Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

2018 B - Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MONUMEN JUANG 45 MALANG

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas terstruktur UTS Take Home mata kuliah Kewarganegaraan

yang dibina oleh Bapak Rizki Agung Novariyanto, M. Pd

Oleh :

Agnes Putri Retnoning 185130100111020 2018 B


Gagas Wiratama S. 185130107111010 2018 B
Jacky Teguh Amanda 185130100111015 2018 B
Jeremy Evan Anggara 185130101111038 2018 B
Meidy Nafisabilla 185130100111007 2018 B
Nine Dwindadari M. 185130107111015 2018 B
Reza Listiya Pangestuti 185130101111003 2018 B
Ujiati Kamulyan 185130101111011 2018 B
Yosi Barlay 185130101111004 2018B

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN

OKTOBER 2019
BAB I

PENDAHULUAN

Seperti halnya kota-kota besar di mana pun, untuk menghiasi dan menambah keindahannya di sudut-sudut
tertentu selalu diberi hiasan berupa patung dan monumen. Demikian juga Kota Malang tidak termasuk wilayah
kabupaten, banyak sekali hiasan patung dan monumen. Saking banyaknya, penulis pun berani memberi sebutan
dengan Kota Seribu Patung. Ada tujuh jenis patung dan monumen yang ada di Kota Malang, pertama monumen
atau tugu yang melambangkan perjuangan masa kolonial. Kedua tugu dan patung yang dibangun atas dasar
peringatan atau lambang suatu prestasi. Ketiga patung pahlawan atau pejuang. Keempat patung
kontemporer. Kelima patung tokoh-tokoh super hero. Keenam adalah patung Singo Edan atau menurut bahasa
prokem Malang patung Ongis Nade yang merupakan lambang Arema Indonesia, bukan Arema FC. Dan, ketujuh
adalah patung seni Tari Topeng.

Kota Malang adalah sebuah kota yang memiliki sejarah panjang tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam
meraih kemerdekaannya melawan penjajahan Belanda. Maka tidak heran, ada beberapa titik di sudut Kota
Pendidikan ini, terdapat monumen bersejarah perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan NKRI. Kota Malang
memiliki sebuah monumen yang dibangun pada tanggal 20 Mei 1975 yang bertujuan untuk mengingat kembali
sejarah para pejuang bangsa tercinta ini. Monumen yang biasa disebut Monumen Juang ’45 ini merupakan
pembangkit semangat patriotisme pemuda di Kota Malang ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan RI.
Monumen yang terletak di depan stasiun kereta api Kota Malang yang tepatnya di Jalan Sriwijaya ini merupakan
patung raksasa sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, dan 19 patung-patung
kecil simbol rakyat jelata. Dan keseluruhannya itu menggambarkan sulitnya perjuangan mempertahankan negara
ini. Relief-relief yang mengelilinginya menjelaskan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun
1945 sampai dengan 1949 di Kota Malang. Dan terakhir di tepi monumen terdapat 8 pagar sebagai simbol budaya
Jawa. Serta teks Proklamasi tepat di depan monumen.
2.1 RumusanMasalah

1. BagaimanadandimanaletakdariMonumenJuang 45 Malang

2. BagaimanaMaknadanBentukKhasdariMonumenJuang 45 Malang

3. BagaimanaSejarahMonumenJuang 45 Malang

4. BagaimanaPenggambarandari relief yang terdapatpadaMonumenJuang 45 Malang

5. BagaimanaPembelajaranNilai yang terkandungpadaMonumenJuang 45 Malang

2.2 Tujuan

1. UntukmengetahuidimanaletakdariMonumenJuang 45 Malang

2. UntukmengetahuiMaknadanBentukKhasdariMonumenJuang 45 Malang

3. UntukmengetahuiSejarahMonumenJuang 45 Malang

4. UntukmengetahuiPenggambarandari relief yang terdapatpadaMonumenJuang 45 Malang

5. UntukmengetahuiPembelajaranNilai yang terkandungpadaMonumenJuang 45 Malang


BAB II
ISI

1. LOKASI MONUMEN
Monumen Juang 45 terletak di Jalan Kertanegara, di mana tepat berada di depan Stasiun Kotabaru Malang.
Hingga saat ini, wisatawan dan pengunjung lokal yang menuju ke arah Stasiun Kotabaru bisa melepaskan penat
sejenak sambil menikmati pemandangan sekitar. Tak hanya lalu lalang kendaraan, karena pemerintah Kota Malang
telah menata ulang sekitar area stasiun menjadi sentra kuliner dan jajanan khas, warung makan dan beberapa
restaurant. Tak jauh dari Monumen Juang 45 ini terdapat beberapa lokasi untuk dinikmati antara lain Taman
Cerdas Trunojoyo, Balaikota Malang dan taman tugu. Serta sarana akomodasi yang lumayan lengkap serta tidak
sulit untuk menuju pusat perbelanjaan. Selain bisa menjadi obyek wisata, Monumen Juang 45 ini dibangun sebagai
simbol patriotisme dan semangat rakyat Indonesia melawan penjajahan.

