Makalah Model Pembelajaran Kel. 3
Makalah Model Pembelajaran Kel. 3
Makalah Model Pembelajaran Kel. 3
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami kelompok 3, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran pengukuran waktu“
dengan tepat waktu.
Makalah ini kami susun dengan sangat maksimal dan kami memperoleh
data dari berbagai sumber di internet, sehingga kami menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dan kekurangan, maka dari itu kami dengan terbuka menerima
segala saran dan kritikan dari pembaca agar kam dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang bakat dan kecerdasan
peserta didik ini dapat memberikan manfaat maupun pembelajaran maupun
inspirasi bagi pembaca.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 3
A. LATAR BELAKANG………………………………………… 3
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………...4
C. TUJUAN……………………………………………………………... 4
A. PENGUKURAN WAKTU………………………………………….. 11
a. Membaca jam …………………………………………………… 11
b. Menentukan tanda waktu dan notasi……………………………. 12
c. Menentukan tanda dan notasi 24 jam……………………………. 14
d. Mengubah satuan waktu…………………………………………. 15
e. Mengubah jam ke menit, detik…………………………………... 16
f. Operasi hitung Waktu…………………………………………… 16
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 18
A. KESIMPULAN……………………………………………………….18
B. SARAN………………………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..20
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dengan waktu dan sudut. Selain itu, dalam pelajaran matematika materi
tentang pengukuran sangatlah diperlukan media yang nyata, di dalam
makalah ini kami menampilkan gambar-gambar yang menarik yang
berkaitan dengan materi pengukuran waktu dan sudut.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
CTL (Contextual Teaching and learning) sebagai salah satu solusi atas
permasalahan pembela, suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan
lebih daripada sekedar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri. CTL juga melibatkan para
siswa dalam mencari makna “konteks” itu sendiri.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi
pelajaran yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan
dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
1. Konstruktivisme (construtivisme)
Construtivisme (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit).
Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Penerapan
filsofis ini dalam pembelajaran yaitu ketika merancang pembelajaran dalam
5
bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis
karangan, mendemonstrasikan, mencipatakan ide dan sebagainya.
2. Menemukan (inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siwa diharapkan bukan
mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Penemuan (inquiry) merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan
guru untuk mengajar di depan kelas (Roestiyah, 200: 75).
Menurut Roestiyah teknik penemuan memiliki keunggulan sebagai berikut:
Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih
baik.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur, dan terbuka .
Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
Memberi kebebasan siswa untuk bekerja sendiri.
Dapat menghindari siswa dari cara belajar yang tradisional.
Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
3. Bertanya (quenstioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Dalam pembelajaran produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk :
1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
2) Mengecek pemahaman siswa.
6
3) Membangkitkan respon kepada siswa.
4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.
8) Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
7
guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa
mengalami kemacetan, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar
siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar
itu diperlukan disepanjang proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assesement yaitu :
1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
2) Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
3) Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta
4) Berkesinambungan
5) Terintegrasi
6) Dapat digunakan sebagai feed back.
8
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic.
Kegiatan inquiri dalam makalah ini bagaimana siswa menemukan sendiri
cara menyederhanakan bentuk aljabar dengan menggunakan ubin aljabar.
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya Pada saat kerja kelompok,
kelompok yang satu boleh bertanya ke kelompok lain.
4. Ciptakan masyarakat belajar
Siswa dibagi beberapa kelompok
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Model yang dimaksud di sini adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi. Siswa tersebut diminta mengerjakan soal penjumlahan bentuk aljabar
dengan menggunakan ubin aljabar sedang siswa yang lain memperhatikan
bagaimana model tersebut.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Setiap kelompok mempersentasekan hasil kerja kelompoknya dan diminta
untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Penilain di lakukan pada saat siswa kerja kelompok, mempersentasekan hasil
kerja mereka dan hasil karya mereka.
