All Bab FIX PDF
All Bab FIX PDF
All Bab FIX PDF
PENDAHULUAN
1
1.3 Ruang Lingkup
Penulisan laporan praktikum teknologi beton dan bahan bangunan ini dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut :
1. Melakukan uji material. Bahan yang digunakan yaitu agregat halus, agregat
kasar dan semen untuk mix design sebelum membuat beton.
2. Melakukan mix design untuk untuk menentukan jumlah masing-masing
bahan susun yang dibutuhkan.
3. Membuat beton menggunakan silinder 15 x 30cm sebanyak 6 sampel sesuai
dengan mix design.
4. Melakukan uji slump dengan ketentuan 10 ± 2cm.
5. Uji tekan dilakukan saat beton berumur 3 hari dan 28 hari.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
ringan jika beratnya kurang dari 1900 kg per meter kubik. Nawy (2004)
menyebutkan bahwa kuat tarik beton ringan pada umumnya lebih kecil bila
dibandingkan dengan beton normal.
1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh
karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2. Konstruksi beton itu berat, sehingga jika dipakai pada bangunan harus
disediakana pondasi yang cukup besar/ kuat.
3. Untuk memperoleh hasil beton dengan mutu yang baik, perlu biaya
pengawasan tersendiri.
4. Konstruktsi beton tidak dapat dipindahkan, disamping itu bekas beton
tidak ada harganya.
4
Bila mutu agregat, semen, dan airnya bagus, disertai perhitungan yang tepat sesuai
kebutuhan dan pelaksanaan mix design yang teliti dapat dilaksanakan dengan baik,
maka beton yang dihasilkan akan sangat berkualitas. Adapun persyaratan
pemakaian bahan untuk campuran beton adalah sebagai berikut :
a. Semen atau PC (Portland Cement)
Bahan pengikat antar agregat, sehingga beton dapat homogen. Sesuai
kebutuhannya, terdapat berbagai tipe semen, antara lain tipe 1 (untuk bangunan
beton biasa), tipe 2 (tahan sulfat dan panas hidrasi sedang), tipe 3 (semen yang
cepat mengeras), tipe 4 (panas hidrasi rendah), dan tipe 5 (tahan sulfat tinggi).
b. Agregat Halus
Dalam hal ini adalah pasir. Agregat halus didefinisikan sebagai hasil
disintegrasi alami dari batuan atau hasil industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm. Bila digunakan untuk campuran beton, pasir
harus memenuhi syarat-syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan
organik terlalu banyak, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat
kering, serta harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam (well grading).
c. Agregat Kasar
Terbagi menjadi kerikil (alami) dan batu pecah (industri). Agregat kasar
adalah hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah hasil industri
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5,0 mm sampai dengan 40,0 mm.
Bila digunakan untuk campuran beton, agregat kasar harus memenuhi syarat-
syarat diantaranya, tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak,
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2% berat kering, serta harus terdiri
dari butiran yang beraneka ragam (well grading).
d. Air
Pencampur beton haruslah air bersih yang dapat diminum dan mempunyai
pH netral antara 6-8, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam-garam dan
bahan organik.
e. Bahan Tambahan
Selain bahan-bahan utama pembuat beton, terkadang diperlukan bahan
tambahan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu. Bahan tambahan adalah suatu
5
bahan yang berupa zat yang dicampurkan selama pengadukan dalam dosis
tertentu untuk mengubah beberapa sifat beton. Diantaranya, meningkatkan
plastisitas, meningkatkan mutu awal, meningkatkan kekedapan, dan lain
sebagainya.
a. Kandungan semen
Semakin banyak bahan material semen yang digunakan, maka akan
dihasilkan konstruksi beton bertulang yang kuat dan baik. Penggunaan semen
berbanding lurus dengan kekuatan konstruksi beton.
b. Kandungan Air
Semakin banyak air yang digunakan, maka konstruksi beton yang
dihasilkan semakin jelek. Walaupun di dalam pengerjaan konstruksi beton
ringan, jika air yang digunakan banyak, konstruksi beton semakin mudah
dikerjakan dan pekerjaan menjadi lebih ringan. Kuncinya gunakan air
sesedikit mungkin, hanya agar campuran konstruksi beton bisa dikerjakan
(bisa diangkut, dicor, dipadatkan dan di-finishing).
c. Campuran Air dan Material Semen atau Faktor Air Semen (FAS)
Semakin tinggi perbandingan campuran air dan bahan material semen
maka konstruksi beton malah semakin jelek. Untuk meningkatkan mutu
konstruksi beton rumah harus mengurangi perbandingan air dan bahan
material semen. Faktor air dan bahan material semen adalah perbandingan
antara berat air dibandingkan dengan berat bahan material semen. Jika air kita
simbolkan dengan W, dan bahan material semen kita simbolkan dengan C
maka rumusnya adalah FAS= W / C, dimana berat jenis air adalah 1 kg/liter,
dan berat jenis bahan material semen adalah 3150 kg/m3 (disyaratkan
American Standard Testing and Material).
6
d. Agregat (Pasir dan koral)
Campuran yang terlalu banyak pasir walapun akan menjadikan beton halus
akan tetapi kekuatannya sedikit berkurang, jika dibandingkan dengan
campuran yang normal. Kekuatan beton akan semakin menurun jika ketika
pencampuran menggunakan molen terlalu lama. Sebaliknya jika beton terdiri
dari koral yang banyak, konstruksi beton akan menjadi kasar akan tetapi
kekuatannya mejadi lebih baik jika dibandingkan dengan beton yang
menggunakan pasirnya lebih banyak.
7
umum untuk pekerjaan yang mendesak. Cocok untuk pekerjaan dimusim
dingin. Biasanya dipakai untuk konstruksi bangunan, pekerjaan pembuatan
jalan, dan produk semen.
2.6 Semen Portland Untuk Percobaan Berat Jenis Semen (ASTM C188 --
95/SNI 15-2531-1991)
Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada
suhu kamar dengan satuan isi. Suhu kamar adalah adalah suhu ruangan pada saat
dilakukan pengujian. Contoh semen Portland adalah sejumlah semen dengan berat
dan isi tertentu yang diambil dari tempat penyimpanan secara acak serta dianggap
mewakili sejumlah semen Portland yang akan digunakan sebagai bahan struktur.
