Seng, Kadmium, Dan Merkuri
Seng, Kadmium, Dan Merkuri
Seng, Kadmium, Dan Merkuri
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 13
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik, tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
Kimia Anorganik II pada semester IV, di tahun ajaran 2020, dengan judul Seng,
Kadmium, Dan Merkuri .
Dengan membuat tugas ini penulis diharapkan mampu untuk lebih
mengenal suatu Seng, Kadmium, Dan Merkuri. Dalam penyelesaian makalah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Seng
Seng (bahasa Belanda: zink) adalah unsur kimia dengan lambang kimia
Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan unsur pertama
golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng mirip dengan
magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama.
Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan oksidasi +2. Seng merupakan unsur
paling melimpah ke-24 di kerak Bumi dan memiliki limaisotop stabil. Bijih seng
yang paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Sfalerit (ZnS)
Unsur ini biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti
tembaga dan timbal dalam bijih logam. Seng diklasifikasikan sebagai kalkofil,
yang berarti bahwa unsur ini memiliki afinitas yang rendah terhadap oksigen dan
lebih suka berikatan dengan belerang. Kalkofil terbentuk ketika kerak bumi
memadat di bawah kondisi atmosfer bumi awal yang mendukung reaksi reduksi.
Sfalerit, yang merupakan salah satu bentuk kristalseng sulfida, merupakan bijih
logam yang paling banyak ditambang untuk mendapatkan seng karena ia
mengandung sekitar 60-62% seng.
Penambahan unsur logam pada tanah dapat terjadi dengan berbagai cara
yaitu melalui polusi, penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan
fungisida, sehingga terjadi kontaminasi logam-logam pada tanah dan tumbuh-
tumbuhan. Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di
daerah – daerah industri peleburan bahan tambang seng.
Masuknya logam seng ke sungai sebagai akibat dari limpasan air
permukaan tanah yang umumnya disebabkan oleh hujan. Untuk logam seng (Zn)
yang berasal dari adisi limbah industri, umumnya terdapat dalam bentuk
Sphalerite (ZnS) dan Smithsonite (ZnCO3). Sekitar ¾ dari total Zn diperoleh dari
pembentukan logam dan masing – masing komponen Zn tergantung jenis
industrinya. Hutagalung (1984) menyatakan bahwa sumber logam Zn di perairan
berasal dari material geokimia yang terbawa atau ada pada sungai, bahan baku
minyak, besi, cat dan sisa-sisa kaleng bekas.
2.2 Kadmium
Kadmium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
lambang Cd dan nomor atom 48. Logam lunak dan putih kebiruan ini secara
kimiawi serupa dengan dua logam stabil lainnya pada golongan
12, seng dan raksa. Seperti halnya seng, Cd lebih menyukai tingkat oksidasi +2
dalam sebagian besar senyawa dan, seperti raksa, ia menunjukkan titik lebur yang
rendah dibandingkan dengan logam transisi pada umumnya. Kadmium
dan kongenernya tidak selalu dianggap sebagai logam transisi, karena logam
tersebut tidak memiliki kulit elektron d atau f yang terisi sebagian atau
seluruhnya, baik dalam bentuk unsur maupun dalam tingkat oksidasi umumnya.
Konsentrasi kadmium rata-rata dalam kerak bumi adalah antara 0,1 dan 0,5 bagian
per juta (ppm).
2.3 Merkuri
Raksa (nama lama : air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum (bahasa
Latin: Hydrargyrum, air atau cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik
dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini
berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur
(bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu
kamar, serta mudah menguap.[2] Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm.
Kelimpahan Hg di bumi menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada
kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg) ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0),
merkuri monovalen (Hg1+), dan bivalen (Hg2+).[3][4][5] keduanya merupakan
logam paling rapuh.[6]
3.1 Kesimpulan
Seng dan cadmium memililki kesamaan, tetapi merkuri berbeda. Sifat
merkuri agak berbeda dari seng dan kadmium, yaitu merkuri berwujud cair
sedangkan seng dan cadmium padat tetapi walaupun begitu ketiga unsur ini adalah
logam, meleleh pada suhu di atas 100 °C. Seng dan cadmium adalah logam-logam
putih, mengkilap, namun mudah ternoda. Merkuri adalah logam lunak dan
merupakan cairan, cenderung terikat pada fosfor atau belerang.
Seng ditemukan oleh Kimiawan Jerman Andreas Sigismund Marggraf
pada tahun 1746. Sedangkan kadmium pertama kali ditemukan pada tahun 1817
oleh seorang ilmuwan Jerman, Friedric Strochmeyer.
Keberadaan logam Seng (Zn) dapat berasal dari proses alamiah maupun
adisi dari limbah industri dan pertanian. Logam kadmium mempunyai penyebaran
sangat luas di alam, hanya ada satu jenis mineral kadmium di alam yaitu
greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite
(ZnS). Merkuri dalam batuan ,sediment sungai, tanah, dan dalam air permukaan.
3.2 Saran
Dalam makalah ini telah membahas mengenai unsure “Seng, Kadmium,
Merkuri dan Senyawanya”. Jika terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-
teman demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia, Bandung: PT. Citra AdityaBakti
Bobby dan Desmi.2002.PendugaanKandunganMerkuri Dan Sianida di Daerah
Aliran Sungai (DAS) BuyatMinahasa.Vol. 2, No. 1: 33, 2002 ISSN
1412-3487.
Cotton, F.A . 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Dwyana dan Fahruddin.2012. Kimia Anoganik II. Jakarta :Erlangga.
Farmacon. 2013. AnalisisKandunganMerkuriPadaKrimPemutih Yang
BeredarDikota Manado. Volume 2, No. 01.
Istarani, F. Ellina S.P.2014 Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd)
Terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan, Jurnal Teknik Pomits.
Vol. 3, Hal. 54.
Patrucci. 2008. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta :
Erlangga.
Sugiyarto, K.H dan Suyanti, R.D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta
: Graha Ilmu
Taro, S. 2004. Kimia Anorganik. Tokyo: Kanagawa University.