Aklimatisasi Anggrek Ai
Aklimatisasi Anggrek Ai
Aklimatisasi Anggrek Ai
Oleh:
Nama : Desi Ariana Syahid
NIM : B1J012145
Rombongan : II
Kelompok :5
Asisten : Risna Wahyuningsih
B. Tujuan
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kawat, pinset, baskom, pot
plastik, tray, label dan kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah bibit anggrek Dendrobium
sp., fungisida, steriofom, dan moss.
B. Metode
B. Pembahasan
Praktikum aklimatisasi anggrek ini menggunak an jenis anggrek
Dendrobium sp. yang ditanam pada pot berukuran 2,5 inchi. Bibit anggrek tidak
mati maupun tidak menunjukan pertumbuhan. Tahapan aklimatisasi yang
dilakukan saat praktikum adalah tahapan aklimatisasi kedua, dimana seharusnya
membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa mengamati perubahan pada bibit
anggrek. Bibit anggrek yang telah melalui tahap aklimatisasi pertama
dipindahtanamkan secara individu pada pot tunggal berukuran diameter 5 cm dan
tinggi 6 cm dengan media tanam sesuai dengan perlakuan. Aklimatisasi tahap dua
ini berlangsung selama empat bulan yaitu ditandai dengan pertumbuhan plantlet
yang lebih baik dan pertumbuhan akar yang telah maksimal, yaitu akar telah
memenuhi ruangan dalam pot sehingga akar keluar melalui lubang drainase
(Suradinata et al., 2012).
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi
lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus
mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof. Planlet
dikelompokkan berdasarkan ukurannya dalam melakukan aklimatisasi untuk
memperoleh bibit yang seragam. Planlet sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan
kelengkapan organ, warna, ukuran pertumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam.
Planlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar,
warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan
akar bagus (Lesar et al., 2012). Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan
planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada
tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa
dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan
terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Widiastoety
& Bahar, 1995).
Media tumbuh aklimatisasi berfungsi untuk tempat tumbuhnya tanaman,
mempertahankan kelembaban dan tempat penyimpanan hara serta air
yang diperlukan. Peranan lingkungan juga mempengaruhi fungsi media
tumbuh aklimatisasi itu sendiri. Sesuai dengan fungsi dari media tumbuh
aklimatisasi yang paling penting adalah untuk mempertahankan kelembaban
karena planlet anggrek yang akan dipindahkan ke lingkungan
eksternal membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi, karena proses
transpirasi berlangsung secara berlebihan yang disebabkan fungsi stomata pada
planlet yang baru diaklimatisasi belum berfungsi secara sempurna yang dapat
menyebabkan planlet tersebut mengalami kematian (Wardani et al., 2013).
Menurut Pranata (2005), selain moss spaghnum juga terdapat berbagai
macam jenis media tanam anggrek yaitu :
1. Arang.
Arang yang digunakan haruslah arang yang telah mengalami pembakaran
dengan sempurna dan harus berupa pecahan-pecahan kecil. Sifat arang adalah
tidak mengikat air terlalu banyak, karena itu penyiraman harus lebih sering
dilakukan. Arang memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah arang tidak
mudah lapuk sehingga penggantian media akan lebih lama dan arang mudah
didapatkan dengan harga yang relatif murah.
2. Pakis.
Pakis yang digunakan adalah pakis yang tua. Ciri pakis tua adalah warnanya
hitam, kering dan lebih ringan. Pakis lebih menyerap air dibandingkan dengan
arang, maka frekuensi penyiraman dapat dikurangi. Kerugian menggunakan pakis
adalah apabila terlalu sering disiram, pakis akan lapuk dan mudah mengundang
cendawan.
3. Batu bata.
Batu bata mudah dijumpai dan harganya relatif murah. Batu bata yang
dipergunakan dapat menggunakan batu bata tanah liat murni ataupun batu bata
campuran. Batu bata sebaiknya digunakan bersama media lain karena beberapa
sifat batu bata mendukung pertumbuhan anggrek, diantaranya adalah batu bata
memiliki berat yang lebih dibandingkan media lain, estetika penggunaan batu bata
sebagai media tunggal kurang, batu bata tidak mengalami pelapukan yang artinya
tidak adanya pelepasan zat hara.
4. Sabut Kelapa.
Sabut kelapa banyak digunakan dalam penanaman bunga anggrek. Sabut
kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa tua yang dicirikan dengan warnanya
yang telah coklat. Sifat sabut kelapa mudah busuk yang artinya harus lebih sering
mengganti media tersebut. Pemakaian sabut kelapa di daerah yang curah hujan
dan kelembabannya cukup tinggi tidak dianjurkan, karena sifatnya lebih menyerap
air dan dapat menyebabkan kebusukan akar pada tanaman anggrek. Anggrek pada
umumnya lebih menyukai media tumbuh yang berongga karena memberikan
ruang respirasi yang bagus.
Menurut Widiastoety & Bahar (1995), media tumbuh yang baik untuk
aklimatisasi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk,
tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air
dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan
dan relatif murah harganya. Kemasaman media (pH) yang baik untuk
pertumbuhan tanaman anggrek berkisar antara 56. Media tumbuh sangat
penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu
adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh
yang sering digunakan di Indonesia antara lain: moss, pakis, serutan kayu,
potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Praktikum aklimatisasi
ini menggunakan media moss. Media moss ini mengandung 23% unsur N dan
mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase
yang baik. Media yang lain yang biasanya dipakai untuk aklimatisasi adalah
pakis, karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik,
melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.
B. Saran
DAFTAR REFERENSI
Pranata, A. S. 2005. Panduan Budi Daya dan Perawatan Anggrek. Agro Media.
Jakarta.
Suradinata, Y. R., Anne, N., dan Ari, S. 2012. Pengaruh Kombinasi Media Tanam
dan Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggrek
Dendrobium sp. pada Tahap Aklimatisasi. J. Agrivigor 11(2): 104-116.
Wardani, Sri., H. Setiadodan, & S. Ilyas. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk
Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.).
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR: 11-18.