8
berjalan sempurna dan kekuatan semen dapat mencapai maksimum. Umumnya,
persentase air untuk mencapai konsistensi berkisar antara 26% - 29%.
9
2.10 Agregat Halus Untuk Percobaan Berat Volume (ASTM C – 29 – 91)
Berat volume agregat halus adalah massa suatu agregat tiap satuan volume
(m3) dalam keadaan SSD. Metode berat volume pasir dimaksudkan sebagai
pegangan dalam melakukan pengujian untuk menentukan berat volume agregat
halus. Menurut ASTM C 29 – 91, hasil dari dua tes yang dilakukan dalam
laboratorium yang sama pada bahan yang sama tidak boleh berbeda lebih dari 0.04
gr/ml.
2.11 Agregat Kasar Untuk Pengujian Kadar Air (ASTM C187-98/SNI 03-0626-
2002)
Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen.
Jumlah air yang terkandung di dalam agregat perlu diketahui, karena akan
mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang
basah (banyak mengandung air), akan membuat campuran juga lebih basah dan
sebaliknya.
10
812, berat volume agregat yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang
lebih besar dari 1445 kg/m³.
2.14 Pengujian Kondisi Dan Analisa Ayakan Pasir (ASTM C33 03)
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan
perencanaan campuran dan pengendalian mutu beton. Gradasi agregat halus adalah
hasil dari ayakan pasir yang kemudian diplot ke dalam grafik.
11
Tabel 2. 1 Notasi Kuat Tekan Beton
Notasi Bentuk Benda Uji Ukuran Umur yang Diperhitungkan
K Kubus 15 x 15 x 15 cm 28 hari
diameter 15 cm
f’c Silinder 28 hari
tinggi 30 cm
Sumber : SNI T-15-1991-03
Tabel 2. 2 Rumus Konversi dari K (fck’ atau σbk) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder
Rumus Keterangan dan Satuan
fck’ = Kuat tekan karakteristik
f’c = [0.76 + 0.210 ⋅ log( fck' /15) f 'ck]
beton Kubus (Mpa)
K = Kuat tekan karakteristik
C = 0.83 x K
beton Kubus (kg/cm2)
Sumber : SNI T-15-1991-03
Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus
dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :
Tabel 2. 3 Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk Benda Uji
Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00 - -
Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
Semen Portland dengan Kuat
0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
Awal Tinggi
*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan
Sumber : SNI T-15-1991-03
12
Dimana :
SD = deviasi standar
xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
𝑥̅ = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :
M= k*SD
f’cr = f’c + M
Dengan:
f’cr = Kuat tekan rata-rata, MPa
f'c = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa
M = Nilai tambah, Mpa
13
2.16.5 Menetapkan Jenis Semen Portland
Untuk penetapan jenis Semen Portland digunakan tabel berikut:
Tabel 2. 4 Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982
Tipe PC Syarat Penggunaan Pemakaian
Perkerasan jalan, gedung,
Kondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan
I jembatan biasa dan konstruksi
khusus
tanpa serangan sulfat
Serangan sulfat konsentrasi sedang Bangunan tepi laut, dam,
II Catatan: semen jenis ini menghasilkan panas bendungan, irigasi dan beton
hidrasi yang lebih rendah daripada tipe I massa
Kekuatan awal tinggi
14
Tabel 2. 5 Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5 dan Jenis
Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (N/mm2) pada
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Umur (Hari)
3 7 28 91 Benda Uji
Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder
Portland tipe I, dan
Batu pecah 19 27 37 45
semen tahan sulfat
Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
tipe II dan V
Batu pecah 23 32 45 54
Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Batu pecah 25 33 44 48
Portland Tipe III
Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Sumber : SNI T-15-1991-03
Gambar 2. 1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)
Sumber : SNI T-15-1991-03
15
Gambar 2. 2 Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
Sumber : SNI T-15-1991-03
16
2.16.9 Menetapkan Besar Butir Agregat Maksimum
Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :
1. Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan
2. Sepertiga dari tebal pelat
3. Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang atau berkas-
berkas tulangan
2.16.10 Menetapkan Kadar Air Bebas
a. Untuk agregat tak dipecah dan agregat dipecah menggunakan
tabel dibawah ini:
Tabel 2. 7 Perkiraan Kebutuhan Air (liter) per Meter Kubik Beton
Besar Ukuran Slump (mm)
Jenis Batuan
Maksimum Agregat 1-10 10-30 30-60 60-180
10 Alami 150 180 205 225
Batu Pecah 180 205 230 250
20 Alami 135 160 180 195
Batu Pecah 170 190 210 225
40 Alami 115 140 160 175
Batu Pecah 155 175 190 205
Sumber : SNI_03-2834-1993
Catatan:
- Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air
5 liter per m3 adukan beton
- Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus
ditambah air ± 10 liter per m3 adukan beton
17
2.16.12 Mempertimbangkan kadar semen maksimum
Dapat diabaikan jika tidak ditetapkan.
Tabel 2. 8 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Semen
Jenis Pembetonan Minimum
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
275
a. Keadaan keliling non-korosif
325
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif
18
Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan.
19
Gambar 2. 4 Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan
(untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)
Sumber : SNI_03-2834-1993
20
2.16.18 Menghitung Berat Jenis Agregat Campuran
Berikut persamaan untuk menghitung berat jenis agregat campuran
𝑃 𝐾
Bj camp = 100 𝑥 𝐵𝑗 𝐴𝑔𝑟. 𝐻𝑙𝑠 + 100 𝑥 𝐵𝑗 𝐴𝑔𝑟. 𝐾𝑠𝑟
Dengan:
Bj camp = Berat jenis agregat campuran
Bj Agr.Hls = Berat jenis agregat halus
Bj Agr.Ksr = Berat jenis agregat kasar
P = Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran.
21
Gambar 2. 6 Grafik Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai dipadatkan.
