Laporan Resmi ABR
Laporan Resmi ABR
Laporan Resmi ABR
PENDAHULUAN
Praktikum ABR ini merupakan bagian dari mata kuliah petrofisika yang
bertujuan memperdalam konsep mahasiswa tentang sifat- sifat fisik batuan serta
metode – metode pengukurannya. Pemahaman konsep ini akan sangat berguna
dalam karakterisasi batuan reservoir, yang selanjutnya menjadi data diskret untuk
acuan membangun geomodel (simulasi reservoir). Dalam metode reservoir, data
sifat fisik batuan (petrofisik) ini diperoleh dari uji lab yang dikenal sebagai
Routine core analysis (RCA) dan Special core analysis (SCAL). RCA di
antaranya meliputi pengukuran porositas, permeabilitas absolute, grain density,
resisvitas batuan dll. Sedangkan SCAL diantaranya meliputi pengukuran tekanan
kapiler, permeabilitas relative, rock mecchanis dll. Oleh karena itu mahasiswa
dapat menggunakan kesempatan ini untuk berdiskusi dan memperdalam
pemahaman maupun wawasan tentang sifat fisik batuan.
Secara umum terdapat 5 Bab yang akan diberikan dalam praktikum ABR
yang mencakup:
penyusun
1
BAB I
𝑉𝑝
Ø= 𝑥 100%
𝑉𝑏
Dimana :
2
Pada percobaan kali ini akan dilakukan pengukuran besarnya
porositas dengan menggunakan liquid saturation. Sebelum dilakukan
proses penjenuhan, udara dalam sampel core harus dihampakan terlebih
dahulu agar fluida gas keluar dari pori-pori sampel core. Volume pori core
dicari dengan menggunakan persamaan :
𝑊1 𝑊𝑤𝑒𝑡 − 𝑊𝑑𝑟𝑦
𝑉𝑝 = =
ρ1 ρ1
Dimana :
Vp = Volume core
1.3.1 Alat
1. Filter flask yang dilengkapi dengan sumbat karet dan funnel di
atasnya.
3
2. Pompa vakum
3. Penjepit
4. Jangka sorong/penjepit
5. Picnometer
6. Timbangan digital
7. Selang
1.3.2 Bahan
1. Sampel dry core
2. Vaseline
3. Air
4. Kertas
1. Timbang berat core kering dan masukkan ke dalam filter flask dengan
penjepit (hati-hati).
2. Pasang sumbat karet dengan funnelnya dan tutup keran lalu isi dengan
air (secukupnya untuk merendam core).
3. Hubungkan filter flask dengan selang ke pompa vakum. Tutup rapat
celah yang ada dengan vaseline yang telah disediakan. Usahakan tidak
ada kebocoran.
4. Nyalakan pompa vakum selama kurang lebih satu jam. (Bila ada alat
pengukur tekanan akan lebih baik )
5. Buka kran funnel untuk menjenuhi core sampai tinggi cairan dalam
lubang lebih tinggi dari core. Usahakan tidak ada udara luar yang
masuk dengn mengalirkan air secara kontinu. (penjenuhan dilakukan
sampai tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari core).
6. Ambil core, digulingkan pada kertas dan timbang beratnya (core
jenuh).
7. Ukur densitas fluida penjenuh.
8. Mengukur bulk volume
4
1. Ukur dimensi dari core dengan jangka sorong.
2. Electric Hg Picnometer
- Kalibrasi Hg Picnometer dengan menggunakan bola-bola
besi
- Ukur diameter bola-bola besi yang digunakan dalam jangka
sorong dan
- Masukkan ke dalam dan ukur simpangan yang dihasilkan
untuk masing-masing bola tersebut. Plot dalam kertas
grafik kartesian simpangan vs bola besi
- Masukkan sampel core dan ukur simpangannya untuk
masing-masing core.
3. Coating dengan Vaseline
- Hitung densitas vaseline
- Lapisi dry core dengan vaseline dan hitung massanya
- Siapkan gelas ukur berisi fluida dan ukur level
simpangannya untuk masing-masing core.
Flowchart Perhitungan
Hitung
volume pori
(Vp)
1.5.1 Data
5
DATA HASIL
Tinggi Core 3 mm
Diameter 2,4 mm
Jari-Jari 1,2 mm
Wdry 28,5 mm
Wwet 31,9 mm
Pair 1 gr/cc
1.5.2 Perhitungan
Vb = πr2h
=3,14 x (1,2)2x23
=13,56
𝑊𝑤𝑒𝑡−𝑊𝑑𝑟𝑦
Vp = 1
=31,9-28,5
=
𝑉𝑝
𝜃= x 100%
𝑉𝑏
3,4
= x 100 %
13,56
= 25 %
1.6 Pembahasan
Hal yang pertama dilakukan pada percobaan ini adalah mengukur dry core
tersebut menggunakan timbangan digital. Kemudian dry core tersebut
6
dimasukkan ke dalam filter flask lalu diisi air untuk merendam core. Core yang
terendam itu didiamkan selama 1 hari untuk membuka pori-pori atau rongga dari
core tersebut. Dan catat core yang terendam sebagai core jenuh.
1.7 Kesimpulan
7
4. Besarnya porositas dapat ditentukan dengan coring, logging.
8
BAB II
PENGUKURAN SATURASI FLUIDA DALAM BATUAN
DENGAN SOXHLET EXTRACTION
2.2.Dasar Teori
Mengetahui kuantitas fluida yang ada didalam suatu reservoir adalah hal
yang sangat penting.salah satu sifat petrofisika yang sangat membantu untuk
mengetahui hal ini adalah saturasi.Saturasi didefinisi sebagai perbandingan antara
volume fluida yang mengisi pori-pori batuan dengan volume total pori-pori
batuan. Secara sistematis,saturasi dapat dinyatakan dalam persamaan : Sf =
𝑉𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑜𝑟𝑖
…… (1)
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑖
Bila batuan reservoir terisi oleh fluida berupa air, minyak, dan gas. Jumlah
saturasi ketiga fluida tersebut harus bernilaiI : Sw + So + Sg = 1…….(2)
Nilai saturasi fluida dalam suatu batuan reservoir dapat ditentukan dengan
beberapa pendekatan, diantaranya :
9
b) Penentuan dengan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu bebrapa sifat
fisik batuan reservoir yang nantinya akan diubah menjadi nilai saturasi,
misalnya dengan persamaan archie.
