Metode Geothermometer
Metode Geothermometer
Metode Geothermometer
Oleh:
FIKRU AZKA
111.130.075
KELAS A
GEOTHERMOMETER
Fluida geothermal memiliki kandungan kimia yang beragam, yang merefleksikan
karakter geologinya. Banyak kandungan kimia yang berbeda-beda ini bergantung kepada sumber
dari recharge waters dan gas-gas yang berasal dari sumber magmatik atau metamorfik. Unsurunsur penyusun tersebut dapat berupa gas-gas terlarut atau isotop. Sebagian besar
geothermometer didasarkan pada reaksi-reaksi kesetimbangan kimia tertentu. Geothermometer
dapat diaplikasikan pada hasil dari mata air alami dan fluida sumur. Keduanya menyediakan
gambaran yang penting dari sifat sistem dan pilihan dan interpretasi dari data geothermometer
adalah seni dari geokimiawan eksplorasi.
Geothermometer memanfaatkan mineral yang spesifik (reaksi terlarut) yang lambat
dalam mencapai kesetimbangan pada suhu yang lebih dingin, khususnya dibawah kondisikondisi
dimana
fluida
terpisah
sepenuhnya
dari
mineral-mineral
yang
mengontrol
Hal ini memotivasi ilmuwan-ilmuwan sebelumnya, seperti DAmore dan Panichi (1980),
untuk mengembangkan metode-metode geothermometer gas. Ada 3 tipe geothermometer
gas yang didasarkan pada:
1) Kesetimbangan Gas-Gas
2) Kesetimbangan Gas-Mineral
3) Kesetimbangan Mineral-Gas yang melibatkan gas-gas residual seperti
CH4, H2, H2S
Kesetimbangan Gas-Gas dan/atau Mineral-Gas yang bergantung kepada suhu
dipercaya mengontrol konsentrasi gas-gas seperti CO2, H2S, H2, N2, NH3, dan CH4 pada
fluida-fluida reservoir geothermal. Arnosson dan Gunnlaugsson (1985) mengusulkan
fungsi-fungsi suhu untuk enam geothermometer yang dapat diaplikasikan utnuk suhu
bersifat fumarol. Tiga diantaranya berdasarkan konsentrasi CO 2, H2S, dan H2 secara
terpisah. Dua diantaranya berdasarkan rasio gas (CO2/H2) dan (H2/H2S).
3. Geothermometer Isotop
Reaksi-reaksi pertukaran isotop, yang mencapai kesetimbangan pada sistem
alami, bergantung kepada suhu. Isotop dari unsur-unsur dipecah (terfraksinasi) dalam
proses-proses kimiawi yang berlangsung pada sistem air-batuan alami (Ellis dan Mahon,
1977). Fraksinasi terjadi paling besar untuk unsur-unsur yang lebih ringan yang
ditemukan pada sistem geothermal, seperti helium, hidrogen, karbon, oksigen, dan sulfur.
Reaksi-reaksi pertukaran isotop dapat terjadi pada gas-gas dan fase uap, mineral dan fase
gas, air dan larutan, atau larutan dan larutan. Walaupun banyak terjadi proses-proses
pertukaran isotop, beberapa diantaranya sudah digunakan karena mudahnya dalam
pengumpulan dan persiapan conto, kemudahan pengukuran isotop, tingkat pencapaian
kesetimbangan isotop yang sesuai, dan pengetahuan tentang konstanta kesetimbangan.
Daftar Pustaka
Karingithi, Cyrus W.. 2009. Chemical Geothermometers for Geothermal Exploration.
Dipresentasikan di Short Course IV on Exploration for Geothermal Resources, diadakan
oleh UNU-GTP, KenGen and GDC, di Lake Naivasha, Kenya.