Untuk mengakses monumen ini sangat mudah. Karena letaknya berada di depan Stasiun Kota Baru yang
merupakan pusat kota, maka lokasi tersebut banyak dilalui oleh angkutan umum dari terminal yang ada di Kota
Malang yaitu angkot ADL, AL, MM, AJG, ABG dan AMG.Anda tinggal menuju Stasiun Kota Baru Malang dan
dengan mudah akan menemukan monumen ini. Sebab letaknya berada tepat di depan stasiun. Tak jauh dari
Monumen Juang 45 ini terdapat beberapa lokasi menarik untuk dinikmati antara lain Taman Cerdas Trunojoyo,
Balaikota Malang, Alun-alun Bunder atau Taman Tugu, dan Monumen Chairil Anwar.Tak jauh dari Monumen
Juang 45 ini terdapat beberapa lokasi menarik untuk dinikmati antara lain Taman Cerdas Trunojoyo, Balaikota
Malang, Alun-alun Bunder atau Taman Tugu, dan Monumen Chairil Anwar. Selama berlibur di kota Malang, Anda
bisa singgah di hotel terdekat seperti Tugu Malang Hotel, Hotel Mutiara, Santika Premiere Malang Hotel,
atau Gajahmada Graha Hotel.
2. BENTUK DAN MAKNA MONUMEN

Digambarkan dengan seorang raksasa yang tumbang, monumen atau patung tersebut berdiri gagah di depan
seberang Stasiun Kotabaru Malang, Jl. Kartanegara. Perkenalkan, itulah Monumen Juang 45 .Monumen Juang 45
dibangun pada 20 Mei 1975 dengan ide awal berasal dari pemerintah daerah Kota Malang. Monumen Juang ’45 ini
dibuat untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Juga merupakan pembangkit semangat
patriotisme anak-anak muda di Kota Malang ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945.Monumen dibangun untuk memperingati dan juga memperingatkan sebuah tragedi yang
pernah menimpa sebuah daerah. Monumen biasanya dibuat sedemikian rupa, dengan keunikan dan rentetan pesan
yang diperuntukkan sang pelihat. Salah satu monumen yang seperti itu di Malang adalah Monumen Juang 45.

Monumen Juang 45 sendiri berdimensi 10 x 40 meter dengan panjang pondasi 6,90 meter, panjang patung
3,30 meter dan tinggi 2 meter. Jika digabung dengan patung tertinggi, maka total keseluruhan tingginya mencapai
5 meter. Monumen ini berbentuk patung berwarna tembaga dan terbuat dari semen dengan 20 patung kecil dan satu
di antaranya berupa patung raksasa berukuran sangat besar. Monumen dikelilingi delapan pagar di tepi monumen
sebagai simbol budaya Jawa. Monumen berada di atas kolam dengan beberapa air mancur di sekelilingnya.
Sementara di sisi luar kolam terdapat ornamen bunga teratai mengelilingi Monumen Juang 45.

Monumen ini berbentuk patung yang terbuat dari semen dengan terdapat 19 patung kecil dan 1 patung
berukuran sangant besar.Patung dalam monumen ini menggambarkan tentang perjuangan rakyat Indonesia
melawan penjajahan dalam masa perang kemerdekaan tahun 1945-1949di Kota Malang.Selain patung, terdapat
pula 8 pagar di tepi monumen yang menjadi simbol budaya Jawa dan terdapat gambar teks proklamasi
kemerdekaan di bagian depan. Monumen Juang 45 dibangun pada 20 Mei 1975 dengan ide awal berasal dari
pemerintah daerah Kota Malang.

Monumen Juang 45 melambangkan matinya keangkaramurkaan para penjajah Jepang dan Belanda oleh
perjuangan rakyat Indonesia. Patung raksasa digambarkan sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu
menjajah negara kita, sedangkan 19 patung-patung kecil lainnya sebagai simbol rakyat jelata. Tak hanya patung, di
monumen ini juga terdapat relief yang menarik untuk ditelusuri. Relief-relief yang mengelilingi bangunan
monumen tersebut menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai
dengan 1949 di kota Malang. Pada sisi timur terdapat relief Sukarno-Hatta dan teks proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Di sisi utara ada relief yang menggambarkan kekejaman penjajah Jepang dan Belanda. Di sisi
barat dan selatan menggambarkan pertempuran rakyat Indonesia melawan penjajah.Monumen yang kerap disebut
dengan nama patung buto (raksasa) oleh warga malang ini memiliki pesan tersembunyi. Entah kenapa sang
pembuatnya waktu itu memilik untuk memberikan pesan tersirat. Seakan harus ada yang mengerti di balik patung
ini pesan luhur yang tersirat. Tak hanya patung dengan cerita raksasa roboh saja, di sekeliling monumen ini ada
relief yang berisikan kejadian-kejadian saat perjuangan.

Selain patung, terdapat pula 8 pagar di tepi monumen yang menjadi simbol budaya Jawa dan terdapat
gambar teks proklamasi kemerdekaan di bagian depan. Monumen Juang 45 dibangun pada 20 Mei 1975 dengan ide
awal berasal dari pemerintah daerah Kota Malang.

