Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Rehabiitasi Medik Blok 10

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, penyakit degeneratif semakin


berkembang dan terkadang tidak terkontrol sehingga menyebabkan disfungsi
organ-organ atau alat gerak, misalnya pada stroke. Stroke jika tidak ditangani
maka akan terjadi hal yang lebih buruk atau menimbulkan kecacatan bahkan
kematian. Hal yang lebih buruk bukan saja dengan kondisi kesehatan, akan tetapi
juga memperburuk kondisi spiritual, sosial, atau bahkan ekonomi. Pada
kenyataannya, penanggulangan penyandang cacat ini masih bukan suatu prioritas
kesehatan. Selain prioritas, yang menjadi masalah lain adalah minimnya
pengetahuan masyarakat mengenai apa itu rehabilitasi medis dan ruang
lingkupnya. Jadi sebagai tindakan promotif dan preventif dalam kesehatan maka
masyarakat perlu mengetahui rehabilitasi medis beserta ruang lingkupnya.
Dalam kamus kedokteran Dorland edisi 29 menyebutkan bahwa
rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi
luka atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat
fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas
fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit,
atau cedera maka tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu.
Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan.
Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis
adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional
pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali
normal.
Mengenai sejarah singkat rehabilitasi medis, menurut data yang tersedia
di Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Mayo Clinic, Rochester,
Amerika Serikat, pada tahun 1916 terdapat wabah polio yang menyerang New

1
York. Wabah tersebut dapat mengakibatkan kecacatan sementara bahkan seumur
hidup jika tidak cepat ditangani, maka dibentuklah Georgia Warm Springs Young
Foundation pada 1924 sebagai tanggapan terhadap wabah polio ini untuk
menanggulangi akibat buruk yang ditimbulkan. Dengan demikian, pemulihan
fungsi alat gerak (rehabilitasi) yang dijalani pasien polio itulah titik awal yang
mendorong berdirinya rehabilitasi medis. Frank H. Krusen, MD adalah seorang
dokter yang telah berusaha keras memperoleh pengakuan agar rehabilitasi medis
dimasukkan dalam suatu bidang spesialis kedokteran pada tahun 1938.
Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medis.
Rephauge (dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi
medis mengatakan bahwa rehabilitasi medis merupakan dasar dan penunjang
bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan pendidikan. Jika
ruang lingkup rehabilitasi medis dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak yang
perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medis.
Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka
rehabilitasi medis tidak bisa terlepas dari cabang ilmu lain seperti :
Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi, Kenisiologi, Fisiologi,
Etika Profesi, dan lain-lain.
Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medis
memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis
rehabilitasi medis adalah orang yang pada umumnya pertama dikunjungi oleh
pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke fisioterapis atau okupasi terapis
untuk tindakan pemulihan lebih lanjut.Tugas fisioterapis disini adalah mengukur
pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan mengukur sejauh
mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan
frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih dan dibantu pemulihannya oleh fisioterapis.
Sedangkan okupasi terapis bertugas untuk mendampingi pasien untuk
mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan kemampuan yang sangat
penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi terapis lebih menekankan
kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan produktif dengan tujuan
mencapai hidup yang sejahtera.

2
Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis
membantu pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup
mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat bantu untuk
beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang merupakan suatu
pengganti organ, misalnya kaki palsu.
Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medis yang ikut
berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi dan
melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua
tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.
Cabang ilmu atau profesi rehabilitasi medis ini memiliki peran penting
tidak hanya dalam dunia kesehatan sebagai pelengkap cabang ilmu, akan tetapi
seperti yang dikatakan Rephauge (dalam sidiarto 1980) ketika seminar rehabilitasi
medis internasional bahwasanya rehab medis merupakan dasar sekaligus
penunjang rehabilitasi lain, sehingga dengan kesehatan yang sudah pulih maka
diharapkan pasien-pasien bisa kembali berkarya, bersosialisasi dengan masyarakat
tanpa adanya gap, hidup produktif dan hidup sejahtera.
Sedangkan menurut keilmuan, manfaat ilmu rehabilitasi medis bagi
profesi kedokteran adalah melengkapi cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tidak hanya menyembuhkan penyakit pasien saja, tapi juga memberdayakan dan
bertanggung jawab terhadap kelangsungan fisik dan psikososial agar pasien tidak
merasa dikucilkan dalam masyarakat dan agar pasien dapat benar-benar
beraktivitas seperti normal kembali

Filosofi
Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-
filosofi berikut:
Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara kondisi
tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-berpengharapan (Rehabilitation is a
bridge spanning the gap between uselessness-usefulness, hopelessness –
hopefulness).

