2 Kompre Nifas Normal Fix
2 Kompre Nifas Normal Fix
2 Kompre Nifas Normal Fix
Disusun Oleh :
LATIFATUN NISWAH
P07124519025
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KOMPREHENSIF
Disusun Oleh :
LATIFATUN NISWAH
P07124519025
SUSUNAN PEMBIMBING
Yogyakarta, ___________
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan ini. Laporan ini
dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik pada Ibu Nifas, Menyusui dan Neonatus, Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini terwujud
atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu. Penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Joko Susilo, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan praktik,
2. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
praktik,
3. Hesty Widyasih, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
yang telah mendukung dalam seluruh proses praktik
4. Nanik Setiyawati, S.SiT, Spd, M.Kes selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan saran kepada penulis
5. Rusmini, S.ST selaku pembimbing klinik yang telah membimbing dan
memberikan saran kepada penulis
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu sangat diharapkan
masukan dari pembaca baik berupa kritik maupun saran. Semoga laporan ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup........................................................................ 2
D. Manfaat.................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP..................................................................................... 34
A. Kesimpulan .............................................................................. 34
B. Saran ......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 36
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali pulih seperti semula dan
berlangsung kira-kira 6 minggu.1 Masa nifas dapat dibagi menjadi periode pasca
persalinan (immediate postpartum), periode nifas dini (early postpartum) dan
periode nifas lanjut (late postpartum).2
Perawatan yang dilakukan pada masa nifas meliputi perawatan fisik dan
psikologis ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal. Perawatan masa nifas ini
sangat diperlukan karena dalam masa nifas sering terjadi kematian pada ibu yang
disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti perdarahan dan infeksi, hal ini
dapat terjadi karena perawatan masa nifas yang kurang baik.3
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan
kesehatan di suatu negara. Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian
Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa, terbagi atas beberapa negara,
antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan
Asia Tenggara 16.000 jiwa. Sedangkan berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Ibu di Indonesia
berada pada angka 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI)
saat ini masih belum memenuhi target Millenium Development Goals (MDG)
tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup.4
Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa nifas yaitu 54,55%. Periode
masa nifas yang beresiko terhadap kematian ibu terutama terjadi pada periode
immediate postpartum (50%), pada masa early postpartum (20%) dan masa late
postpartum (5%).5,6 Salah satu jenis persalinan adalah persalinan anjuran yaitu
dengan melakukan induksi. Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus
untuk memulai terjadinya persalinan dan memiliki risiko komplikasi berupa
atonia uteri, hiperstimulasi, fetal distress, prolaps tali pusat, rupture uteri,
1
2
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung dalam memberikan asuhan pada ibu Nifas.
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa dapat memperoleh gambaran dalam memberikan
asuhan kebidanan ibu Nifas secara menyeluruh.
b. Bagi Bidan dan Perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan
bagi bidan dan perawat pelaksana dalam upaya promotif, preventif dan
kuratif pada kasus nifas normal.
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Kasus
No register : 657770
Nama Pengkaji : Latifatun Niswah
Tempat Pengkajian: Bangsal Alamanda
Waktu Pengkajian : 17 November 2019/ 16.45 WIB
Ibu Suami
Nama : Ny. A Nama : Tn. G
Umur : 23 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bunder RT 021/012 Pakahan, Jogoral
No. HP : 08572686643
2. KELUHAN : Ibu mengatakan nyeri jahitan jalan lahir (skala 3), dan colostrum
belum keluar.
3. RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT : 10-02-2019 HPL : 17-11-2019
Menarche : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
4
5
4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (Hepatitis,
TBC), penyakit menurun (Hipertensi, Diabetes), dan penyakit menahun
(Asma, Jantung).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (Hepatitis,
TBC), penyakit menurun (Hipertensi, Diabetes), dan penyakit menahun
(Asma, Jantung).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak sedang atau pernah menderita
penyakit menular (Hepatitis, TBC), penyakit menurun (Hipertensi,
Diabetes), dan penyakit menahun (Asma, Jantung).