Monumen menggambarkan kegigihan para pejuang melawan penjajah yang digambarkan sebagai raksasa
tergeletak jatuh. Patung raksasa sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, dan 19
patung-patung kecil sebagai simbol rakyat jelata. Monumen Juang 45 melambangkan matinya keangkaramurkaan
para penjajah Jepang dan Belanda oleh perjuangan rakyat Indonesia. Patung-patung menggambarkan penduduk
yang berjalan untuk mengungsi dan para pejuang yang menginjak patung raksasa. Di mana keseluruhannya adalah
penggambaran betapa sulitnya memperjuangkan negara kita dari tirani. Relief-relief yang mengelilinginya
menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di Kota
Malang.
Fungsi dari monumen ini adalah untuk mengingatkan perjuangan dan rasa patriotisme pejuang Malang
sewaktu melawan kolonialisme Belanda dan Jepang. Nama 45 sendiri diambil dari tahun kemerdekaan Republik
Indonesia, karena setelah tahun 45 justru menjadi masa yang berat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan
adanya agresi serangan Belanda ke wilayah Indonesia meskipun sudah merdeka, salah satunya adalah Malang.

Setelah menyatakan merdeka, Malang mendapatkan serangan dari Belanda pada 21 Juli 1947. Cerita
pejuang di Malang dikenal sangat heroik, bahkan di saat itu juga ada kegiatan bumi hangus beberapa gedung yang
ada di wilayah Kota Malang agar tidak dimanfaatkan oleh Belanda.Monumen ini menggambarkan kalahnya
raksasa yang merupakan simbol dari Jepang dan Belanda melawan rakyat yang disimbolkan dengan 19 patung.
Simbol rakyat dibuat berbeda satu sama lain, sebagian diantara berperang melawan raksasa yaitu TNI dan para
pejuang, sementara sebagian yang lain berangkat untuk mengungsi yaitu masyarakat sipil.Monumen Juang 45
melambangkan matinya keangkaramurkaan para penjajah Jepang dan Belanda oleh perjuangan rakyat Indonesia.
Patung raksasa digambarkan sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, sedangkan
19 patung-patung kecil lainnya sebagai simbol rakyat jelata.
3. SEJARAH MONUMEN

Monumen Juang 45 dibangun pada 20 Mei 1975 dengan ide awal berasal dari pemerintah daerah Kota
Malang. Monumen Juang ’45 ini dibuat untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Juga
merupakan pembangkit semangat patriotisme anak-anak muda di Kota Malang ketika berjuang mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Monumen menggambarkan kegigihan para pejuang melawan penjajah yang digambarkan sebagai raksasa
tergeletak jatuh. Patung raksasa sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, dan 19
patung-patung kecil sebagai simbol rakyat jelata. Monumen Juang 45 melambangkan matinya keangkaramurkaan
para penjajah Jepang dan Belanda oleh perjuangan rakyat Indonesia. Patung-patung menggambarkan penduduk
yang berjalan untuk mengungsi dan para pejuang yang menginjak patung raksasa. Di mana keseluruhannya adalah
penggambaran betapa sulitnya memperjuangkan negara kita dari tirani. Relief-relief yang mengelilinginya
menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di Kota
Malang.

Pada masa awal Perang Kemerdekaan Malang berfungsi sebagai daerah pengunduran atau garis berlakang
dari pertempuran-pertempuran yang terjadi antara pihak Republik dengan pihak sekutu. Tidak ada catatan
pertempuran dalam skala besar di kota ini antara 1945 hingga terjadinya Agresi I yang dilakukan Belanda pada 21
Juli 1947. Kota ini praktis tidak mengalami kerusakan yang besar selama hampir dua tahun itu.

Dalam catatan pertempuran dalam skala besar, yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan
yang sifatnya masif di kota Malang baru terjadi pada 31 Juli 1947. Sepuluh hari setelah terjadinya agresi. Pada
periode Agustus 1945-Juli 1947 Malang adalah sebuah kota tempat terjadinya aksi-aksi kemanusiaan yang tak
kalah heroiknya dari mereka yang pergi ke medan tempur bahkan melibatkan berbagai etnis.

Pemuda merupakan unsur masyarakat kota yang paling cepat tanggap terhadap Prokamasi Kemerdekaan
17 Agustus 1945. Mereka mempelopori pengambilan kekuasaan dari tangan Jepang dalam wkatu singkat dan tanpa
pertumpahan darah. Pada akhir Agustus 1945 praktis seluruh gedung strategis berhasil direbut dan senjata yang
dimiliki tentara Jepang dilucuti.

Pada akhir Agustus itu juga para pemuda membentuk BKR (Barisan Keamanan Rakyat) untuk wilayah
Keresidenan Malang dengan komandannya Imam Sujai. Pembentukan BKR ini diikuti laskar lain seperti
Hisbullah, Sabillilah, KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), serta TRIP (Tentara Republik Indonesia
Pelajar). Bukan hanya kesatuan-kesatuan tempur yang dibentuk tetapi juga badan-badan yang bekerja untuk tugas
kemanusiaan.

