Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Model Pembelajaran Kel. 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami kelompok 3, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran pengukuran waktu“
dengan tepat waktu.

Makalah ini kami susun dengan sangat maksimal dan kami memperoleh
data dari berbagai sumber di internet, sehingga kami menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami dengan terbuka menerima
segala saran dan kritikan dari pembaca agar kam dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang bakat dan kecerdasan
peserta didik ini dapat memberikan manfaat maupun pembelajaran maupun
inspirasi bagi pembaca.

Palu, 01, Februari 2020

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………… 1

DAFTAR ISI……………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 3

A. LATAR BELAKANG………………………………………… 3
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………...4
C. TUJUAN……………………………………………………………... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. 5

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….. 11

A. PENGUKURAN WAKTU………………………………………….. 11
a. Membaca jam …………………………………………………… 11
b. Menentukan tanda waktu dan notasi……………………………. 12
c. Menentukan tanda dan notasi 24 jam……………………………. 14
d. Mengubah satuan waktu…………………………………………. 15
e. Mengubah jam ke menit, detik…………………………………... 16
f. Operasi hitung Waktu…………………………………………… 16

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 18

A. KESIMPULAN……………………………………………………….18
B. SARAN………………………………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di


semua jenjang pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar (SD) perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai
pihak yaitu pendidik, pemerintah, orang tua, maupun masyarakat, karena
pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan peletak konsep
dasar yang dijadikan landasan untuk belajar pada jenjang berikutnya,
selain itu penguasaan matematika yang kuat sejak dini diperlukan untuk
penguasaan dan penciptaan teknologi di masa depan.

Matematika menjadi mata pelajaran yang penting, tidak saja karena


kegunaannya dalam kehidupan praktis sehari-hari, tetapi karena juga
manfaatnya dalam mempelajari ilmu-ilmu lain. Keteraturan berpikir atau
berpikir secara sistematis hal yang sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu sering disebut sebagai salah satu
hasil belajar matematika.

Didalam kehidupan sehari-hari kata pengukuran tidak asing lagi


didengar oleh telinga, khususnya didalam dunia matematika. Macam-
macam pengukuran antar lain: pengukuran waktu, pengukuran sudut,
pengukuran panjang, dan pengukuran berat. Di dalam pembuatan makalah
ini kami akan membahas dan mengkaji materi pengukuran waktu dan
pengukuran sudut. Materi pengukuran yang disajikan haruslah dengan
kemampuan siswa Sekolah Dasar (SD) pada umumnya. Di dalam materi
pengukuran siswa diajarkan untuk mengenal satuan waktu, melakukan
pengukuran sudut serta mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan

3
dengan waktu dan sudut. Selain itu, dalam pelajaran matematika materi
tentang pengukuran sangatlah diperlukan media yang nyata, di dalam
makalah ini kami menampilkan gambar-gambar yang menarik yang
berkaitan dengan materi pengukuran waktu dan sudut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara membaca jam?


2. Bagaimana menentukan tanda waktu dengan notasi 12 jam yang
melibatkan keterangan pagi, siang, sore, atau malam?
3. Bagaimana menentukan tanda waktu dengan notasi 24 jam?
4. Bagaimana mengenal satuan waktu jam, menit, dan detik?
5. Bagaimana mengubah jam ke menit dan detik, dan sebaliknya?
6. Bagaimana melakukan operasi hitung satuan waktu?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui cara membaca jam.


2. Untuk mengetahui cara menentukan tanda waktu dengan notasi 12
jam yang melibatkan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
3. Untuk mengetahui cara menentukan tanda waktu dengan notasi 24
jam.
4. Untuk mengetahui cara mengenal satuan waktu jam, menit, dan detik.
5. Untuk mengetahui cara mengubah jam ke menit dan detik, dan
sebaliknya.
6. Untuk mengetahui cara melakukan operasi hitung satuan waktu.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

CTL (Contextual Teaching and learning) sebagai salah satu solusi atas
permasalahan pembela, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan
lebih daripada sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para
siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi
pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan
dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

A. KOMPONEN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran, seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran yaitu :

1. Konstruktivisme (construtivisme)
Construtivisme (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan
filsofis ini dalam pembelajaran yaitu ketika merancang pembelajaran dalam

5
bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis
karangan, mendemonstrasikan, mencipatakan ide dan sebagainya.
2. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siwa diharapkan bukan
mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Penemuan (inquiry) merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 200: 75).
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
 Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih
baik.
 Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
 Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur, dan terbuka .
 Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
 Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
 Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
 Memberi kebebasan siswa untuk bekerja sendiri.
 Dapat menghindari siswa dari cara belajar yang tradisional.
 Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
3. Bertanya (quenstioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Dalam pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
2) Mengecek pemahaman siswa.

