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat

kulit pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil

merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.

Kontak kulit bayi dengan ibu dengan perawatan metode kangguru dapat

mepertahankan suhu bayi dan mencegah bayi kedinginan/ hipotermi. Keuntungan

cara perawatan bayi dengan metode ini selain bisa memberikan kehangatan, bayi juga

akan lebih sering menetek, banyak tidur, tidak rewel dan kenaikan berat badan bayi

lebih cepat. Ibu pun akan merasa lebih dekat dengan bayi, bahkan ibu bisa tetap

beraktivitas sambil menggendong bayinya.

Cara melakukannya:

a. Gunakan tutup kepala karena 25% panas hilang pada bayi baru lahir adalah melalui

kepala.

b. Dekap bayi diantara payudara ibu dengan posisi bayi telungkup dan posisi kaki

seperti kodok serta kepala menoleh ke satu sisi.

c. Metode kangguru bisa dilakukan dalam posisi ibu tidur dan istirahat

d. Metode ini dapat dilakukan pada ibu, bapak atau anggota keluarga yang dewasa

lainnya.

Kontak kulit ke kulit sangat berguna untuk memberi bayi kesempatan dalam
menemukan puting ibunya, sebelum memulai proses menyusui untuk pertama

kalinya. Inilah kunci dari inisiasi menyusui dini yang akan sangat berpengaruh dalam

proses ASI Eksklusif selama 6 bulan setelahnya.

4. Pemotongan Tali Pusat

Berdasarkan evidence based, pemotongan tali pusat lebih baik ditunda karena

sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Mengingat

fenomena yang terjadi di Indonesia antara lain tingginya angka morbiditas ataupun

mortalitas pada bayi salah satunya yang disebabkan karena Asfiksia

Hyperbillirubinemia/ icterik neonatorum, selain itu juga meningkatnya dengan tajam

kejadian autis pada anak-anak di Indonesia tahun ke tahun tanpa tahu pemicu

penyebabnya. Ternyata salah satu asumsi sementara atas kasus fenomena di atas

adalah karena adanya ICC (Imediettly Cord Clamping) di langkah APN yaitu

pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir. Benar atau tidaknya asumsi tersebut,

beberapa hasil penelitian dari jurnal-jurnal internasional di bawah ini mungkin bisa

menjawab pertanyaan di atas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993)

menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda

paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:

1. Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah

2. Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan

3. Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen

4. Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viable dibandingkan dengan bayi

yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir

5. Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan

6. Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007)

dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah

kelahiran, dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda,

menandakan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat

proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem sirkulasi bayi

sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit

serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat tali pusat dilakukan pengekleman,

pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena 50% dari vena yang kembali ke

jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak sekali akibat yang tidak

menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam

penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia,

autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eillen K. Hutton (2007) bahwa

dengan penundaan pemotongan tali pusat dapat:

• Peningkatan kadar hematokrit dalam darah

• Peningkatan kadar hemoglobin dalam darah

• Penurunan angka Anemia pada bayi

• Penurunan resiko jaudice/ bayi kuning

Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi

bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan

tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya

resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.

5. Perawatan Tali Pusat


Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta

ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi,

akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan

menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan

infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar.

Cara merawatnya adalah sebagai berikut:

a. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat. Membersihkan tali pusat

saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari waktu yang lama bayi di air karena

bisa menyebabkan hipotermi.

b. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih dahulu.

c. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa diolesi

dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang terkandung di dalamnya

dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan kelenjar gondok.

d. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena dapat

menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.

e. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril hingga tali

pusat lepas secara sempurna.

6. Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi dan Balita

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan.

Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah

perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter). Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya

kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Stimulasi

pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan

sejak bayi baru lahir yang dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem

indera (pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan pengecapan). Selain itu

harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak

berkomunikasi serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan

balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi dengan

suasana bermain dan kasih sayang akan memicu kecerdasan anak.

Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah saat bayi bangun tidur/ tidak

mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat. Gunakan peralatan yang aman dan bersih

antara lain tidak mudah pecah, tidak mengandung racun/ bahan kimia, tidak tajam dan

sebagainya.

Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan berinteraksi dengan bayi atau balita

setiap hari, terus-menerus, bervariasi, dan disesuaikan dengan umur perkembangan

kemampuannya. Stimulasi juga harus dilakukan dalam suasana yang menyenangkan

dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/ balitanya. Jangan memberikan stimulasi

yang terburu-buru dan tidak memperhatikan minat atau keinginan bayi/ balita, atau

bayi sedang mengantuk, bosan atau ingin bermain yang lain. Pengasuh yang sering

marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsangan

emosional yang negatif. Karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap dan perbuatan

pengasuh merupakan stimulasi yang direkam, diingat dan akan ditiru atau justru

menimbulkan ketakutan bagi bayi/ balitanya.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence

based terkini, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering

terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan

angka kematian bayi baru lahir. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten

untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai

komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat

waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut dapat

secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian bayi baru lahir.

B.  SARAN

Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam

penelitian,akan pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya

dalam memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan

AKI dan AKB.

Anda mungkin juga menyukai