Palang Merah Indonesia Cabang Malang dibentuk akhir September 1945 diketuai oleh dr.Achmad Saleh
bukan satu-satunya badan yang ada untuk tugas kemanusiaan. Ssetiap kesatuan militer juga punya unit palang
merahnya sendiri, seperti TRIP bagian Palang Merah, BPRI (Barisan Pemberontak RI bagian Palang Merah), TKR
bagian kesehatan dipimpin dr. Mohammad Imam. Belum lagi organisasi non tempur seperti Pemuda Putri
Indonesia yang dibentuk pada 10 Desember 1945.
Masyarakat Tionghoa kota Malang membentuk juga badan-badan kemanusiaan sebagai akibat
membanjirnya pengungsi keturunan Tionghoa dari Surabaya. Pada 5 Desember 1945, Palang Merah Cina
dibentuk dan diketuai oleh Oei Chiau Liang. Organisasi ini tidak saja berjasa membantu korban pengungsi
keturunan Tionghoa, serta menampung anak-anak peranakan Tionghoa yang kehilangan orangtua mereka, tetapi
juga orang Indonesia yang menjadi korban. Selain itu Masyarakat Tionghoa kota Malang juga mendirikan Palang
Biru yang diketuai oleh Tan Liep Sing, serta Angkatan Muda Tionghoa Malang pimpinan Siauw Giok Bie.
Semuanya untuk aksi kemanusiaan.

Ketika pecah pertempuran Surabaya pada November 1945 dari kota Malang tidak saja mengalir para
sukarelawan, tetapi juga para pekerja kemanusiaan. Di antara mereka terdapat puluhan gadis-gadis usia 17 tahunan
yang hanya mendapatkan pendidikan PPPK seadanya. Sekalipun di anatra mereka ada yang beruntung pernah
mendapat latihan EHBO pada masa Hindia Belanda pada tahun-tahun terakhir sebelum masuknya Jepang
(semacam program PPPK). Ada pula di antara mereka yang pernah dididik oleh Jepang. Keseluruhan relawan
kemanusiaan ini dididik secara kilat oleh dr.Sumarno.

Akibat pertempuran Surabaya, Malang tempat penampungan korban pertempuran, sekaligus pengungsi
yang terus bertambah. Pada 14 November 1945 satuan PMI dipimpin oleh dr. Suwandhi berhasil membawa obat-
obatan, alat-alat bedah, serta korban luka sekitar 1000 orang ke Malang. Jumlah ini terus meningkat dari hari ke
hari. Rumah sakit yang terbaik di Kota Malang adalah Rumah Sakit Militer Celaket tak mampu menampung
korban luka sebanyak itu. Dr. Sumarno berhasil menyulap rumah sakit yang tadinya hanya berkapasitas 60 tempat
tidur menjadi mampu menampung 1500 pasien.

Dari hari ke hari korban yang membutuhkan pertolongan mengalir deras. Perlu tambahan rumah sakit.
Jalan yang diambil ialah membuka sebuah rumah sakit darurat. Sebuah sekolah rakyat di Jalan Sarangan
dibongkar. Bangku-bangku dikeluarkan dari kelas. Sebagai gantinya dibuat dipan-dipan darurat yang terbuat dari
papan-papan. Umumnya yang dirawat di tempat ini ialah korban luka yang tidak terlalu parah atau sesudah
dioperasi.

Obat-obatan disediakan oleh orang-orang Tionghoa yang membuka tiga rumah obat, yaitu Apotik Yang
Seng, Pao Yang dan Apotik Rakyat. Pesawat terbang yang dikemudikan dr. Abdulrachman Saleh bolak-balik dari
Malang ke Madiun membawa obat-obatan. Rakyat ikut bergotong royong membuat perban darurat dari sprei
bekas yang digunting-gunting. Mereka juga memberikan bantuan makanan ke rumah sakit tempat perawatan
korban luka, sehingga para pasien tidak kekuarangan makanan untuk memulihkan kondisi tubuh.

Pertengahan Januari 1949, besarnya kekuatan patroli pasukan Belanda dengan intensitas gerak yang tinggi
disertai provokasi, perampokan, dan berbagai upaya untuk menurunkan semangat juang rakyat, menunjukkan
ambisi Belanda yang kuat untuk menduduki Kota Dampit. Sejak awal Februari 1949 mereka bergegas
memperbaiki jembatan dan jalan-jalan yang dirusak oleh pasukan gerilya RI dengan tujuan menguasai jalur
perhubungan.

3 Februari 1949. Pasukan Untung Suropati 18 (PUS 18) bergerak dari Wonokitri menuju Gunung Kelop
untuk membuat pangkalan pesiapan sekaligus perbentengan. Bagian dari pekerjaan awal PUS 18 pada waktu itu
adalah menyusun kembali pemuda desa (Pagar Desa) yang kokoh dan membentuk pelopor-pelopor dari golongan
rakyat yang bersenjata. Pekerjaan lainnya adalah mencari berita dan membentuk perhubungan lewat pos-pos
rahasia.