6
3) Membangkitkan respon kepada siswa.
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning community)


Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dengan kerjasama dengan orang lain. Metode pembelajaran diperoleh
dengan teknik masyarakat belajar sangat membantu proses pembelajaran di kelas.
Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam :
1) Pembentukan kelompok kecil.
2) Pembentukan kelompok besar.
3) Mendatangkan ahli kelas.
4) Bekerja dengan kelas sederajat.
5) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
6) Bekerja dengan masyarakat.
5. Pemodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertetu, ada
model yang bisa ditiru. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, model
juga dapat dirancang dengan mendatangkan model dari luar.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi
merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung tentang apa yang
baru saja dipelajarinya.
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assement)
Assesement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, yang perlu diketahui oleh

7
guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar
siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar
itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assesement yaitu :
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
3) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
6) Dapat digunakan sebagai feed back.

Dalam mempraktekkan pembelajaran kontekstual, maka ada lima elemen


belajar yang konstruktivistik yang perlu diperhatikan sebagaimana yang
dinyatakan oleh Zahorik (Nurhadi,2002) bahwa ada lima elemen yang harus
diperhatikan dalam praktek pembelajaran konstektual yaitu :
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
b. Memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara
menyusun (1) konsep sementara (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada
orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu
(3), konsep itu direvisi dan dikembangkan
d. Mempraktekkan pengetahuan dan pemahaman tersebut (Applying
knowledge)
e. Melakukan refleksi (reflection knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
Kegiatan inquiri dalam makalah ini bagaimana siswa menemukan sendiri
cara menyederhanakan bentuk aljabar dengan menggunakan ubin aljabar.
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya Pada saat kerja kelompok,
kelompok yang satu boleh bertanya ke kelompok lain.
4. Ciptakan masyarakat belajar
Siswa dibagi beberapa kelompok
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Model yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi. Siswa tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar
dengan menggunakan ubin aljabar sedang siswa yang lain memperhatikan
bagaimana model tersebut.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta
untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Penilain di lakukan pada saat siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil
kerja mereka dan hasil karya mereka.

C. PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL


Untuk menerapkan pembelajaran kontekstual, guru perlu memegang prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran perkembangan mental
siswa. Artinya, Isi kurikulum dan metodologi yang digunakan untuk

9
mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan
intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta
kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di
dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang dipelajari dan
dilakukan oleh siswa SMP tentunya akan berbeda dengan siswa SMA
(Kilmer,2001 dalam Nurhadi,dkk,2003).
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (Independent Learning
Groups). Artinya, siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-
kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self
regulated learning).
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students). Artinya, di
dalam kelas harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya
latar belakang suku bangsa, status sosial, ekonomi, bahasa utama yang
dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e. Memerhatikan multi intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya,
dalam pembelajaran kontekstual guru harus memerhatikan kebutuhan dan
kecerdasan yang di miliki siswa yang meliputi: (1). kecerdasan verbal
linguistic adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis matematis adalah
kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik; (3)
kecerdasan fisual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola, ruang,
warna, garis, dan bentuk serta mewujudkan gagasan fisual dan keruangan
secara grafis; (4) kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggerakkan
badan untuk mengespresikan gagasan dan perasaan serta menyelesaikan
problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami menyusun
pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan Intra pribadi adalah kemampuan
memahami diri dan bertindak sesuai kemampuanya; (7) kecerdasan
antarpribadi adalah kemampuan memahami perasaan, maksud dan
memotifasi orang lain; (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan
memahami dan mengklasifikasikan tanaman, barang tambang, dan binatang.

10
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengukuran Waktu

1. Membaca Jam

Apa saja yang terlihat pada jam di


samping? Terdapat bilangan 1 sampai
dengan 12, terdapat dua jarum jam. Satu
jarum pendek dan satu jarum panjang,
Jarum pendek menunjukkan pukulnya
dan jarum panjang menunjukkan
menitnya.

a. Membaca jam analog yang menunjukkan waktu tepat


Jam Analog adalah jam yang menampilkan angka 1 sampai
12. Tanda waktu jam pada waktu yang tepat, yaitu jarum panjang
selalu berada pada angka 12, sedangkan jarum pendek berada pada
waktu yang ditunjuk.

