Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pengembangan pendidikan merupakan pembahasan yang akan disajikan lebih
lanjut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
6. Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai
panutan bagi siswa.
7. Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara
menyeluruh, termasuk sikap dan perlakuannya terhadap aktivitas jasmani
yang dilaksanakan secara teratur dan berkesinambungan.
8. Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
9. Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar
pendidikan jasmani disekolah.
10. Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu
hanyalah membuang-buang waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodranya, anak senang bermain.Ia senang melampiaskan
kebebasannya untuk bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk
menghadapi kehidupan nyata.Bermain mengajarkan kenyataan
hidup.Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi
pengembangan program yang sistematis dan berkesinambungan.
Sehingga tujuanbetul-betul dapat tercapai dengan maksimal sesuai apa
yang diharapkan.
4
fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan
sejahtra secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik.
Anak-anak dididik untuk maraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan
hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun prekteknya. Kebiasaan
hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga mencakup
kesejahteraan mental, moral, dan spiritual.Tanda-tandanya adalah anak lebih
tahan menhadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman,
nyaman dan tentram dalam kehidupan sehari-hari.
5
Apa peranan pendidikan jasmani dalam mempersiapkan para
pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam persaingan
global sekarang dan kelak? Apa pula peranan pendidikan jasmani dan
olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi
kehidupan manusia yang cenderung tidak lagi memerlukan perangkat
fisik yang utuh untuk menjalankan tugasnya sehari-hari?
Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik
dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.
Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh,
mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh
luas.Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus
lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan
wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik
dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan
fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari
manusia itulah yang menjadikannya unik.
Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang
berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi,
pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat.
Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa
pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan
keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan
emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang
cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral,
yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek
fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak
langsung.
6
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan
perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk
pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif,
dan afektif.
Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan
sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau
jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa
yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in
corporesano.
(a) Kesatuan Jiwa dan Raga
Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan
antara jiwa dan raga atau tubuh.Kepercayaan umum menyatakan
bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada
satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada
penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik
secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu
suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa.Kita
bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan
konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut
sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan
pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan
seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan
jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-
mata aktivitas fisik itu sendiri.Selalu terdapat tujuan pengembangan
manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan
nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya
terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah
konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau
di antara pengemban tugas penjas sendiri?
7
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan
terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku.Bahkan
termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali
pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari
kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun
karena kuatnya kepercayaan itu.
Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari
menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di
sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya
masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah
pada aspek fisik semata-mata.
Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu
masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program
pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana.
Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang
bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan
manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan
pengakuan masyarakat kita.Ini bersumber dan disebabkan oleh
kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan.
Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak
manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang
bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di
lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau
kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita
praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam
bidang pendidikan jasmani kita.
8
pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan
di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang
terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang
bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang
terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah
pendidikan jasmani.Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat
menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan
aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan
bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas
dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan
kependidikan.Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa
adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada
tujuan kependidikan.untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus
dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan
bersama.
Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?
Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang.Akan
tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan
berharga dari waktu luang.”Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi
oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan
jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau
membunuh waktu.Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada
aspek fisik, mental dan sosial.Jay B.
Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap
dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang.
Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa
“mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi
tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin
dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.
9
Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat
kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan rekreasi,
yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana
memanfaatkan waktu senggang mereka.
Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang
biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai
sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu,
yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan
memperoleh kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin
komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai kegiatan yang
menyehatkan.
10
Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara
efektif dalam hubungan antar orang.
Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, dan
olahraga
11
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut
sehingga kedudukannya dianggap penting.Melalui program yang
direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang
tinggi intensitasnya.Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang
untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan
banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat
anak.Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang
tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil
terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai
berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
d. Menyalurkan energi yang berlebihan
e. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental
maupun emosional.
12
dapat dipisah-pisahkan.Jasmani dan rohanai merupakan satu kesatuan
yang utuh yang selalu berhubungan dan selalu saling berpengaruah.
1. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasamani adalah suatu proses pendidikan seseorang
sebagai perseorangan maupun angota masyarakat yang dilakukan
secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam
rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan
jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
2. Pengertian Olahraga
Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang
terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam
rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal.
13
Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar
yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya
sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak
memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal
muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga
tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan
olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau
permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan,
permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat
untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada
keterampilan anak.
Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga
keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan
pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting
dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan
anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid
dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini
adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta
bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang
ingin dicapai.
Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat memberikan kekeliruan
yang berlarut-larut dalam proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah
bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid.
14
Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar
keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar
dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian
tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang
diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam
pendidikan olahraga.
Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada
pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung.
Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain langsung".
Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang
belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang
sudah mahir tadi.
Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda
ingin anak-anak belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling
dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan
bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang
diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar
anak menguasai keterampilan berolahraga, seperti dalam hal permainan
Bola Volley, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran teknik
dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar
setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang
bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak
mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru
tadi.
Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara
latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil
akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi
permainan bola volley.
Lain lagi dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka
akan serta merta merasa bahwa permainan bola Volley terlalu sulit dan
15
tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan
permainan bola Volley tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan
latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain
atau bahkan oleh gurunya sendiri. Anak-anak dalam kelompok gagal ini
biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak
berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua
kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak
yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh
pengalaman sukses.
Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan
setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk
kelompok mampu kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang
mampu, misalnya dalam permainan bola volley anak biasanya sangat
mengetahui vaksin bawah tetapi tidak mengetahui cara vaksin atas atau
smah dll.
Nah dari kriteria inilah seorang guru melihat tingkatan kemampuan
anak dalam berolahraga bola volley. Dengan cara demikian, semua anak
merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan anak makin
menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring dengan
seringnya mereka mengulang-ulang latihan.
Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak
merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Untuk mencegah
terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani dan
olahraga harus mengembangkan cara respon siswa terhadap anak yang
gagal dan melarang siswa untuk melemparkan ejekan pada temannya.
Sebagai konsep pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di
Indonesia, maka diilustrasikan dalam bagan berikut ini.
Ilustrasi konsep pendidikan jasmani dan olahraga tersebut, telah
dilandasi dengan berbagai aspek keilmuan, sehingga pencapaian
kebugaran jasmani dan keterampilan motorik melalui aktivitas manusia,
sehingga dapat memberikan nilai (aksiologi).
16
Sejarah singkat Perkembangan bola voli
Permainan Bola voli diciptakan oleh William G. Morgan pada
tahun 1895. Dia adalah seorang pembina pendidikan jasmani pada Young
Men Christian Assosiation ( YMCA ) dikota Holyoke, Massachusetts,
Amerika Serikat. Nama permainan semula ”Mintonette”, dimana
permainannya hampir serupa dengan permainan bulu tangkis
(badminton).
Jumlah pemain disini tak terbatas sesuai dengan tujuan semula
untuk mengembangkan kesegaran jasmani para buruh disamping
bersenam umum. William G. Morgan kemudian melanjutkan idenya
untuk mengembangkan permainan tersebut agar mencapai cabang
olahraga yang dipertandingkan. Nama permainan kemudian dirubah
menjadi ”Volley-Ball” yang artinya kurang lebih memvolley bola
berganti-ganti. Perkembangan permainan bola voli pada waktu itu di
Amerika sangat cepat berkat usaha William G. Morgan. Tahun 1922
Y.M.C.A.
Berhasil mengadakan kejuaraan nasional bola voli dinegara
Amerika Serikat. Pada saat Perang Dunia I tentara-tentara sekutu
menyebarluaskan permainan ini kenegara-negara Asia dan Eropa
terutama negara Jepang, Cina, India, Filipina, Rusia, Perancis,Estonia,
Latvia, Cekoslowakia, Rumania, Yugoslavia dan Jerman. Dalam Perang
Dunia II permainan ini tersebar luas diseluruh dunia terutama di Eropa
dan Asia.
Setelah Perang Dunia II, prestasi dan popularitas bola voli di
Amerika Serikat menurun, sedangkan dinegara-negara lain di terutama
Eropa Timur dan Asia berkembang sangat cepat dan massal. Mengingat
turnamen bola voli yang pertama pada tahun (1947) di Polandia
pesertanya cukup banyak, maka pada tahun 1948 I.V.B.F. ( International
Volley Ball Federation ) ddidirikan yang beranggotakan 15 negara.
(Suharno HP, 1974:2)
Indonesia mengenal permainan bola voli sejak tahun 1928 pada
jaman penjajahan Belanda.Guru-guru pendidikan jasmani didatangkan
dari Belanda untuk mengembangkan olahraga pada umumnya dan bola
17
voli khususnya.Disamping guru-guru pendidikan jasmani, tentara
belanda banyak andilnya dalam pengembangan permainan bola voli.di
Indonesia, terutama dengan bermain di asrama-asrama, dilapangan
terbuka dan mengadakan pertandingan antar kompeni-kompeni Belanda
sendiri.
