Mystery, Thriller & Crime Fiction">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Pagebluk (Sandur)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PAGEBLUK

Naskah Lakon Kesenian Sandur Bojonegoro

Oleh
Dicky Andrianto
Pengantar

Pagebluk merupakan istilah orang-orang jawa


tempo dulu yang artinya adalah musim datangnya
wabah penyakit mematikan yang melanda suatu
desa atau wilayah. Ketika musim pagebluk sedang
melanda suatu desa, maka akan ditandai dengan
kematian warga setempat yang terjadi hampir setiap
hari susul menyusul.
Masyarakat jawa kuno mempercayai bahwa
pagebluk ini akibat ulah “betoro kolo” atau dewa
maut jahat. Dia menebarkan penyakit ke manusia
yang berakibat kematian masal secara
berkelanjutan. Pagebluk ini bisa dicegah dengan
cara melakukan ritual selamatan “tulak balak” yang
artinya menolak sengkala atau penyakit.
Setting Panggung
Panggung adalah sebidang tanah yang dikelilingi
Blabar janur kuning, yaitu arena yang terbentuk dari
seutas tali yang digantungi janur kuning. Panjak
hore, panjak gong, panjak kendang dan penari
duduk setenah lingkaran di arena menyanyikan
tetembangan – tetembangan sandur.
“PAGEBLUK”

N ADEGAN TEMBANG / DIALOG


O
A PAMBUKA
1 Kang Germo, Bismillahirohmanirohim
Panjak Hore, Lailahaiallah muhamadurosulallah
Panjak Le lalo le lalo la lo lo le lo la
Kendang, dan Lelalo lelalo la lo lo le la le lo la
Panjak Gong Laqaula walakuwata’ kuwato kersaning
allah
menyajikan
lagu-lagu
pembuka
sandur .

2 Dari arah Udheng gadhung nggo samiran


depan Kanca-kanca yo pada dolanan
panggung, Ayo sesanduran
muncul anak Kanggo lelipuran
wayang yang Dedolanan, dolanan sesanduran
dibawa dengan
kang Germo.
Panjak hore
menyanyikan
tembang
udheng
gadhung para
anak wayang
menempati
tempat masing-
masing.
3 Belum selesai PANJAK HORE 1: “hop-hop stop
tembang stop berhenti dulu…!!!”
udheng WAK TANGSIL : “ada apa ini he ?
gadhung dari permainan kan baru saja akan
arah penonton dimulai, sampean kok malah
muncul salah nyuruh berhenti”
satu panjak PANJAK HORE 1: “a..a..anu wak
hore lari , disana a..ada anu wak…”
tergesa-gesa WAK TANGSIL : “heh bocah edan
menuju anu’ne siapa yang kamu
panggung. bicarakan? kalo bicara yang jelas,
malah ngelantur”
PANJAK HORE 1: “eh maaf wak ,
saya mau memberi kabar wak itu
ada kematian misterius di gang RT
saya. Nggak tau kenapa dan tanpa
sebab tiba-tiba langsung
menghembuskan nafas terakhir
Dialog wak wak”
Tangsil dengan PANJAK HORE 2: “heh kang,
Panjak Hore jangan ngawur kang kalo ngasih
dipotong kabar, mana ada orang meninggal
Pethak yang tanpa sebab”
datang juga PANJAK HORE 1: “iya kang saya
tergesa-gesa nggak bohong saya bicara apa
menabrak wak adanya, tadi dijalan saat mau
tangsil. kesini saya melihat di gang Buntu
ada ramai orang sedang berduka
juga kang”
WAK TANGSIL : “lho…lho…lho
kok bisa? Lha tetangga sampean
itu apa nggak sempat dibawa ke
puskesmas? atau mungkin jangan-
jangan ada…”
PETHAK : “wak…wak
tangsil...wak”
WAK TANGSIL : “haduh duh
biyuung …kamu itu mbok ya pelan-
pelan kalo jalan, nabrak-nabrak
kayak lamplurjini aja”
PETHAK : “yang bener lamborgini
wak , eh maaf wak sampean nggak
kelihatan”