Salah satu mode pengukuran sarurasi fluida dilaboratorium adalah dengan
soxhlet extraction. Pada percobaan ini jenis solvent yang digunakan adalah
toluena. Solvent dipanaskan, kemudian menguap, naik, dan mendorong
fluida yang ada di dalam sample core menuju condenser untuk selanjutnya
di kondensasi. Air, minyak, dan solven yang telah terkondensasi akan
turun kebagian graduated tube. Karena air memiliki densitas lebih besar
dari minyak dan toluena maka air akan menempati bagian bawah .solvent
dan minyak terlarut yang masih berbentuk uap akan kembali ke tabung
pemanasan sampai seluruh minyak terdorong solvent dan terkondensasi.
Dengan demikian, perbandingan volume yang terdapat di dalam sample
corre dan dapat diketahui volume air maupun minyak yang terkumpul
didalam graduated tube.
Selain untuk mengetahui jumlah air yang terdapat didalam sample core,
secara tidak langsung percobaan ini juga dapat menentukan nilai porositas batuan
dengan mengetahui data berat core saat kering dan berat core saat jenuh.
2.3.1 Alat
1. Rangkaian soxhlet exraction ( boiling flask,extractor& condenser)
2. picnometer
3. Electric heater
4. Filter flask yang dilengkapi dengan sumbat karet dan funnel di
atasnya.
5. Pompa vakum
6. Penjepit
7. Jangka sorong/ penjepit
10
8. Timbangan digital
9. Selang
10. lap
11. Piston cylinder, core holder, pump,pressure gauge (ideal situation)
2.3.2 Bahan
1. Air
2. Solvent ( toluena)
3. Paraffin (oil)
4. Vaseline
5. Sample core
11
8. Nylakan electric heater dan keran secara bersamaan.
9. Lakukan destilasi sampai tidak ada uap air yang keluar dari sample
core.
10. Matikan keran dan elecric heater . Biarkan core selama 24 jam
11. Catat volume air dan minyak paraffin graduatetd tube.
12. Bersihkan rangkaian dan keringkan core dengan oven.
= 27 %
12
𝑉𝑜
So = x 100 %
𝑉𝜌
0,83
= x 100 %
3,2
= 25 %
Sg = 1- So – Sw x 100 %
= 1 – 0,27 – 0,25 x 100 %
= 0,48 X 100 %
= 48 %
2.6. Pembahasan
1. Pendekatan langsung
2. Pendekatan tidak langsung
2.7. Kesimpulan
13
2.8. Jawab Pertanyaan
14
BAB III
PENGUKURAN PERMEABILITAS ABSOLUT DENGAN
LIQUID & GAS PERMEAMETER
3.1.TUJUAN PERCOBAAN
15
K : permeabilitas liquid (D)
ϻ : viskositas fluida dalam pori/penjenuhan (cp)
A : luas area yang dilalui liquid pada media berpori/silinder core (cm2)
△ P : beda tekanan antara inlet dan outlet media pori (atm)
3.3.1 Alat
1. PERL-200 set-up
2. Fancher core holder
3. Jangka sorong
4. Stopwatch
5. Peralatan penjenuhan fluida
6. Beaker plastik 50 ml
3.3.2 Bahan
1. sampel core yang sudah dijenuhkan
2. brine
3. source gas N2 (lengkap dengan regulator)
1. Persiapkan core dengan ukuran diameter 1-1,5 inch (sesuai model core
holdernya) dan panjang sampai 3 inch.
2. Lakukan penjenuhan core tersebut dengan brine. Pastikan bahwa core
telah terjenuhi sempurna dengan brine.
16
3. Kemudian, lakukan langkah pengisian brine ke system. Langkah ini
bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada udara dalam system.
Langkah langkahya adalah sebagai berikut :
a. Pastikan bahwa V4 tertutup. Tuangkan brine kedalam reservoir yang
terletak dibagian kanan alat PERL-200. Hati hati untuk tidak
membiarkan reservoir dalam keadaan kosong.
b. Lepas sambungan selang yang menghubungkan alat PERL-200 dengan
bagian bawah fancher core holder. Hati-hati untuk tidak
memaksakan pencabutan selang.
c. Ubah valve V2 ke posisi vent dan valve V3 ke posisi fill. Perlahan-
lahan, buka valve V4, dan akan terlihat brine mengalir memasuki
tabung ukur akrilik yang terletak di depan alat. Isi tabung ukur hingga
sedikit diatas batas garis atas yang terlihat. Hati-hati untuk tidak
mengisi terlalu penuh hingga air mencapai bagian teratas tabung
ukur, yang dapat merusak PERL-200.
d. Arahkan selang yang telah dilepas dilangkah (b) pada beaker plastik.
Ubah valve V3 ke arah flow secara perlahan. Air akan mengalir secara
gravitasi ke beaker plastik. Pastikan bahwa tidak ada gelembung udara
ketika air mengalir dari alat ke beaker plastik melalui selang tersebut.
Agar udara tidak memasuki selang. Jangan biarkan brine ditabung ukur
benar-benar habis.
e. Ulangi langkah (c) dan (d) dengan memperhatikan langkah (a) hingga
tidak terdeteksi adanya gelembung udara dalam selang menuju fancher
core holder.
4. Ambil core yang telah terjenuhi dilangkah sebelumnya dn gulingkan diatas
kertas. Ukur dimensi dari core tersebut dengan menggunakan jangka
sorong. Pastikan diameter dan panjang dari core tersebut sesuai ketentuan.
Lakukan tiga kali pengukuran.