3
Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambah
makna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to life but also
add life to years).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud rehabilitasi medik?


2. Apa saja prindip rehabilitasi medik?
3. Apa saja tim rehabilitasi medik?
4. Siapa yang berperan dalam ketenagaan pelayanan rehabilitasi medik?
5. Apa tujuan rehabilitasi medik?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mengetahui tentang rehabilitasi medik.


2. Mahasiswa diharapkan mengetahui prinsip rehabilitasi medik
3. Mahasiswa diharapkan mengetahui peran spesialis rehabilitasi medik.
4. Mahasiswa diharapkan mengetahui siapa saja yang berperan dalam
ketenagaan pelayanan rehabilitasi medik.
5. Mahasiswa diharapkan mengetahui tujuan rehabilitasi medik.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran


yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi
atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat dan atau halangan serta
meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial.

Adapun menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk


memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan
penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan
yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983).
Sehingga pelayanan rehabilitasi medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap
gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit
atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif
untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Menkes RI, 2008).

2.2 Prinsip Rehabilitasi Medik

Menurut Harsono (2010), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu:


a. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat
penderita untuk pertama kalinya.

5
b. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang
diperlukan, karena dapat mengakibatkan komplikasi.
c. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita.
d. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan.
e. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang
masih dapat diperbaiki dengan latihan.
f. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang.
g. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.

Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak

Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus,


diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka
mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu
melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan
rehabilitasi adalah:
 Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik
pada aspek fisik, psikis, sosial maupun keterampilan (Total Care
Concept Rehabilitation). Seorang anak yang mengalami amputasi,
sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medik, tidak terbatasi
kepada mempercepat penyembuhan luka, penguatan otot, tetapi juga
pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan
menerima alat tersebut, melatih keterampilan sesuai dengan
kemampuan yang ada, dan lain sebagainya.
 Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini

6
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera
setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-
masing anak.
 Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat
mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik
bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau mendahului
kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang
memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam
rehabilitasi.

 Kegiatan berpusat pada anak


Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan
kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri,
sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari
provider.
 Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah
disiapkan sebelumnya, dan dievaluasi setiap kemajuan yang dicapai
anak/peserta didik secara konsisten.
 Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan
kemampuan anak/peserta didik.
 Prinsip pentahapan
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang
minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal (luas,
besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun
hasil yang diharapkan.
 Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerus

7
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan
berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi, tidak
berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah
meningkat kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan
hambatannya, dan sebagainya.
 Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan
proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya
keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan sebagainya.

2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan


 Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada
pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak
primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer
tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak
mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/keterampilan
tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan.
 Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan
kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
 Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok
berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas,
kelompok usia, dan sebagainya. MisaInya: semua anak tunanetra
memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu

8
memerlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan
tunadaksa memerlukan latihan ADL, dan sebagainya.

3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider)


 Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-masing
bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang
baik antar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan
keberhasilan program rehabilitasi.
 Prinsip kerja atas dasar profesi
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama,
itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu
mengurangi resiko kesalahan, di samping itu juga akan memperbesar
efektivitas kerja. Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih
dahulu dipahami batas-batas kewenangan masing-masing dan disusun
pembagian tugas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak
yang tergabung dalam tim rehabilitasi yang ada di sekolah masing-
masing.

Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi


secara periodik perlu ditempuh di setiap sekolah, demi kelancaran
kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan
pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya
permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik
yang memperoleh pelayanan.

Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua


tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, sosial psikologis dan
keterampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa
pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.
Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan

9
petugas rehabilitasi lainnya, agar anak segera terpecahkan perma-
salahannya. Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku
rujukan).

4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi


 Prinsip integritas
Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara bersama-
sama, kecuali rehabilitasi keterampilan sebaiknya dilakukan setelah
anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial.
Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan keterampilan
massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit,
dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.
Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga
dapat dilakukan bersama-sama saat penyampaian materi bidang studi
tertentu di sekolah.