5. RIWAYAT PERKAWINAN
Status Perkawinan : Kawin
Perkawinan : Ke 1
Usia Saat Kawin : 21 tahun
Lama Perkawinan : 1,5 tahun
7. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB, dan belum memiliki rencana
untuk KB.
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium di RSST tanggal 5/12/2019,
jam 15.15 WIB dengan hasil:
Hb : 10.5 g/dl
9
Eritrosit : 4.24
Leukosit : 11.3
Trombosit : 299
Golongan Darah : O
HBsAg : Negatif
Anti HCV : Negatif
Anti HIV : Non Reaktif
ANALISA (A)
Diagnosa : Ny. A umur 23 tahun P1A0 post partum spontan dengan
Riwayat induksi misoprostol 25 mcg/6jam/oral/Tab I/Seri I
hari ke 0 dalam kondisi normal.
Masalah : Nyeri, kelelahan, dan ketidakefektifan pemberian ASI
Kebutuhan : Edukasi masa nifas dan perawatan bayi baru lahir
Masalah potensial : Infeksi post partum
Tindakan segera : Observasi KU, TTV, Kontraksi uterus, dan perdarahan
pervaginam.
PENATALAKSANAAN
Tgl/Jam Penatalaksanaan
17/11/201 Menerima ibu dan bayi, melakukan orientasi ruang, DPJP dan
9 mengajarkan ibu cuci tangan dengan sabun
16.15 WIB Ibu mengerti apa yang sudah dijelaskan
17/11/201 Memberi informasi pada ibu tentang hasil pemeriksaan TTV yang telah
9 dilakukan bahwa ibu dalam kondisi normal
16.20 WIB Ibu mengerti dan mengucapkan terima kasih
17/11/201 Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
9 Ibu mengerti dan dapat melakukannya.
16.23 WIB
10
17/11/201 Memberikan KIE dan mengajarkan ibu tentang teknik menyusui, ASI
9 eksklusif, dan memotivasi ibu untuk memberikan ASI secara on
17.00 WIB demand.
Ibu mengerti dan dapat melakukannya.
17/11/201 Memberikan KIE tanda bahaya nifas seperti perdarahan hebat, keluar
9 cairan berbau dari jalan lahir, demam tinggi, kejang, serta payudara
17.10 WIB bengkak kemerahan disertai sakit. Serta Menjelaskan pada ibu cara
mengetahui baik tidaknya kontraksi uterus.
Ibu mengerti dan dapat mengenali tanda bahaya ibu nifas.
17/11/201 Memberikan terapi sesuai advice dokter dr. Munir,SP.OG, berupa terapi
9 per Oral:
18.00 WIB Cefadroxil 500 mg/12 jam
Asam mefenamat 500 mg/8 jam
SF 200 mg/24 jam tanggal 6-12-2019
Vitamin A 200.000 IU/24 jam
Ibu mendapatkan terapi obatnya
17/11/201 Mengobservasi KU, kesadaran, tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi
9 uterus, TFU
19.30 WIB Ibu dalam keadaan normal
11
CATATAN PERKEMBANGAN
perdarahan pervaginam dalam Tab I/ Seri I hari ke mengajarkan ibu cara pijat
batas normal, lokhea rubra, BAK 0 dalam kondisi oksitosin
(+), BAB (-) normal 09.30 - Menjelaskan pada ibu nutrisi ibu
nifas.
11.00 - Melakukan kolaborasi dengan dr.
Munir, Sp.OG untuk tindakan
selanjutnya. Acc boleh pulang.