WAK TANGSIL : “ya itu maksut


saya. ada apa kamu kok tergesa-
Pethak, Panjak gesa , kelihatannya ada hal
Hore sedang genting?”
riuh sendiri PETHAK : “itu wak saudara saya
memikirkan meninggal tanpa sebab , nggak
perkataan wak tahu kenapa tadi pagi wajahnya
tangsil. sudah pucat saya lihat. ceritanya
dia baru bangun tidur terus mau ke
kamar mandi eeehh lha kok tiba-
tiba malah jatuh nelungsep
langsung meninggal padahal nggak
ada apa-apa yang membuatnya
terjatuh wak”
PANJAK HORE : “itu mah
kesandung paling thak”
PETHAK : “bukan kang, lha wong
di sekitar tempatnya jatuh nggak
ada kursi apa meja kok kang”
WAK TANGSIL : “lho ya tha, tidak
salah lagi ini perbuatan jin,
sekarang malah 3 orang sekaligus
dalam sehari ini. Yang pertama
tetangga dari kang panjak, kedua
orang di gang Buntu, yang ketiga
malah saudaranya si Pethak .apa
Seluruh Panjak jangan-jangan desa kita kena
Hore pagebluk!”
menertawakan PANJAK HORE : “sik wak ,
wak Tangsil pagebluk itu apa wak?”
dan WAK TANGSIL : “ pagebluk itu
menyanyikan wabah, dan mungkin kejadian ini
tembang disebabkan adanya mahkluk gaib
Menyok di desa kita yang menginginkan
tekong. tumbal, mana mungkin 3 orang
meninggal diwaktu yang
bersamaan serta dengan alasan
yang kurang jelas. Benar kan??”
PETHAK : “tapi wak, desa kita kan
tidak pernah telat mengadakan
sedekah bumi. Mana mungkin juga
mahkluk gaib yang melakukannya”
PANJAK HORE : “Benar kata
pethak wak tangsil , jangan
memberi keputusan seenaknya
dulu, sampean itu sudah LGBT
kalo ngomong jangan mengada-
ada …”
PANJAK HORE : “Lgbt ? apa kang
itu ?
PANJAK HORE : “Lelaki Gila
Berwajah Tua”
WAK TANGSIL : “hueehh saya ini
masih muda baru 40 tahun dan
saya tidak gila. Yang benar itu
Lelaik Ganteng Berwajah Tua”
SELURUH PANJAK HORE :
Panjak Hore “huuuuuuu”
serta pethak
setuju untuk Menyok menyok tekong tak bakar
melakukan genine marong,
pengursiran Genine marong genine marong
pagebluk , Wak Tangsil suka berbohong
mereka
menyanyikan WAK TANGSIL : “bohong-bohong
tembang tota gundulmu mbledos”
toto. PETHAK : “sudah sudah, ini terus
Disambung gimana kelanjutannya wak kami
tembang Tolak nurut sampean saja”
kala. WAK TANGSIL : “Sudahlah , tidak
diragukan lagi ini memang
pagebluk. Begini thak, kita kan
masih hidup di lingkungan
tradisional. Mengikuti adat istiadat
dari masyarakat terdahulu
bagaimana kalo kita keliling desa
mengusir pagebluk sekalian jinnya
dengan cara menabuh oklik,
menari dan menyanyikan
tetembangan yang sakral”.
PETHAK : “Apa benar cara
mengusir pagebluk terdahulu
seperti itu wak?
WAK TANGSIL : “haduh sampean
Ditengah ini nggak pernah browsing di
perjalanan, jonggol (google) to thak makanya
Balong salah ketinggalan berita terus.
satu warga KANG PANJAK : “lho sampean ya
desa tersebut wis ilat tuek wak , yang benar
memberhentika Google , bukan jonggol”
n kegiatan PETHAK : “halah terserah
warga yang sampean wak”
sedang KANG PANJAK : “sudah-sudah
mengusir malah bertengkar, gimana thak
pagebluk. kamu setuju apa nggak sama
usulannya wak Tangsil ?”
PETHAK : “kalo aku sih yes, kalian
bagaimana?” (kepada kang panjak)
KANG PANJAK : (berunding dan
akhirnya setuju) baiklah thak kami
Seluruhnya setuju. Kita siap-siap dulu. Ayo ayo
sudah berhasil ayo…
di provokasi
oleh wak Tota toto tota toto
Tangsil. Ramai Tota toto tota toto
para panjak
mendukung WAK TANGSIL : “baiklah , kalo
keputusan wak kalian sudah siap kita berangkat
tangsil. mengusir pagebluk”
SELURUHNYA : “berangkaaat!!”
Kala saka etan ditolak balik
mengetan
Lailahaiallah muhamadurosulallah
Kala saka kidul ditolak balik
mengidul
Lailahaiallah muhamadurosulallah
Kala saka kulon ditolak balik
Belum selesai mengulon
Balong Lailahaiallah muhamadurosulallah
menjelaskan Kala saka elor ditolak balik
usulannya, wak mengalor
tangsil Lailahaiallah muhamadurosulallah
langsung Le lalo le lalo la lo lo le lo la
Lelalo lelalo la lo lo le la le lo la
memotong
Laqaulawalakuwata’ kuwato kersaning
pembicaraan. allah