4 Februari 1949. Pagi hari, diperoleh kabar bahwa pasukan Belanda dari Pamotan sudah sampai di Kota
Dampit. Dikirimlah satu regu penyelidik ke wilayah Sumber Kembar untuk membaca situasi dan mereka kembali
dengan informasi bahwa Belanda dengan kekuatan satu regu berada di gardu. PUS 18 pun mengadakan stelling di
benteng untuk bersiaga. Seksi I Dan Seksi II dengan Keiki Kanjue (senjata mesin ringan) dan regu senapan mulai
bergerak dari Gunung Kelop menuju Sumber Kembar. Serangan urung dilakukan karena pasukan masuh sudah
kembali ke Dampit.

Regu Keiki Kanjue dan regu senapan selanjutnya memasuki Kota Dampit dan ketika melihat ada sepasukan
musuh berada di pertigaan jalan besar dekat pasar, mereka pun melepaskan tembakan. Terjadi pertempuran sampai
saat musuh mendapat bantuan dari Pamotan dan bermaksud mengepung. Pasukan RI melakukan pengunduran
karena mendapat serangan balasan dari dua jurusan dengan persenjataan yang lebih kuat dan senjata berat. Musuh
melakukan pengejaran, namun mereka pun kemudian mundur ketika tiba-tiba mereka ditembaki oleh juuki dan
tekidanto pasukan RI dari atas Gunung Kelop.

21 Februari 1949. PUS 18 dengan bantuan dari pasukan Sabar Soetopo telah selesai mempersiapkan
rencana dan gerakan untuk melalukan serangan-serangan terhadap pasukan Belanda. Perlu dilakukan pengacauan-
pengacauan terhadap pangkalan-pangkalan musuh di Turen dan Sedayu, serta menghambat pergerakan musuh ke
selatan dan timur. Bantuan tenaga dari rakyat daerah otonom Purwantoro sangat penting sebagai upaya untuk
mengobarkan semangat dan kesetiaan rakyat pada RI meskipun meraka ada di daerah pendudukan Belanda. Musuh
yang waktu itu juga berpangkalan di Sedayu bermaksud memudahkan kepentingan gerakan dan perbekalannya di
wilayah selatan dengan bantuan dari Krebet dan Malang.

22 Februari 1949. Tengah malam, PUS 18 bersama rakyat bergerak menyerang sasaran di Talok, merusak
jembatan Lesti, dan menyerbu pos di Turen. Serangan berhasil, musuh menarik mundur pasukannya. Meskipun
jembatan Kali Lesti gagal diledakkan, paginya, 23 Februari 1949, pukul 05.00 WIB Kota Sedayu dapat dikuasai.

24 Februari 1949. Banjarpatoman dan sekitarnya telah dikuasai oleh pasukan RI.

27 Februari 1949. Didapatkan berita bahwa sebagian pasukan Belanda bergerak menuju Ngelak dan
Amadanom. Pasukan RI segera menaiki Gunung Pandan Asri untuk stelling di perbentengan, sementara pasukan
musuh sudah sampai di ujung kampung Banjarpatoman. Menunggu kedatangan musuh, serangan tidak dilakukan,
karena untuk merahasiakan posisi dan menghemat amunisi. Ditengarai musuh berkekuatan satu setengah kompi,
bersenjata juki, PM (pistol mitralyur), diikuti pasukan Genie dan Telegrafi, dan sebagian besar terdiri dari tentara
Cakra yang ditarik dari Bali (Pasukan Gajah Merah).

Pukul 08.00 terjadilah tembak menembak selama hampir 3 jam. Pasukan RI menghentikan tembakan
karena persediaan amunisi hampir habis. Pertempuran Wonokoyo bisa dikatakan sebagai pertempuran terbesar
selama ini di wilayah Semeru Selatan. Di pihak musuh, banyak berjatuhan korban tewas dan luka, termasuk
tewasnya komandan mereka. Di pihak pasukan RI, gugur 3 orang pasukan dan 3 orang penduduk sekitar.
Siangnya, pasukan musuh menangani mayat para serdadu dan mereka yang terluka, lewat Amadanom
menyusuri lembah sungai dan jalanan kembali ke Dampit. Pasukan RI berhasil merampas PM, 300 butir peluru
Karaben, sebuah Karaben, 3 mortier dan tempat peluru lengkap.

Sementara itu di wilayah lainnya, pada 3 Februari 1949, pihak Belanda mengadakan serangan ke sarang
gerilya di Trawas. Pasukan gerilya termasuk pasukan Mansur Solichin terpaksa melakukan pengunduran.

17 Februari 1949. Pasukan gerilya menyerang markas Belanda di Wonokerto, melakukan pengrusakan di
jalan-jalan, merusak kawat-kawat telepon dan listrik, serta memasang ranjau darat (Myn). Pertempuran terjadi,
delapan pasukan Belanda tewas, sebuah truk hancur terkena Myn.