5. Setelah selang benar-benar hanya terisi brine, penentuan permeabilitas
liquid dari core plug dapat dimulai, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut :
17
a. Sambungkan selang yang terisi air ke fancher core holder
b. Masukkan core yang telah dijenuhi kedalam stopper, masukkan
stopper dan core kedalam silinder (receiving cylinder).
c. Sebelum memasukkan silimder, stopper dan core, pastikan bahwa
tidak ada udara pada bagian inlet fancher core holder, caranya yaitu
dengan membuka sedikit valve V3 ke posisi flow. Sehingga air
mengalir ke inlet core holder dan membentuk gelembung kecil
dibagian inlet. Bersihkan air yang berlebihan, namun tetap pertahankan
lubang inlet terisi brine.
d. Kencangkan bagian penutup fancher core holder dengan menggunakan
handle bagian bawah terlebih dahulu, baru bagian atasnya.
e. Isi reservoir apabila dibutuhkan, dan isi kembali tabung ukur hingga
sedikit diatas batas atas. Tutup V4.
f. Ubah V3 ke arah fill. Buka valve gas nitrogen, dan atur hingga di
regulator tabung terbaca kira-kira 25 psig.
g. Kembali pada alat PERL-200, hidupkan alat. Buka VI, dan atur
regulator alat, tempatkan beaker plastik 50 ml pada selang outlet
fancher core holder.
h. Ubah valve V2 pada posisi flow, biarkan bacaan digital hingga stabil
i. Persiapkan stopwaych. Ubah valve V3 ke arah flow secara perlahan,
dan mulai hitung waktu ketika air tiba pada garis atas, dan akhiri ketika
air mencapai garis bagian bawah. Ingat untuk tidak membiarkan air
jatuh hingga dasar tabung, atau udara akan masuk, dan percobaan
harus diulang dari langkah pengisian air.
j. Catat data waktu pada saat pengaliran brine dari 2 garis ditabung ukur
akrilik, dan catat bacaan digital (tekanan) pada saat pengaliran
tersebut.
k. Untuk tiap pengukuran tekanan baru untuk sampel yang sama, pastikan
valve V3 pada posisi fill, dan valve V2 dalam posisi vent, dan V4
tertutup. Isi reservoir, kemudian buka valve V4 hingga tabung ukur
terisi diatas garis paling atas. Buka valve V2 ke flow, atur regulator
18
alat, dan ubah V3 ke flow, ulangi langkah pengukuran untuk tekanan
berbeda.
6. Kemudian, untuk langkah pengukuran dengan sampel baru, pastikan V4
ditutup, V3 pada posisi fill, dan V2 dalam posisi vent. Buka core holder,
dan keluarkan sampel. Apabila akan memasukkan sampel baru kedalam
core holder pastikan bahwa bagian inlet terisi penuh oleh brine.
7. Apabila percoban telah selesai, lakukan bleed off. Bleed off dilakukan
dengan :
a. Tutup valve dari sumber gas, biarkan ragulatornya tetap menyala.
Namun, kendorkan. Hal ini untuk mencegah rusaknya membrane dari
regulator.
b. Biarkan VI tetap terbuka, ubah V2 dan V3 ke posisi flow. Ubah
regulator alat hingga maksimum untuk menggosongkan seluruh fluida,
gas maupun brine.
c. Bacaan digital seharusnya menunjukkan 0, demikian pula bacaan di
regulator sumber gas. Apabila di sumber gas tidak 0, maka masih ada
tekanan, ulangi prosedur dari (b) ke (c). Apabila bacaan digital masih
belum 0, tekan tombol tare.
3.5.1 Data
Data
No Parameter Simbol Unit
Pengukuran
1 Panjang core L1 6,13 Cm
L2 6,1 Cm
L3 6,11 Cm
Rata2 Panjang core L_ave 6,113333333 Cm
2 Diameter core D1 2,54 Cm
D2 2,54 Cm
D3 2,541 Cm
Rata2 Diameter core D_ave 2,540333333 Cm
3 viskositas brine muw1 1,3 Cp
muw2 1,31 Cp
muw3 1,28 Cp
19
viskositas rata2 brine muw_ave 1,296666667 Cp
volume antar batas tube
4 Vtube 10 Cc
akrilik
Table.3.1.
Liquid
Qw μw ∆P ∆Q/A
Permeability
(atm)
cc/s cp Md
0,0819 1,29667 1,0204 130,750 0,016
0,1077 1,29667 1,3605 229,389 0,021
0,1291 1,29667 1,7007 343,647 0,025
0,1575 1,29667 2,0408 502,905 0,031
0,1595 1,29667 2,3810 594,208 0,031
Table.3.4
20
3.5.2 Perhitungan
Length = Nilai rata – rata dari panjang core
= 5,216666667
Area, A (Sq. cm)
- D (cm) = Rata – rata diameter core
= 2,540666667
D
- R : Jari – jari, didapatkan dari ;
2
- Area, A = 3,14 x (2,540666667)
= 20,269
∆𝑃 (𝑝𝑠𝑖) = ketetapan injeksi – 0
- 10 – 0 = 10
- 15 – 0 = 15
- 20 – 0 = 20
- 25 – 0 = 25
- 30 – 0 = 30
𝑉𝑡𝑢𝑏𝑒
Qw = (volume antar batas tube akrilik)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
10
- = 0,0626
159,75
10
- = 0,0977
102,34
10
- = 0,1340
74,6
10
- = 0,1576
63,45
10
- = 0,2012
49,7
21
Keterangan : 1 psi = 0,068 atm
∆𝑝 (𝑝𝑠𝑖)x 0,068
= 10 x 0,068
= 0,6800
∆𝑝 (psi) x 0,068
= 15 x 0,068
= 1,0200
∆𝑝 (𝑝𝑠𝑖)x 0,068
= 20 x 0,068
= 1,3600
∆𝑝 (𝑝𝑠𝑖)x 0,068
= 25 x 0,068
= 17,000
∆𝑝 (𝑝𝑠𝑖) 𝑥 0,068
= 30 x 0,068
= 20,400
𝑘𝜇𝑄𝐿
Liquid permeability = ket D ke MD = 1000
𝐴.∆𝑃
1,311333333.0,0626.5.21,6666667
k = x 100 = 211.271
20,269.10
1,311333333.0,0626.5.21,6666667
k = x 100 = 494,841
20,269.15
1,311333333.0,0977.5.21,6666667
k = x 100 = 494.683
20,269.20
1,131333333.0,1340.5.21,6666667
k = x 100 = 1329,810
20,269.25
22
1,311333333.0,2012.5.21,6666667
k = x 100 = 2037,257
20,269.30
0,0626
∆𝑄/𝐴 = = 0,0030884
20,269
0,0977
= = 0,0048209
20,269
0,1340
= = 0,0066136
20,269
0,1576
= = 0,0077758
20,269
0,2012
= = 0,009227
20,269
0,6800
∆𝑃/𝐿 = = 0,130
5.21,6666667
1,0200
= = 0,196
5.21,6666667
1,3600
= = 0,261
5.21,6666667
1,7000
= = 0,326
5.21,6666667
2,0400
= = 0,391
5.21,6666667
Slope =y;x
= 38,95360277
= 38,95360277 x 1,131333333
= 51,08115775
23
51,08115775 .(51,08115775−211,271)
= = 81,820
100
51,08115775.(51,08115775 – 494,683)
= = -226,597
100%
51,08115775.( 51,08115775−904,841)
= = -436,10
100%
51,08115775.(51,08115775−1329,810)
= = -653,189
100%
51,08115775.(51,08115775−2037,258)
= = -1014,562
100%
3.6.Pembahasan
24
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat, udara tidak bereaksi dengan
mineral tersebut, saturasi fluida tersebut mudah dicapai.