14.00 - Mengelola terapi berupa Asam
mefenamat 500 mg/8 jam
Sabtu, 18 Ibu mengatakan KU baik, Kesadaran CM, Ny. A umur 23 14.15 - Observasi KU, TTV, konut, ppv,
November 2019 masih merasa TD 119/84, Nadi 84 kali/menit, tahun P1A0 post dan kolostrum
Jam 14.00 WIB nyeri di luka Suhu 36,6°C, partum spontan 18.00 - Mengelola terapi Vitamin A
bekas jahitan, Skala nyeri 2, kolostrum (+), dengan Riwayat 200.000 IU dan Cefadroxil 500
Keluarga TFU 2 jari pusat, kontraksi uterus induksi misoprostol mg/12 jam
meminta untuk keras, kandung kemih kosong, 25 mcg/ 6jam/ oral/
melanjutkan perdarahan pervaginam dalam Tab I/ Seri I hari ke
perawatan batas normal, lokhea rubra, BAK 1 dalam kondisi
hingga besok (+), BAB (-) normal
Sabtu, 18 Ibu mengatakan KU baik, Kesadaran CM, Ny. A umur 23 22.00 - Mengelola terapi berupa Asam
November 2019 tidak ada TD 110/70, Nadi 80 kali/menit, tahun P1A0 post & mefenamat 500 mg/8 jam
13
B. Kajian Teori
1. Pengertian Masa Nifas
Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi
karena proses persalinan.2
Postpartum (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak fff
perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan
ketidaknyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan
untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik.1
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah
kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya
antara 4 sampai 6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak
perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit
mengganggu ibu baru, walaupun komplikasi serius mungkin dapat terjadi.8
Masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan
untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat
berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau
dari penyabab kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian
terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga
kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.1
2. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting
dari derajat kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu indikator
16
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita.
Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea
mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan
waktu keluarnya :
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,
lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
19
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
d) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan
oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila
disertai dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi,
akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea
purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea
statis”.15
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.15
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post
natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.15
20
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena periode
ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga.16 Tanggung
jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Proses
penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
a. Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang
dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur
dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut
membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis
yang mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas kesehatan
harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase
ini dengan baik.
b. Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu.
c. Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami
bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
23
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran barunya.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat
berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan
bayinya.15
Dukungan suami dan keluarga masih terus diperlukan oleh ibu. Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga sehingga ibu tidak telalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang
cukup, sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat
merawat bayinya.17
6. Perawatan Masa Nifas
a. Pengertian Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang
telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. 3
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan
postpartum dan infeksi.11,18
Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita
sesudah melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena
pada masa nifas wanita akan banyak mengalami perubahan pada dirinya,
baik fisik maupun psikologis.19 Perawatan diri adalah aktivitas yang
dilakukan oleh individu untuk memelihara kesehatan. Ibu nifas
diharapkan mampu melakukan pemenuhan perawatan pada dirinya agar
tidak mengalami gangguan kesehatan.20
b. Macam-macam Perawatan Diri Masa Nifas
Perawatan diri ibu nifas terdiri dari berbagai macam, meliputi:
24
3) Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk
melancarkan pengeluaran ASI. Perawatan payudara pasca persalinan
merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa hamil. Bagi ibu
yang menyusui bayinya, perawatan puting susu merupakan suatu hal
amat penting. Payudara harus dibersihkan dengan teliti setiap hari
selama mandi dan sekali lagi ketika hendak menyusui. Hal ini akan
mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu dan membantu
mencegah akumulasi dan masuknya bakteri baik ke puting maupun ke
mulut bayi.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan perawatan payudara
yang baik, yaitu : mengompres kedua puting dengan baby oil selama
2-3 menit, membersihkan puting susu, melakukan pegurutan dari
pangkal ke putting susu sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara,
pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking, pengurutan dengan
posisi tangan mengepal sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara dan
kompres dengan air kemudian keringkan dengan handuk kering.23
4) Mobilisasi Dini dan Senam Nifas
Mobilisasi Dini adalah selekas mungkin membimbing ibu keluar
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu selekas mungkin segera
berjalan. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini
mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. 24 Mobilisasi dini
sangat bermanfaat untuk mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar
peredaran darah sehingga mencegah terjadinya tromboemboli,
membantu pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot,
memperlancar eliminasi, dan mengembalikan aktivitas sehingga dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.25 Senam nifas dilakukan sejak hari
pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh, terdiri atas
26
7) Eliminasi Urin
Miksi atau eliminasi urin sebaiknya dilakukan sendiri secepatnya.
Kadang-kadang wanita mengalami sulit buang air kecil selama 24 jam
pertama setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih
mengalami trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh
janin sehingga ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan
agar mengosongkan isinya, dan juga karena sfingter utertra yang
tertekan oleh kepala janin. Bila kandung kemih penuh ibu sulit kencing
sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengandung
terjadinya infeksi. Bila infeksi terjadi maka pemberian antibiotik sudah
pada tempatnya.18, 27
8) Istirahat
Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh
istirahat/tidur telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan kanan.