 Prinsip keluwesan tempat dan waktu


Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi
ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.
 Prinsip kesederhanaan
Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah
harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah,
kecuali pada kasus-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar,
alat bantu untuk melihat, prothese, dan sebagainya.
 Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertakan orangtua atau pembina
asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan
dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih
banyak di rumah atau di asrama.

10
2.3 Tim Spesialis Medik

Pelayanan Rehabilitasi Medik yang dilakukan di Instalasi Rehabilitasi


Medik sebagai sarana memberikan pelayanan dari berbagai disiplin ilmu yang
terkait Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik atau Dokter Umum Terlatih
Rehabilitasi Medik, Psikolog, Fisioterapis. Okupasi Terapis. Terapis Wicara.
Onotis Protetis, Pekerja Sosial Medik dan Perawat Rehabilitasi Medik yang
masingmasing dipimpin oleh seorang koordinator sesuai dengan profesinya
serta bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah
Sakit (Depkes RI. 2008).

Klasifikasi pelayanan rehabilitasi medik pada rumah sakit kelas A


meliputi: layanan rehabilitasi medik spesialistik dan subspesialistik
(musculoskelelal, neuromuskuler, pediatric, kardiorespirasi dan geriamc).
layanan asuhan keperawatan rehabilitasi medik. layanan fisioterapi. layanan
okupasi terapi, layanan terapi wicara. layanan onotik prostetik, layanan
psikologi dan layanan sosial medik. Standar kompetensi petugas rehabilitasi
medik adalah : Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik sebagai Kepala lnslalasi
(apabila belum ada Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik dapat digantikan oleh
Dokter Umum terlatih Rehabilitasi Medik) tenaga fungsional meliputi :

a. Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik sebagai dokter fungsional yang


bekerja sesuai standar profesi dan jabatan fungsional
b. Perawat rehabilitasi medik yaitu lulusan DIII Keperawatan dengan
pelatihan khusus asuhan rehabilitasi medik, tenaga keterapian fisik
lulusan DIII Fisioterapi, Dlll Okupasi Terapi dan DIII Terapi Wicara
c. Tenaga Keteknisian Medis adalah STM atau SMA dengan pelatihan
khusus Ortotis Prostetis.
d. Tenaga lain yang terkait adalah : Psikologis klinis. S.1 Pekerja Sosial
dan Pendidik Luar Biasa
e. Penanggung jawab Administrasi dan Keuangan adalah lulusan DIII
Perumahsakitan

11
(Hening, 2019)

2.4 Peranan Spesialis

Dalam pelayanan, pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat,


spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) atau spesialis
Rehabilitasi Medik (Sp.RM) mempunyai kontribusi yang besar. (Hening,
2019)

Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, adalah dokter spesialis yang


independent yang mencakup promosi fungsi fisik dan kognitif, partisipasi dan
modifikasi faktor personal dan lingkungan. Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi mencakup pencegahan (primer, sekunder dan tersier), diagnosis
medis dan fungsi serta manajemen rehabilitasi komprehensif bagi
penyandang disabilitas/difabel dengan komorbidnya pada semua kelompok
usia, spesiflk pada impairment dan limitasi aktivitas, untuk memfasilitasi
fungsi fisik dan kognitif (termasuk behavior), partisipasi (termasuk kualitas
hidup) dan modifikasi faktor personal dan lingkungan. (Hening, 2019)

Spesialis KFR melakukan asesmen melalui pemeriksaan fisiatris dan


pemeriksaan penunjang (seperti elektromiografi, ultrasonografl, gait analyzer,
motionanalyzer, alat isotonik dan isokinetik, alat deteksi gangguan
keseimbangan dan pemeriksaan penunjang lain), untuk menegakkan
diagnosis fungsi. Berbagai macam terapi termasuk tetapi medikamentosa,
injeksi intra artikular dan soft tissue injection, terapi dengan bermacam-
macam modalitas fisik (low dan high power laser therapy, static dan
taskoriented bio feedback, transcranial magnetic eletro stimulation / TMS,
Functional neuromuscular electro stimulation / FNMES atau neuroprosthesis,
radial shock wave therapy / RSWT dan lain lain ) dilakukan untuk
memperbaiki fungsi. Functional neuromuscular ebectrical stimulation
menginduksi long-term plasticity pada motor map di otak. Asesmen dengan
gait analyzer membantu untuk analisis pola jalan dan evaluasi hasil
pemakaian antispastisitas, ortesa dan protesa. Intervensi berdasarkan task-