BALONG : “hop…hop stop


setoopp !! ada apa ini kok rame-
rame? Mukul
oklik,menari,menyanyi kola-kolo
nggak jelas tadi itu maksutnya apa
?
PETHAK : “Kami mau mengusir
pagebluk dari desa kita pak
Balong”
WAK TANGSIL : “Benar pak
Balong, kita juga mau ngusir jin
yang sedang mengganggu
ketentraman warga desa”
BALONG : “lho..lho..lho sik sik ,
Wak tangsil, sebabnya apa kalian melakukan
Pethak, serta pengusiran ini?”
Balong pergi
menuju rumah
kang Germo PANJAK HORE : “Sudah, lebih
diiringi baik sampean ikut kita mengusir jin
tembang Sruwa dan pagebluk saja pak Balong”
Sruwi. WAK TANGSIL : “Penyebabnya ya
ada di jin itu tadi, sehari ada tiga
orang sekaligus meninggal di desa
kita dan tanpa sebab. Kalo seperti
itu apa namanya kalo tidak
pagebluk dan pasti itu ulah jin jin
nakal yang mencelakai warga
desa”
BALONG : “sampean jangan
mengada-ada wak tangsil, mana
bisa jin menyentuh manusia, lagi
pula dunia mereka kan beda
dengan dunia manusia”
WAK TANGSIL : “hahaha lebih
baik sampean diam pak balong,
sampean itu nggak tau apa-apa.
Kalo nggak mau ikut kita mengusir
jin ya sudah pak Balong pulang
saja”
BALONG : “astauqfirullah, saya
eman pada penduduk desa wak
tidak pada sampean. Mereka
semua tidak tahu apa-apa tapi
sampean manfaatkan untuk
kegiatan tidak jelas seperti ini”
WAK TANGSIL : “heh pak tua,
kalo ngomong mulutnya dijaga
jangan sampai topi ini masuk ke
Wak tangsil mulut sampean”
langsung pergi PANJAK HORE : “ayo wak tangsil
dari rumah lanjutkan saja wak ayoo wak
kang germo. menang sampean”
Panjak hore PETHAK : “heh kamu ini malah
meneriaki wak mengadu domba, sudahlah kita
tangsil. bicarakan baik-baik wak. Sekarang
apa yang hendak sampean
sampaikan pak Balong?”
BALONG : “trimakasih thak, begini
saya punya usulan .kalo wak
tangsil masih saja ngeyel kita pergi
saja ke kang germo, yang paling
mengerti tentang seluk beluknya
desa kita kan hanya kang Germo
sesepuh desa ini, kita tanyakan hal
ini pada kang Germo saja agar
para warga mengerti yang
sebenarnya…”
WAK TANGSIL : “tidak perlu !! , ini
sudah jelas sekali memang
perbuatan jin, buat apa kita ke
kang Germo segala”
PETHAK : “sebentar wak tangsil
biarkan pak Balong menyelesaikan
usulannya dulu”
Cawik masuk BALONG : “agar nantinya para
diiringi warga mengerti yang sebenarnya
tembang Tak terjadi lagi pula saya yakin ini
Kudang. bukanlah ulan jin”
Pethak tampak CAWIK : “masuk akal juga usulan
kagum melihat sampean pak Balong”
Cawik yang PETHAK : “Benar juga, baiklah
ayu. saya akan ikut sampean kerumah
kang Germo. Ayo wak tangsil
sampean ikut apa tidak?”
WAK TANGSIL : “oke siapa takut ,
saya akan ikut kalian”
PETHAK : “Baiklah ayo kita
berangkat”