Esok harinya, pasukan gerilya kembali beraksi di jalan kereta api dan jalan raya, dan pemasangan Myn di
Candirubuh Kenduruan. Sorenya, Myn berhasil melumatkan 2 truk bermuatan serdadu Belanda. Tidak lama,
bantuan musuh datang menggunakan kereta api yang kemudian terhenti dihantam pasukan gerilya. Terjadilah
kontak senjata. Tiga belas serdadu Belanda tewas, dari pasukan gerilya gugur satu bunga bangsa, Much. Nasir.

25 Februari 1949. Kota Pandaan menjadi sasaran gerakan pasukan gerilya. Dengan tujuan melucuti senjata
polisi Belanda, mereka melakukan penghadangan di jalan raya Pandaan-Sukorejo, memasang Myn dan merusak
kantor-kantor Belanda. Dapat dirampas 4 pucuk senjata, pakaian, sepeda, dan peralatan lainnya.

26 Februari 1949. Malam hari. Pasukan gerilya berhasil menghancurkan sebuah panserwagon yang sedang
berpatroli menuju Pandaan.

Berdasarkan peristiwa diatas maka dibangunlah Monumen juang 45. Monumen yang dibangun pada 20
Mei 1975 ini dibuat untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Selain itu juga merupakan
pembangkit semangat patriotisme anak-anak muda di kota Malang ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Monumen Juang 45 berbentuk patung berwarna tembaga dan terbuat dari semen dengan 19 patung kecil
dan 1 patung raksasa berukuran sangat besar. Monumen tersebut berdimensi 10 x 40 meter dengan panjang pondasi
6,90 meter, panjang patung 3,30 meter dan tinggi 2 meter. Jika digabung dengan patung tertinggi, maka total
keseluruhan tingginya mencapai 5 meter. Bangunan ini berada di atas kolam dengan beberapa air mancur di
sekelilingnya. Terdapat delapan pagar di bagian tepinya sebagai simbol budaya Jawa. Sementara di sisi luar kolam
terdapat ornamen bunga teratai yang mengelilingi bangunan monumen.

Monumen Juang 45 melambangkan matinya keangkaramurkaan para penjajah Jepang dan Belanda oleh
perjuangan rakyat Indonesia. Patung raksasa digambarkan sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu
menjajah negara kita, sedangkan 19 patung-patung kecil lainnya sebagai simbol rakyat jelata. Tak hanya patung, di
monumen ini juga terdapat relief yang menarik untuk ditelusuri. Relief-relief yang mengelilingi bangunan
monumen tersebut menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai
dengan 1949 di kota Malang. Pada sisi timur terdapat relief Sukarno-Hatta dan teks proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia. Di sisi utara ada relief yang menggambarkan kekejaman penjajah Jepang dan Belanda. Di sisi
barat dan selatan menggambarkan pertempuran rakyat Indonesia melawan penjajah.
4. PENGGAMBARAN RELIEF DALAM MONUMEN

Monumen Juang 45, diberi cat dengan warna tembaga namun monumen tidak terbuat dari tembaga
melainkan dari cor semen dengan rangka besi. Ada 19 patung kecil dan satu patung yang berukuran sangat besar.
Bangunan yang punya dimensi 10×40 meter ini berada di atas kolam air mancur. Sementara di bagian bawah
monumen ada sebuah relief di sisi tepinya.Monumen ini menggambarkan kalahnya raksasa yang merupakan
simbol dari Jepang dan Belanda melawan rakyat yang disimbolkan dengan 19 patung. Simbol rakyat dibuat
berbeda satu sama lain, sebagian diantara berperang melawan raksasa yaitu TNI dan para pejuang, sementara
sebagian yang lain berangkat untuk mengungsi yaitu masyarakat sipil.

Relief yang ada di bawah menceritakan tentang perjuangan melawan penjajah yang diakhiri kemerdekaan
dengan simbol gambar Sukarno-Hatta di bagian timur. Sementara di sisi utara ada kekejaman penjajah. Sedangkan
di sisi barat ada cerita perjuangan.

Tak hanya patung, di monumen ini juga terdapat relief yang menarik untuk ditelusuri.Relief-relief yang
mengelilingi bangunan monumen tersebut menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan
dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di kota Malang. Pada sisi timur terdapat relief Sukarno-Hatta dan teks
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Di sisi utara ada relief yang menggambarkan kekejaman penjajah
Jepang dan Belanda. Di sisi barat dan selatan menggambarkan pertempuran rakyat Indonesia melawan
penjajah.Namun semua relief tadi tanpa keterangan sehingga sulit dimengerti apa yang dimaksudkan dari
monumen yang terletak di Jalan Kertanegara tadi.
5. PEMBELAJARAN NILAI YANG TERKANDUNG DALAM MONUMEN
5.1 Nilai Patriotisme
Patriotisme adalah sikap yang berupaya menjaga kemerdekaan dengan segala cara, termasuk
dengan mengorbankan jiwa dan raga”. Patriotisme merupakan sikap cinta tanah air untuk
mempertahankan negaranya dengan sikap rela berkorban, pantang menyerah, dan kesetiaan terhadap
sesuatu. Patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah, dan rela berkorban demi bangsa
dan negara. Patriotisme berasal dari kata "patriot" dan "isme" yang berarti sifat kepahlawanan atau
jiwa pahlawan, atau "heroism" dan "patriotism" dalam bahasa Inggris. Pengorbanan ini dapat
berupa pengorbanan harta benda maupun jiwa raga.Monumen ini dibangun pada 20 Mei 1975
dengan ide awal berasal dari pemerintah daerah Kota Malang. Monumen Juang ’45 ini dibuat untuk
mengingat kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Juga merupakan pembangkit semangat
patriotisme anak-anak muda di Kota Malang ketika berjuang mempertahankan kemerdekaan
Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