Distribusi ukuran butir, apabila ukuran butir nya semakin kecil sehingga
permeabilitas batuan juga semakin kecil.
Susunan butiran, apabila susunan butirannya semakin rapi maka
permeabilitasnya semakin besar.
Geometri batuan, semakin menyudut geometri butiran maka
permeabilitas akan semakin kecil.
Hubungan antar pori, semakin bagus hubungan antar pori pada batuan
maka permeabilitas nya semakin besar.
Sementasi, semakin banyak kandungan semen dalam suatu batuan,
maka nilai permeabilitas semakin kecil.
25
Kandungan lempung, semakin banyak kandungan lempung pada suatu
batuan maka semakin kecil nilai permeabilitas batuan tersebut.
Chart Title
0.012
0.006
0.004
0.002
0
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500
P/L
Grafik3.1.
Dari grafik diketahui bahwa jika ∆Q/A semakin tinggi maka ∆p/L nya
akan semakin kecil
3.7.Kesimpulan
26
4. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dari permeabilitas yaitu
distribusi ukuran, susuan butiran, geometri batuan, hubungan antar pori,
sementasi, kandungan lempung dan tekanan.
2. Jelaskan fenomena yang terjadi bila plot antara q/A versus ∆p/L,
Slopenya tidak konstan?
Semakin besar ∆p/L maka semakin besar pula Q/A. slope nya tidak konstan.
27
BAB IV
4.1.Tujuan Percobaan.
4.2.Dasar Teori.
Tekanan kapiler adalah perbedaan yang terjadi pada infrace antara dua
fasa yang tidak tercampur didalam sistem kapiler. Tekanan kapiler di definisikan
sebagai
2𝜎 𝑐𝑜𝑠𝜃
Pc = …(1)
𝑟
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh penting dalam reservoir minyak dan gas
antara lain:
28
- Mengetahui distribusi ukuran pori pada batuan reservoir dari
karakter geometri poro.
- Karakreristik kurva tekanan kapiler dapat membantu menjelaskan
jenis- jenis rock type pada reservoir yang erat hubungannya dengan
kualitas batuan reservoir tersebut.
- Membantu pemodelan zona transisi pada reservoir distribusi fluida
secara vertikal karena tekanan kapiler dapat dikonversikan menjadi
ketinggian diatas kontak fluida (FWL) dari persamaan tekanan Pc
=∆𝜌𝑔ℎ = ( 𝜌nonwetting – 𝜌wetting)gh … (2)
Kurva tekanan kapiler pada batuan dapat ditentukan salah satunya dengan
metode mercury injection, dimana metode ini relatif sederhana dan tidak
memerlukan waktu yang lama. Mercury injection set-up umumnya terdiri dari
100cc volumetric mercury pump, dimana terhubung dengan picnometer yang
terpasang. Piknometerchamber dapat menampung core dengan ukuran panjang 1
1⁄ inch dan 11⁄2inch diameter. Mercury injection set up memiliki pengukur
4
tekanan yaitu pressure gauge. Pergerakan pompa oleh handwheel dapat terlihat
pada dua skala/ level window. Kedua skala tersebut digunakan untuk mengukur
volume pendesakan pompa dalam satuan ml atau cc. Handwheel dapat disetel
secara bertahap setiap 0,01 cc dan memiliki ketelitian pembacaan level
pendesakan hingga 0,001cc.
2𝜎𝑤𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑤𝑔
Pc,L= 𝑟
2𝜎 𝑤𝑜 𝑐𝑜𝑠𝜃
Pc,R = 𝑟
29
Umumnya sudut kontak fluida pada media pori untuk ditentukan sehingga
sering diabaikan. Persamaan untuk mendapatkan tekanan kapiler pada kondisi
reservoir untuk kasus diatas menjadi:
𝜎 𝑤𝑎 𝜎𝑅
Pc,R= Pc,L = 𝜎𝐿 Pc,L
𝜎𝑤𝑔
4.3.1 Alat
4.3.2 Bahan
1. Sampel core.
2. Merkuri
3. Sumber gas (N2)
KALIBRASI ALAT
30
4. Mercury diinjeksikan ke picnometer sampai upper mark, dan skal
menunjukan nol.
5. Jika perbedaan terlalu besar yoke stop harus direste hingga skala
pembacaan ±0,001 𝑐𝑐.
31
mercury terlihat di top window. Catat perubahan level tersebut.
Perbedaan antar level baru tersebut dengan level sebelumnya
merupakan volume mercury yang terdesak dalam core sample
untuk satu tekanan injeksi.
7. Ulangi prosedur ini pada tiap langkah penanmbahan tekanan. Catat
levelnya dan analisa data mercury yang terdesak dalam core
sample.
4.5.1.1 Data
No Tekanan injeksi Volume lower Volume top (cc)
(mpa) (cc)
1 0,0356 60,000 60
2 0,0405 59,945 60
3 0,0466 59,853 60
4 0.0536 59,634 60
5 0,0617 59,084 60
6 0,0707 59,095 60
7 0,01818 59,926 60
8 0,0938 52,296 60
9 0,1076 50,787 60
10 0,1237 49,889 60
Table.4.1
32
4 0,366 0,017 7,780
5 0,916 0,042 8,955
6 0,905 0,087 10,260
7 5,074 0,231 11,800
8 7,711 0,351 13,602
9 9,213 0,491 15,612
10 10,111 0,461 17,935
Table.4.2
Vp = 21,98 cc.