Jarum panjang menunjuk angka12, jarum


pendek menunjuk angka 6. Tanda waktu
ini dibaca “pukul enam”.

b. Membaca jam analog yang menunjukkan waktu setengah

11
Tanda waktu jam pada waktu setengahan, yaitu jarum
panjang selalu berada pada angka 6, sedangkan jarum pendek berada
di tengah antara kedua angka yang dimaksud.

Jarum pendek berada di antara angka 3 dan


4. Tanda waktu ini dibaca “pukul tiga
(lebih) tiga puluh menit” atau “setengah
empat”.

c. Membaca jam analog yang menunjukkan waktu seperempat


Tanda waktu jam pada waktu seperempatan, yaitu jarum
panjang berada pada angka 3, sedangkan jarum pendek berada di
antara kedua angka yang dimaksud.

Jarum pendek berada di antara angka 12


dan 1, tetapi letaknya lebih dekat dengan
angka 12. Tanda waktu ini dibaca “pukul
dua belas (lebih) lima belas menit” atau
“dua belas seperempat”.

d. Membaca jam digital


Jam digital adalah jam yang menampilkan angka-angka
pokoknya saja. Perhatikan gambar berikut:

12
Pernah melihat jam seperti di atas jam tersebut dinamakan
jam digital. Jam digital terbagi atas dua bagian keduanya dipisahkan
oleh dua titik bilangan pertama menunjukkan jam bilangannya
sampai 24 bilangan kedua menunjukkan menit bilangannya sampai
60
bagaimana cara membaca jam digital
perhatikan contoh berikut

Dibaca pukul 8 lebih 34 menit Dibaca pukul 15 lebih 16 menit

2. Menentukan Tanda Waktu dengan Notasi 12 jam (Melibatkan


Keterangan Pagi, Siang, Sore, atau Malam)

Perhatikan gambar dibawah ini !

 Luki bangun tidur pukul 05.30 pagi.


Pukul 05.30 pagi, dibaca pukul lima lewat atau lebih tiga puluh
menit pagi.
 Luki berangkat sekolah pukul 06.30 pagi.
Pukul 06.30 pagi dibaca pukul enam lewat atau lebih tiga
puluh menit pagi.

13
 Luki pulang sekolah pukul 01.00 siang, belajar pukul 07.00
malam dan mulai tidur pukul 09.30.

KESIMPULAN:

Siang hari dari matahari terbit hingga matahari terbenam, lamanya


12 jam. Malam hari dari matahari terbenam hingga matahari terbit,
lamanya 12 jam. Matahari terbit pukul enam pagi, ditulis pukul 06.00
pagi. Matahari terbenam pukul enam sore, ditulis pukul 06.00 sore.
Tengah hari pukul dua belas, ditulis pukul 12.00 siang. Menentukan
tanda waktu dengan notasi 12 jam, harus diberi keterangan pagi, sore,
atau malam. Pukul 08.00 tanpa keterangan mempunyai 2 arti yaitu
pukul 08.00 pagi atau pukul 08.00 malam.

3. Menentukan Tanda Waktu dengan Notasi 24 jam

Sehari semalam lamanya 24 jam. Pergantian tanda waktu


adalah tengah malam atau pukul 12 malam. Dalam notasi 24 jam,
pukul 12.00 malam sama dengan pukul 24.00. Tidak seperti notasi
dalam 12 jam, menentukan tanda dengan notasi 24 jam tidak
menggunakan keterangan pagi, siang, atau malam, tetapi dengan notasi
00.00 sampai dengan 24.00.

14
Dari pukul 1 siang sampai pukul 12 malam. Dengan cara
menambahkan bilangan 12 dengan pukul yang ditunjukkan kedua
jarum jam.
Perhatikan gambar berikut.

Contoh :
1) Pukul 08.30, artinya pagi
2) Pukul 20.30, artinya pukul 08.30 malam
3) Pukul 11.15, artinya siang
4) Pukul 11.15 malam, ditulis pukul 23.15
5) Pukul 12.00, artinya pukul 12.00 tengah hari
6) Pukul 12.00 tengah malam, ditulis pukul 24.00

4. Mengenal Satuan Waktu Jam, Menit, dan Detik

Sekarang lihat jam tangan


kamu. Pukul berapakah
sekarang? Dalam satuan waktu
yang lebih kecil dari jam adalah
menit, sedangkan satuan yang
lebih kecil dari pada menit
yaitu detik.
Berikut ini adalah kesetaraan antara satuan jam, menit dan detik.

15
5. Mengubah Jam ke Menit dan Detik, dan Sebaliknya

Perhatikan contoh berikut ini.


