Makalah Pengkajian Abcde
Makalah Pengkajian Abcde
Makalah Pengkajian Abcde
PENNDAHULUAN
perawatan selanjutnya dan menyelamakan penderita pada kondisi yang berguna bagi
kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka sering
pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan
secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang
atau terjadinya secara mendadak atau tidak diperkirakan tanpa atau disertai kondisi
keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
biologis, psikologis, dan sosial klien baik actual yang timbul secara bertahap maupun
mendadak, maupun resiko tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan
keperawatan gawat darurat, yaitu kondisi kegawatan yang sering kali tidak
terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang keruang gawat
darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang
sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat
diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar,
tindakan yang diberikan harus tepat dan dengan ketepatan yang tinggi ( Maryuani,
2009).
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua yaitu pengkajian
primer dan sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan
hipotermia (Holder,2002)
dengan prioritas tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo
waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing
kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan
ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien
dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat kedalam kondisi gawat darurat
menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan
menyebabkan kematian Oleh karena itu penting dilakukan secara efektif dan efesien (
Mancini,2011)
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kurangnya pasokan oksigen yang dibawa oleh darah ke otak dan organ vital
lainnya merupakan penyebab kematian tercepat pada penderita gawat. Oleh sebab itu
nafas yang terjaga bebas dab stabil, ventilasi yang adekuat, serta sirkulasi yang
kegawatdaruratan.
Sifat gangguan yang terjadi pada jalan nafas bisa mendadak oleh karena
sumbatan total, atau juga bisa perlahan karena sumbatan parsial (dengan berbagai
sebab). Sumbatan pada jalan nafas dapat terjadi pada pasien tidak sadar atau pasien
dengan kesadaran menurun atau korban kecelakaan yang mengalami trauma daerah
Penanganan airway mendapat prioritas pertama karena jika tidak ditangani akan
Pembebasan jalan napas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu tanpa alat (mnual)
maupun dengan alat bantu pembebasan jalan nafas yang digunaka n ada berbagai
macam disesuaikan dengan jenis sumabatn dan tingkat kesadaran pasien yang pada
Ada beberapa keadaan dimana adanya sumbatan jalan nafas harus diwaspadai
yaitu, :
rusaknya laring atau trakea atau karena perdarahan dalam jaringan yang
Pembebasan jalan napas adalah tindakan untuk menjamin pertukaran udara secara
normal dengan cara membuka jalan napas sehingga pasien tidak jatuh dalam
kondisi hipoksia dan atau hiperkarbia. Prioritas utama dalam manajemen jalan
adalah membebsakan jalan napas dan mempertahankan agar jalan napas tetap
kecukupan oksigen tubuh. Pengelolaan jalan napas dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan alat dan tanpa alat (cara manual). Cara manual dapat dilakukan
dimana saja, dan kapan saja, walaupun hasil lebih baik menggunakan alat namun
pertolongan cara manual yang cepat dan tepat dapat menhindarkan resiko
jalan napasnya bebas. Pasien yang tidak sadar berpotensi terjadi sumbatan
lidah ke belakang
kateter atau nasal prong walaupun belum sepenuhnya jalan napas dpat
napas lanjt maka yang harus dilakukan pertama kali yaitu memeriksa jalan
apabila pasien tidak sadar atau kesadaran menurun berat (coma). Cara
Obstruksi jalan napas dibagi 2 macam yaitu : Obstruksi Parsial dan Obstruksi
Total
1) Obstruksi partial dapat dinilai dari ada tidaknya suara napas tambahan yaitu
posterior. Cara mengatasinya dengan head tilt, chin lif, jaw trust,
pengisapan
2) Obstruksi total dapat dinilai dari adanya pernapasan ‘see saw’ pada menit
breathing antara dada dan perut. Dan jika sudah lama akan terjadi henti
napas yang ketika diberi napas buatan tidak ada pengembangan dada
Menjaga stabilitas tulang leher, ini jika ada dugaan trauma leher, yang
Pada pasien yang tidak sadar, lidah akan terjatuh ke posterior, yang jika
cara lazim yang digunakan untuk membuka jalan nafas yaitu head til,
a. head-tilt
manuver jalan napasseperti head tilt-chin lift, jaw thrust. Jika tidak
ada kelainan pada tulang servikal, head-tilt chin-lift harus dicoba
b. chin-lift
tulang hyoid dan lidah dari dinding faring yang dapat dilakukan
sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, atau
c. Chin Lift
spine.
terbuka
yang dapat menutup jalan napas pada pasien tidak sadar. Yang perlu
diingat adalah bahwa pipa orofaring ini hanya boleh dipakai pada
c. Endotracheal Tube
berpengalaman
a. Peralatan Intubasi
b. Suction
c. Sumber Oksigen
e. BVM amubag
g. Pelumas ( Jely)
h. Forcep magil
dan lampu
j. Obat-obatan sedative
k. Sarung tangan
menyala terang
maneuver
dahulu
LMA adalah alat pembebasan jalan napas yang non invasive yag
tube, mask dan laflation line. LMA disebut juga sebagai alternative
intubasi endotraceal
pembedahan
a. Nyeri tenggorokan
dilakukan teknik cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah. Bila
jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut
membuka napas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah pertama yang harus dilakukan
pada pasien dengan gangguan adalah meyakinkan bahwa jalan nafas bebas dan
pertahankan agar tetap bebas. Setelah jalan napas tetapi tetap ada gangguan ventilasi
besar pasien trauma thorax meninggal saat datang kerumah sakit, disamping itu
banyak kematian yang dapat dicegah dengan upaya diagnosis dan tatalaksana yang
akurata. Kurang dari 10% kasus trauma tumpul trauma thorax dan sekitar 15-30%
pasien dengan trauma toraks terdiri dari primary survey, resusitasi fungsi vital,
secondary survey yang teliti dan penanganan definitive trauma toraks dapat
menyebabkan gangguan pernapasan dan dan harus dikenali dan ditangani saaat
( Sucking ches wound ), Flail chest, kontusio paru dan hemotorax massif gangguan
pernapasan juga dapat disebabkan oleh keadaan yang non trauma seperti acute lung
1. Syok
oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan energy. Bila tidak
terjadinya asidosis asam laktat yang akan menggangu fungsi sel dan sel
tersebut akan mati. Demikian, Syok dapat pula diartikan sebagai gangguan
oksigenasi sel/ jaringan.
fungsi organ
1. Syok hipovolemi
2. Syok cardiogenic
3. Syok septic
4. Syok Neurogenik
5. Syok Hipovolemik
6. Syok Cardiogenic
7. Syok obstruktif
8. Syok distributif
9. Syok hemoragic
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat darurat yang cepat dan tepat, maka
pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan
secara cepat. Oleh karean itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang
tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak diperkirakan tanpa atau diserta
3.2 Saran
mahasiswa dan mahasiswi dan memahami tentang pengkajian pada pasien dengan