Ibu harus bisa mengatur istirahatnya.2
7. Perawatan Mandiri
Berdasarkan teori keperawatan Self Care Deficit yang dikemukakan oleh
Dorothea Orem, manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan dalam
merawat dirinya sendiri.19 Yang dimaksud dengan self care (perawatan mandiri)
adalah aktivitas seseorang untuk menolong dirinya sendiri dalam
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan.28
Perawatan mandiri adalah suatu aktivitas yang dimulai secara individu dan
dilakukan atas kemampuan dan kepentingan mereka sendiri dalam memelihara
hidupnya, mencapai fungsi yang menyeluruh dan meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan. Dalam teori ini Orem mengemukakan bahwa untuk dapat
memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, perawat dapat memberikan bantuan
berdasarkan tingkat kemandirian pasien. Orem membaginya dalam tiga bentuk
yaitu:
28
8. Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah upaya menstimulasi uterus untuk memulai
terjadinya persalinan. Sedangkan augmentasi atau akselerasi persalinan adalah
meningkatkan frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan.
Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi merujuk
pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap tidak adekuat karena
kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin.7
Secara umum induksi persalinan adalah berbagai macam tindakan terhadap
ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal, untuk
merangsang timbulnya atau mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi
persalinan. Atau dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan
setelah janin viable.7
29
30
31
ibu belum keluar. Selain itu, karena ibu baru melahirkan anak pertamanya maka
ibu membutuhkan edukasi mengenai masa nifas dan perawatan bayi baru lahir.
Kemudian masalah potensial yang mungkin terjadi adalah perdarahan post
partum dan infeksi diakibatkan oleh riwayat persalinan ibu dengan induksi dan
ibu mengalami KPD selama lebih dari 12 jam. Sehingga diperlukan tindakan
segera untuk mencegah masalah potensial tersebut berupa observasi KU, TTV,
Kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus Ny. A secara umum sudah
dilakukan sesuai teori yang ada dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
oleh ibu. Penatalaksanaan dimulai sejak pertama kali ibu masuk ke bangsal
Anggrek yaitu menerima ibu dan bayi dengan salam dan keramahan,
memperkenalkan petugas dan melakukan orientasi ruang, DPJP dan mengajarkan
ibu cuci tangan dengan sabun. Hal ini menjadikan ibu lebih nyaman dengan
petugas dan lingkungan baru yang akan membersamai ibu selama perawatan
nifas. Kemudian memberitahukan ibu setiap hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan agar ibu mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.
Mengobservasi KU, kesadaran, tanda vital, pengeluaran darah, kontraksi
uterus, TFU untuk mengetahui kondisi ibu selama perawatan. Kemudian
mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri ibu akibat dari
luka episiotomi ibu yang telah dijahit. Selain itu, memberikan KIE dan
mengajarkan ibu tentang teknik menyusui, memotivasi ibu mengenai pemberian
ASI eksklusif secara on demand (sesering yang bayi mau) dan memberikan KIE
tentang ASI eksklusif, dan memberikan KIE tentang kebutuhan bayi terhadap
ASI dan tanda kecukupan ASI. Selain itu dilakukan pijat oksitosin agar
kolostrum ibu segera keluar. Pada permasalah pengeluaran kolostrum ibu yang
belum keluar akhirnya keesokan hari kolostrum ibu telah keluar dan ibu sudah
dapat memberikannya kepada bayinya.
Kemudian menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang
33
terutama makanan yang mengandung protein seperti ikan, tempe, tahu, putih
telur, dan lain-lain, mengajarkan ibu mengenai personal hygiene yang baik pada
ibu nifas dan perawatan luka jahitan perineu, memberikan KIE tanda bahaya
nifas seperti perdarahan hebat, keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam
tinggi, kejang, serta payudara bengkak kemerahan disertai sakit dan juga
menjelaskan pada ibu cara mengetahui baik tidaknya kontraksi uterus. Hal ini
sebagai langkah deteksi perdarahan postpartum yang dapat diajarkan pada ibu.