Sumber : SNI T-15-1990-03
22
Agregat halus = C + ( Ck – Ca) x C/100
Dengan :
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah agregat kasar (kg/m3)
Cn = absorpsi air pada agregat halus (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)
23
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
24
3.2 Penyelidikan Bahan Semen
3.2.1 Percobaan Berat Jenis Semen Portland (ASTM C188-95/SNI 15-
2531-1991)
Berikut alat dan bahan yang digunakan pada percobaan berat jenis
semen Portland ini, terdiri dari :
Alat :
1. Dua buah labu ukur piknometer
2. Timbangan
Bahan :
1. Air Bersih
2. Semen
3. Minyak tanah
25
3.2.2 Percobaan Konsistensi Normal Semen Portland (ASTM C187-
98/SNI 03-6826-2002)
Berikut alat dan bahan yang digunakan pada percobaan konsistensi
normal semen Portland ini, terdiri dari :
Alat :
1. Mesin pengaduk
2. Alat vicat
3. Cetakan benda uji berbentuk kerucut
4. Gelas ukur kapasitas 500 ml
5. Timbangan
6. Sendok perata
7. Stopwatch
8. Pelat kaca ukuran 150 x 150 x 3 mm
Bahan :
1. Air 84 ml
2. Semen 300 gr
26
7. Melalui lubang dasarnya, masukkan bola pasta ke dalam cetakan
benda uji sampai terisi penuh dan ratakan kelebihan pasta pada dasar
cincin dengan sekali gerakan telapak tangan;
8. Letakkan dasar cincin pada pelat kaca, ratakan permukaan atas
dengan sekali gerakan sedok perata dalam posisi miring dan
haluskan permukaan pasta dengan ujung sendok perata tanpa
mengadakan tekanan pada pasta;
9. Letakkan cetakan benda uji yang berisi pasta pada alat vicat, lalu
sentuhkan ujung batang vicat pada bagian tengah permukaan pasta
dan kencangkan posisi batang vicat;
10. Letakkan pembacaan skala pada nol atau catat angka permulaan dan
segera lepaskan batang vicat sehingga dengan bebas dapat
menembus permukaan pasta; setelah 30 detik, catatlah besarnya
penetrasi batang vicat; pengerjaan ini harus selesai dalam waktu 60
detik setelah pengadukan;
11. Ulangi pengerjaan 2. sampai 9. sebanyak 4 kali lagi dengan
menggunakan benda uji yang baru dan kadar air suling masing-
masing 78 ml, 75 ml, 65 ml, dan 58 ml;
12. Hitung besarnya nilai konsistensi untuk setiap tahap; kemudian
buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara nilai konsistensi
dengan penetrasi; dan
13. Tentukan ttik A pada sumbu penetrasi yang menyatakan nilai
penetrasi 10 ml, lalu tariklah garis mendatar yang memotong grafik
konsistensi penetrasi di titik B. Dari titik B tariklah garis BC, sejajar
dengan sumbu penetrasi sehingga didapat besarnya nilai konsistensi
normal = OC.
27
1. Timbangan
2. Oven
3. Talam Logam
4. Pasir
28
Dalam pelaksanaan berat jenis agregat halus prosedur pengujian
adalah sebagai berikut :
1. Saring pasir hingga airnya tidak ada.
2. Keringkan dengan hair dryer atau kipas angin sambil dibolak-balik
dengan sendok untuk mencari kondisi SSD.
3. Tempatkan kerucut SSD pada bidang datar yang tidak mengisap
air, tahan jangan sampai goyang.
4. Isi kerucut SSD 1/3 tingginya dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi
dan rojok 8 kali, isi lagi 1/3 tinggi dan rojok 9 kali. Dirojok tiap
bagian masingmasing.
5. Ratakan permukaannya dan angkat kerucutnya, bila pasir masih
berbentuk kerucut maka pasir belum SSD. Keringkan lagi dan
ulangi lagi pengisian dengan prosedur sebelumnya, bila kerucut
diangkat dan pasir gugur tetapi berpuncak maka pasir sudah dalam
keadaan SSD dan siap untuk digunakan dalam pengujian.
6. Timbang labu takar 1000 cc.
7. Timbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram, dan masukkan
pasir ke dalam labu takar dan timbang.
8. Isi labu takar yang berisi pasir dengan air bersih hingga penuh.
9. Pegang labu takar yang sudah terisi air dan pasir dengan posisi
miring, putar kiri dan kanan hingga gelembung-gelembung udara
dalam pasir keluar.
10. Sesudah gelembung-gelembung keluar tambahkan air ke dalam
labu takar dengan air sampai dengan batas kapasitas dan timbang.
29
Dalam pelaksanaan berat volume agregat halus prosedur pengujian
adalah sebagai berikut :
a. Cara Pukul/Ketukan
1. Timbang silinder dalam keadaan bersih dan kosong.
2. Isi penakar 1/3 dari volume penuh dan ratakan dengan batang
perata.
3. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk –
ngetukkan alas penakar secara bergantian sebanyak 25 kali.
4. Isi lagi sampai volume menjadi 2/3 penuh kemudian padatkan
seperti diatas.
5. Isi penakar sampai berlebih dan padatkan lagi.
6. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata.
7. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu
sendiri.
8. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.
b. Cara Rojokan
1. Timbang silinder dalam keadaan bersih dan kosong
2. Isi penakar 1/3 dari volume penuh dan ratakan dengan batang
perata.
3. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara dirojok secara
bergantian sebanyak 25 kali.
4. Isi lagi sampai volume menjadi 2/3 penuh kemudian rojok
seperti diatas.
5. Isi penakar sampai berlebih dan rojok lagi.
6. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata
7. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu
sendiri
8. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg.
30
c. Cara Digoyang
1. Timbang silinder dalam keadaan bersih dan kosong
2. Isi penakar 1/3 dari volume penuh dan ratakan dengan batang
perata.
3. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara digoyang sebanyak
25 kali.
4. Isi lagi sampai volume menjadi 2/3 penuh kemudian gembur
seperti diatas.