Seluruhnya
ketawa
mengejek
pethak. Sruwa sruwi ayo ramban godhong
semanggi
Semanggine yen sore godhong
wewean
Sun baturku lungo menyang
sabrang
Kolang kalingan godhong sak
lembar
Alah sorak alah hore
Hore hore hore 2x
PETHAK & BALONG : “Amit
mawon kang Germo”
KANG GERMO : “Yo cung , ada
apa? Kok datangnya rame-rame”
WAK TANGSIL : “di desa kita
sedang gempar-gemparnya
pagebluk kang Germo, jin jin nakal
sedang berkeliaran mencelakai
warga desa bahkan ada beberapa
yang meninggal”
KANG GERMO : “sebentar wak
sebentar, kalo ngomong mbok ya
Sambil yang jelas, saya nggak mudeng
membersihkan maksut sampean”
lingkungan PETHAK : “eh begini lho kang,
desa mereka satu hari ini ada 3 warga kita yang
menari, dan meninggal tapi anehnya meninggal
menyanyikan tiba-tiba kang”
tetembangan. KANG GERMO : “maksutnya
Setelah mereka tanpa sebab?”
selesai soyo PETHAK : “iya kang itu maksut
wak tangsil saya, salah satunya saudara saya
masuk sendiri kang”
menangis KANG GERMO : “innalilahi saya
menyesali turut berduka thak, terus maksut
karena kalian bertiga ini menemui saya
anaknya juga mau ngapain?”
meninggal. WAK TANGSIL : “tidak ada maksut
lain kang!! Ya sudah saya pamit
dulu, assalamualaikum”
PETHAK : “eh wak tangsil
sebentar wak kita dengarkan dulu
kang germo”
BALONG : “sudah biarkan saja
thak,begini lo kang tadi kan sudah
diceritakan kejadiannya sama si
pethak, sekarang wak tangsil
malah menyangkut-pautkan
kejadian ini dengan pagebluk dan
hal-hal gaib kang akan tetapi saya
tidak percaya akan hal-hal seperti
itu dan kami berdua sempat
bantah-bantahan. Untuk itu kita
bertiga kesini untuk mencari
kebenaran, sampean kan orang
yang paling mengerti tentang desa
kita to kang mbok ya dikasih saran
kang”
KANG GERMO : “o jadi begitu
masalahnya, intinya ada orang
Akhirnya wak meninggal secara misterius dan
tangsil sadar wak tangsil mengaitkan dengan hal
akan gaib, begitu tho?
kelakuannya, PETHAK : “benar kang”
para warga KANG GERMO : “begini lo cung .
soyo merawat untuk menyelesaikan masalah ini
jenazah korban saya punya kenalan yang mengerti
demam tentang wabah, dia itu pakarnya.
berdarah. Namanya bidan cawik kita panggil
Seluruhnya saja dia kemari”
sibuk PETHAK : “masuk akal juga kang,
menyiapkan silahkan kang”
peralatan untuk
soyo. Sambil
menyanyi serta Tak kudang nanglo nangle
menari mereka Cawik ayu metu dewe
menyanyikan Jaluk ane sorak hore
tembang Ala sorak sorak hore hore
Sampun rak sorak sorak hore hore
Rampung. re re re re re sorak hore