33
4.5.1.2 Perhitungan
A. Mencari volume mercury ( vol top – vol lower)
1. 60 – 60.000 = 0.0000
2. 60 – 59.945 = 0.055
3. 60 – 55,854 = 0,366
4. 60 – 59,084 = 0,366
5. 60 – 59,084 = 0,916
6. 60 – 58,095 = 0,905
7. 60 – 54,906 = 5,074
8. 60 – 52,289 = 7,117
9. 60 – 50,787 = 9,213
10. 60 – 49,889 = 10,111
B. Mencari Saturasi Mercury = (Vol.Mercury/Vp)
1. 0,000/21,96 = 0,000
2. 0,002/21,98 = 0,001
3. 0,147/21,98 = 0,007
4. 0,366/21,98 = 0,017
5. 0,916/21,98 = 0,042
6. 1,905/21,98 = 0,081
7. 5,074/21,98 = 0,231
8. 7,711/21,98 = 0,351
9. 9,273/21,98 = 0,419
34
6. 0,0707 x 145,038 = 10,260
7. 0,8140 x 145,038 = 11,800
8. 0,0938 x 145,038 = 13,602
9. 0,1076 x 145,038 = 15,612
10. 0,1237 x 145,038 = 17,935
𝑃𝑐 𝑙𝑎𝑏. 𝑥 𝜎 𝑂𝑊 𝑥 cos(𝜃𝑊)
D. Mencari Pc res. = 𝜎 𝑔−𝑚𝑒𝑟𝑐 𝑥 cos(𝜃𝑔𝑎𝑠 𝑚𝑒𝑟𝑐𝑢𝑟𝑦)
4.6 Pembahasan
35
Chart Title
120.000
100.000
80.000
60.000
Pc res
40.000
20.000
0.000
0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200
-20.000
sat liquid
Grafik.4.1
pada grafik diatas diketahui bahwa semakin besar saturasi liquidnya maka
Pc reservoir akan semakin kecil.
4.7. Kesimpulan
36
4.8. jawab Pertanyaan
37
BAB V
Kw Ko Kg
Krw Kro Krg 1 1
K K K
(1)
Dimana:
38
K= permeabilitas absolut
Pada percobaan ini akan ditentukan harga permeabilitas relatif dari satu sampel
core dengan metode pendesakan. Core yang dijenuhu fluida satu fasa akan
didesak oleh fluida dengan fasa lainsehingga diharapkan akan terjadi aliran fluida
multifasa dalam core. Berdasarkan laju aliran masing-masing fasa dapat
ditentukan harga permeabilitas relatif dari masing-masing fasa untuk setiap harga
saturasi tertentu. Terdapat dua metode yang umumnya digunakan dalam
penentuan permeabilitas relatif menggunakan core flooding set up, yaitu:
5.3.1 ALAT
5.3.2 BAHAN
3. Core ( ± 1 ft)
39
5.4 PROSEDUR PERCOBAAN
KONDISI TES
Core sampel yang digunakan sesuai dengan litologi formasi yang diinginkan
(sandstone atau limestone). core sampel dikondisikan sesuai kondisi batuan
reservoir atau “restored state” dengan cara aging ( menjenuhkan dalam minyak P
& T reservoir ), untuk mengembalikan sifat kebasahan / wettability batuan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam percobaan, diantaranya bila foration
GOR rendah dapat menggunakan dead oil untuk aging, sebaliknya ( forationGOR
tinggi ) harus menggunakan live oil untuk aging.
Sampel core berupa silinder dengan diameter 1.5 inch dan panjang
sediitnya 25-30 cm ( 1 ft ) untuk meminimalisir capillary end effects.
dapat berupa long core plug bila Swi dikondisikan dengan pendesakan
langsung, atau compositr core plug (susunan core masing-masing
sepanjang 3 inch) bila Swi di kondisikan dengan centrifuge dan porous
plate.
Brine yang digunakan dapat berupa formation brine atau syntetic yang
dibuat menyesuaikan total dissolve solid pada formation brine.
Filter baik brine maupun test oil agar tidak ada partikel yang menyumbat
saat pendesakan.
40
3. Pengkondisian core untuk Swi
Jenuhkan core sampel dengan brine saturation set-up pada P & T reservoir
hingga 100 % Sw.
b. Bila Swirr yang diperoleh masih tingi atau belum sesuai dengan
yang dininginkan, lakukan proses centrifuge kembali.( Swirr
yang diperoleh juga tidak seragam).
41
b. Core diberikan tekanan overburden kemudian didesakan dengan gas.
Brine yang terdesak dihbungkan dengan selang &
ditampung pada centrifuge/ gaduated tube.
Core dijenuhkan dengan tst oil pada kondisi P & T reservoir selama
beberapa minggu ( umumnya 2 minggu - 1 bulan ).
Pada setiap rasio injeksi, ketika tidak lagi terdapat perubahan bacaan
pada tekanan ( kondisi steady state ), catat besar pressure drop ( Poutlet -
Pinlet ) dan masing- masing flow rate. Sedangkan nilai saturasi pada setiap
rasio injeksi ditentukan secara langsung dengan metode X-ray
adsorptiom atau secara tidak langsung dengan material balance ( volume
dalam core = volume masuk - volume keluar core ).
Rasio terakhir adalah injeksi 100% air untuk mendapatkan nilai Kw pada
Sor.
42
Injeksikan 100% minyak untuk mendapatkan nilai Ko pada Swirr.
Injeksikan brine dengan rate tertentu secara konstan dan atur volume tiap
collector tube pada panel coreflooding set up.
Catat rasio minyak air yang terproduksi pada tiap-tiap tube tersebut. Catat
pula berapa pore volume yang diinjeksikan ( Winj ) dari jumlah tube
dikali volumenya.
Kw dan Sor diperoleh bila tidak ada minyak lagi yang terlihat pada tube.
dSwa dNp 1
Hitung nilai fo tiap Winj dari fo
dWinj d ln Winj Winj
43
d P
p
1 1 d ln Winj
Hitung nilai d ( ) / d( ) tiap Winj atau dari =
Winj Ir Winj P i / 2
1 1 fo
Hitung nilai Kro tiap Winj dari hubungan d ( ) / d( )
Winj Ir Wnj Kro
w fw
Hitunglah nilai Krw tiap Winj dari krw kro
o fo
Winj fo
Hitunglah nilai Sw tiap Winj dari Sw Swa
Vp
Penurunan rumus dari Buckley Leverett dan Welge dapat dilihat di paper
Johnson, E. F.,Bossler, D. P., & Naumann, V. O. (SPE 1023-G) tentang
calculation of relative permeability from Displacements, Experiments. Sedangkan
1 1
penurunan rumus untuk menghitung fo dan d ( ) / d( ) dapat dibuktikan
Winj Ir Winj
sebagai latihan.