1) 3 jam = .... menit
2) 7 menit = .... detik
3) 2 jam = .... detik
4) 5 jam 45 menit = .... jam

Jawab:
1) 3 jam = 3 × 60 menit = 180 menit
2) 7 menit = 7 × 60 detik = 420 detik
3) 2 jam = 2 × 60 × 60 detik = 7200 detik
4) 5 jam 45 menit = 5 jam + 45 menit
45
= 5 jam + 60 jam
3
= 5 jam + 4 jam

6. Melakukan Operasi Hitung Satuan Waktu


a. Operasi hitung pada penjumlahan:

10 jam 46 menit 41 detik


08 jam 32 menit 15 detik
–––––––––––––––––––––– +
Jawab:
10 jam 46 menit 41 detik
08 jam 32 menit 15 detik

16
–––––––––––––––––––––– +
18 jam 78 menit 56 detik

Bentuk terakhir dapat kita tulis:


18 jam 78 menit 56 detik = 18 jam + (1 jam + 18 menit) + 56
detik
= 19 jam + 18 menit + 56 detik

b. Operasi hitung pada pengurangan


09 jam 43 menit 20 detik
05 jam 23 menit 50 detik
–––––––––––––––––––––– –
Jawab:
20 detik tidak bisa dikurangi dengan 50 detik, maka kita
pinjam 1 menit = 60
detik dari satuan menit, maka:
09 jam 42 menit 80 detik
05 jam 23 menit 50 detik
–––––––––––––––––––––– –
04 jam 19 menit 30 detik

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Matematika adalah suatu cara menemukan jawaban terhadap suatu


masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan
pengetahuan tentang menghitung dan sebagainya.

Dalam matematika pengukuran sangat diperlukan, khususnya


dalam makalah ini menjelaskan mengenai pengukuran terhadap waktu dan
sudut. Pemberian contoh yang konkret sangat diperlukan untuk
pembelajaran di sekolah dasar. Dapat didahului dengan memperkenalkan
melalui benda-benda yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Melalui
pengenalan tersebut siswa dapat dengan mudah memahami materi
pengukuran waktu dan sudut. Dengan pembelajaran ini juga , siswa dapat
mengetahui hubungan waktu dengan sudut yang terbentuk pada jarum jam.

Matematika sebagai salah satu aspek yang sangat menunjang


tentunya memerlukan metode-metode serta keahlian dalam memecahkan
persoalan yang ada didalamnya. Karena itu, metode dianggap menjadi hal
yang sangat penting dalam proses penyampaian suatu ilmu pengetahuan
dan keberhasilan pembelajaran. Dengan terselesaikannya penyusunan
makalah ini, penulis berharap semoga apa yang dipaparkan dalam makalah
ini dapat bermanfaat serta menjadi salah satu sumber referensi bagi kita
semua terutama bagi yang membacanya. Melalui metode yang kreatif,
unik serta suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi
peserta didik tentunya menjadi salah satu target kita semua sebagai calon
tenaga pedidik dikemudian hari.

18
B. Saran

Dari berbagai pengalaman yang ada, kita pasti bisa mengambil


hikmah serta pesan tersirat yang terkandung didalamnya. Untuk itu,
dengan terselesaikannya penyusunan makalah ini kami berharap semoga
rekan-rekan semua bisa menjadi tenaga pendidik yang sesuai dengan nilai-
nilai yang melekat pada falsafah kehidupan bangasa dan negara kita.

Semoga apa yang telah kami uraikan didalamnya dapat bermanfaat


serta menjadi salah satu sumber referensi bagi rekan-rekan sekalian yang
membacanya. Dengan adanya pengukuran ini juga, siswa mudah-mudahan
dapat mengerti dengan baik tentang pengukuran waktu dan sudut. Dan tak
lupa pula, segala nasehat dan motivasi yang membangunpun sangat kami
perlukan demi menghasilkan hasil yang lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Purnomosidi, Wiyanto dan Endang Supadminingsih. 2008. Matematika untuk


SD/MI Kelas 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumarmi, Titing Mas dan Siti Kamsiyati. 2009. Asyiknya Belajar Matematika
untuk SD/MI Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Nur Fajariyah dan Defi Triratnawati. 2008. Cerdas Berhitung Matematika untuk
SD/MI Kelas 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Sumarmi, Titing Mas dan Siti Kamsiyati. 2008. Asiknya Belajar Matematika
untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Astuti, Lusia Tri dan P. Sunardi. 2009. Matematika untuk Sekolah dasar kelas V.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

RJ. Soenarjo. 2007. Matematika 5 SD dan MI Kelas 5. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional

20

Anda mungkin juga menyukai