CAWIK : “ada apa kang? Sampean


kok memanggil saya”
PETHAK : “haduh, kalo bidannya
cantik seperti ini bawaannya saya
jadi pengen sakit terus kang”
PANJAK HORE : “hoalah thak
thak kamu itu kena TBC ya?”
PANJAK HORE : “kok TBC ?
memangnya apa kang?”
PANJAK HORE : “Tekanan Batin
Cinta”
BALONG : “wis sudah-sudah
malah nggak selesai ini
masalahnya, monggo kang germo”
KANG GERMO : “Begini dek cawik
sampean kan pakarnya wabah,
sampean juga bidan di desa kita.
Saya beserta seluruh warga mau
menanyakan tentang wabah yang
sedang menyerang kita yang
katanya sudah memakan korban
jiwa”
CAWIK : “oalah itu to kang,
ceritanya begini kang. beberapa
waktu lalu saya sudah melakukan
survey di desa kita yang ternyata
banyak sarang-sarang nyamuk
dikarenakan lingkungan desa yang
kumuh dan kotor. Tentang
penduduk yang meninggal itu
mereka terjangkit penyakit demam
berdarah kang diakibatkan gigitan
nyamuk Aedes Aegypty”
PETHAK : “nyamuk mbeledes
mblegeti itu nyamuk yang
bagaimana? Saya kok baru
dengar.”
BALONG : “huehh bocah edian,
aedes aegypty bukannya
mblegedes mblegeti .kamu ini ada-
ada saja”
KANG PANJAK : “aja ndesa-
ndesa nemen to thak!”
PETHAK : “ya maaf kang tadi saya
kurang jelas dengarnya”
CAWIK : “nyamuk Aedes Aegypty
itu ya tadi pembawa virus demam
berdarah mas pethak”
PETHAK : “terus kita harus harus
ngapain agar terhindar dari wabah
demam berdarah itu?”
CAWIK : “lebih baik kita soyo kang,
membersihkan lingkungan desa
yang kumuh agar terhindar dari
sarang nyamuk beserta
penyakitnya tadi”
KANG GERMO : “cerdas juga
sampean bidan cawik, baiklah pak
Balong, Pethak sekarang kita siap-
siap kita ajak warga soyo
membersihkan lingkungan desa.”
SELURUHNYA : “ayo ayo…ayo
podo soyo ayo”

Yo…soyo…soyo…yo…soyo…soyo

WAK TANGSIL : “kang…kang


germo tolong saya kang”
KANG GERMO : “lho..lho
sampean kenapa wak tangsil?”
WAK TANGSIL : “anak
saya…anak saya juga meninggal
kang germo”
PETHAK : “lhoh lha kok bisa wak?”
WAK TANGSIL : “nggak tahu thak,
sebenarnya ini ada apa kang, saya
sudah melakukan pengusiran
pagebluk, saya juga sudah
mengusir jin-jin itu tapi kok masih
saja ada yang meninggal tanpa
sebab kang. Anak saya sendiri
malahan. Tolong saya kang”
KANG GERMO : “sabar wak
sabar, sampean sih nggak mau
mendengarkan saya dulu tadi.
Sebenarnya desa kita bukannya
kena pagebluk atau hal gaib tetapi
ketika tadi saya tanyakan pada
pakarnya wabah, bidan Cawik. Dia
menjelaskan bahwa sebenarnya
desa kita terjangkit wabah demam
berdarah karena lingkungan desa
kita kumuh. Lha ini tadi para warga
juga habis soyo membersihkan
lingkungan desa dan rumah
mereka masing-masing. mungkin
saja sampean tidak membersihkan
rumah sehingga rumah sampean
masih dibuat sarang nyamuk.
WAK TANGSIL : “saya menyesal
kang tadi tidak mendengarkan
sampean dulu, maafkan saya kang
germo. Seluruhnya maafkan saya.”
KANG GERMO : “sudahlah wak
tangsil tidak usah disesali, yang
sudah biarlah berlalu. Semoga
arwah para pendahulu kita
mendapatkan tempat yang baik
dialam sana. Eh ayo sekarang
semuanya kita soyo untuk merawat
jenazah-jenazah korban dari
wabah demam berdarah”
BALONG : “baik kang germo , ayo
semuanya kita soyo”

Sampun rampung dolanane kanca


sandur
Suwuk sembur urun tutur
Lumintu tansah sempulur
Najan campur bawur guyub rukun
kaya dulur
Pinter ngatur racikane para leluhur
Bilih wonten lepat atur
Pangapunten kang lumuntur

_SELESAI_

Anda mungkin juga menyukai