5. Isi penakar sampai berlebih dan gembur lagi.
6. Ratakan permukaan agregat dengan batang perata
7. Tentukan berat penakar dan isinya dan berat penakar itu
sendiri
8. Catat beratnya sampai ketelitian 0,05 kg
31
5. Setelah kering timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W4);
dan
6. Hitung berat benda uji kering (W5 = W4 - W1)
3.4.2 Percobaan Berat Jenis Batu Pecah Agregat Kasar (ASTM C 128-
01/SNI 03-1969-1990)
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian berat
jenis agregat kasar, terdiri dari :
1. Kerikil 500 gram
2. Air
3. Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu
4. Timbangan
5. Talam atau cawan
6. Piknometer / gelas ukur
7. Kain pengering
8. Stopwatch
32
3. Alat penakar berbentuk silinder, berdiameter 15 cm dengan tinggi 30
cm
4. Cetok
5. Batu pecah sebagai benda uji
6. Timbangan
b. Cara Ketuk :
1. Timbang penakar silinder dan catat beratnya;
2. Isi penakar 1/3 dari volume penuh;
3. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara mengetuk-ngetukkan
alas penakar secara bergantian sebanyak 25 kali;
4. Isi lagi sampai volume menjadi 2/3 penuh kemudian ketuk seperti
cara 2);
5. Isi lagi penakar sampai berlebih dan ketuk lagi seperti cara 2);
6. Isi lagi penakar kemudian ratakan dengan cetok; dan
7. Timbang penakar serta isinya dan catat beratnya.
c. Cara Gembur :
1. Timbang penakar silinder dan catat beratnya;
2. Isi penakar 1/3 dari volume penuh;
3. Padatkan untuk setiap lapisan dengan cara menggoyang-
goyankan penakar secara sebanyak 25 kali;
33
4. Isi lagi sampai volume menjadi 2/3 penuh kemudian goyangkan
seperti cara 2);
5. Isi lagi penakar sampai berlebih dan goyangkan lagi seperti cara
2);
6. Isi lagi penakar kemudian ratakan dengan cetok; dan
7. Timbang penakar serta isinya dan catat beratnya.
3.5.2 Metode Pengujian Analisa Saringan Batu Pecah (ASTM C 136 -95
A)
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pengujian ini adalah sebagai
berikut:
34
1. Timbangan 25 kg
2. Satu set ayakan ASTM dengan diameter # 3/2’’,#3/4’’ dan
#3.8’’,bila perlu dengan #4,75’’ dan #2,38’’
3. Alat penggerak listrik
4. Batu pecah dalam keadaan kering oven.
35
Adapun prosedur pelaksanaan dalam melakukan pembuatan campuran
beton :
1. Siapkan semua bahan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil
perbandingan campuran beton dalam keadaan asli.
2. Tempat pencampuran beton diisi air secukupnya (sekedar
membasahi tempat tersebut) lalu dibuang
3. Masukkan semen dan pasir lalu diaduk bersama dengan air.
4. Kemudian masukkan batu pecah dan aduk sampai rata.
5. Setelah campuran beton homogen, campuran tersebut dapat
dikeluarkan dan ditempatkan ke silinder
36
5. Segera setelah selesai perojokan ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat dan semua sisi benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus
disingkirkan, kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus
keatas, seluruh pengujian mulai dari pengisian sampai cetakan
diangkat harus selesai dalam jangka waktu 2,5 menit.
6. Balikan cetakan dan letakan perlahan-lahan disamping benda uji.
Ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi
cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji.
2. Cetok
Gambar 3. 3 Cetok
Sumber : Dokumentasi
37
3. Sendok semen
4. Palu
Gambar 3. 5 Palu
Sumber : Dokumentasi
5. Batang Besi Rojokan
Gambar 3. 7 Cangkul
Sumber : Google
38
7. Beton Segar
39
1. Isi drum tersebut sebanyak 2/3 dengan menggunakan air
2. Masukan satu persatu beton yang telah dibuka dari cetakan ke
dalam drum tersebut
3. Diamkan hingga 7 hari
4. Selama dalam masa curing,beton rutin di cek agar tidak ada
kotoran/bahan organik lain yang mempengaruhi kuat tekan beton.
Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 3, dan 28
hari. Namun karena adanya sesuatu hal maka uji test kekuatan beton dilakukan
pada saat umur 9 dan 28 hari. Berikut prosedur pengujian kuat tekan beton :
1. Sebelum ditest diukur dimensinya (tinggi dan diameter) terlebih dahulu dan
ditimbang beratnya.
2. Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih
permukaan yang rata (yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang
dibebani.
3. Gerakkan tuas yang berwarna merah keatas dan tekan tombol penggerak ke
posisi on.
4. Matikan tombol penggerak pada saat beton pecah (jarum sudah tidak
bergerak lagi).
5. Untuk mengambil kembali benda uji, gerakkan tuas ke bawah sehingga
benda uji terlepas dari jepitan.
6. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
dihitung luas permukaan lingkarannya. Sehingga luas permukaan yang
dibebani ialah = (3,14 x 7.5cm x 7.5 cm) = 176.625 cm² = 17662.5 mm2
40
BAB IV
(GK) = 0,809
(GC) = 6,091
41
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian kemudian dilakukan perhitungan untuk
mengetahui berat jenis minyak tanah dan berat jenis semen portland,
sehingga didapatkan kesimpulan nilai berat jenis minyak tanah tersebut
adalah 0,809 dimana nilai tersebut digunakan dalam perhitungan nilai
berat jenis semen Portland. Nilai berat jenis semen portland adalah
6,091. Dimana nilai dari berat jenis semen Portland tersebut akan
berpengaruh terhadap mutu pengendalian semen.
𝟏𝟎𝟎%
Penetrasi
40 41 41 39 14
(mm)
Sumber : Data Analisis
B. Kesimpulan
Dari hasil pengujian pada pengujian konsistensi normal semen
Portland ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai/besar penetrasi
masing-masing benda uji berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh
jumlah air yang digunakan sebagai pengikat pada setiap pasta benda uji.
Semakin banyak air yang digunakan maka nilai penetrasinya semakin
besar juga. Begitu juga sebaliknya, apabila semakin sedikit air yang
42
digunakan maka semakin kecil juga nilai penetrasinya. Nilai
konsistensi yang didapat pada masing-masing benda uji adalah 28 %,
26 %, 25%, 21,67%, dan 19,33%. Hal ini menyebabkan data yang
diperoleh tidak memenuhi syarat semuanya karena belum mencapai
titik 10 mm penetrasi dan seharusnya melakukan praktikum ulang.
Akan tetapi karena kondisi waktu yang tidak memungkinkan, maka
nilai konsistensi ini tetap digunakan.
Perhitungan :
(𝑊3 −𝑊5 ) (1000−998)
Kadar air pasir = [ 𝑥100%] = [ 𝑥100%]
𝑊5 998
= 0.2004%
43
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian kemudian dilakukan perhitungan untuk
diketahuinya nilai kadar air pada pasir, didapatkan kesimpulan nilai kadar
air pada pasir tersebut adalah 0,2004% yang artinya memenuhi syarat
ASTM C 556-89 maksimum kadar air 1%, sehingga dapat mempengaruhi
daya ikat pasir saat pencampuran beton dan berdampak pada mutu beton.