12
oriented dan repetitiuetrainingbased terus menerus dikembangkan untuk
kasus kelainan susunan saraf pusat seperti stroke. (Hening, 2019)

Spesialisasi bidang KFR sangat diperlukan untuk mendukung pencegahan


disabilitas dan penurunan prevalensi disabilitas dengan strategi dan intervensi
dalam pencegahan penurunan fungsi seperti dengan penggunaan peralatan
protektif, korektif dan adaptif, teknik konservasi energi, menggunakan posisi
ergonomik dan mekanisme biomekanika yang tepat. Spesialis KFR juga
berperan dalam interventional pain management.
Perkembangan Ilmu dan Teknologi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Perkembangan ilmu dan teknologi Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
berkembang pesat sejalan dengan perkembangan berbagai disiplin ilmu
Kedokteran. International Classification of Functioning Disability and Health
(ICF) merupakan titik awal pengembangan pelayanan program rehabilitasi
medik dan riset. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi mendukung prinsip
evidencebasedmedicine dan dalam 2 dekade terakhir ini riset Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi berkembang pesat. Penelitian dikembangkan ke
perspektif aspek biomedik dari human functioning yang meliputi
basicsciences, appliedsciences dan profesional sciences. Teknologi
rehabilitasi dan assistivetechnology juga berkembang pesat hingga teknologi
robotik untuk modalitas fisik, alat bantu untuk komunikasi, peralatan
elektronik activitydailyliving/ADL, alat latihan terapeutik/gimnasium, ortotik
dan prostetik dan alat bantu transfer dan ambulaai yang sangat penting untuk
menunjang peningkatan fungsi sehingga dapat menghilangkan barrier untuk
berpartisipasi dalam lingkungan sosial dan vokaaional. Saat ini
assistiuetechnology berkembang pesat seperti robotic gait trainer, dan di masa
yang akan datang human-robot interaction. (Hening, 2019)

2.5 Tujuan Rehabilitasi Medik

o Mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui paduan intervensi medik,


keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.

13
o Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya
yang mungkin membawa kecacatan.
o Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan
partisipasi pada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai
keterbatasan fungsional).
o Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang
berkualitas.
(Husnul, M. 2015)

2.6 Aspek Pelayanan Dalam Rehabilitasi Medik

 Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
 Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan
kompensasi/adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan
melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis).
 Pelayanan Terapi Okupasi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi
dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari
(Activity Day Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan
remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
 Pelayanan Ortotis-Prostetis

14
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna
pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
(Ridwan, dr. 2011)

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Rehabilitasi Medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang
mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, cacat
dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai
integrasi sosial.Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, adalah
dokter spesialis yang independent yang mencakup promosi fungsi fisik
dan kognitif, partisipasi dan modifikasi faktor personal dan lingkungan
2. Dalam prinsip rehabilitasi medik dapat dibagi dari beberapa aspek
yaitu: Ditinjau dari tujuan rehabilitasi, ditinjau dari jenis dan macam
kelainan, ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider), ditinjau dari
tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
3. Dalam ketenagaan pelayanan rehabilitasi medik yang berperan ialah
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Perawat rehabilitasi medik yaitu
lulusan DIII Keperawatan dengan pelatihan khusus asuhan rehabilitasi
medik, tenaga keterapian fisik lulusan DIII Fisioterapi, Dlll Okupasi
Terapi dan DIII Terapi Wicara, Tenaga Keteknisian Medis, Tenaga
lain yang terkait adalah : Psikologis, Penanggung jawab Administrasi
dan Keuangan.
4. Tujuan rehabilitasi adalah mengatasi keadaan/kondisi sakit melalui
paduan intervensi medik, mencegah komplikasi akibat tirah baring dan
atau dampak penyakitnya yang mungkin membawa kecacatan,
memaksimalkan kemampuan fungsi, mempertahankan kualitas hidup
dan mengupayakan kehidupan yang berkualitas

16
DAFTAR PUSTAKA

Husnul, M. 2015. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. www.google.com.


Diakses 22 Desember 2019 pukul 19. 50 WIB.

Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.


www.google.com. Diakses 22 Desember 2019 pukul 20.08 WIB.

Ridwan, dr.. 2011. Rehabilitasi Medis. www.google.com. Diakses 22 Desember


2019 pukul 20.00 WIB.

World Health Organization and World Bank. 2011. World Report on Disability.
Geneva, World Health Organization

17

Anda mungkin juga menyukai