A. Data
Item Nilai
Volume Pori, cc 53.910
Volume Oil Initial,
cc 42.373
Initial Sw, Swi 0.214
Luas area injeksi,
cm2 11.252
Panjang core, cm 28.498
ko @ Swi,mD 146.340
k absolut, mD 356.266
Lajuinjeksi, cc/s 0.008
Viskositas oil, cp 1.649
Viskositasbrine,cp 0.450
Porositas core, % 16.660
44
Table.5.2
45
37 319.60 22.38 1.231
38 328.00 22.41 1.219
39 337.00 22.54 1.206
40 345.60 22.62 1.195
41 354.20 22.67 1.183
42 363.20 22.71 1.172
43 372.20 22.81 1.162
44 380.70 22.86 1.151
45 389.20 22.91 1.141
46 397.70 22.96 1.132
47 405.80 22.97 1.122
48 414.40 22.99 1.113
49 422.80 23.01 1.104
50 431.40 23.02 1.095
Table.5.3.
ln
Swa f0 Fw D sw kro krw
winjeksi
0.214 0.411 0.000
46
5.147 0.591 0.018 0.982 0.619 0.535 0.028 0.433
5.198 0.594 0.017 0.983 0.608 0.538 0.027 0.441
5.246 0.596 0.016 0.984 0.598 0.541 0.026 0.449
5.293 0.599 0.015 0.985 0.588 0.543 0.026 0.457
5.337 0.601 0.014 0.986 0.579 0.546 0.025 0.464
5.379 0.604 0.014 0.986 0.571 0.548 0.024 0.472
5.419 0.607 0.013 0.987 0.563 0.551 0.024 0.479
5.457 0.609 0.013 0.987 0.555 0.553 0.023 0.486
5.491 0.611 0.012 0.988 0.547 0.555 0.023 0.492
5.526 0.613 0.012 0.988 0.540 0.558 0.022 0.499
5.560 0.616 0.012 0.988 0.534 0.560 0.022 0.505
5.592 0.618 0.011 0.989 0.527 0.562 0.021 0.512
5.623 0.621 0.011 0.989 0.521 0.565 0.021 0.518
5.652 0.622 0.011 0.989 0.515 0.566 0.021 0.524
5.683 0.624 0.010 0.990 0.509 0.567 0.020 0.530
5.711 0.625 0.010 0.990 0.504 0.568 0.020 0.536
5.740 0.627 0.010 0.990 0.498 0.571 0.020 0.542
5.767 0.629 0.010 0.990 0.493 0.573 0.019 0.548
5.793 0.630 0.009 0.991 0.488 0.573 0.019 0.554
5.820 0.632 0.009 0.991 0.483 0.575 0.019 0.560
5.845 0.634 0.009 0.991 0.478 0.577 0.019 0.565
5.870 0.635 0.009 0.991 0.474 0.578 0.018 0.571
5.895 0.635 0.008 0.992 0.469 0.578 0.018 0.577
5.919 0.637 0.008 0.992 0.465 0.580 0.018 0.582
5.942 0.638 0.008 0.992 0.461 0.581 0.018 0.588
5.964 0.639 0.008 0.992 0.457 0.582 0.017 0.593
5.986 0.640 0.008 0.992 0.453 0.582 0.017 0.598
6.006 0.640 0.008 0.992 0.449 0.582 0.017 0.603
6.027 0.640 0.008 0.992 0.445 0.583 0.017 0.608
6.047 0.641 0.007 0.993 0.441 0.583 0.017 0.614
6.067 0.641 0.007 0.993 0.438 0.583 0.017 0.619
Table.5.4
B. Perhitungan
MenghitungWinject
Rumus: In (Winject)
1. In (17,80) =2,879
2. In (26,80)=3,288
3. In (58,80)=3,577
4. In (44,90)=3,804
5. In (54,00) =3,989
6. In (63,20)=4,146
47
7. In (72,40)=4,282
8. In (81,40)=4,399
9. In (90,40)=4,504
10. In (99,40)=4,599
11. In (108,80)=4,689
12. In (117,80)=4,769
13. In (126,80)=4,843
14. In (135,90)=4,912
15. In (144,90)=4,97
MenghitungSwa
𝑉𝑜𝑖𝑙−𝑁𝑝
Rumus: 1 − 𝑉𝑝
(42,737−12,60)
1. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,448
153,910
(42,737−14,10)
2. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,475
153,910
(42,737−15,10)
3. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,494
153,910
(42,737−16,00)
4. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,511
153,910
(42,737−16,80)
5. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,526
153,910
(42,737−17,40)
6. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,537
153,910
(42,737−17,90)
7. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,546
153,910
(42,737−18,25)
8. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,552
153,910
(42,737−18,55)
9. 𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,558
153,910
(42,737−18,83)
10.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,563
153,910
(42,737−19,05)
11.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,567
153,910
(42,737−19,27)
12.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,571
153,910
(42,737−19,45)
13.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,575
153,910
(42,737−1965)
14.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,578
153,910
(42,737−19,83)
15.𝑆𝑤𝑎 = 1 − = 0,582
153,910
Menghitungfo
48
3×0,07449×𝐼𝑛 𝑊𝑖𝑛𝑗𝑒𝑐𝑡 2 −2×1,1918×𝐼𝑛 𝑊𝑖𝑛𝑗𝑒𝑐𝑡+9,3581
Rumus: 𝑊𝑖𝑛𝑗𝑒𝑐𝑡
3×0,7449×2,8792 −2×1,1918×2,879+9,3581
1. 17,80
=0,
24
4
3×0,7449×3,2882−2×1,1918×3,288+9,3581
2. 16,80
=0,146
3×0,7449×3,5782−2×1,1918×3,579+9,3581
3. 35,80
=0,103
3×0,7449×3,8042 −2×1,1918×3,804+9,3581
4. 44,90
=0,079
3×0,7449×3,8982 −2×1,1918×3,898+9,3581
5. 54,00
=0,063
3×0,7449×4,4162−2×1,1918×4,416+9,3581
6. 63,20
=0,
05
2
3×0,7449×4,2822−2×1,1918×4,282+9,3581
7. 72,40
=0,
04
4
3×0,7449×4,3992 −2×1,1918×4,399+9,3581
8. 72,40
49
=0,
03
9
3×0,7449×4,5042 −2×1,1918×4,504+9,3581
9.