Nilai kadar air tersebut digunakan dalam mencari perbandingan
banyaknya pasir dari kondisi SSD ke dalam kondisi asli.
Percobaan 1 Satuan
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian berat jenis pasir, dilakukan perhitungan
dan didapatkan hasil kesimpulan yaitu nilai berat jenis pasir sebesar 2,23
gr/cc yang berarti belum memenuhi standar SNI-1970-2008 yaitu berat
44
jenis antara 2,4–2,6 g/cc. Berat pasir belum memenuhi standar
dikarenkan kami terlalu lama 10 menit menggunakan hair dryer dan
seharusnya melakukan praktikum ulang. Akan tetapi karena kondisi
waktu yang tidak memungkinkan, maka berat jenis pasir ini tetap
digunakan.
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan hasil nilai berat volume
dengan cara rojokan sebesar 0,0016 gram/ml, cara diketuk sebesar
0,0015 gram/ml, dan cara gembur sebesar 0,0016 gram/ml.
Berdasarkan ASTM C29 – 91 ketiga percobaan memenuhi syarat
karena memiliki nilai perbedaan tidak lebih dari 0,04 gram/ml, sehingga
volume lebih besar yang artinya ukuran butir pasir lebih besar dari
standar dan dapat mempengaruhi kekuatan beton tersebut.
45
a. Hasil data percobaan sebagai berikut:
1. Berat talam (W1) = 115 gram
2. Berat benda uji dan talam (W2) = 1115 gram
3. Berat benda uji dan talam yang telah dikeringkan (W4) =
1105 gram
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian kemudian dilakukan perhitungan untuk
diketahuinya persentase kadar air agregat, didapatkan nilai berat benda
uji yang telah dikeringkan adalah 990 gram, dimana nilai tersebut
46
digunakan dalam perhitungan nilai persentase kadar air agregat. Nilai
persentase kadar air agregat adalah 1,01 %. Dimana nilai kadar air
tersebut digunakan dalam mencari perbandingan banyaknya batu pecah
dari kondisi SSD (Surface Saturated Dry) ke dalam kondisi asli.
4.3.2 Percobaan Berat Jenis Batu Pecah Agregat Kasar (ASTM C 128-
01/SNI 03-1969-1990)
A. Hasil Percobaan
Berikut adalah hasil percobaan pada pengujian berat jenis agregat
kasar :
Bk = 392 gram
Bj = 481 gram
Ba = 277 gram
𝐵𝑘 392 392
Berat Jenis Curah = 𝐵𝑗−𝐵𝑎 = 481−277 = 204 = 1,92 gr/cm3
𝐵𝑗 481 481
Berat Jenis Kering Permukaan = 𝐵𝑗−𝐵𝑎 = 481−277 = 204
= 2,35 gr/cm3
𝐵𝑘 392 392
Berat Jenis Semu = 𝐵𝑘−𝐵𝑎 = 392−277 = 115 = 3,4 gr/cm3
𝐵𝑗−𝐵𝑘 481−392 89
Penyerapan = 𝐵𝑘
×100% = 392
×100% = 392 ×100% = 22,7%
B. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian berat jenis agregat kasar dilakukan
perhitungan dan didapatkan hasil kesimpulan yaitu nilai berat jenis
batu pecah sebesar 2,357 gr/cm3, dan berat tersebut masih belum
sesuai ASTM C 128-01 / SNI 03-1970-1990 dimana sebesar 2,4
47
gr/cm3 sampai 2,7 gr/cm3 dan seharusnya melakukan praktikum
ulang. Akan tetapi karena kondisi waktu yang tidak memungkinkan,
maka nilai berat jenis batu pecah ini tetap digunakan.
B. Kesimpulan
Setelah membandingkan dasar teori dan hasil percobaan yang
telah dilakukan oleh kelompok kami, didapatkan berat volume batu
pecah sebesar 1,5252 gram/ml dan batu pecah yang digunakan
memenuhi persyaratan ASTM C29/29M-97 yaitu 1.4 t/dm3 - 1.7
t/dm3.
48
4.4 Campuran Agregat
4.4.1 Metode Pengujian Kondisi dan Analisa Ayakan Pasir (ASTM C33
03)
A. Hasil Percobaan
Setelah dilakukan percobaan uji saringan agregat halus, maka
didapatkan data hasil percobaan sebagai berikut :
Agregat Halus
120
100
80
60
40
20
0 Batas Atas Persentase lolos Batas Bawah
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Gambar 4. 1 Grafik hasil persentase ayakan agregat halus pada grading zone 1
Sumber : Data Analisis
49
Agregat Halus
120
100
80
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Gambar 4. 2 Grafik hasil persentase ayakan agregat halus pada grading zone 2
Sumber : Data Analisis
Agregat Halus
120
100
80
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Gambar 4. 3 Grafik hasil persentase ayakan agregat halus pada grading zone 3
Sumber : Data Analisis
50
Agregat Halus
120
100
80
60
40
20
0
0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6
Gambar 4. 4 Grafik hasil persentase ayakan agregat halus pada grading zone 4
Sumber : Data Analisis
C. Kesimpulan
Setelah membandingkan dasar teori dan hasil percobaan yang telah
dilakukan oleh kelompok kami, maka agregat halus ini tidak memenuhi
ASTM C33 karena tidak masuk dalam grading zone manapun. Hal ini
terjadi karena gradasi agregat yang kurang beragam. Karena keadaan Lab
yang tidak memungkinkan untuk melakukan percobaan ulang, maka
diambil kesimpulan agregat halus tersebut masuk ke dalam zone 4. Sebab
pada grafik hasil perhitungan ayakan agregat halus, terlihat persentase
lolos yang paling mendekati batas zone yaitu pada zone 4.