9
mengajar harus didasarkan pada kondisi sosial, emosional, dan perkembangan
intelektual siswa. Jadi, usia siswa dan karakteristik individual lainnya serta
kondisi sosial dan lingkungan budaya siswa haruslah menjadi perhatian di
dalam merencanakan pembelajaran. Contohnya, apa yang dipelajari dan
dilakukan oleh siswa SMP tentunya akan berbeda dengan siswa SMA
(Kilmer,2001 dalam Nurhadi,dkk,2003).
b. Membentuk kelompok belajar yang saling tergantung (Independent Learning
Groups). Artinya, siswa saling belajar dari sesamanya di dalam kelompok-
kelompok kecil dan belajar bekerja sama dalam tim lebih besar (kelas).
c. Menyediakan lingkungan yang mendorong pembelajaran mandiri (self
regulated learning).
d. Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of students). Artinya, di
dalam kelas harus mengajar siswa dengan berbagai keragamannya, misalnya
latar belakang suku bangsa, status sosial, ekonomi, bahasa utama yang
dipakai di rumah, dan berbagai kekurangan yang mungkin mereka miliki.
e. Memerhatikan multi intelegensia (multiple intelligences) siswa. Artinya,
dalam pembelajaran kontekstual guru harus memerhatikan kebutuhan dan
kecerdasan yang di miliki siswa yang meliputi: (1). kecerdasan verbal
linguistic adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif,
baik secara lisan maupun tulisan; (2) kecerdasan logis matematis adalah
kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik; (3)
kecerdasan fisual spasial adalah kemampuan untuk mempersepsi pola, ruang,
warna, garis, dan bentuk serta mewujudkan gagasan fisual dan keruangan
secara grafis; (4) kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggerakkan
badan untuk mengespresikan gagasan dan perasaan serta menyelesaikan
problem; (5) kecerdasan musik adalah kemampuan memahami menyusun
pola nada, irama, dan melodi; (6) kecerdasan Intra pribadi adalah kemampuan
memahami diri dan bertindak sesuai kemampuanya; (7) kecerdasan
antarpribadi adalah kemampuan memahami perasaan, maksud dan
memotifasi orang lain; (8) kecerdasan naturalis adalah kemampuan
memahami dan mengklasifikasikan tanaman, barang tambang, dan binatang.
10
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran Waktu
1. Membaca Jam
11
Tanda waktu jam pada waktu setengahan, yaitu jarum
panjang selalu berada pada angka 6, sedangkan jarum pendek berada
di tengah antara kedua angka yang dimaksud.
12
Pernah melihat jam seperti di atas jam tersebut dinamakan
jam digital. Jam digital terbagi atas dua bagian keduanya dipisahkan
oleh dua titik bilangan pertama menunjukkan jam bilangannya
sampai 24 bilangan kedua menunjukkan menit bilangannya sampai
60
bagaimana cara membaca jam digital
perhatikan contoh berikut
13
Luki pulang sekolah pukul 01.00 siang, belajar pukul 07.00
malam dan mulai tidur pukul 09.30.
KESIMPULAN:
14
Dari pukul 1 siang sampai pukul 12 malam. Dengan cara
menambahkan bilangan 12 dengan pukul yang ditunjukkan kedua
jarum jam.
Perhatikan gambar berikut.
Contoh :
1) Pukul 08.30, artinya pagi
2) Pukul 20.30, artinya pukul 08.30 malam
3) Pukul 11.15, artinya siang
4) Pukul 11.15 malam, ditulis pukul 23.15
5) Pukul 12.00, artinya pukul 12.00 tengah hari
6) Pukul 12.00 tengah malam, ditulis pukul 24.00
15
5. Mengubah Jam ke Menit dan Detik, dan Sebaliknya
Jawab:
1) 3 jam = 3 × 60 menit = 180 menit
2) 7 menit = 7 × 60 detik = 420 detik
3) 2 jam = 2 × 60 × 60 detik = 7200 detik
4) 5 jam 45 menit = 5 jam + 45 menit
45
= 5 jam + 60 jam
3
= 5 jam + 4 jam
16
–––––––––––––––––––––– +
18 jam 78 menit 56 detik
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Sumarmi, Titing Mas dan Siti Kamsiyati. 2009. Asyiknya Belajar Matematika
untuk SD/MI Kelas 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Nur Fajariyah dan Defi Triratnawati. 2008. Cerdas Berhitung Matematika untuk
SD/MI Kelas 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Sumarmi, Titing Mas dan Siti Kamsiyati. 2008. Asiknya Belajar Matematika
untuk SD/MI Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Astuti, Lusia Tri dan P. Sunardi. 2009. Matematika untuk Sekolah dasar kelas V.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
20