90,40
=0,035
3×0,7449×4,5992 −2×1,1918×4,599+9,3581
10.
99,40
=0,
031
3×0,7449×4,6892 −2×1,1918×4,689+9,3581
11.
108,80
=0,
028
3×0,7449×4,7692 −2×1,1918×4,769+9,3581
12.
117,80
=0,
02
6
3×0,7449×4,8432 −2×1,1918×4,843+9,3581
13.
126,80
=0,
024
3×0,7449×4,9122 −2×1,1918×4,912+9,3581
14.
135,90
=0,
022
3×0,7449×4,9762 −2×1,1918×4,976+9,3581
15.
144,80
=0,
021
50
Menghitungfw
Rumus: 1 − 𝑓𝑜
1. FW = 1 - 0,244
=0,756
2. FW = 1 - 0,146
= 0,853
3. FW = 1 - 0,103
= 0,897
4. FW = 1 - 0,0781
= 0,922
5. FW = 1 - 0,063
= 0,937
6. FW =1 - 0,052
= 0,948
7. FW = 1 - 0,044
= 0,855
8. FW = 1 - 0,039
= 0,961
9. FW = 1 - 0,035
= 0,965
10. FW = 1 - 0,031
= 0,969
11. FW = 1 - 0,028
= 0,972
12. FW = 1 – 0,026
= 0,974
51
13. FW = 1 – 0,024
= 0,976
14. FW = 1 – 0,022
= 0,978
15. FW = 1 – 0,021
= 0,979
Menghitung d
∆𝑃−𝑑∆𝑝
𝑑 𝐼𝑛 𝑊𝑖𝑛𝑗
Rumus:
∆𝑃𝑖
Y=3x2+2x-x
3×0,0053×2,8752 +2×0,00164×2,875−1,0304
1. 3,264 − = 1,188
3,496
3×0,0053×3,2882 +2×0,00164×3,288−1,0304
2. 2,919 − 3,496
= 1,077
3×0,0053×3,5782 +2×0,00164×3,578−1,0304
3. 2,677 − 3,496
= 0,999
3×0,0053×3,8042 +2×0,00164×3,804−1,0304
4. 2,494 − 3,496
= 0,939
3×0,0053×3,9892 +2×0,00164×3,989−1,0304
5. 2,349 − 3,496
= 0,891
3×0,0053×4,1462 +2×0,00164×4,146−1,0304
6. 2,231 − 3,496
= 0,851
3×0,0053×4,2822 +2×0,00164×4,282−1,0304
7. 2,131 − 3,496
= 0,817
3×0,0053×4,3992 +2×0,00164×4,399−1,0304
8. 2,046 − 3,496
= 0,788
3×0,0053×4,5042 +2×0,00164×4,504−1,0304
9. 1,971 − 3,496
= 0,762
3×0,0053×4,5992 +2×0,00164×4,599−1,0304
10.1,906 − 3,496
= 0,739
3×0,0053×4,6892 +2×0,00164×4,689−1,0304
11.1,848 − 3,496
= 0,719
3×0,0053×4,7692 +2×0,00164×4,769−1,0304
12.1,795 − 3,496
= 0.700
3×0,0053×4,8432 +2×0,00164×4,843−1,0304
13.1,748 − 3,496
= 0,683
52
3×0,0053×4,9122 +2×0,00164×4,912−1,0304
14.1,705 − 3,496
= 0,668
3×0,0053×4,9762 +2×0,00164×4,976−1,0304
15.1,605 − 3,496
= 0,654
Menghitung Sw
𝑠𝑤𝑎−(𝑊𝑖𝑛𝑗𝑒𝑐𝑡×𝑓𝑜)
Rumus: 𝑠𝑤 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖
( 17,80 ×0,244)
1. Sw = 0,448 - = 0,367
53,910
( 26,80 ×0,146)
2. Sw = 0,475 - = 0,403
53,910
( 35,80 ×0,103)
3. Sw = 0,494 - = 0,426
53,910
( 44,90 × 0,078)
4. Sw = 0,511 - = 0,463
53,910
( 54,06 ×0,063)
5. Sw = 0,526 - = 0,475
53,910
( 63,20 ×0,052)
6. Sw = 0,577 - = 0,475
53,910
( 72,40 ×0,044)
7. Sw = 0,546 - = 0,486
53,910
( 81,80 ×0,039)
8. Sw = 0,552 - = 0,494
53,910
( 90,40 ×0,035)
9. Sw = 0,558 - = 0,499
53,910
( 99,40 ×0,031)
10. Sw = 0,563 - = 0,506
53,910
( 108,80 ×0,028)
11. Sw = 0,67 - = 0,510
53,910
( 117,80 ×0,026)
12. Sw = 0,571 - = 0,515
53,910
( 126,80 ×0,024)
13. Sw = 0,575 - = 0,519
53,910
( 135,90 ×0,022)
14. Sw = 0,578 - = 0,522
53,910
( 144,90 ×0,021)
15. Sw = 0,582 - = 0,526
53,910
Menghitung Kro
𝑓𝑜
Rumus: 𝑑
146,340
Rumusawal: 356,266 = 0,411
53
0,244
1. = 0,205
1,188
0,147
2. = 0,136
1,077
0,103
3. = 0,103
0,999
0,079
4. = 0,084
0,851
0,063
5. = 0,071
0,851
0,052
6. = 0,062
0,851
0,045
7. = 0,055
0,817
0,039
8. 0,788
= 0,050
0,039
9. = 0,046
6,762
0,031
10. 0,739 = 0,046
0,028
11. 0,719 = 0,046
0,026
12. 0,700 = 0,037
0,024
13. 0,684 = 0,035
0,021
14. 8,668 = 0,034
0,021
15. 0,654 = 0,032
Menghitung Krw
𝜇𝑏𝑟𝑖𝑛𝑒 𝐹𝑤
Rumus: (
𝜇𝑜𝑖𝑙
) × 𝐾𝑟𝑜 × 𝐹𝑜
Krwawal = 0
0,450
0,756
1. Krw = (1,649) × 0,205 × 0,244 = 0,174
0,450
0,853
2. Krw = (1,649) × 0,136 × 0,146 = 0,216
54
0,450
0,897
3. Krw = (1,649) × 0,103 × 0,103 = 0,245
0,450
0,922
4. Krw = (1,649) × 0,083 × 0,078 = 0,268
0,450
0,937
5. Krw = (1,649) × 0,070 × 0,063 = 0,287
0,450
0,948
6. Krw = (1,649) × 0,061 × 0,052 = 0,304
0,450
0,955
7. Krw = (1,649) × 0,054 × 0,044 = 0,319
0,450
0,961
8. Krw = (1,649) × 0,049 × 0,039 = 0,333
0,450
0,965
9. Krw = (1,649) × 0,045 × 0,035 = 0,346
0,450
0,969
10. Krw = (1,649) × 0,042 × 0,031 = 0,358
0,450
0,972
11. Krw = (1,649) × 0,039 × 0,028 = 0,369
0,450
0,974
12. Krw = (1,649) × 0,037 × 0,026 = 0,380
0,450
0,976
13. Krw = (1,649) × 0,035 × 0,024 = 0,390
0,450
0,978
14. Krw = (1,649) × 0,033 × 0,022 = 0,399
0,450
0,979
15. Krw = (1,649) × 0,032 × 0,021 = 0,409
55
25.00
20.00
15.00
10.00
y = 0.0745x3 - 1.1918x2 + 9.3581x - 6.3423 Series1
5.00
0.00
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000
Grafik.5.1.
