Kepemimpinan Dan Kepercayaan
Kepemimpinan Dan Kepercayaan
Kepemimpinan Dan Kepercayaan
KEPEMIMPINAN
B. TEORI KEPEMIMPINAN
1
3. Teori Ekologis, teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis
dan teori sosial. Penganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat
menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-
bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk
mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Menurut para ahli lainnya juga terdapat empat teori kepemimpinan, yaitu
sebagai berikut:
2. Teori Kontingensi
1) Model Fiedler
Fred Fiedler mengembangkan model kontingensi yang komprehensif pertama
kali bagi kepemimpinan. Model kontingensi Fiedler menyatakan bahwa kinerja
kelompok yang efektif bergantung pada kecocokan yang tepat di antara gaya
pemimpin dan seberapa besar situasi memberikan kendali pada pemimpin.
2
a) Mengidentifikasi Gaya Kepemimpinan
Fiedler meyakini sebuah faktor kunci dalam keberhasilan kepemimpinan
adalah gaya kepemimpinan dasar individu. Fiedler mengasumsikan bahwa
gaya kepemimpinan individu adalah tetap; jika sebuah situasi mensyaratkan
seorang pemimpin untuk berorientasi pada tugas dan orang dalam posisi
kepemimpinan tersebut adalah yang berorientasi pada hubungan, salah satu
situasi harus dimodifikasi atau pemimpin harus digantikan untuk mencapai
efektivitas yang optimal.
b) Mendefinisikan Situasi
Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kontingensi atau situasional:
Hubungan pemimpin-anggota adalah derajat kepercayaan diri,
kepercayaan dan menghormati yang mana para anggota miliki dalam diri
pemimpin mereka.
Struktur tugas adalah keadaan yang mana penugasan pekerjaan dibuatkan
prosedur (yaitu, terstruktur atau tidak terstruktur).
Kekuatan posisi adalah derajat dari pengaruh seorang pemimpin yang
memiliki variabel kekuatan yang lebih seperti merekrut, memecat,
disiplin, mempromosikan, dan menaikkan gaji.
3
Terdapat dua cara untuk meningkatkan efektivitas pemimpin, yang pertama
anda dapat mengubah pemimpin untuk menyesuaikan dengan situasi-seperti
seorang manajer baseball yang menempatkan seorang pitcher dengan
menggunakan tangan kanan atau tangan kiri didalam pertandingan
bergantung pada pemukul bola. Jika tingkat situasi kelompok sangat tidak
menguntungkan tetapi saat ini dipimpin oleh manajer yang berorientasi pada
hubungan, misalnya, maka kinerja kelompok dapat ditingkatkan dibawah
pimpinan seorang manajer yang berorientasi pada tugas. Sedangkan yang
kedua adalah mengubah situasi untuk menyesuaikan pemimpin dengan
merestrukturisasi tugas atau meningkatkan atau menurunkan kekuasaan
pemimpin untuk mengendalikan faktor-faktor seperti misalnya kenaikan gaji,
promosi, dan tindakan kedisiplinan.
d) Evaluasi
Beberapa studi yang menguji keseluruhan validitas dari model Fiedler
menemukan bukti yang cukup besar untuk mendukung bagian yang
substansial dari model tersebut. Jika kita menggunakan tiga kategori dan
bukannya delapan kategori semula, banyak bukti yang mendukung
kesimpulan-kesimpulan dari Fiedler. Tetapi logika yang mendasari kuesioner
LPC tidak dapat dipahami dengan baik, dan skor dari responden tidak stabil.
Variabel-variabel kontingensi juga rumit dan sulit bagi para praktisi untuk
menilainya.
4
Jika para pengikut tidak mampu dan tidak bersedia untuk mengerjakan suatu
tugas, maka pemimpin perlu menjelaskan dan memberikan pengarahan secara
spesifik; jika mereka tidak mampu tetapi bersedia, maka pemimpin harus
memperlihatkan orientasi tugas yang tinggi untuk mengompensasikan
kekurangan kemampuan dari para pengikutnya, dan orientasi hubungan yang
tinggi yang membawa mereka untuk “masuk ke dalam” keinginan dari
pemimpin. Jika para pengikut mampu tetapi tidak bersedia, maka pemimpin
perlu menggunakan gaya kepemimpinan yang suportif dan partisipatif; jika
mereka mampu dan bersedia, maka pemimpin tidak perlu melakukan banyak
upaya.
3) Teori Jalur-Tujuan
Teori ini menyarankan bahwa tugas dari pemimpin untuk menyediakan
informasi, dukungan, atau sumber daya lainnya bagi para pengikutnya untuk
mencapai tujuan-tujuan. Teori ini memprediksikan:
4) Model Pemimpin-Partisipasi
Teori ini menyatakan bahwa cara pemimpin dalam mengambil keputusan sama
pentingnya dengan apa yang akan dia putuskan. Seperti teori jalur-tujuan, teori
ini menyatakan, teori pemimpin ini menyatakan bahwa teori pemimpin harus
disesuaikan untuk mencerminkan strukstur tugas. Model ini bersifat nomatif-
memberikan pohon keputusan yang terdiri dari tujuh kongensi dan lima gaya
kepemimpinan untuk menentukan bentuk dan jumlah partisipasi dalam
pengambilan keputusan.
5
3. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
6
D. KEPEMIMPINAN KARISMATIK DAN KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL
7
F. KEPERCAYAAN
8
Waktu merupakan komponen terakhir dalam membangun kepercayaan. Kita
dapat mempercayai orang-orang didasarkan pada pengamatan perilaku mereka
selama suatu periode waktu tertentu. Para pemimpin perlu untuk menunjukkan
bahwa mereka memiliki integritas, kebajikan, dan kemampuan dalam situasi dimana
kepercayaan adalah penting-katakan, dimana mereka dapat berperilaku secara
oportunistik atau mengecewakan para karyawan. Kepercayaan dapat dimenangkan
dalam wewenang kemampuan dengan memperlihatkan kompetensi.
9
4. Kepercayaan mendorong produktivitas.
Kepentingan yang mendasar dari perusahaan terlihat dipengaruhi secara positif
oleh kepercayaan. Para pekerja yang mempercayai para supervisornya
cenderung untuk menerima peringkat kinerja yang lebih tinggi. Orang-orang
yang memberikan tanggapan untuk menaruh kecurigaan dengan
menyembunyikan informasi dan secara diam-diam mengejar kepentingan
mereka sendiri.
10
3. Kepemimpinan Secara Online
Para pemimpin secara online harus berpikir dengan hati-hati mengenai
tindakan apa yang mereka inginkan dari pesan digital mereka untuk
dijalankan. Mereka akan berhadapan dengan tantangan-tantangan yang unik,
yang terbesar muncul pada pengembangan dan mempertahankan
kepercayaan. Kepercayaan yang didasari pada identifikasi, didasarkan pada
saling memahami niat satu sama lain serta menghargai keinginan dan
kehendak orang lain, yang terutama sulit untuk dicapai tanpa interaksi secara
berhadapan muka. Negosiasi-negoisasi secara online dapat juga menjadi
terhalang karena kedua belah menampilkan level kepercayaan yang rendah.
11