5.2 Nilai Kebudayaan


Selain patung, terdapat pula 8 pagar di tepi monumen yang menjadi simbol budaya Jawa
dan ada gambar teks proklamasi kemerdekaan di bagian depan. Monumen Juang 45 dibangun pada
20 Mei 1975 dengan ide awal didirikan dari pemerintah daerah Kota Malang.Kebudayaan adalah
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak.
Nilai-nilai budaya adalah nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat,
lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.Ada tiga hal
yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu :Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang
kelihatan kasat mata (jelas), Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto
tersebut Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan
dalam bertindak dan berperilaku.

5.3 Nilai Rela Berkorban


Nilai rela berkorban ditunjukan oleh para pejuang yang berkorban jiwa, keluarga, dan harta
mereka demi kemerdekaan indonesia. Nilai rela berkorban sangat diperlukan baik pada masa
perjuangan maupun pada masa sekarang. Nilai rela berkorban menjadi semakin lebih bermakna
apabila teraplikasi dalam perbuatan. Berbagai bentuk perjuangan sebelum Indonesia merdeka telah
dilalui oleh bangsa Indonesia, baik yang sifatnya kedaerahan maupun nasional. Pengorbanan yang
dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menghadapi penjajahan dan untuk mencapai Indonesia
merdeka tiada terhingga besarnya, baik jiwa maupun harta.
Dalam upaya mengisi kemerdekaan ini pun tetap diperlukan patriot-patriot pembela negara
yang rela berkorban demi tercapainya tujuan bangsa Indonesia, yaitu Kemajuan bangsa dan
peningkatan kesejahteraan kehidupan bangsa Indonesia, seperti yang telah dicita-citakan dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
5.4 Nilai Perjuangan
Nilai perjuangan dalam monumen ini ditunjukkan oleh, Relief-relief yang mengelilingi
bangunan monumen tersebut menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan
dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di kota Malang. Nilai perjuangan yang dilahirkan para pejuang
memiliki sifat hakiki, luwes, lestari, dan dinamis, karenanya tetap relevan dijadikan motivasi dan
inspirasi generasi penerus bangsa, karena itulah kita mampu bertahan secara teguh dan konsisten
namun tetap bersikap luwes, dinamis dan antisipatif dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap
keselamatan NKRI.Istilah perjuangan berbeda dengan pengertian pergerakan, ”perjuangan adalah
suatu usaha untuk mencapai kemerdekaan dengan menggunakan organisasi secara teratur”. (Kansil,
1985 ; 15) Akan tetapi perjuangan tidak hanya merupakan usaha untuk mencapai kemerdekaan saja
secara mutlak melainkan juga usaha-usaha mempertahankannya.

5.5 Nilai Kegigihan


Nilai perjuangan dalam monumen ini ditunjukkan oleh, Monumen yang menggambarkan
kegigihan para pejuang melawan penjajah yang digambarkan sebagai raksasa tergeletak jatuh.
Patung raksasa sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, dan 19
patung-patung kecil sebagai simbol rakyat jelata. Monumen Juang 45 melambangkan matinya
keangkaramurkaan para penjajah Jepang dan Belanda oleh perjuangan rakyat Indonesia. Patung-
patung menggambarkan penduduk yang berjalan untuk mengungsi dan para pejuang yang
menginjak patung raksasa. Di mana keseluruhannya adalah penggambaran betapa sulitnya
memperjuangkan negara kita dari tirani.
Relief-relief yang mengelilinginya menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang
Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di Kota Malang. Kegigihan adalah semangat
pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat
membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus
dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah. Kualitas kematangan mental
seseorang dibangun dari fondasi yang kuat. Orang sukses bukan tidak pernah gagal, melainkan
mereka tidak pernah menyerah.
Kegigihan, keuletan (perseverance) merupakan salah satu karakter kepribadian yang sangat
dibutuhkan dalam mencapai suatu tujuan jangka panjang (Duckworth et al., 2007: 92). Kegigihan
adalah keteguhan dalam memegang pendapat atau keuletan. Ketika seseorang memutuskan untuk
tetap melanjutkan upaya hingga tercapai tujuan, itulah kegigihan. Meskipun tidak mudah
memilikinya, tetapi kehidupan ini sendiri sebenarnya dapat membentuk kegigihan seseorang.
Sehingga tak menutup kemungkinan setiap manusia yang hidup memiliki sikap mental yang gigih
dan menjadi salah satu dari orang-orang sukses di dunia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Monumen Juang 45 terletak di Jalan Kertanegara, di mana tepat berada di depan Stasiun Kotabaru Malang.
Hingga saat ini, wisatawan dan pengunjung lokal yang menuju ke arah Stasiun Kotabaru bisa melepaskan penat
sejenak sambil menikmati pemandangan sekitar. Tak hanya lalu lalang kendaraan, karena pemerintah Kota Malang
telah menata ulang sekitar area stasiun menjadi sentra kuliner dan jajanan khas, warung makan dan beberapa
restaurant. Tak jauh dari Monumen Juang 45 ini terdapat beberapa lokasi untuk dinikmati antara lain Taman
Cerdas Trunojoyo, Balaikota Malang dan taman tugu. Serta sarana akomodasi yang lumayan lengkap serta tidak
sulit untuk menuju pusat perbelanjaan. Selain bisa menjadi obyek wisata, Monumen Juang 45 ini dibangun sebagai
simbol patriotisme dan semangat rakyat Indonesia melawan penjajahan.