3.500
y = 0.0053x3 + 0.0016x2 - 1.0304x + 6.0938
3.000
Grafik 2.500
.5.2.
2.000 Series1
1.500 Poly. (Series1)
0.700
y =1.000
5.7744x
0.600
0.500
0.500 0.000
0.400 0.000 2.000 4.000 6.000 8.000
0.300
0.200
0.100
0.000
0.000
Grafik,5.3
56
5.6. Pembahasan
57
Viskositas brine, cp = 0,450
Porositas core % = 1,660
Setelah semua data yang sudah di dapatkan seperti yang diatas, dan juga
dari: Cum, injection fluid, cc (winj), cum oil vol (Np), ∆p (psi), ln winject, Swa,
Fo, Fw, d, Sw, Kro dan Krw dengan menggunakan rumusnya masing- masing.
Dari nilai Sw, Kro dan Krw dapat digambarkan dengan grafik water
saturation vs permeailitas relative dengan warna orange air dan biru oil. Dititik 0,
minyak di 0,006 dan air berada pada titik 0,002. Dari grafik dapat diketahui
bahwa semakin kebawah produksi akan lama, pada grafik jug terdapat titik
dimana oil dan water bersinggungan, antara minyak yang terprouksi, dan air yang
masuk seimbang pada sumbu y.
Pada percobaan ini juga mengenai pengukuran permeabilitas relatif fluida dengan
coring flooding set up pada suatu sample di dapatkan volume pori 53,910. baik
karena lebih dari 15 %, volume oil 42,373, baik karena initial Sw hanya 0,214
berdasar klasifikasi, volume air dalam pori jika >3 %baru dikatakan buruk, luas
area injeksi 11,252 sebagai ruang untuk menginjeksikan air agar fluida dapat
diangkat ke permukaan. Porositas core 16,660 % dikategorikan baik.
Hubungan pada kolerasi antara saturasi fluida menunjukan bahwa semakin besar
sturasi fluida menunjkkan bahwa semakin besar permeabilitas relatifnya.
5.7. Kesimpulan
58
5.8. Jawab Pertanyaan
BAB VII
PEMBAHASAN UMUM
59
batuan total (bulk volume). Porositas efektif, yaitu persen volume pori-pori
yang saling berhubungan tehadap volume batuan total.
60
Permeabilitas yang kita tentukan dalam percobaan yaitu permeabilitas
absolute yang pengukurannya dapat dilakukan dengan dua cara yitu Liquid
Permeameter dan gas permeameter. Pada liquid permeameter yang di gunakan
adalah air, sedangkan pada mode gas permeameter fluida yang digunakan
adalah udara.
BAB VIII
KESIMPULAN UMUM
61
1. Porositas merupakan kemampuan batuan untuk menampung fluida di
dlamnya. Porositas suatu batuan didefinisikan sebagai perbandingan
volume pori batuan terhadap volume total (volume bulk) batuan
tersebut.
2. Berdasarkan hubungan antar poti porositas di bedakan menjadi dua
yaitu: porositas absolute, yaitu persen volume pori-pori total terhadap
volume batuan total (bulk volume). Porositas efektif, yaitu persen
volume pori-pori yang saling berhubungan tehadap volume batuan
total.
3. Berdasarkan proses terbentuknya dibedakan menjadi dua yaitu:
porositas primer, yaitu porositas yang terjadi beramaan saat proses
sedimentasi atau pengendapan berlangsung. Porositas sekunder, yaitu
porositas yang terjai setelah proses sedimentasi berlangsung.
4. Saturasi didefenisikan sebagai perbandingan antara volume fluida yang
mengisi pori batuan terhadap volume total pori- pori batuan
5. Prinsip kerja dai metode soxhlet extraction adalah pendesakkan yang
menyebabkan solvent menguap dan mendorong fluida di dalam sample
core menuju condenser unutuk di condensasikan.
6. Kegunaan dari pengukuran saturasi adalah untuk menentukan
cadangan minyak di dalam satu reservoir
7. Factor yang mempengaruhi saturasi fluida diantaranya wettabilitas,
perbedaan densitas gas, minyak dan air, banyaknya ruang antar
butir/porositas.
8. Permeabilitas adalah kemampuan batuan reservoir untkuk dapat
meloloskan fluida reservoir melalui pori batuan yang saling
berhubungan tanpa merusak partikel pembentuk batuan tersebut
9. Permeabilitas dipengaruhi oleh fluida yang mengalir, laju aliran,
perbedaan tekanan dan temperature.
10. Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan
tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluidayang
bersifat tidak membasahi batuan jika di dalammedia berpori terebut
62
terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi
statis.
11. Permeabilitas relative memiliki perbedaan dengan permeabilitas
absolute dimana harga permeabilitas absolute bukan merupakan fungsi
dari saturasi.
63