4.4.2 Metode Pengujian Analisa Saringan Batu Pecah (ASTM C 136 -95
A)
A. Hasil Percobaan
Dari praktikum uji saringan agregat kasar yang telah dilaksanakan,
diperoleh hasil data pada tabel berikut:
51
Tabel 4. 9 Hasil Data Pengujian Ayakan Agregat Kasar
Massa
Massa Massa
Diameter Ayakan Massa Persentase
Pasir Pasir
Ayakan Ayakan + Massa Ayakan Pasir Lolos
Tertahan Lolos
(mm) Pasir (gram) (%)
(gram) (gram)
(gram)
3" 76,2 505 484 21 4977 99,58
3
" 19,1 1889 444 1445 3532 70,67
4
1
" 12,7 1847 390 1457 2075 41,52
2
3
" 9,6 1987 383 1604 471 9,42
8
1
" 6,3 621 393 228 243 4,86
4
Agregat Kasar
120
100
80
60
40
20
0
4.8 9.6 19.1 38 76.2
Gambar 4. 5 Grafik hasil persentase ayakan agregat kasar pada ukuran ayakan 10 mm
Sumber : Data Analisis
52
Agregat Kasar
120
100
80
60
40
20
0
4.8 9.6 19.1 38 76.2
Gambar 4. 6 Grafik hasil persentase ayakan agregat kasar pada ukuran ayakan 20 mm
Sumber : Data Analisis
Agregat Kasar
120
100
80
60
40
20
0
4.8 9.6 19.1 38 76.2
Gambar 4. 7 Grafik hasil persentase ayakan agregat kasar pada ukuran ayakan 40 mm
Sumber : Data Analisis
B. Kesimpulan
Setelah membandingkan dasar teori dan hasil percobaan yang telah
dilakukan oleh kelompok kami, maka agregat kasar tidak memenuhi syarat
ASTM C 136 -95 A karena tidak masuk dalam grafik grading zone yang
ada. Hal ini terjadi karena gradasi agregat yang kurang beragam dan
keadaan Lab yang tidak memungkinkan untuk melakukan percobaan
ulang, maka diambil kesimpulan agregat kasar tersebut masuk ke dalam
zone 3. Sebab pada grafik hasil perhitungan ayakan agregat kasar, terlihat
persentase lolos yang paling mendekati batas zone yaitu pada zone 3.
53
4.5 Perhitungan Mix Design of Concrete
Berikut ini adalah tabel perhitungan mix design untuk memperoleh kuat tekan
beton 25 Mpa.
Tabel 4. 10 Perhitungan Mix Design of Concrete
No Uraian Nilai
1 Kuat tekan karakteristik 25 Mpa pada 28 hari
2 Deviasi Standar 7 Mpa
3 Nilai Tambah (Margin) 1,64 x 7 = 11,48 Mpa
Kekuatan rata-rata yang hendak
4 25 + 11,48 = 36,48 Mpa
dicapai
5 Jenis Semen Semen Portland Tipe 1
6 Jenis Agregat Batu Pecah dan Batu Alam
7 Faktor Air Semen Bebas -
8 Faktor Air Semen Maksimum 0,6
9 Slump 100 mm
10 Ukuran Agregat Maksimum 20 mm
11 Kadar Air Bebas 2/3*95 + 1/3*225= 205 kg/m3
12 Jumlah Semen 205/0,6 = 341,67 kg/ m3
13 Jumlah Semen Maksimum -
14 Jumlah Semen Minimum 325 kg/m3
15 Faktor Air Semen yang Disesuaikan -
16 Susunan Besar Butir Agregat Halus Zona 4
Susunan Agregat Kasar atau Grafik 9 pada SNI 03-2834-1993
17
Gabungan
18 Persen Agregat Halus 30%
19 Berat Jenis Relatif 0,3*2,23 + 0,7*2,35 = 2,314 gram
20 Berat Isi Beton Grafik 16 pada SNI 03-2834-1993
21 Kadar Agregat gabungan 2150 - 546,67 = 1603,33 kg/m3
22 Kadar agregat halus 0,3*1603,33 = 480,99 kg/m3
23 Kadar agregat kasar 1603,33 – 480,99 = 1122,33 kg/m3
Semen : 0,0053*341,67*8*1,2 = 17,376 kg/m3
A. Halus : 0,0053*480,99*8*1,2 = 24,473 kg/m3
24 Proporsi Campuran
A. Kasar : 0,0053*1122,33*8*1,2 = 57,1 kg/m3
Air : 0,0053*205*8*1,2 = 10,464 kg/m3
Sumber : Hasil Perhitungan
54
Langkah-langkah untuk mendapatkan nilai mix design campuran beton
adalah sebagai berikut.
1. Kuat tekan karakteristik
Kuat tekan beton normal telah ditentukan (f’c) sebesar 25 MPa pada usia
28 hari.
2. Deviasi Standar
Deviasi standar diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
6. Jenis Agregat
Jenis agregat yang digunakan adalah batu pecah untuk agregat kasar, dan
pasir alam untuk agregat halus.
55
7. Faktor Air Semen Maksimum
Faktor Air Semen Maksimum yang digunakan yaitu sebesar 0,6.
8. Slump
Slump yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebesar 100 ± 20 mm.
Tabel 4. 11 Persyaratan Jumlah Semen Maksimum dan Faktor Air Semen maksimum
untuk berbagai macam pembetonan dalam lingkungan khusus
Semen Minimum
Jenis Pembetonan
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif 275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau 325
uap korosif
56
Beton diluar ruang bangunan:
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 325
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung 275
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti 325
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah
Sumber : SNI_03-2834-1993
Jenis pembetonan pada praktikum ini adalah beton diluar ruang
bangunan, dengan tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung.
Sehingga, nilai jumlah semen minimum yang digunakan adalah 325 kg.
Cara memperoleh nilai persen agregat halus yaitu dengan menarik garis
antara faktor air semen 0,6 dengan zona 4 pada slump 100 mm. Sehingga
diperoleh nilai persen agregat halus sebesar 30 persen atau 0,3.
57
𝐵𝐽 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = % ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠 × 𝐵𝐽 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 + % 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 × 𝐵𝐽 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟
= 0,3 × 2,23 + 0,7 × 2,35
= 2,314 𝑔𝑟𝑎𝑚
16. Berat Isi Beton
Berat isi beton dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4. 9 Grafik Perkiraan berat isi beton basah yang telah selesai dipadatkan.
Sumber : SNI T-15-1990-03
58
19. Kadar Agregat Kasar
Kadar agregat kasar dapat diperoleh dari pengurangan langkah 21 dengan
langkah 22.