Permainan bola voli di Indonesia berkembang sangat pesat
diseluruh lapisan masyarakat, sehingga bermunculan klub-klub dikota
besar di seluruh Indonesia. Dengan dasar itulah maka pada tanggal 22
Januari 1955 PBVSI ( Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia )didirikan
di Jakarta bersamaan dengan kejuaraan nasional yang pertama.
PBVSI sejak itu aktif mengembangkan kegiatan-kegiatan baik
kedalam maupun keluar negeri sampai sekarang. Perkembangan
permainan bola voli sangat menonjol saat menjelang Asian Games ke IV
dan Ganefo I di jakarta baik untuk pria dan wanita Indonesia
18
3. Teknik Penguasaan Bola
Untuk dapat menguasai bola secara maksimal dan sempurna seorang
pemain setidaknya harus memiliki kemampuan-kemampuan seperti
mampu melakukan passing atas secara baik dan benar dari teknik
dasar ini tidak diabaikan dan harus dilatih dengn baik, seseorang
harus mengerti dan benar-benar dapat menguasai teknik penguasaan
bola dengan baik dan terus menerus, (Dleter Beullteshtahl. 1986 : 9).
Agar dapat bermain bola voli dengan baik, seseorang harus mengerti
dan benar-berar dapat menguasai teknik penguasaan bola dengan
baik. Dengan menguasai teknik penguasaan bola dan latihan yang
continue diharapkan nantinya dapat bermain bola voli secara baik
dan benar.
4. Passing Bawah
Passing bawah biasanya dipergunakan oleh para pemain jika bola
datangnya rendah, baik untuk dioperkan kepada teman seregunya
maupun untuk dikembalikan ke lapangan lawan melewati atas jaring
atau net.
5. Passing Atas
Passing atas atau passing tangan atas adalah cara pengambilan bola
atau mengoper dari atas kepala dengan jari-jari tangan. Bola yang
datang dari atas diambil dengan jari-jari tangan di atas, agak di
depan kepala (Aip Syarifuddin, 1997 : 69). Gerakan passing bawah
dan passing atas yang menunjukkan bahwa digunakan passing
bawah pada saat bola yang datangnya rendah atau berada di depan
dada, sedangkan passing atas digunakan apabila bola datangnya di
atas atau melambung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
untuk menerima bola service lebih baik dan tepat menggunakan
passing bawah dibandingkan dengan passing atas, karena
kebanyakan bola sevice datangnya rendah dan berada di depan dada.
6. Service Bawah
Service bawah adalah cara melakukan pukulan permukaan dari petak
service dengan memukul bola dengan tangan dari bawah sebagai
usaha menghidupkan bola dalam permainan (Aip
19
Syarifuddin,1997:70).
Service bawah merupakan service yang dilakukan dengan tangan
bawah, siku diluruskan dan ayunan tangan dari belakang ke depan
melalui samping badan, salah satunya tangan memegang bola dan
bola tersebut dilambungkan baru dipukul. Service ini sangat populer
dan sering dilakukan oleh pemain pemula.
7. Service Atas
Service atas adalah cara melakukan pukulan permulaan dari bawah
service dengan memukul bola dari atas kepala sebagai usaha
menghidupkan bola ke dalam permainan (Aip Syarifuddin, 1997 :
53). Servise atas banyak variasinya, bola dapat dilambungkan
dengan satu tangan atau dua tangan, tinggi lambungan bola
tergantung dari maksud pukulan dan kesenangan pribadi
pemain.Namun pada prinsipnya harus diusahakan agar bola
dilambungkan sedemikian rupa tingginya, sehingga seluruh
rangkaian gerakan memukul menjadi satu gerakan yang tidak
terputus-putus.
8. Service Samping
Service samping adalah melakukan pukulan permulaan dari daerah
service dengan sikap berdiri menyamping dan berat badan berada di
kaki kanan (bagi yang tidak kidal), telapak tangan menghadap ke
atas (Mariyanto, 1995 : 119). Adapun pelaksanaan service samping
adalah service berdiri menyamping dengan tubuh bagian kiri lebih
dekat dengan jaring (bagi yang tidak kidal) kedua tanga bersama-
sama memegang bola. Pada saat bola akan dilambungkan, maka
badan diliukkan ke belakang dan lutut ditekuk. Kedua tangan
dijulurkan ke samping kanan, begitu bola lepas dari tangan, maka
tangan ditarik kesamping kanan bawah, berat badan berada di kaki
kanan, telapak tangan menghadap ke atas, pukulan tangan pada bola
dibantu dengan liukan badan, lecutan lengan dan gerakan pergelangn
tangan sehingga bola setelah dipukul melambung dengan keras dan
topspin.