Kemudian melakukan kolaborasi dengan dr. Bambang SP.OG mengenai
tindakan selanjutnya dan mengelola terapi sesuai dengan advice dokter berupa
Cefadroxil 2 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 500 mg, SF 1 x 200 mg, dan
vitamin A 200.000 IU. Pengelolaan obat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
6 benar.
Pada fase taking in, Ny. A sedang dalam periode ketergantungan. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif sehingga pada fase ini petugas kesehatan
harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu dapat melewati fase ini
dengan baik hingga ibu dapat pulang ke rumah dengan kesiapan fisik dan mental
dalam melakukan perawatan untuk dirinya sendiri maupun pada bayinya yang
baru lahir.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, penulis memahami kasus secara nyata tentang asuhan yang
diberikan pada kasus Nifas normal. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.
A berjalan sesuai teori. Selain itu dari penatalaksanaan kasus ini penulis dapat
menyimpulkan :
a. Asuhan kebidanan pada Ny. A dilakukan berdasarkan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
b. Asuhan kebidanan pada Ny. A dapat diidentifikasi diagnosa yaitu Nifas
normal.
c. Asuhan kebidanan pada Ny. A dapat menentukan diagnosa potensial berupa
perdarahan postpartum dan infeksi.
d. Asuhan kebidanan Ny. A dapat menentukan kebutuhan segera yaitu berupa
observasi KU, TTV, kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam.
e. Asuhan kebidanan Ny. A dengan merencanakan tindakan yang akan dilakukan
pada Ny. SSW dengan benar.
f. Asuhan kebidanan Ny. A dengan melaksanakan tindakan sesuai rencana
tindakan.
g. Asuhan kebidanan Ny. A dengan melakukan evaluasi penatalaksanaan yang
telah dilakukan.
34
35
B. Saran
Bagi mahasiswa diharapkan mahasiswa lebih memperdalam ilmu dan teori
mengenai ibu nifas, sehingga dapat mengambil tindakan secara lebih tepat dan
cepat. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat mengkaji setiap informasi yang
dapat menunjang pelaksanaan manajemen sesuai langkah varney. Bagi bidan
diharapkan tetap mempertahankan penanganan yang sudah sesuai dengan SOP.
DAFTAR PUSTAKA
10. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan; 2012.
12. Perry SE, Hockenberry MJ, Lowdermilk DL, Wilson D, Sams C, Keenan-
Lindsay L. Maternal child nursing care in canada: elsevier health sciences;
2014.
13. M. Barimani R, RM, MSc, PhD and A. Vikström, RN, RM, MSc, PhD.
Successful early postpartum support linked to management, informational,
and relational continuity. Midwifery 2015;31 811-7.
36
16. Hammes T, Sebold LF, Kempfer SS, Reis Girondi JB. Nursing care in
postpartum adaptation: Perceptions of brazilian mothers. Journal of Nursing
Education and Practice. 2014; 4(12), 125.
doi:http://dx.doi.org/10.5430/jnep.v4n12p125
17. Nababan ED. Tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat
diri dan bayinya selama early postpartum di RSUP Adam Malik Medan.
Universitas Sumatra Utara; 2010.
18. Hanafiah TM. Perawatan masa nifas bagian obstetri dan ginekologi. 2004.
20. Potter PA, Perry AG. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,
dan praktik. Terjemahan: Renata, Komalasari dkk. Edisi keempat. Jakarta:
EGC; 2006.
24. Ita SB, Ester H, Rina K. Hubungan tingkat pengetahuan dengan mobilisasi
dini pada ibu nifas Di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan Likupang
Timur. Jurnal Keperawatan. 2015;3(1).
27. Sofian A. Rustam mochtar sinopsis obstetri. 3 ed. Jakarta: EGC; 2011. p.85-
92.
28. Alligood MR. Nursing theorists and their work: Elsevier Science Health
Science; 2013.
29. Nababan ED. Tingkat kemandirian ibu post seksio sesarea dalam merawat
diri dan bayinya selama early postpartum di RSUP Adam Malik Medan:
37
Universitas Sumatra Utara; 2010.
38