𝐾𝐴 𝑘𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝐾𝐴 𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝐾𝐴 ℎ𝑎𝑙𝑢𝑠
= 1603,33 − 480,99
= 1122,33 𝑘𝑔/𝑚3
Berdasarkan hasil mix design maka proporsi campuran yang diperoleh
untuk membuat beton silinder 1 benda uji dengan kuat tekan 25 MPa adalah
sebagai berikut:
- Semen : 17,376 Kg
- Air : 10,464 Kg
- Agregat Halus : 24,473 Kg
- Agregat kasar : 57,1 Kg
Setiap hasil perhitungan dikalikan lagi dengan 8 untuk mendapatkan
jumlah masing-masing bahan untuk membuat 8 benda uji.
59
4.6.2 Percobaan Slump (C143-C143M-03)
A. Hasil Percobaan
Pengukuran slump harus dilakukan dengan cara mengukur tegak
lurus antara tepi atas cetakan dengan tinggi rata-rata benda uji, untuk
mendapatkan hasil yang lebih teliti dilakukan pemeriksaan dengan
adukan yang sama dan dilaporkan hasil rata-rata. Adapun hasil harga
slump yang didapatkan saat percobaan adalah 12cm.
B. Kesimpulan
Dari percobaan ini slump dari beton segar percobaan kita adalah 12
cm yang sesuai dengan nilai slump yang diharapkan di mix design yang
bernilai ±10 cm.
Untuk mengetahui hasil kuat tekan beton dalam MPa, rumus yang digunakan
adalah
𝐻𝑈𝑇
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 (𝑀𝑃𝑎) =
𝐿𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛
Dimana :
HUT = Hasil uji tekan (N)
𝐿𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 = Luas penampang yang dibebani (𝑚𝑚2 )
Pengujian kuat tekan beton dilaksanakan sesuai dengan metode uji SNI-03-
24303-1994, sehingga diperoleh tabel hasil uji tekan beton sebagai berikut,
60
Tabel 4. 12 Hasil kuat tekan beton umur 9 dan 30 hari
Tanggal
Umur Berat beton uji Uji Tekan (N)
Pembuatan Pengetesan
13000 265000
16-Okt-17 9 hari 13000 305000
13000 280000
07-Okt-17
12600 340000
06-Nov-17 30 hari 12800 360000
12700 330000
Sumber : Data Analisis
Berikut merupakan hasil perhitungan uji tekan untuk beton umur 9 hari dengan
hasil uji tekan beton sebesar 265 KN (265.000 N), maka diperoleh hasil perhitungan
kuat tekan beton sebagai berikut,
265000
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑡𝑜𝑛 (𝑀𝑃𝑎) = = 15 𝑀𝑃𝑎
17662,5
Dengan cara dan perhitungan yang sama maka didapatkan tabel hasil
perhitungan kuat tekan beton umur 9 dan 30 hari sebagai berikut,
Telah dilakukan uji tekan kuat beton silinder dengan ukuran diameter 15 cm
dan tinggi 30 cm sebanyak 6 benda uji. Uji kuat beton dilakukan pada saat beton
berumur 9 hari dan 30 hari. Dari data yang telah didapat, rata - rata kuat tekan beton
adalah 20,83 MPa. Dari Data tersebut digunakan perhitungan untuk mendapatkan
kuat tekan beton umur 3 hari dan 28 hari menggunakan cara interpolasi sebagai
berikut,
61
𝐵1
𝑥 = 𝐻1 − (𝐻 − 𝐻2 )
𝐵2 1
Dimana H1 adalah perbandingan kuat tekan pada hari B1, H2 adalah perbandingan
kuat tekan pada hari B2, B1 adalah jarak hari ke hari yang diinginkan, dan B2 adalah
jarak hari ke hari lainnya yg ada pada table 4.3 sebagai berikut,
Maka, kekuatan pada hari ke-9 merupakan 75% dari kekuatan total 28 hari,
dimana kuat tekan pada hari ke-9 adalah 265000 N, sehingga dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan kuat tekan umur 28 hari sebagai berikut,
100
Kuat tekan 28 hari = 265000 𝑥 = 3533333,33 𝑁
75
Setelah didapatkan kuat tekan pada umur beton 28 hari, maka dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan kuat tekan 3 hari dengan mengalikan kuat tekan 28
hari dengan perbandingan kuat tekan 3 hari sebesar 0,46 sesuai dengan tabel 4.3
sebagai berikut,
Dengan cara dan perhitungan yang sama maka didapatkan tabel hasil
perhitungan konversi kuat tekan beton umur 3 dan 28 hari sebagai berikut,
62
Tabel 4. 15 Konversi kuat tekan ke beton umur 3 dan 28 hari
Tanggal Kuat
Berat beton
Umur Uji Tekan (N) Tekan
Pembuatan Pengetesan uji
(MPa)
13000 162533,33 9,2
16-Okt-17 3 hari 13000 187045,87 10,59
13000 171679,5 9,72
Rata-rata kuat tekan 3 hari 9.83
07-Okt-17
12600 340000 19
06-Nov-17 28 hari 12800 360000 20
12700 330000 19
Rata-rata kuat tekan 28 hari 19,33
Rata-rata kuat tekan total 14,58
Rata - rata kuat tekan beton pada umur 28 hari sebesar 19,33 MPa dimana rata-
rata kuat tekan beton pada umur 28 hari ini belum memenuhi kuat tekan minimal
beton normal yaitu sebesar 25 MPa. Perbedaan dari harga tes umur 3 hari dan 28
hari diatas disebabkan karena material bervariasi, mix design campuran beton,
transportasi, curing, capping, pembuatan / pengecoran, dan pengetesan. Dari data 6
silinder diatas dapat dipakai untuk membuat mix design :
1. Perencanaan beton (mix design) kurang baik, yaitu terdapat beberapa kendala
sehingga perencanaan beton (mix design) tidak berjalan dengan baik.
2. Pada saat uji material yaitu berat jenis angregat halus, pada saat proses
pengeringan agregat halus setelah direndam kedalam air selama satu malam,
pada saat proses pengeringan terlalu lama.
3. Pada saat dilakukan uji tekat, capping yang terdapat pada beton dilepas oleh
pegawai Dinas PU sehingga berpengaruh pada saat beton tersebut diuji.