20
9. Service Lompat
Service lompat adalah cara melakukan pukulan permulaan di daerah
service dengan melompat setelah bola dilambungkan dengan satu
tangan atau dua tangan (Aip Syarifuddin, 1997 : 59). Service lompat
dilakukan dengan bola dilambungkan dengan satu atau dua tangan.
Begitu bola dilambungkan diikuti dengan melompat dan diusahakan
bola berada di atas depan kepala. Bila bola telah berada di atas depan
kepala maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola
secepatnya.
10. Smash(Spike)
Smesh atau spike adalah gerakan memukul bola yang dilakukan
dengan kuat dan keras serta jalannya bola cepat, tajam dan menukik
serta sulit diterima lawan apabila pukulan itu dilakukan dengan cepat
dan tepat (Aip Syarifuddin, 1997 : 58). Pada teknik smash inilah
letak seninya permainan bola voli , apabila pemain hendak
memenangkan pertandingan maka mau tidak mau mereka harus
menguasai teknik smash. Pemain yang pandai melakukan smash atau
dengan istilah smasher harus memiliki kelincahan, daya ledak,
timing yang tepat dan mempunyai kemampuan memukul bola yang
sempurna. Pemain bola voli akan dapat melakukan berbagai variasi
smash apabila pemain tersebut menguasai teknik dasar smash secara
baik dan benar
11. Membendung
Membendung (Bloking) adalah bentuk gerakan seseorang atau
beberapa orang pemain yang berada didekat net/pemain depan (Aip
Syarifuddin, 1997 : 58). Tujuan untuk menutupi atau membendung
datangnya bola dari lapangan lawan, caranya dengan menjulurkan
kedua tangan ke atas dengan ketinggian yang kanan lebih tinggi dari
tepian atau bibir net.
Selama melakukan blocking perhatian harus terus menerus kepada
bola, posisi smasher terhadap bola dan pendangan mata dari pada
smasher.Untuk menyesuaikan terhadap arah datangnya smash, maka
perlu mengadakan langkah atau step ke samping kiri atau ke kanan
21
dengan maksud agar setiap saat dapat melompat ke atas untuk
melakukan blocking.
22
Bola
Bola harus bulat terbuat dari kulit yang lentur atau terbuat dari
kulit sintetis yang bagian dalamnya dari karet atau bahan yang sejenis.
Warna bola harus satu warna atau kombinasi dari beberapa warna.Bahan
kulit sintetis dan kombinasi warna pada bola dipergunakan pada
pertandingan resmi internasional harus sesuai dengan standar FIVB.
Keliling bola 64 – 67 cm dan beratnya 260 – 280 grm, tekanan didalam
bola harus 0, 39 – 0, 325 kg/cm2 (4,26 – 4,61 Psi) (294,3 – 318,82
mbar/hpa).
Pemain
Jumlah pemain dalam lapangan permainan sebanyak 6 orang setiap
regu dan ditambah 5 orang sebagai pemain cadangan dan satu orang
pemain libero. Satu tim maksimal terdiri dari 12 pemain, saru coach, satu
sistem coach, satu trainer, dan satu dokter medis, kecuali libero, satu dari
para pemain adalah kapten tim, dia harus diberi tanda dalam score sheet.
Hanya pemain terdaftar dalam score sheet dapat memasuki lapangan dan
bermain dalam pertandingan. Pada saat coach dan kapten tim
menandatangani scoresheet pemain yang terdaftar tidak dapat diganti.
23
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih Engkos, Olahraga Teknik dan Program Latihan dan Akademik, Persindo
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, Jakarta
1984
Soeharno HP, Dasar-Dasar permainan Bola Voli, FPOK IKIP Yogyakarta 1982
Soejono, Ilmu Coaching Umum, FKIK FPOK, Yogyakarta 1983
SyarifuddinAip, Pengetahuan Olahraga, CV baru, jakarta 1991
Aip Syarifuddin, Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP, Jakarta,
Grasindo. 1990
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=65
http://abidin-andibaharuddin.blogspot.com/2012/07/sistem-pengembangan-
pendidikan-jasmani.html Description: Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Tugas Makalah Asas Dan Falsafah Penjas
24