Monumen Juang 45 sendiri berdimensi 10 x 40 meter dengan panjang pondasi 6,90 meter, panjang patung
3,30 meter dan tinggi 2 meter. Jika digabung dengan patung tertinggi, maka total keseluruhan tingginya mencapai
5 meter. Monumen ini berbentuk patung berwarna tembaga dan terbuat dari semen dengan 20 patung kecil dan satu
di antaranya berupa patung raksasa berukuran sangat besar. Monumen dikelilingi delapan pagar di tepi monumen
sebagai simbol budaya Jawa. Monumen berada di atas kolam dengan beberapa air mancur di sekelilingnya.
Sementara di sisi luar kolam terdapat ornamen bunga teratai mengelilingi Monumen Juang 45.

Monumen Juang 45 dibangun pada 20 Mei 1975 dengan ide awal berasal dari pemerintah daerah Kota
Malang. Monumen Juang ’45 ini dibuat untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Juga
merupakan pembangkit semangat patriotisme anak-anak muda di Kota Malang ketika berjuang mempertahankan
kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Monumen menggambarkan kegigihan para pejuang melawan penjajah yang digambarkan sebagai raksasa
tergeletak jatuh. Patung raksasa sebagai simbol kolonialisme (Belanda) yang saat itu menjajah negara kita, dan 19
patung-patung kecil sebagai simbol rakyat jelata. Monumen Juang 45 melambangkan matinya keangkaramurkaan
para penjajah Jepang dan Belanda oleh perjuangan rakyat Indonesia. Patung-patung menggambarkan penduduk
yang berjalan untuk mengungsi dan para pejuang yang menginjak patung raksasa. Di mana keseluruhannya adalah
penggambaran betapa sulitnya memperjuangkan negara kita dari tirani. Relief-relief yang mengelilinginya
menggambarkan tentang perjuangan pada masa Perang Kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan 1949 di Kota
Malang.

Pada sisi timur terdapat relief Sukarno-Hatta dan teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Di sisi
utara menggambarkan kekejaman penjajah Jepang dan Belanda. Di sisi barat menggambarkan pertempuran dan sisi
selatan juga menggambarkan pertempuran. Namun semua relief tadi tanpa keterangan sehingga sulit dimengerti
apa yang dimaksudkan dari monumen yang terletak di Jalan Kertanegara tadi.

Fungsi dari monumen ini adalah untuk mengingatkan perjuangan dan rasa patriotisme pejuang Malang sewaktu
melawan kolonialisme Belanda dan Jepang. Nama 45 sendiri diambil dari tahun kemerdekaan Republik Indonesia, karena
setelah tahun 45 justru menjadi masa yang berat untuk mempertahankan kemerdekaan dengan adanya agresi serangan
Belanda ke wilayah Indonesia meskipun sudah merdeka, salah satunya adalah Malang.
3.2 Saran

Memanfaatkan pengetahuan dan sejarah Monumen Juang 45 demi kemajuan dan semangat, serta
kesejahtraan bangsa Indonesia. Kepada generasi muda dan pelajar harus cepat meraih kemampuan demi mengejar
ketertinggalan selama ini. Memanfaatkan pengetahuan ini sangat tepat. Contohnya pada akhirnya akan menjadikan
bangsa Indonesia menjadi Negara Maju dan jadikan bangsa Indonesia kita sebagai bangsa yang besar dimata dunia.
Untuk mengenang dan menandai kebesaran perjuangan Kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikenal
dengan Revolusi 17 Agustus 1945 serta untuk membangkitkan semanggat patriotisme generasi muda sekarang dan
yang akan datang, maka di angunlah suatu tanda peringatan yang bentuk tugu yang Kemudian diberi nama
Monumen Nasional.
1.Fasilitas lebih diperhatikan agar pengunjung merasa nyaman.
2.Mengadakan acara-acara yang bernilai sejarah namun dikemas secara menarik sehingga menumbuhkan minat
masyarakat terhadap sejarah.

Anda mungkin juga menyukai