4. Agregat yang digunakan belum memenuhi persyaratan.
5. Pada saat proses pengecoran, mortar yang telah dimasukkan kedalam cetakan,
kuranh dirojok sehingga masih banyak terdapat rongga yang mempengaruhi
kuat beton tersebut.
63
6. Pada saat proses curing beton, beton tidak terisi air secara penuh (dalam
beberapa hari saja) faktor tersebut juga berpengaruh pada saat pengujian.
7. Pada saat uji material, nilai konsistensi normal semen portland tidak memenuhi
nilai (ASTM C187 - 98/SNI 03-6826 - 2002)
8. Pada saat analisa zona hasi data pengujian agregat halus dan agregat kasar,
keduanya berada di zona 4. Dimana pada zona tersebut merupakan mutunya
paling buruk dibandingkan zona lainnya. Faktor tersebut juga mempengaruhi
beton pada saat pengujian.
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Berikut adalah grafik yang menggambarkan kuat tekan beton dari umur 0
hari sampai 28 hari yang terus meningkat. Dengan sumbu x adalah umur kuat tekan
(hari) dan sumbu y adalah besar kuat tekan beton (MPa).
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum teknologi beton dan bahan
bangunan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penyelidikan bahan semen
Pada percobaan berat jenis semen portland didapatkan nilai berat jenis
minyak tanah sebesar 0,809, dan nilai dari berat jenis semen portland
yaitu 6,091.
Pada percobaan konsistensi normal semen portland didapatkan nilai
konsistensi pada masing-masing benda uji yaitu 28%, 25%, 21,67%,
dan 19,33%. Data ini tidak memenuhi syarat dikarenakan belum
mencapai titik 10mm penetrasi.
2. Penyelidikan bahan pasir
Pada percobaan kadar air / kelembaban agregat halus didapatkan nilai
dari kadar air pada pasir yaitu 0,2004% yang memenuhi syarat ASTM
C 556-89.
Pada percobaan berat jenis pasir didapatkan nilai dari berat jenis pasir
sebesar 2,23 gr/cc. Data ini belum memenuhi standard SNI-1970-2008
(2,4-2,6 gr/cc)
Pada percobaan berat volume pasir didapatkan nilai berat volume
dengan cara rojokan sebesar 0,0016 gr/ml, cara diketuk sebesar 0,0015
gr/ml, dan cara gembur sebesar 0,0016 gr/ml. Data ini memenuhi syarat
karena nilai perbedaan tidak lebih dari 0,04 gr/ml.
3. Penyelidikan agregat kasar
Pada percobaan kadar air agregat kasar didapatkan nilai berat benda uji
yaitu 990gr, dan nilai persentase kadar air agregat kasar adalah 1,01%.
Pada percobaan berat jenis batu pecah agregat kasar didapatkan nilai
berat jenis batu pecah sebesar 2,357 gr/cm³. Data belum sesuai ASTM
C 128-01 / SNI 03-1970-1990 (2,4 gr/cm³ - 2,7 gr/cm³).
65
Pada percobaan berat volume batu pecah didapatkan nilai berat volume
batu pecah sebesar 1,5252 gr/ml. Data ini memenuhi syarat ASTM
C29/29M-97 (1,4 t/dm² - 1,7 t/dm²).
4. Campuran Agregat
Pada percobaan kondisi dan analisa ayakan pasir didapatkan hasil
bahwa agregat halus tidak memenuhi ASTM C33 karena tidak masuk
grading zone manapun. Diambil kesimpulan agregat halus masuk zone
4 karena persentase lolos mendekati batas zone 4.
Pada percobaan analisa saringan batu pecah didapatkan hasil bahwa
agregat kasar tidak memenuhi ASTM C136-95 A karena tidak masuk
grading zone manapun. Diambil kesimpulan agregat kasar masuk zone
3 karena persentase lolos mendekati batas zone 3.
5. Berdasarkan hasil perhitungan mix design maka proporsi campuran yang
diperoleh untuk membuat 8 silinder beton benda uji kuat tekan 25 MPa
adalah semen seberat 17,376 kg, air seberat 10,464 Kg, agregat halus
seberat 24,473 kg, dan agregat kasar seberat 57,1 kg.
6. Pembuatan campuran beton
Pencampuran beton menggunakan cara manual yaitu mengaduk
menggunakan cangkul hingga campuran merata.
Langkah pencampuran yaitu pertama mencampurkan pasir, semen dan
air, kemudian menambahkan kerikil pada campuran.
Pada percobaan ini slump dari beton segar yaitu 12 cm, sesuai nilai
slump yang diharapkan di mix design bernilai ±10 cm.
7. Umur Beton 3 hari dan 28 hari
Pada pengujian tekan beton umur 3 hari, digunakan 3 sample yang sama
dengan memiliki luas permukaan 17662,5 mm2 dan berat 13kg, maka
kuat uji tekan sample A, B dan C berturut-turut adalah 9.2 MPa, 10.59
MPa, dan 9.72 MPa.
Pada pengujian tekan beton umur 28 hari, digunakan 3 sample yang
sama dengan memiliki luas permukaan 17662,5 mm2 dan berat 12,7kg,
maka kuat uji tekan sample A, B dan C berturut-turut adalah 19 MPa,
20 MPa, dan 19 MPa.
66
5.2 Saran
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum khususnya pada
metodologi percobaan, yaitu
1. Saat melakukan uji material, waktu dan tahapan pelaksanaan harus sesuai
dengan ketetapan yang berlaku, guna menghindari kesalahan hasil uji coba.
2. Saat perencanaan mix design of concrete sering terjadi keteledoran dalam
jumlah bahan yang digunakan, yang menyebabkan menyalahi aturan
perhitungan. Jumlah air yang kurang atau melebihi perhitungan,
penggunaan agregat kasar yang belum melalui proses perendaman terlebih
dahulu, serta pencampuran bahan material yang tidak merata.
3. Hasil uji tekan akan sangat dipengaruhi oleh hasil perencanaan mix design
of concrete dan faktor lainnya adalah pada saat pengiriman sample ke lokasi
uji tekan. Dalam proses pengiriman, sample harus menggunakan
pengamanan tertentu agar meminimalisir benturan yang terjadi pada
sample, agar tidak berpengaruh besar pada hasil kuat tekan sample tersebut.
67